Anda di halaman 1dari 33

DRAF RPP TRANSPLANTASI ORGAN BAHAN RAPAT TANGGAL 7 DESEMBER 2016

Rancangan Rancangan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1. NOMOR ..… TAHUN ….. NOMOR ..… TAHUN …..

TENTANG TENTANG
TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


2. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (3) I. Umum
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Transplantasi telah diakui sebagai salah satu kemajuan
Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah yang paling memukau dalam ilmu kedokteran abad ini,
tentang Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh; yang memberikan harapan kehidupan bagi pasien dengan
kegagalan terminal organ dan jaringan akibat penyakit
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara akut maupun kronik. Dewasa ini, jaringan tubuh manusia
Republik Indonesia Tahun 1945; ditransplantasikan dengan tujuan bukan saja untuk
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang menyelamatkan nyawa, namun juga untuk meningkatkan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia kualitas hidup melalui intervensi yang konstruktif
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran maupun intervensi kosmetik. Sehingga tindakan
Negara Republik Indonesia Nomor 5072); transplantasi memerlukan partisipasi masyarakat dengan
cara menyumbangkan organ dari individu yang masih
hidup ataupun yang telah meninggal.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2008 menunjukkan frekuensi transplantasi organ
tahun 2008 berkisar sekitar 100.900 setiap tahunnya
yaitu ginjal sekitar 69.300, hati sekitar 20.300, Jantung
sekitar 5330, Paru sekitar 3330 dan Pankreas sekitar
2380 dan Usus Kecil sekitar 260. Di negara maju sumber
organ yang utama adalah dari donor mayat sedangkan di
negara berkembang organ lebih banyak berasal dari donor
hidup.

Transplantasi organ di Indonesia masih jauh tertinggal


dibandingkan negara lain. Jumlah pasien Warga Negara
Indonesia yang melakukan transplantasi, khususnya
ginjal di luar negeri diperkirakan lebih banyak
dibandingkan dengan di dalam negeri. Rendahnya jumlah
transplantasi di dalam negeri karena sumber donor masih
dari donor hidup dan belum adanya aturan yang dapat
memberikan kepastian hukum untuk transplantasi
dengan donor mayat, faktor biaya dan faktor budaya
serta kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang
pentingnya upaya transplantasi organ.

Penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau Jaringan


dilakukan sesuai dengan prinsip:
a. Autonomy ; seseorang mempunyai hak penuh untuk
mengizinkan/tidak mengizinkan suatu tindakan atas
dirinya
b. Beneficence ; tindakan yang dilakukan untuk kebaikan
seseorang atau masyarakat
c. Non Malificence; tindakan yang dilakukan tidak boleh
merugikan seseorang/masyarakat
d. Justice; tindakan dilaksanakan secara adil dan
transparan serta tidak membedakan
seseorang/masyarakat berdasarkan status sosial
ekonomi tetapi hanya berdasarkan status kesehatan.
e. Moralitas; pengakuan atas norma agama dan budaya
yang berlaku.

Peraturan terkait mengenai pelayanan transplantasi


tertuang dalam Peraturan Pemerintah tentang Bedah
Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Namun,
Peraturan tersebut saat ini dirasakan sudah tidak sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang
berkembang dengan sangat pesat.
Peraturan Pemerintah ini sebagai amanah Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengatur secara umum hal-hal yang terkait
dengan penyelenggaraan transplantasi organ, jaringan
dan sel untuk dapat menjamin keamanan, kemanfaatan
dan keadilan dalam pelayanan transplantasi bagi donor
maupun resipien; meningkatkan donasi dan ketersedian
organ, jaringan, dan sel; mencegah kegiatan
komersialisasi dan penyalahgunaan organ, jaringan, dan
sel; dan memberikan perlindungan atas martabat, privasi,
dan kesehatan manusia.

3. MEMUTUSKAN : MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSPLANTASI Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH. TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU
JARINGAN TUBUH.
4. BAB I II. PASAL DEMI PASAL
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : Pasal 1
1. Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh adalah pemindahan Cukup Jelas
Organ dan/atau Jaringan dari Pendonor ke Resipien guna
penyembuhan dan pemulihan masalah kesehatan Resipien.
2. Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang bekerjasama untuk
melakukan fungsi tertentu dalam tubuh.
3. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan
faal/fungsi yang sama dan tertentu, yang berdasarkan kemampuan
regeneratifnya terdiri atas jaringan yang dapat pulih kembali
(regenerative tissue) dan jaringan yang tidak dapat pulih kembali
(non-regenerative tissue).
4. Pendonor adalah orang yang menyumbangkan Organ dan/atau
Jaringan tubuhnya kepada Resipien untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan Resipien.
5. Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan
tubuh Pendonor untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
6. Bank Jaringan adalah suatu badan atau lembaga yang bertujuan
untuk rekruitmen Pendonor, menyaring, mengambil, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan sel dan/atau jaringan untuk
keperluan pelayanan kesehatan yang bersifat nirlaba.
7. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
8. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
5. Pasal 2 Pasal 2
Pengaturan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh bertujuan:
a. menjamin keamanan, keselamatan, kesukarelaan, kemanfaatan, Huruf a
dan keadilan dalam pelayanan transplantasi organ, dan/atau Yang dimaksud dengan Keamanan adalah .....
jaringan tubuh bagi pendonor maupun resipien; Yang dimaksud dengan Keselamatan,
Yang dimaksud dengan Kesukarelaan,
Yang dimaksud dengan Kemanfaatan
Lihat dari UU lain
keadilan dimaksudkan agar setiap warga negara memiliki
hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan
transplantasi sesuai kebutuhannya.
b. meningkatkan donasi dan ketersedian organ dan/atau jaringan Huruf b
untuk tujuan transplantasi sebagai upaya penyembuhan penyakit, Meningkatkan donasi dimaksudkan agar kesadaran dan
pemulihan kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup; minat masyarakat untuk melakukan donasi organ
dan/atau jaringan sebagai bagian dari pelaksanaan
melakukan amal baik.

c. memberikan perlindungan atas martabat, privasi, dan kesehatan Huruf c


manusia, serta martabat dan kehormatan Pendonor mati. Cukup jelas

6. Pasal 2A Pasal 2A
(1) Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh dilakukan hanya Ayat (1)
untuk tujuan kemanusiaan dalam upaya penyembuhan penyakit Cukup jelas
dan pemulihan kesehatan.
(2) Organ dan/atau Jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan Ayat (2)
dalih apapun. Yang dimaksud dengan Jual beli adalah transaksi
antara Pendonor dengan Resipien yang bersifat
finansial.
Penggantian Biaya pemrosesan organ dan/atau
jaringan tidak termasuk jual beli atau
komersialisasi.

Catatan: konsul dengan ahli ekonomi untuk nomenklatur


“financial”
7. Pasal 2B Pasal 2B
(1) Setiap orang dapat menjadi Pendonor pada Transplantasi Organ Cukup jelas
dan/atau Jaringan tubuh.
(2) Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat
sukarela tanpa meminta imbalan.
8. BAB II
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
9. Pasal 3 Pasal 3
Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota bertanggungjawab: Cukup jelas
a. meningkatkan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh;
b. melakukan dan mendukung promosi donasi dan Transplantasi
Organ dan/atau jaringan tubuh;
c. membina dan mengawasi kepatuhan penyelenggaraan
Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. pendanaan penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau
jaringan tubuh.
10. Pasal 4 Pasal 4
(1) Dalam rangka meningkatkan akses, sistem informasi, akuntabilitas, Cukup jelas
dan mutu pelayanan, dan pengkajian kelayakan pasangan
Resipien-Pendonor Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh,
Menteri membentuk Komite Transplantasi Nasional.
(2) Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas unsur tokoh agama/masyarakat, profesi kedokteran
terkait, psikolog/psikiater, ahli etik kedokteran/hukum, pekerja
sosial, dan Kementerian Kesehatan.
(3) Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berkedudukan di Ibu Kota Negara.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Transplantasi Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
11. BAB III
TRANSPLANTASI ORGAN

12. Bagian Kesatu


Umum
13. Pasal 5 Pasal 5
(1) Transplantasi Organ hanya dapat diselenggarakan di rumah sakit Cukup jelas
yang ditetapkan oleh Menteri
(2) Menteri dalam menetapkan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempertimbangkan rekomendasi dari Komite
Transplantasi Nasional.
14. Pasal 6 Pasal 6
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Rumah Sakit penyelenggara Cukup jelas
Transplantasi Organ, rumah sakit harus memiliki tim transplantasi
dan memenuhi persyaratan dan standar.
(2) Persyaratan dan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
15. Bagian Kedua
Pendonor dan Resipien
16. Pasal 7 Pasal 7
(1) Pendonor pada Transplantasi Organ terdiri atas: Cukup jelas
a. Pendonor hidup; dan
b. Pendonor mati batang otak (MBO).
(2) Pendonor hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan orang yang Organ tubuhnya diambil pada saat yang
bersangkutan masih hidup.
(3) Pendonor mati batang otak (MBO) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan orang yang Organ tubuhnya diambil
pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati batang otak di
rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
17. Pasal 8 Pasal 8
(1) Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berasal Cukup jelas
dari:
a. Pendonor yang memiliki hubungan darah atau suami/istri;
atau
b. Pendonor yang tidak memiliki hubungan darah,
dengan Resipien.
(2) Pendonor yang memiliki hubungan darah atau suami/istri dengan
Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
mendonorkan Organ tubuhnya hanya untuk Resipien tertentu.
(3) Hubungan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ayah
kandung, ibu kandung, anak kandung, dan saudara kandung
Pendonor.
(4) Pendonor yang tidak memiliki hubungan darah dengan Resipien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mendonorkan Organ
tubuhnya kepada Resipien hasil seleksi yang dilakukan oleh Komite
Transplantasi Nasional.
18. Pasal 9 Pasal 9
(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi Organ dapat Cukup jelas
menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari tim
transplantasi rumah sakit.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pasien dengan:
a. indikasi medis; dan
b. tidak memiliki kontra indikasi medis,
untuk dilakukan Transplantasi Organ.
19. Bagian Ketiga
Pelaksanaan
20. Pasal 10 Pasal 10
Transplantasi Organ dilaksanakan melalui tahapan kegiatan: Cukup jelas
a. pendaftaran;
b. pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor; dan
c. tindakan Transplantasi Organ dan pascatransplantasi Organ.
21. Pasal 11 Pasal 11
(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus melakukan Cukup jelas
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a di
Komite Transplantasi Nasional, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan medis.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
b. telah berusia 18 (delapan belas) tahun dibuktikan dengan
KTP, kartu keluarga, dan/atau akta kelahiran;
c. membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan Pendonor
menyumbangkan Organ tubuhnya secara sukarela tanpa
meminta imbalan;
d. memiliki alasan menyumbangkan Organ tubuhnya kepada
Resipien secara sukarela;
e. mendapat persetujuan suami/istri, anak yang sudah dewasa,
orang tua kandung, atau saudara kandung Pendonor;
f. membuat pernyataan memahami indikasi, kontra indikasi,
risiko, prosedur Transplantasi Organ, panduan hidup
pascatransplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya;
dan
g. membuat pernyataan tidak melakukan penjualan Organ
ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak Resipien.
(4) Dalam hal Pendonor hanya akan mendonorkan Organ tubuhnya
kepada Resipien tertentu, Pendonor harus memiliki keterangan
hubungan darah atau suami/isteri dengan Resipien dari pejabat
Pemerintah Daerah yang berwenang.
(5) Pemeriksaan medis sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b ditujukan untuk memastikan kelayakan
sebagai Pendonor dilihat dari segi kesehatan Pendonor.
(6) Persyaratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan pemeriksaan medis awal dan skrining oleh rumah sakit
penyelenggara Transplantasi Organ atas permintaan dari Komite
Transplantasi Nasional atau Perwakilan Komite Transplantasi
Nasional di Provinsi terhadap calon Pendonor yang telah melakukan
pendaftaran.
(7) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari tim
transplantasi rumah sakit;
b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
Transplantasi Organ atau memberikan surat penjaminan
biaya Transplantasi Organ, untuk calon Resipien yang dijamin
asuransi;
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi,
kontra-indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Organ,
serta pernyataan persetujuannya; dan
c. menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Organ tubuh
dari calon Pendonor atau melakukan perjanjian khusus
dengan calon Pendonor, yang dituangkan dalam bentuk akte
notaris atau pernyataan tertulis yang disahkan oleh notaris.
(8) Pendaftaran pada Komite Transplantasi Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui perwakilan Komite
Transplantasi Nasional di Provinsi setempat.
22. Pasal 11A
(1) Transplantasi Organ dapat dilakukan pada calon Resipien warga
negara asing.
(2) Calon Resipien warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memiliki calon Pendonor yang berasal dari negara
yang sama dan memiliki hubungan darah atau suami/istri.
(3) Calon Resipien dan calon Pendonor warga negara asing yang akan
mendapatkan pelayanan Transplantasi Organ harus terdaftar di
Komite Transplantasi Nasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan calon Resipien dan
calon Pendonor warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
23. Pasal 12 Pasal 12
(1) Dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan calon Pendonor Cukup jelas
dan calon Resipien, Komite Transplantasi Nasional melakukan
verifikasi dokumen.
(2) Calon Pendonor yang telah dilakukan verifikasi dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan memenuhi persyaratan
sebagai Pendonor berhak mendapatkan kartu calon Pendonor dari
Komite Transplantasi Nasional.
24. Pasal 13 Pasal 13
(1) Berdasarkan hasil verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud Cukup jelas
dalam Pasal 12, Komite Transplantasi Nasional melakukan
pengelolaan data calon Resipien dan calon Pendonor.
(2) Pengelolaan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui penyusunan prioritas dan urutan daftar tunggu calon
Resipien untuk memasangkan calon Resipien dan calon Pendonor.
25. Pasal 14 Pasal 14
(1) Pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud Cukup jelas
dalam Pasal 10 huruf b dilakukan terhadap pasangan calon
Resipien dan calon Pendonor yang telah disusun berdasarkan
prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
(2) Pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim transplantasi pada rumah sakit
penyelenggara Transplantasi Organ.
26. Pasal 15 Pasal 15
(1) Komite Transplantasi Nasional dapat melakukan verifikasi lapangan Cukup jelas
dalam rangka melakukan pemeriksaan kecocokan Resipien-
Pendonor.
(2) Verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk memastikan hubungan calon Resipien dan calon Pendonor,
latar belakang penyumbangan Organ, serta tidak adanya unsur jual
beli Organ.
(3) Komite Transplantasi Nasional dalam melakukan verifikasi
lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berkoordinasi
dengan Pemerintah Daerah dan/atau instansi lain terkait.
27. Pasal 16 Pasal 16
Berdasarkan tahapan kegiatan pendaftaran dan pemeriksaan kecocokan Cukup jelas
Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai
dengan Pasal 15, Komite Transplantasi Nasional mengeluarkan surat
keterangan kelayakan pasangan Resipien-Pendonor dan tidak ditemukan
indikasi jual beli dan/atau komersial.
28. Pasal 17 Pasal 17
(1) Tindakan Transplantasi Organ dan pascatransplantasi Organ Cukup jelas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c dilakukan oleh tim
transplantasi rumah sakit.
(2) Tindakan Transplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan setelah dilakukan Pemeriksaan kesiapan tindakan
Transplantasi Organ termasuk tindakan pengambilan organ dari
calon Pendonor, setelah surat keterangan kelayakan pasangan
Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dikeluarkan oleh Komite Transplantasi Nasional.
(3) Dalam hal Organ berasal dari calon Pendonor mati batang otak
(MBO), tindakan pengambilan Organ sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus didahului dengan penandatangan surat konfirmasi
persetujuan tindakan oleh keluarga.
(4) Tindakan Pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan terhadap Pendonor dan Resipien melalui
monitoring dan evaluasi.
(5) Monitoring dan evaluasi pascatransplantasi Organ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. tim Transplantasi rumah sakit; dan
b. Komite Transplantasi Nasional.
(6) Monitoring dan evaluasi oleh Komite Transplantasi nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertujuan untuk
memastikan Pendonor mendapatkan perlindungan kesehatan dan
haknya.
29. Pasal 17A
Orang yang belum pernah mendaftar sebagai pendonor, dapat dijadikan
pendonor mati/MBO di rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ,
apabila:
a. Yang bersangkutan menyetujui sebagai pendonor sebelum MBO
b. Yang bersangkutan tidak cakap memberikan persetujuan, tetapi
keluarga terdekat memberikan persetujuan
c. Yang bersangkutan tidak dikenal dan tidak ditemukan keluarganya
dalam 2 (dua) hari.
30. Pasal 18 Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Transplantasi Organ Cukup jelas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 17 diatur
dengan Peraturan Menteri.
31. Bagian Keempat
Hak Dan Kewajiban Pendonor dan Resipien
32. Pasal 19 Pasal 19
(1) Setiap Pendonor pada Transplantasi Organ berhak: Cukup jelas
a. mengetahui identitas Resipien atas persetujuan Resipien;
b. menolak menyumbangkan Organ tubuhnya kepada Resipien
tertentu dengan alasan yang dapat diterima;
c. memperoleh asuransi kesehatan dan asuransi kematian;
d. dibebaskan dari seluruh biaya pelayanan kesehatan selama
perawatan Transplantasi Organ;
e. memperoleh asuransi kematian dan penghargaan atas
kehilangan penghasilan dari pekerjaan/pencaharian selama
dalam perawatan dan pemulihan kesehatan
pascatransplantasi Organ yang ditetapkan oleh Menteri;
f. memperoleh prioritas sebagai Resipien apabila memerlukan
Transplantasi Organ; dan
g. mencabut pendaftaran dirinya dalam data calon Pendonor
sampai sebelum tindakan persiapan operasi Transplantasi
Organ dimulai.
(2) Setiap Pendonor pada Transplantasi Organ berkewajiban:
a. menjaga kerahasiaan Resipien;
b. tidak melakukan perjanjian khusus dengan Resipien terkait
dengan Transplantasi Organ;
c. menjaga kesehatannya sesuai petunjuk dokter;
d. melakukan uji kesehatan sekurang-kurangnya satu kali dalam
setahun; dan
e. menjaga hubungan dengan Komite Transplantasi Nasional
atau perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi.
33. Pasal 20 Pasal 20
(1) Setiap Resipien pada Transplantasi Organ berhak: Cukup jelas
a. mengetahui identitas Pendonor dan informasi medis yang
terkait dengan Transplantasi Organ;
b. mengetahui urutan daftar tunggu calon Resipien untuk
memperoleh Pendonor; dan
c. menolak memperoleh Organ dari Pendonor tertentu dengan
alasan yang dapat diterima.
(2) Setiap Resipien pada Transplantasi Organ berkewajiban:
a. menjaga kerahasiaan informasi medis Pendonor;
b. membayar seluruh biaya penyelenggaraan Transplantasi
Organ, baik secara mandiri atau melalui asuransi
penjaminnya;
c. menjaga kesehatan sesuai petunjuk dokter pascatransplantasi
Organ;
d. melakukan uji kesehatan sesuai petunjuk dokter; dan
e. tidak melakukan perjanjian khusus dengan Pendonor terkait
dengan Transplantasi Organ.
(3) Resipien yang tidak patuh terhadap petunjuk dokter
pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c kehilangan haknya untuk menjalani pelayanan
Transplantasi Organ yang sama.
34. Bagian Kelima
Pendanaan
35. Pasal 21 Pasal 21
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab Cukup jelas
terhadap pendanaan penyelenggaraan Transplantasi Organ melalui:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c. hibah dari Resipien; dan/atau
d. sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. pelaksanaan tugas Komite Transplantasi Nasional dan
perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi;
b. pemeriksaan awal dan skrining calon Pendonor; dan
c. asuransi kematian dan penghargaan bagi Pendonor atas
kehilangan penghasilan dari pekerjaan/pencaharian selama
dalam perawatan dan pemulihan kesehatan bagi Resipien
tidak mampu.
(3) Besar penghargaan bagi Pendonor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Menteri.
36. Pasal 22 Pasal 22
(1) Pendanaan pada rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ Cukup jelas
dibebankan kepada Resipien dan/atau asuransi penjaminnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan pada rumah sakit
penyelenggara Transplantasi Organ diatur dalam Peraturan
Menteri.
37. BAB IV
TRANSPLANTASI JARINGAN
38. Bagian Kesatu
Umum
39. Pasal 23 Pasal 23
Transplantasi jaringan meliputi Transplantasi Jaringan mata dan Cukup jelas
Transplantasi Jaringan tubuh lain.

40. Pasal 24 Pasal 24


(1) Penyelenggaraan Transplantasi Jaringan terdiri atas pelayanan Cukup jelas
yang dilakukan pada:
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan penyelenggara; dan
b. Bank Jaringan.
(2) Bank jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
termasuk Bank mata.
41. Pasal 25 Pasal 25
(1) Fasilitas Pelayanaan Kesehatan penyelenggara sebagaimana Cukup jelas
dimaksud dalam Pasal 24 huruf a harus memenuhi persyaratan
dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
dan kewenangan sesuai standar.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. rumah sakit atau klinik utama, untuk transplantasi jaringan
mata; dan
b. rumah sakit, untuk transplantasi jaringan tubuh lain.
(3) Persyaratan dan Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
42. Pasal 26 Pasal 26
(1) Bank jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b Ayat (1)
menyediakan Jaringan yang bermutu untuk pelayanan Untuk tansplantasi conjunctiva mata, kulit, rambut
Transplantasi Jaringan. tidak dibutuhkan Bank Jaringan.
(2) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat Ayat (2)
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Cukup jelas
Masyarakat.
(3) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus Ayat (3)
mendapatkan izin dari Menteri dan terdaftar di Komite Cukup jelas
Transplantasi Nasional.
43. Bagian Kedua
Transplantasi Jaringan Mata
44. Paragraf 1
Umum
45. Pasal 27 Pasal 27
Transplantasi Jaringan mata meliputi transplantasi kornea, sklera, dan Cukup jelas
jaringan dari organ mata lainnya.
46. Paragraf 2
Bank Mata
47. Pasal 28 Pasal 28
(1) Bank Mata bertugas menyediakan Jaringan kornea, sklera, dan Cukup jelas
Jaringan lain dari Organ mata yang bermutu untuk pelayanan
Transplantasi Jaringan.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bank mata paling sedikit menyelenggarakan fungsi:
a. pengerahan Pendonor;
b. pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien;
c. seleksi Pendonor melalui pemeriksaan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium;
d. pengambilan Jaringan kornea dan/atau slera dan
penyimpanan sementara, serta pemulihan estetik Pendonor;
e. pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pelabelan dan
sterilisasi Jaringan, serta pemeliharaan;
f. pengendalian mutu Jaringan dari Organ mata;
g. pendistribusian Jaringan;
h. pencatatan dan pendokumentasian;
i. pendidikan dan pelatihan; dan
j. penelitian dan pengembangan.
(3) Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c, Bank Mata dapat
membentuk jejaring pelayanan bank mata.
48. Pasal 29 Pasal 29
(1) Bank Mata dapat dibentuk di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota Cukup jelas
sesuai kebutuhan dan/atau kemampuan daerah.
(2) Untuk memenuhi penyediaan jaringan Jaringan kornea, sklera, dan
Jaringan lain dari Organ mata secara nasional, Menteri membentuk
Bank mata Pusat sebagai Bank mata rujukan nasional.
(3) Selain memiliki tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(2), Bank mata Pusat bertugas:
a. mendatangkan dan mengirimkan jaringan mata dari dan ke
luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. koordinator pengumpulan jaringan mata tingkat nasional; dan
c. penyediaan jaringan mata pendonor secara nasional.
(4) Tugas mendatangkan jaringan mata dari luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui jejaring Bank
Mata internasional.
(5) Tugas mengirimkan jaringan mata ke luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan dalam hal kebutuhan
jaringan mata dalam negeri terpenuhi.
49. Pasal 30 Pasal 30
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank Mata sebagaimana dimaksud Cukup jelas
dalam Pasal 28 dan Pasal 29 diatur dalam Peraturan Menteri.

50. Paragraf 2
Pendonor dan Resipien
51. Pasal 31 Pasal 31
(1) Pendonor pada Transplantasi jaringan mata berupa Pendonor mati Cukup jelas
klinis/konvensional.
(2) Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada
saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati klinis/konvensional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pendonor hidup dapat memberikan jaringan mata
yang merupakan sisa jaringan hasil operasi, dan jaringan lain yang
sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pendonor pada Transplantasi
Jaringan.
52. Pasal 32 Pasal 32
(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi mata dapat Cukup jelas
menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari dokter
penanggungjawab pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pasien dengan:
a. indikasi medis; dan
b. tidak memiliki kontra indikasi medis,
untuk dilakukan Transplantasi mata.
53. Paragraf 3
Pelaksanaan
54. Pasal 33 Pasal 33
Transplantasi Jaringan mata dilaksanakan melalui tahapan kegiatan: Cukup jelas
a. pendaftaran;
b. penyiapan jaringan mata dari Pendonor; dan
c. tindakan Transplantasi jaringan mata dan pascatransplantasi
jaringan mata.
55. Pasal 34 Pasal 34
(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus melakukan Cukup jelas
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a di
Bank Mata, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Bank Mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjaga
kerahasiaan Pendonor.
(3) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan medis.
(9) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. memiliki keterangan dari dokter penanggung jawab pelayanan
di rumah sakit;
b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan mata,
atau memberikan surat penjaminan biaya penggantian
pengambilan dan pemrosesan Jaringan, untuk calon Resipien
yang dijamin asuransi atau lembaga penjamin lain; dan
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi,
kontra indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Jaringan,
serta pernyataan persetujuannya.
56. Pasal 35 Pasal 35
(1) Bank Mata membuat daftar tunggu Resipien, dan melaporkan ke Cukup jelas
Bank Mata Pusat secara berkala setiap bulan.
(2) Daftar tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
urutan resipien untuk memperoleh jaringan mata.
57. Pasal 36 Pasal 36
(1) Penyiapan jaringan mata dari Pendonor sebagaimana dimaksud Cukup jelas
dalam Pasal 33 huruf b dilakukan oleh Bank mata sesuai standar.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan jaringan mata, bank mata Madya
dan Bank Mata Utama dapat meminta jaringan mata kepada Bank
Mata Pusat atau Bank Mata Madya dan Bank Mata Utama lain.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
melalui bank mata pusat.

58. Pasal 37 Pasal 37


(1) Tindakan Transplantasi Jaringan mata dan pascatransplantasi Cukup jelas
Jaringan mata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c
dilakukan oleh dokter penanggungjawab pelayanan.
(2) Tindakan Pascatransplantasi Jaringan mata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan terhadap Resipien melalui
monitoring dan evaluasi.
59. Bagian Kedua
Transplantasi Jaringan Tubuh Lain
60. Paragraf 1
Umum
61. Pasal 38 Pasal 38
Jaringan pada Transplantasi Jaringan Tubuh lain dapat berasal Cukup jelas
dari berbagai macam jenis Jaringan, sesuai dengan wasiat
dan/atau persetujuan Pendonor, sisa jaringan hasil operasi, dan
jaringan lain yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pendonor.
62. Paragraf 2
Bank Jaringan
63. Pasal 39 Pasal 39
(1) Bank Jaringan dapat terintegrasi dengan rumah sakit Cukup jelas
penyelenggara Transplantasi Jaringan atau mandiri di luar rumah
sakit penyelenggara Transplantasi Jaringan.
(2) Bank Jaringan yang mandiri di luar rumah sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memiliki perjanjian kerjasama
dengan rumah sakit penyelenggara Transplantasi Jaringan.
(3) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
menyediakan Jaringan yang bermutu untuk pelayanan
Transplantasi Jaringan.
(4) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bank Jaringan menyelenggarakan fungsi
a. pengerahan Pendonor;
b. pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien;
c. seleksi lanjutan Pendonor melalui pemeriksaan kesehatan
yang meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium;
d. pengambilan Jaringan dan/atau Sel (retrieval), serta
pemulihan fisik kondisi Pendonor (recovery) dan penyimpanan
sementara;
e. pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pelabelan dan
sterilisasi Jaringan dan/atau Sel;
f. pengendalian mutu Jaringan dan/atau Sel;
g. pendistribusian Jaringan dan/atau Sel;
h. pencatatan dan pendokumentasian;
i. melaporkan data Pendonor dan Resipien ke Komite Nasional
Transplantasi;
j. pendidikan dan pelatihan;
k. penelitian dan pengembangan; dan
l. pengkajian sosial, budaya, dan keagamaan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank Jaringan diatur dalam
Peraturan Menteri.
64. Paragraf 3
Pendonor dan Resipien
65. Pasal 40 Pasal 40
(1) Pendonor pada Transplantasi Jaringan terdiri atas: Ayat (1)
a. Pendonor hidup; Cukup jelas
b. Pendonor mati batang otak (MBO);dan
c. Pendonor mati klinis/konvensional.
(2) Pendonor hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Ayat (2)
merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada saat yang Cukup jelas
bersangkutan masih hidup.
(3) Pendonor mati batang otak (MBO) sebagaimana dimaksud pada Ayat (3)
ayat (1) huruf b merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil jaringan lain yang tidak dibutuhkan meliputi
pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati batang otak di placenta, kulit, tendon
rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada Ayat (4)
ayat (1) huruf c merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil Cukup jelas
pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati
klinis/konvensional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
66. Pasal 41 Pasal 41
(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi Jaringan dapat Cukup jelas
menjadi calon Resipien setelah ditentukan oleh dokter
penanggungjawab pasien di rumah sakit.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pasien dengan:
a. indikasi medis; dan
b. tidak memiliki kontra indikasi medis,
untuk dilakukan Transplantasi Jaringan.
67. Paragraf 4
Pelaksanaan
68. Pasal 42 Pasal 42
Transplantasi Jaringan tubuh lain dilaksanakan melalui tahapan Cukup jelas
kegiatan:
a. pendaftaran;
b. penyiapan jaringan tubuh lain dari Pendonor; dan
c. tindakan Transplantasi jaringan tubuh lain dan pascatransplantasi
jaringan.
69. Pasal 43 Pasal 43
(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien MBO dan mati Cukup jelas
klinis/konvensional harus melakukan pendaftaran di Komite
Nasional Transplantasi melalui Bank Jaringan, setelah memenuhi
persyaratan.
(2) Setiap calon Pendonor hidup harus didaftarkan ke Bank Jaringan,
melalui rumah sakit penyelenggara.
(3) Daftar Pendonor Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilaporkan kepada Komite Nasional Transplantasi setelah dilakukan
pengambilan jaringan tubuh.
(4) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan medis.
(5) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari dokter
penanggung jawab pelayanan di rumah sakit;
b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan, atau
memberikan surat penjaminan biaya penggantian
pengambilan dan pemrosesan Jaringan, untuk calon Resipien
yang dijamin asuransi;
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi,
kontra indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Jaringan,
serta pernyataan persetujuannya; dan
d. menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Jaringan
mata dari calon Pendonor atau melakukan perjanjian khusus
dengan calon Pendonor.
70. Pasal 44 Pasal 44
(1) Bank Jaringan membuat daftar tunggu Resipien, dan melaporkan Cukup jelas
ke Komite Nasional Transplantasi secara berkala setiap bulan.
(2) Daftar tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
urutan resipien untuk memperoleh jaringan.
71. Pasal 45 Pasal 45
(1) Penyiapan Jaringan tubuh lain dari Pendonor sebagaimana Cukup jelas
dimaksud dalam Pasal 42 huruf b dilakukan oleh Bank Jaringan
sesuai standar.
(2) Pengambilan Jaringan tubuh lain dari Pendonor hidup hanya dapat
dilakukan oleh rumah sakit yang menyelenggarakan Bank Jaringan
atau rumah sakit yang bekerjasama dengan Bank Jaringan.
(3) Pengambilan Jaringan tubuh lain dari Pendonor mati batang otak
(MBO) dan Pendonor mati klinis/konvensional hanya dapat
dilakukan di rumah sakit Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
72. Pasal 46 Pasal 46
(1) Tindakan Transplantasi jaringan tubuh lain dan pascatransplantasi Cukup jelas
jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c dilakukan
oleh dokter penanggungjawab pasien di rumah sakit penyelenggara
sesuai standar.
(2) Tindakan Pascatransplantasi jaringan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan terhadap Resipien melalui monitoring dan
evaluasi.
73. Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban
74. Pasal 47 Pasal 47
(1) Setiap Resipien pada Transplantasi Jaringan berhak: Cukup jelas
a. mengetahui informasi medis yang terkait dengan
Transplantasi Jaringan;
b. mengetahui urutan daftar tunggu calon Resipien untuk
memperoleh Jaringan; dan
c. menolak memperoleh Jaringan dengan alasan yang dapat
diterima.
(2) Setiap Resipien pada Transplantasi Jaringan berkewajiban:
a. mengikuti prosedur pelaksanaan Transplantasi Jaringan;
b. membayar seluruh biaya penyelenggaraan Transplantasi
Jaringan, baik secara mandiri atau melalui asuransi
penjaminnya; dan
c. mengganti biaya pemrosesan dan biaya pengembangan
Jaringan.
75. Bagian Kelima
Pendanaan
76. Pasal 48 Pasal 48
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan Ayat (1)
bantuan pendanaan pengembangan Bank Jaringan dan Bank Mata. Cukup jelas
(2) Bank Jaringan dan Bank Mata sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (2)
(1) dapat menetapkan biaya pemrosesan dan biaya pengembangan Nilai keekonomian merupakan .... (P2JK)
Jaringan dari Resipien sesuai dengan nilai keekonomian.
(3) Pola biaya pemrosesan dan biaya pengembangan Jaringan Ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri. Cukup jelas

77. Pasal 49 Pasal 49


(1) Biaya penggantian pemrosesan jaringan di Bank Mata atau Bank Cukup jelas
Jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 meliputi
komponen biaya penyelenggaraan pelayanan transplantasi jaringan
dan komponen biaya operasional.
(2) Penetapan besaran biaya penyelenggaraan pengolahan jaringan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhitungkan
subsidi dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan kemampuan
masyarakat setempat.
78. BAB VI
SISTEM INFORMASI TRANSPLANTASI
79. Pasal 50 Pasal 50
(1) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Transplantasi Organ Cukup jelas
dan/atau Jaringan tubuh, dibentuk sistem informasi Transplantasi.
(2) Sistem informasi Transplantasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyediakan data dan informasi terkait penyelenggaraan
Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh, wadah dan sarana
komunikasi bagi masyarakat, Bank Jaringan, fasilitas pelayanan
Kesehatan penyelenggara Transplantasi Organ dan/atau jaringan
tubuh, dan Komite Transplantasi Nasional.
80. Pasal 51 Pasal 51
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara Transplantasi Organ Cukup jelas
dan/atau Jaringan tubuh harus melakukan pencatatan dan pelaporan
penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh melalui
sistem informasi Transplantasi.
81. BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
82. Pasal 52 Pasal 52
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan Cukup jelas
Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh melalui kegiatan:
a. promosi dan sosialisasi bahwa menyumbangkan Organ
dan/atau jaringan tubuh secara sukarela merupakan amal
ibadah dan tolong menolong;
b. melakukan KIE mengenai Transplantasi Organ dan/atau
jaringan tubuh; dan
c. mencegah terjadinya jual beli Organ dan/atau jaringan tubuh
manusia.
(2) mencegah terjadinya jual beli Organ dan/atau jaringan tubuh
melalui pengaduan dan pelaporan
(3) Kegiatan promosi dan sosialisasi sebagaimana dimakud pada ayat
(1) huruf a, dilakukan bersama dengan tokoh agama, tokoh
masyarakat, pendidik, pekerja sosial, penggiat pembela konsumen,
dan penggiat promosi kesehatan.
83. BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
84. Pasal 53 Pasal 53
(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan pembinaan Cukup jelas
dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini
sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenang masing-masing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota
dapat bekerjasama dengan profesi terkait.
85. BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
86. Pasal 54 Pasal 54
Rumah sakit yang telah menyelenggarakan Transplantasi Organ dan Cukup jelas
belum ditetapkan sebagai rumah sakit penyelenggara Transplantasi
Organ tetap dapat melaksanakan pelayanan Transplantasi Organ sampai
Komite Transplantasi Nasional telah melaksanakan tugas secara
operasional.
87. BAB X
KETENTUAN PENUTUP
88. Pasal 55 Pasal 55
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Cukup jelas
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
89. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai