Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah issue muncul sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang
di lakukan, atau diusulkan untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak yang dapat
menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau
kriminal, atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legistalif atau
perundangan. Sedangkan, etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat
dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, benar atau salah dan
pernyataan itu baik atau buruk. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika adalah penerapan dari proses dan
teori filsafat moral pada situasi nyata
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang
kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu
teknlogi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan
organ dari individu yang lain, yang bertujuan untuk kesembuhan dari suatu penyakit.
Transplantasi organ di Indonesia adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia. Sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplanTasi adalah pemindahan
seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari tempat ke
tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplansi di tujukan untuk menggantikan
organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Isu Etik dalam Keperawatan dan Transplantasi Keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian isu etik
b. Mengatahui sejarah transplantasi organ
c. Untuk mengetahui definisi tranplantasi organ
d. Untuk mengatahui dan memahami klarifikasi transplantasi organ
e. Untuk mengetahui terminologi dalam transplantasi
f. Untuk mengetahui keberhasilan trasnplantasi organ
g. Untuk mengetahi hambatantranplantasi organ
h. Untuk mengatahui akibat tranplantasi organ
1
i. Untuk mengetahui penyebab transplantasi organ
j. Untuk mengetahui transplantasi organ dalam agama
k. Untuk menegetahui transplantasi organ dari segi hukum
l. Untuk mengetahui transplantasi organ dari segi etika keperawatan
m. Untuk mengetahui transplantasi organ dalam norma masyarakat
n. Mengetahui metode transplantasi organ
o. Mengatahui kategori transplantasi organ
p. Menjelaskan bagiamana transplantasi organ dari segi keperawatan

1.3 Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami Isu Etik dan Transplantasi Organ
b. Mahasiswa mampu menerapkan Isu Etik dan Transplantasi Organ

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Isu Etik dalam Keperawatan

2.1.1 Pengertian Isu Etik


Menurut pakar Amerika Serikat, Hainsworth dan Meng, sebuah issue muncul
sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang di lakukan, atau diusulkan
untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi
dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal, atau dapat
menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legistalif atau perundangan.
Chase dan Jones menggambarkan issue sebagai sebuah masalah yang belum
terpecahakan yang siap diambil keputusannya. Sementara menurut Heath & Nelson
(1986) mendefinisikan issue sebagai suatu pernyataan tentang fakta, nilai atau
kebijakan yang dapat diperdebatkan. Isu menurut Kamus Besar Indonesia adalah
masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dan sebagainya). Isu adalah masalah
pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu
benar, serta membutuhkan pembuktian dan topik yang menarik untuk didiskusikan
dan sesuatu yang memungkinkan orang untuk mengemukakan pendapat yang
bervariasi.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, benar atau salah dan pernyataan itu bauik
atau buruk. Etika (Yunani Kuno: “ethikos” , berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika
berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir
dantindakannya didasari nilai-nilai (Wahyuningsih, 2006). Etika adalah suatu cabang
ilmu filsafat. Maka di dalam literatur, dinamakan juga filsafat moral, yaitu
suatusistem prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk.Secara
sederhanadapat dikatakan bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari tentang baik
atauburuk sikap tindakan manusia (Sofyan, dkk (Peny.), 2006). Etika berarti
ilmutentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan

3
(Bertens,2004). Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral
kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang
membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh
nilai-nilai yang dianutnya (Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK, 2003).

2.2 Transplantasi Organ

2.2.1 Sejarah Transplantasi Organ

Pada sejarah perkembangan bedah cangkok telah diatasi 2 rintangan yaiti


rintangan teknik dan rintangan penolakan.salah satunya transplantasi organ
Transplantasi organ merupakan suatu teknik medis yang dimana untuk menggantikan
organ tubuh pasien yang tidak berfungsi lagi dengan organ manisia yang masih
berfungsi. Teknik transplantasi organ dirintis oleh carrel yang melakukan implantasi
ginjal anjing pada tahun 1896,kejadian inilah yang menjadi titik awal perkembangan
translantasi dan yang lainnya. Cangkok organ dimulai dengan pengalaman ahli bedah
memindahkan kulit seorang penderita luka dari bakar bagian tubuh yang utuh ke bagian
yang luka,sekitar tahun 1920an.

Pada tahun 1950, lawler di Chicago melakukan transplantasi ginjal yang


pertama pada manusia yang disusul oleh beberapa operasi cangkok di pisat lain. Operasi
secara umum berhasil baik, tetapi cangkokan hanya bertahan beberapa waktu saja.
Akhirnya tahun 1954 Murray di boston berhasil melakukan transplantasi ginjal dengan
donor saudara kembar monozigot dan cangkokan itu dapat berfungsi lama.

Pengalaman yang didapatkan dari transplantasi ginjal ini selanjutnya


dikembangkan untuk tranplantasi berbagai organ seperti jantung, heper, paru, dan
prankreas. Untuk mengatasi kekurangan organ calon cangkokan, maka dikembangkan
metode transplantasi organ dari jenazah mati-otak, upaya ini dikoordinasikan dengan
baik di antara pusat tranplanrasi,dan bahkan antarnegara.

2.2.2 Definisi Tranplantasi Organ


Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.

4
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki
daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak
berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan
hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan
menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya
sendiri. Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal,
jantung, dan mata. namun dalma perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun
dapat ditransplantasikan untuk membantu ornag yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia
yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi
organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi
adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Jika dilihat
dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai ‘life
saving’. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi diharapkan
bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang
dideritanya.
2.2.3 Klasifikasi Transplantasi Organ
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi
Dilakukan kepada individu yang sama,sering disebut juga transplantasi
autolog.organ yang dapat mengalami Autotransplantasi umumnya kulit, ginjal,
prankreas, tulang, limpa dan darah. Dalam praktek, Autotransplantasi
digunakan dalam penanganan rudapaksa.
2. Isotransplantasi
Disebut juga dengan isolog atau “syngne” yaitu Transplantasi antara dua
individu yang genetiknya sama. Pada manusia cangkokan dapat dilakukan
setiap organ pada saudara kembar.
3. Alotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan organ dari tubuh ke tubuh lain yang tidak ada
hubungan keluarga ,Pada manusia disebut homotransplantasi atau transplantasi
5
alogen. Organ yang dapat dicangkok dengan cara ini ialah setiap organ
jaringan dengan syarat ada persamaan sistem HLA dan ABO pada kedua
individu .
4. Xenotranspalntasi
Pemindahan suatu organ atau jaringan dari spesies yang bukan manusia ke
tubuh manusia.misalnya dari hewan kemanusia. Pencangkokan ini dapat
dilakukan di setiap organ, tetapi ini dalam tahap eksperimental karena masalah
penolakan belum diatasi.
2.2.4 Terminologi dalam Transplantasi
1. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-
identik anggota genetis yang sama spesies. Sebagian besar jaringan manusia
dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara
organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi
organ sebagai benda asing dan berusaha untuk menghancurkannya,
menyebabkan penolakan transplantasi.
2. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang
ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti
kembar identik). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena
sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka tidak
memicu respon kekebalan.
3. Xenograft dan Xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah
contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses.
Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi
Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas pulau jaringan atau) jaringan.
4. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara
dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya
sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan
lebih berhasil.

6
5. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena
kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis
untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai
jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang
membutuhkan transplantasi jantung. (parsudi,2007).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan
tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ
tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa
mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ
yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-
organ yang berpasangan misalnya ginjal.
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ
atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis
organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan
untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
2.2.5 Keberhasilan Transplantasi Organ
Biasanya keberhasilan transplantasi dalam berbagai organ saat ini dapat dilihat

Ginjal Ginjal Heper jantung Jantung&


kerabat jenazah paru
Keberlangsungan hidup
penderita :
1 tahun 98 % 96 % 65 % 80 % 65 %
5 tahun 90% 80 % 50 % 60 % 30 %
Keberlangsungan hidup
cangkok :
1 tahun 92 % 84 % s.d.a s.d.a s.d.a
5 tahun 8% 65 % s.da s.da s.da

7
Jaringan untuk transplantasi umumnya dapat disimpan, sedangkan organ harus
dicangkokkan dalam waktu tertentu yang singkat antaara ( 6- 8 jam ). Segera setelah
dikeluarkan dari donor organ tersebut harus didinginkan melalui perfusi dan disimpan
di es untuk menekan metabolisme.

2.2.6 Hambatan dalam transplantasi organ


Respon kekebalan resipien terhadap antigen histokompatibilitas yaitu
penyebab utama kegagalan transplantasi cangkok seperti jentung, hepar, ginjal, jantung-
paru, paru atau prankreas yang sangat ditentukan oleh teknik masing-masing organ.
2.2.7 Akibat transplantasi organ
1. Pre-Transplantasi
a. persiapan dan evaluasi
Persiapan dan evaluasi sangat penting pada pasien yang akan
menjalankan transplantasi organ, sel tertentu memiliki prodesur
sendiri- sendiri yang akan dijelas kan prosedurnya .
b. pencarian donor yang sesuai
Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi
beratnya penolakan dari tubuh resipen terhadap organ yang di
donorkan.
2. Pasca operasi
a. kemungkinan terjadi reaksi penolakan pada tubuh resipen
reaksi yang muncul lebih lambat merupakan reaksi imunitas
humoral yaitu akibat pembentukan antibodi. reaksi ini terjadi melalui
oemicuan sel B. Persiapan transplantasi organ biasa nya di tunjukkan
juga pada pada usaha untuk mencari kesamaan HLA antara si donor
dan resipen.
Hebatnya reaksi penolakan juga tergantung dari kecocokan
MHC donor dan MHC penerima,makin besar perbedaan nya makin
hebat reaksinya.kecocokan antara jaringan donor dan penerima di
periksa secara serologic dan atau menggunakan antibody monoklanal.
Pada autotransplantasi dan transplantasi syngene,cangkokan
dapat diterina dan jaringan terjadi rwaksi penolakan Karena antigen
yang dimiliki identic. Pada alotransplantasi penolakan akut terjadi pada
hari ke-7 – hari ke 12 dan merupakan respons imun seluler sehingga
8
dapat dihambat dengan imunosupresan.pada transplantasi xenogeny
akan terjadi reaksi penolakan hiper akut beberapa menit sampai 48 jam
setelah cangkokan. Sehingga penolakan dapat juga terjadi sebelum
pembentukan antibody-HLA dan antibodi aspesifik pada tubu
penerima akibat adanya infeksi, transfuse darah, kehamilan, atau tran
splantasi terdahulu.penenolakan yang terjadi berupa reaksi sitolitik.
b. Kematian
Akibat penekanan anti penolakan maka menyebabkan
kekebalan tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam
tubuh sehingga dapat menimbulkan komplikasi hingga kematian.

2.2.8 Penyebab Transplantasi Organ


Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal.
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang
keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang
hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis,
untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006).
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan
atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak
jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah
tidak dapat berfungsi lagi.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari
donor yang hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal
sendiri didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari
donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (tranfusi darah).
Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah : jantung, hati, ginjal, kornea,
pancreas, paru-paru dan sel otak.

9
2.2.9 Transplantasi Organ dari Segi Agama
1. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai
transplantasi organ dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor.
Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya
mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang
membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi
mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor,
seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak
diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :
1) surat Al – Baqorah ayat 195
” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan ”
2) An – Nisa ayat 29
” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”
3) Al – Maidah ayat 2
” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal
Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah
meninggal, kita harus mendapatkan kejelasan hukum transplantasi
organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus kita
tahu, yaitu :
1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin
menyumbangkan organnya setelah dia meninggal. Bisa
dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu
donor atau yang lainnya.
2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum
memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang
menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka
persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga

10
penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat
keputusan atas penyumbang.
3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah
organ atau jaringan yang ditentukan dapat menyelamatkan atau
mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.
4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah
dipastikan secara prosedur medis bahwa si penyumbang organ
telah meninggal dunia.
5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban
kecelakaan lalu lintas yang identitasnya tidak diketahui tapi hal
itu harus dilakukan dengan seizin hakim.

Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu
organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang
lain yang membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan
terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai
kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah
telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana
pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa
menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan
dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan
tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka
beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits-hadits
di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana
orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama
dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup.

2. Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen


Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh,
selama niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama
untuk membantu kelangsungan hidup suatu nyawa (nyawa orang yang
11
membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan untuk mendapatkan
imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi
bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat
kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita
sudah mati kita tidak membutuhkan organ tubuh jasmani kita.
3. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik
Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun
jantung kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati
artinya bukan mati secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma,
vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu kalau kita dalam keadaan
hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain dengan
menjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti
donor darah, sum-sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat
nadi, tulang maka kita dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan menjadi
donor mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa
hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib
untuk dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis
bukan mati sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-
benar mati untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi
kebutuhan medis dalam pengambilan organ.
4. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha
Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang
baru. Oleh karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada
kehidupan yang lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan
yang sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu
tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap dan normal. Ia
yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan mata
normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu bentuk kamma
baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang
berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang
ia miliki dalam kehidupan saat ini.

12
5. Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu
Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan
dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar
dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan,
jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia
yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu
pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud
mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih bersifat logis dijumpai
dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha
wihaya nawani grihnati naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani
samyati nawani dehi” Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian
baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang Roh menerima badan-badan
jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tiada
berguna.
Ajaran Hindu tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk
melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus
ikhlas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat
manusia. Demikian pandangan agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh
sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusia
Yajna.

2.2.10 Transplantasi Organ dari Segi Hukum


Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah
Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh kesembuhan dengan
pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan :
Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.

13
Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah
Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan
Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan
transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor
dan ahli waris atau keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18
tahun 1981, tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut
adalah :
1. Pasal 1
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk
oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)
yang sama dan tertentu.
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik.
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada
orang lain untuk keperluan kesehatan.
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah
berhenti.
14
2. Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan
Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat
setelah penderita meninggal dunia.
3. Pasal 11
a. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang ditunjuk oleh mentri kesehatan.
b. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
4. Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut
medic dengan dokter yang melakukan transplantasi.
5. Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai
dengan dua orang saksi.
6. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan
pernyataan tertulis keluarga terdekat.
7. Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia
diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu
diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat
operasi, akibat-akibat dan kemungkinan yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya
harus yakin benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya
arti dari pemberitahuan tersebut.
8. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
9. Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

15
10. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negri

2.1.11 Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan
teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien
dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,
tidak etis dan illegal ”. Seorang perawat dalam menjalankan profesinya juga
diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan
dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah
seseoranhg melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya
adalah keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)

16
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.

17
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang
matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun
resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-
nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak
akan begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya
dengan motivasi komersiil.

2.2.12 Transplantasi Organ dari Segi Norma Masyarakat


Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor
hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana
lain, dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral
dalam transplatasi adalah :
1. Donor Hidup

Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain


(resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui
dan mengerti resiko yang dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko
untuk pembedahannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, seseorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus sudah difikirkan olehdonor
hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
2. Jenazah dan Donor Mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang
memerlukan apabila ia telah meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan
meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh
mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya
tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah
melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ
yang akan ditransplantasikan.

18
3. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk


menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun
tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resipien sebenarnya hanya
dituntut suatu pengargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah
baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas
kedua belah pihak.
4. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya,
seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat
memperpanjang hidup atau meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar-
benar mengerti semua hal yang dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui
tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan
resipien. Akan tetapi, is harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada
keungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi
berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di
masa yang akan datang.
5. Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat
persetujuan dari donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib
menerangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi
sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan.
Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim
pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan
pribadi.
6. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan
transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka
masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih
memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian
ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan
terpenuhi.

19
2.2.13 Teknik transplantasi
Secara teknik bedah, transplantasi suatu organ dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Ortopik
yaitu bila organ yang dicangkokkan dipasang pada tempat organ yang aslinya,
sementara organ yang aslinya yang rusak diambil terlebih dahulu, Pada umumnya
transplantasi di lakukan ortopik.
2. Heterotopic
Yaitu pencangkokan pada tempat lain, sementara organ yang rusak tidak di
keluarka, transplantasi sumsum tulang dapat dianggap transplatansi heterotopik

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus

Tak ada kisah yang lebih mengharukan selain seseorang rela mendonorkan bagian
tubuhnya untuk orang yang dicintainya. Seperti bocah laki-laki usia empat tahun mau
mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk kedua adik kembarnya. Bocah hebat ini
bernama Michael, putra kedua dari ibu asal Pennsylvania, Robin Pownall. “saya memiliki
dua anak laki-laki yang lebih tua, Dominick (9) dan Michael (4). Musim semi lalu saya hamil
anak kembar dan seharusnya lahir dibulan desember. Kami senang tapi khawatir pada
Santino dan Giovanni karena lahir premature pada 14 oktober 2017, di usia kehamilan 33
minggu. Mereka menghabiskan waktu berminggu-minggu di NICU,” kata Robin dari Love
What Matters.

Setelah beberapa waktu dirawat di RS, si kembar dibolehkan pulang. Namun, ketika 10
hari dirumah, Santino dan Giovanni dinyatakan positif mengalami Chronic Granulomatous
Disease (CGD). Ini merupakan kelainan kekebalan tubuh langka yang memengaruhi sebagian
system kekebalan tubuh. Kondisi ini membuat si kembar tidak mampu melawan infeksi
tertentu. Santino dirawat di Children’s Hospital of Philadelphia (CHOP) karena infeksi luka.
Satu-satunya cara untuk kembali normal dan sehat adalah melalui transplantasi.

“Putra tertua kami Dominick, yang sekarang berusia 9 tahun memiliki penyakit
granulomatosa kronik juga dan sekarang dianggap sembuh setelah transplantasi sel induk
yang dia terima di rumah sakit ini, delapan tahun lau. Lalu, anak tengah kami, Michael yang
baru berusia 4 tahun ternyata dinyatakan cocok untuk transplantasi sumsum tulang belakang
pada kedua saudara kembarnya,” tutur Robin. Robin memberi tahu Michael bahwa dia adalah
saru-satunya jalan bagi adik-adiknya. Robin pun bertanya apakah Michael mau membantu
meyelamatkan nyawa adik kembarnya. Tak ragu, Michael bilang kalau dia sangat bersedia
untuk menyumbang sumsum tulang belakangnya.

“Saya menjelaskan keseluruhan proses pada Michael, bagaimana hal itu bisa
menyakitkan, dan bahwa dia akan mendapatkan jarum yang cukup besar. Dia berkata,
“apakah akan menyelamatkan adik-adik? Saya berkata. “ya” dan dia berkata “baiklah, saya
akan melakukannya”, ujar Robin. Awalnya Michael takut seperti orang lain, tapi
keberaniannya jauh melebihi anak-anak berusia 4 tahun pada umumnya. Saat ini sikembar,

21
dirawat dirumah sakit anak Philadelphia. Santino dan Giovanni menjalani kemoterapi dan
akan menerima transplantasi dari kakak superhero mereka, Michael, pada 8 maret 2018
mendatang. "Saya sangat takut dan gugup untuk anak laki-laki saya, tapi ketika saya tahu
segalanya akan baik-baik saja,” tutup Robin.

3.2 Pembahasan Kasus

Pada kasus diatas, si kembar dan kakaknya akan melakukan tindakan sesuai dengan
pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan, yaitu “transplantasi organ adalah rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan
atau jaringan tubuh.” Ditinjau dari sudut si penerima, Klasifikasi Transplantasi pada kasus ini
termasuk pada Autotransplantasi karena organ yang dilakukan transplantasi adalah sum-sum
tulang belakang ,karena mereka merupakan saudara kandung.

Dintinjau dari sisi terminology proses transplantasi Allograft adalah suatu transplantasi
organ atau jaringan antara dua non-identik anggota genetis yang sama spesies. Sebagian besar
jaringan manusia dan organ transplantasi yang karena mereka bukan kembar yang identik.

Jika ditinjau dari sudut penyumbang, maka transplantasi ini merupakan transplantasi
dengan donor hidup, karena transplantasi sumsum tulang tidak mengancam kesehatan si
pendonor. Pada kasus tersebut sang ibu dari anak tersebut telah melakukan suatu tindakan
yaitu Pre-Transplantasi dimana sang ibu menpersiapkan dan mengevaluasi anaknya yang
akan mendonorkan sumsum tulang belakangnya kepada sikembar dengan menjelaskan apa
yang akan terjadi ketika Michael melakukan proses tersebut, dimana hal itu bisa menyakitkan
tubuhnya, tetapi Michael tetap setuju dengan tindakan yang akan dilakukannya. Lalu ibunya
juga telah mencari donor yang sesuai untuk sikembar yaitu kakaknya dimana sang dokter
telah memberitahukan bahwa Michael cocok untuk transplantasi sumsum tulang belakang
kepada kedua saudara kembarnya.

Selanjutnya komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi yang akan


dilakukan oleh sang dokter kepada Michael yaitu eksplantasi dan implantasi, dan selanjutnya
salah satu tindakan yang bisa menunjang keberhasilan tindakan transplantasi sudah dilakukan
oleh Michael yaitu adaptasi donasi, dimana Michael merasa siap, berani melakukan tindakan
tersebut dan yakin bahwa dia benar-benar ingin melakukan transplantasi tersebut demi
kesembuhan adik-adiknya. Lalu adaptasi resepien ini tergantung kepada bagaimana

22
kemampuan kedua saudara kembarnya tersebut menerima atau menolak sumsum tulang
belakang dari Michael .

Kasus tersebut merupakan transplantasi organ yang masih hidup, jika ditinjau dari
segi agama islam kasus tersebut tidak bertentangan dengan ajaran islam, dimana dijelaskan
dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu,
seperti ginjal. Terdapat di dalam surat:

1. An-Nisa ayat 29
” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”.
2. Al-Maidah ayat 2
” dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Surat An-Nisa ayat 29 tersebut sebagai acuan dimana transplantasi sumsum tulang
belakang ini tidak mengakibatkan terganggunya kesehatan si pendonor jadi tidak membunuh
dirinya sendiri(pendonor), dan surat Al-Maidah ayat 2 menjelaskan untuk tidak tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dikasus tersebut Michael tidak berbuat dosa
dan pelanggaran karena dia tidak mendonorkan organ tunggalnya seperti jantung yang bisa
mengakibatkannya kematian, maka disimpulkan bahwa transplantasi sumsum tulang
belakang ini diperbolehkan menurut agama.
Ditinjau dari segi hukum, tindakan tersebut tidak melanggar hukum karena ini sesuai
dengan pasal 32 ayat 1 dimana tindakan transplantasi tersebut memiliki tujuan yang baik
yaitu demi kesembuhan suatu penyakit yang diderita oleh sikembar adik dari Michael
(pendonor). Dan juga tidak melanggar pasal 34 ayat 3 dimana tindakan tersebut akan
dilakukan dirumah sakit oleh tenaga medis dan dapat dipertanggungjawabkan. Ditinjau dari
peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981 yaitu pasal 17 yang bunyinya ”Dilarang memperjual-
belikan alat atau jaringan tubuh manusia.” Pada kasus tersebut keluarga tidak memperjual-
belikan alat atau jaringan tubuh manusia karena yang menjadi pendonor si kembar itu adalah
kakak kandungnya sendiri tanpa membutuhkan dana untuk membelinya.
Ditinjau dari segi etika keperawatan seorang perawat tersebut harus tetap menjalankan
profesinya dengan baik dengan cara mempraktikan prinsip-prinsip etik terhadap Michael
seperti berbuat baik kepada Michael dan adik kembarnya dengan memberikan motivasi
ataupun edukasi kepada mereka sebelum melakukan transplantasi sumsum tulang belakang
tersebut. Dan ditinjau dari segi norma masyarakat michale (donor hidup) tersebut tidak akan

23
mengaalami tekanan psikologis karena dai sendiri yang mau membantu adik-adiknya dengan
cara transplantasi sumsum tulang belakang.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan
atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si
penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika dilihat dari si penerima
organ meliputi autotransplantasi, homotransplantasi, heterotransplantasi, autograft, allograft,
isograft, xenograft dan xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino.
Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan
donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan
transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan,
rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang
telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis
(contoh: bibir sumbing).
Dalam agama Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh dilakukan dengan
alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan menolong nyawa
seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut. Sedangkan dalam agama
islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih dahulu dari mana organ yang
akan ditransplantasikan tersebut berasal atau dilihat dari sumber organ. Dalam hukum,
transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan
secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi etika
keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi (Autonomy), Tidak
merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice), Kejujuran
(Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan. Dari segi
masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat persetujuan dari
anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain transplantasi organ di kalangan
masyarakat belum begitu dipahami secara menyeluruh sehingga masih menimbulkan

25
beberapa pertanyaan tentang transplantasi.

4.2 Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan
transplantasi organ, pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari donor hidup
ataukah dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya
penyembuhan lain sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif pengobatan.
Oleh karena itu,sangatlah penting bagi mahasiswa kesehatan untuk mengetahui dan
memahami tentang transplantasi organ. Dengan demikian,diharapkan makalah ini mampu
untuk membantu para mahasiswa untuk memahami transplantasi organ dengan baik dan lebih
jelas lagi. Kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca supaya makalah ini
lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat,R dan Jong,W.D.(1997).Buku Ahar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC


Potter,P.A & Perry,A.G.(2010).Fundamental Keperawatan. Singapore : Elevesier
Morton,P.A,dll.(2008).Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC

27

Anda mungkin juga menyukai