Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak
besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan.  Pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan
tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan
profesi lain.
Pada saat ini, contoh salah satu perkembangan dalam bidang medis adalah
transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk
penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu
yang lain. Dianggap sebagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
transplantasi organ, di satu sisi banyak membantu orang-orang yang mengalami
kegagalan fungsi organ, tetapi jika tidak diikuti dengan pemahaman bioetik yang
baik, maka akan terjadi banyak penyalahgunaan, yang tadinya bertujuan
menolong pasien, bergeser menjadi mencari keuntungan sebesar-besarnya,
dengan mengeksploitasi organ manusia.
Masalah, merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala
segi kehidupan.  Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa
masalah, namun ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh
masalahnya.
Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang bisa
jadi merupakan masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan
perbuatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang
terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud bioetik dalam keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan transplantasi organ?
3. Apa saja klasifikasi dan penyebab transplantasi organ?
4. Bagaimana transplantasi organ dilihat dari segi Etika Keperawatan?
5. Apa saja aspek hukum transplantasi organ?
6. Seperti apa contoh kasus transplantasi organ?

C. Tujuan
Tujuan penulis sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian bioetik keperawatan
2. Untuk mengetahui transplantasi organ
3. Untuk mengetahui klasifikasi dan penyebab transplantasi organ
4. Untuk mengetahui transplantasi organ dari segi etika keperawatan
5. Untuk mengetahui aspek hukum transplantasi organ
6. Untuk mengetahui kasus-kasus transplantasi organ

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioetik Keperawatan

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap


pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika.
Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat
keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua
profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi
dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan
dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak
hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.
(Nila Ismani, 2001).
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak
& Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik

3
sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik
profesi keperawatan.
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku
benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu
profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI
atau IBI.

B. Transplantasi Organ
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan, transplantasi organ
adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh. Pengertian lain
mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik.
Transplantasi menurut Dr. Robert Woworuntu dalam bukunya Kamus
Kedokteran dan Kesehatan (1993:327) berarti : Pencangkokan. Dalam Kamus
Kedokteran Dorland dijelaskan bahwa transplantasi berasal dari bahasa inggris
“transplantation” berarti penanaman jaringan yang diambil dari tubuh yang sama
atau dari individu lain.

Transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau


jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang lain atau tubuhnya sendiri.
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2010).

4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa transplantasi atau donor organ adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan
kondisi tertentu. Syarat tersebut meliputi kecocokan organ dari donor dan
resipien.

C. Klasifikasi Dan Penyebab Transplantasi Organ


 Klasifikasi Transplantasi Organ
Menurut M.F.A Woodruff menerangkan bahwa setidaknya ada tiga klasifikasi
transplantasi organ, yaitu:
1. Autotransplantasi
Tipe ini meliputi praktik-praktik transplantasi yang menggunakan
bagian-bagian tubuh atau organ dari dan pada tubuh si pasien itu sendiri.
Dalam hal ini, transplantasi kulit, tulang rawan, otot dan tulang merupakan
praktik-praktik yan sering dilakukan dalam bedah ortopedis.
2. Homotransplantasi (Allotransplantasi)
Tipe ini meliputi transplantasi organ pada spesies yang sama, seperti
sesama manusia atau sesama binatang dari spesies sama. Beberapa hasil
homotransplantasi tidak sanggup bertahan lama. Namun secara terapeutik,
homotransplantasi yang tidak tahan lama itu cukup bermanfaat karena
dapat membantu pasien dalam mengatasi krisis temporer misalnya,
transfusi darah atau transplantasi tulang yang menyediakan suatu kerangka
yang memungkinkan atau membantu proses regenerasi dalam tubuh si
pasien. Namun, tidak semua hasil homotransplantasi hancur dengan cepat.
Ada beberapa pengeculaian seperti transplantasi ginjal, hati, paru-paru dan
jantung. Transplantasi organ-organ yang termasuk kelompok avascular
(tidak terkait dengan pembuluh darah) seperti kornea mata, juga

5
merupakan pengecualian. Kesuksesan transplantasi organ semacam ini
bergantung pada kecocokan antara organ tubuh pemberi dengan penerima
donor. Karena itu, ada prosedur normal untuk menetapkan tingkat
kecocokan tersebut sebelum operasi dilakukan dalam rangka mengurangi
resiko penolakan dari tubuh si penerima.
3. Heterotransplantasi
Tipe ini merupakan transplantasi dari hewan kepada manusia atau
antara hewan satu dengan hewan lain dari spesies yang berbeda. Searah
dengan itu, eksperimen telah dimulai di inggris dengan target awal
mentransplantasikan ginjal babi pada kambing dan akhirnya pada
manusia.

Ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan:
1. Transplantasi dengan donor hidup
Pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke
bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor
hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif,
misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang
berpasangan misalnya ginjal.
2. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah (donor kadaver)
Pemindahan organ atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang
lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah
organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung,
kornea, ginjal dan pankreas.

6
 Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1.      Eksplantasi. Usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal.
2.      Implantasi. Usaha penempatkan organ atau jaringan yang telah diambil
dari tubuh donor untuk ditempatkan pada tubuh pendonor itu sendiri atau
ditenpatkan pada tubuh resipien lain.

D. Transplantasi Organ Dari Segi Keperawatan


Jika dilihat dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini sesuai pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-
prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip
otonomi merupakan bentuk menghargai seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

7
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Setiap
individu mendapatkan tindakan yang sama. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. ( John Stone, 1989 ).

E. Aspek Hukum Transplantasi Organ


Aspek hukum Transplantasi organ Pengaturan mengenai transplantasi
organ dan atau jaringan tubuh manusia telah diatur dalam hukum positif di
Indonesia. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bagi pelaku
pelanggaran baik yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dan dalam Pasal
81 ayat (1)a, Pasal 81 ayat (2)a, Pasal 80 ayat (3), dan sanksi administratif
terhadap pelaku pelanggaran yang melakukan transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh manusia yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) PP No. 81 Tahun
1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta UU No. 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang
berisi ketentuan mengenai jenis perbuatan dan sanksi pidana bagi pelaku yang
terdapat dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 13, dan
Pasal 17, dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 120.000.000, (seratus dua

8
puluhjuta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000, (enam ratus juta rupiah).
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 Pasal 64
1)      Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
2)      Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.
3)      Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjual-belikan dengan dalih
apapun.
 Pasal 65
1)      Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2)      Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
3)      Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
 Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan,
hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

9
 Pasal 67
1)      Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2)      Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman
spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 68
1)      Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh
manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
tertentu.
2)      Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan
implan obat dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
 Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau
jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pada KUHP diatur atau tercermin dalam Pasal 204, Pasal 205 dan Pasal 206
 Pasal 204
1)      Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-
bagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan
orang, padahal sifat; berhahaya itu tidak diberi tahu, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

10
2)      Jika perbuatan itu mengakihatkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun.
 Pasal 205
1)      Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan barang-
barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan
atau di bagi-bagikan tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli
atau yang memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2)      Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
3)      Barang-barang itu dapat disita.
 Pasal 206
1)      Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan bab ini,
yang bersalah dapat dilarang menjalankan pencariannya ketika melakukan
kejahatan tersebut.
2)      Dalam hal pemidahaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal
204 dan 205, hakim dapat memerintahkan supaya putusan diumumkan.

F. Contoh Kasus Transplantasi Organ


1) Ilmuwan Transplantasi Organ Babi ke Manusia
Senin, 24 Oktober 2011, 13:36 Muhammad Firman, Amal Nur Ngazis.
Dunia kesehatan Amerika Serikat melakukan sebuah revolusi dengan
merekayasa transplantasi jaringan babi secara genetik untuk mengatasi
ancaman penyakit pada manusia. Pada percobaan, jaringan dari daging babi

11
diambil secara khusus untuk membantu penderita diabetes, penyakit otak dan
kebutaan.

Namun, para ahli dari Inggris menantang penemuan tersebut dan


mengkhawatirkan aspek keamanan dari percobaan ini. Kekhawatirannya
adalah, retrovirus dapat berpindah dari babi ke manusia dan memicu sebuah
pandemik baru dan infeksi khusus seperti HIV.
Para ahli dari Institut Transplantasi Thomas Starzl, Universitas
Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka
berhasil membuat langkah besar yakni xenotransplantasi atau menggunakan
jaringan dan organ hewan untuk mengganti jaringan atau organ manusia.
Sebelum ini, pada pertengahan 1990-an, Imutran, perusahaan
bioteknologi di Cambridge, mengklaim menjadi perusahan pertama di dunia
yang sukses memindahkan hati babi ke monyet dan memungkinkan
transpalansi silang khusus.
Bagaimanapun, sistem kekebalan menjadi sebuah masalah yang
menyulitkan, melebihi harapan keamanan dan besarnya kekhawatiran akan hal
tersebut. Meski memungkinkan, masalah tetap muncul, termasuk hilangnya
sel yang ditransplantasikan, pembekuan darah dan masalah penolakan lainnya.
Tetapi kini peneliti mengklaim, rekayasa genetika babi yang dapat mengatasi
masalah ini akan segera tersedia dan membuat percobaan transplantasi hewan
ke manusia menjadi semakin ‘dekat’. Ilmuwan Amerika Serikat yang
mengabaikan kekhawatiran dari retrovirus menyatakan, tidak ada risiko besar.
Pernyataan itu ditentang oleh Robin Weiss, profesor virologi Universitas
College, London, yang juga ahli retrovirus. “Dibutuhkan monitoring yang
ketat kepada pasien untuk menjamin pasien tidak terkena sesuatu dari babi,”
ujarnya.

12
2) Pertama di Indonesia, Anak Ini Sukses Jalani Transplantasi Ginjal

Qalbinur Nawawi – Okezone Selasa, 16 April 2013 20:23 WIB.


CLIFF Yehezkiel Mambo, begitu nama lengkap anak lelaki ini,
akhirnya tersenyum bahagia. Setelah lama bibir itu menahan sakit akibat
penyakit gagal ginjal kronis stadium lima, derita itu pun akhirnya sirna usai
menjalani operasi transplantasi ginjal. Hal ini seperti dijelaskan oleh
ibundanya Serli Katili dan James Mambo. Ini adalah anugerah yang luar biasa
Cliff bisa sembuh setelah cuci darah selama tiga tahun sambil menahan rasa
sakit.
“Awal diagnosis Cliff, kami sangat terpukul dan tidak menerima
kondisi ini. Apalagi saat mendengar ginjal dari Cliff tinggal 25 persen.
Hingga kami langsung memutuskan pergi ke salah satu daerah bagian
Malaysia memastikan diagnosanya. Kami melakukan ini karena kasus yang
terjadi pada Cliff jarang terjadi di Indonesia,” kata Serli Katili Ibunda Cliff F.
Mambo dalam acara yang bertemakan Sukses Transplantasi Ginjal Anak
Pertama di Indonesia Lt. 6 auditorium RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Pusat, Senin, 15 April 2013.
Diceritakannya, setelah berbagai kendala dan pertimbangan akhirnya
mereka memutusukan pindah ke Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM.
Alasannya, karena mengetahui pihak rumah sakit menyanggupi operasi
transplantasi ginjal pada anak-anak. Meskipun, operasi ini sangat berisiko
mengingat operasi transplantasi ginjal pada anak ialah pertama kali di
Indonesia, namun mereka tetap optimis menempuh cara tersebut.
Ia mengisahkan bahwa kesulitan mencari donor ginjal yang pas selama
dua tahun lebih juga menjadi kendala yang dilaluinya. Meski demikian, ia tak
gentar berjuang untuk anaknya. Baginya, ini bukan tentang lama

13
menunggunya, tapi tidak kuatnya mendengar keluhan anaknya kian hari
mendorong dirinya mencari pengobatan terbaik. Makanya saat mendapatkan
donor yang pas mereka sangat senang sekali. Hingga akhirnya, operasi pada
13 maret 2013 dilakukan membuat kesehatan anaknya membaik.
“Kami sangat berterima kasih kepada pihak RSCM, khususnya tim
dokter yang telah mengembalikan kesehatan dan keceriaan anak kami.
Keluhan yang ia rasakan perlahan hilang, apalagi melihat Cliff bisa makan
apa saja sekarang. Cliff senang sekali,” tutupnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bioetik adalah etika yang menyangkut kehidupan dalam lingkungan
tertentu atau etika yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Bioetika selain
membicarakan bidang medis, membahas pula beberapa permasalahan etik yang
langsung berkaitan dengan praktek keperawatan.
Transplantasi atau donor organ adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri
atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
meliputi kecocokan organ dari donor dan resipien.

B. Saran
Isu bioetik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan hal yang langka,
yang bisa didapatkan oleh calon perawat sekalipun. Dengan mempelajari secara
rinci, dan dengan mengetahui hal yang dapat ditimbulkannya, kita akan
diingatkan betapa kejinya perbuatan melanggar itu. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mimin, suhaemin.2003.Etika Keperawatan dalam Praktik


Keperawatan.Jakarta:EGC.
Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta. Widya Medika
Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta.
UU No. 21 Tahun 2007.2007.Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang. Bandung :Fokusmedia

16

Anda mungkin juga menyukai