Rancangan Rancangan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1. NOMOR ..… TAHUN ….. NOMOR ..… TAHUN …..
TENTANG TENTANG
TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH
3. MEMUTUSKAN : MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSPLANTASI Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH. TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU
JARINGAN TUBUH.
4. BAB I II. PASAL DEMI PASAL
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : Pasal 1
1. Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh adalah pemindahan Cukup Jelas
Organ dan/atau Jaringan dari Pendonor ke Resipien guna
penyembuhan dan pemulihan masalah kesehatan Resipien.
2. Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang bekerjasama untuk
melakukan fungsi tertentu dalam tubuh.
3. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan
faal/fungsi yang sama dan tertentu, yang berdasarkan kemampuan
regeneratifnya terdiri atas jaringan yang dapat pulih kembali
(regenerative tissue) dan jaringan yang tidak dapat pulih kembali
(non-regenerative tissue).
4. Pendonor adalah orang yang menyumbangkan Organ dan/atau
Jaringan tubuhnya kepada Resipien untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan Resipien.
5. Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan
tubuh Pendonor untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
6. Bank Jaringan adalah suatu badan atau lembaga yang bertujuan
untuk rekruitmen Pendonor, menyaring, mengambil, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan sel dan/atau jaringan untuk
keperluan pelayanan kesehatan yang bersifat nirlaba.
7. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
8. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
5. Pasal 2 Pasal 2
Pengaturan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh bertujuan:
a. menjamin keamanan, keselamatan, kesukarelaan, kemanfaatan, Huruf a
dan keadilan dalam pelayanan transplantasi organ, dan/atau Yang dimaksud dengan Keamanan adalah .....
jaringan tubuh bagi pendonor maupun resipien; Yang dimaksud dengan Keselamatan,
Yang dimaksud dengan Kesukarelaan,
Yang dimaksud dengan Kemanfaatan
Lihat dari UU lain
keadilan dimaksudkan agar setiap warga negara memiliki
hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan
transplantasi sesuai kebutuhannya.
b. meningkatkan donasi dan ketersedian organ dan/atau jaringan Huruf b
untuk tujuan transplantasi sebagai upaya penyembuhan penyakit, Meningkatkan donasi dimaksudkan agar kesadaran dan
pemulihan kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup; minat masyarakat untuk melakukan donasi organ
dan/atau jaringan sebagai bagian dari pelaksanaan
melakukan amal baik.
6. Pasal 2A Pasal 2A
(1) Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh dilakukan hanya Ayat (1)
untuk tujuan kemanusiaan dalam upaya penyembuhan penyakit Cukup jelas
dan pemulihan kesehatan.
(2) Organ dan/atau Jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan Ayat (2)
dalih apapun. Yang dimaksud dengan Jual beli adalah transaksi
antara Pendonor dengan Resipien yang bersifat
finansial.
Penggantian Biaya pemrosesan organ dan/atau
jaringan tidak termasuk jual beli atau
komersialisasi.
50. Paragraf 2
Pendonor dan Resipien
51. Pasal 31 Pasal 31
(1) Pendonor pada Transplantasi jaringan mata berupa Pendonor mati Cukup jelas
klinis/konvensional.
(2) Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada
saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati klinis/konvensional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pendonor hidup dapat memberikan jaringan mata
yang merupakan sisa jaringan hasil operasi, dan jaringan lain yang
sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pendonor pada Transplantasi
Jaringan.
52. Pasal 32 Pasal 32
(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi mata dapat Cukup jelas
menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari dokter
penanggungjawab pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pasien dengan:
a. indikasi medis; dan
b. tidak memiliki kontra indikasi medis,
untuk dilakukan Transplantasi mata.
53. Paragraf 3
Pelaksanaan
54. Pasal 33 Pasal 33
Transplantasi Jaringan mata dilaksanakan melalui tahapan kegiatan: Cukup jelas
a. pendaftaran;
b. penyiapan jaringan mata dari Pendonor; dan
c. tindakan Transplantasi jaringan mata dan pascatransplantasi
jaringan mata.
55. Pasal 34 Pasal 34
(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus melakukan Cukup jelas
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a di
Bank Mata, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Bank Mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjaga
kerahasiaan Pendonor.
(3) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan medis.
(9) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. memiliki keterangan dari dokter penanggung jawab pelayanan
di rumah sakit;
b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan mata,
atau memberikan surat penjaminan biaya penggantian
pengambilan dan pemrosesan Jaringan, untuk calon Resipien
yang dijamin asuransi atau lembaga penjamin lain; dan
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi,
kontra indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Jaringan,
serta pernyataan persetujuannya.
56. Pasal 35 Pasal 35
(1) Bank Mata membuat daftar tunggu Resipien, dan melaporkan ke Cukup jelas
Bank Mata Pusat secara berkala setiap bulan.
(2) Daftar tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
urutan resipien untuk memperoleh jaringan mata.
57. Pasal 36 Pasal 36
(1) Penyiapan jaringan mata dari Pendonor sebagaimana dimaksud Cukup jelas
dalam Pasal 33 huruf b dilakukan oleh Bank mata sesuai standar.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan jaringan mata, bank mata Madya
dan Bank Mata Utama dapat meminta jaringan mata kepada Bank
Mata Pusat atau Bank Mata Madya dan Bank Mata Utama lain.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
melalui bank mata pusat.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR