Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan berkembang

dengan sangat pesat.Hal ini karena adanya pandangan bahwa setiap penyakit

ada obatnya.Terdapat beberapa penyakit yang dapat diobati hanya dengan

memberikan obat yang sederhana, tetapi ada juga penyakit yang memerlukan

pengobatan yang relative rumit seperti transplantasi organ.

Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian

organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu lain.

Transplantasi sendiri pertama kali dilakukan berupa transplantasi ginjal dari

donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, sejak kesuksesan

transplantasi pada saat itu, perkembangan dibidang transplantasi maju dengan

pesat.Permintaan untuk transplantasi maju dengan pesat bahkan melebihi

ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di cina, pada tahun 1999 tercatat

hanya 24 transplantasi hati, tahun 2000 meningkat menjadi 78, dan pada tahun

2003 angkanya meningkat menjadi 356. Jumlah tersebut meningkat pesat pada

tahun 2004 yaitu 507 transplantasi.Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi

organ dengan penerima hampir terjadi diseluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, transplantasi yang lazim dikerjakan adalah

pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke

manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah


pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ketubuh yang lain atau

dari satu tempat ketempat yang lain ditubuh yang sama. Transplantasi ini

ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima.

Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ muncul

berbagai masalah.Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan

transplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang

mungkin timbul akibat transplantasi.Selain itu juga beresiko disalahgunakan dan

menimbulkan sengketa sehingga untuk pelaksanaannya dirasakan memerlukan

pengaturan bukan hanya dari segi etika tetapi juga hukum.

B. Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memaparkan issue dan

legalitas dari transplantasi dalam bidang kesehatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asal Mula Transplantasi Organ

Transplantasi organ atau penggantian organ yang mengalami kerusakan

bukanlah inovasi yang ditemukan pada abad modern. Jeff E Zhorne mengatakan

bahwa sejak awal abad ke-8, para ahli bedah hindu telah melakukan transplantasi

kulit untuk mengganti hidung yang hilang karena penyakit sifilis, perang fisik atau

hukuman atas suatu kejahatan (Fadl Abul, 2007)

Dalam literature hadis Nabi juga dituturkan suatu peristiwa ufrajah, salah

seorang sahabat Nabi yang kehilangan hidung dalam sebuah pertempuran dan

menggantinya dengan hidung palsu dari perak namunselang beberapa waktu

hidung perak tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga ia kemudian

meminta nasihat Nabi SAW. Nabi kemudian menganjurkan agar ia mengganti

hidungnya dengan hidung palsu lain dari emas. Namun transplantasi dari organ

tubuh dari spesies yang sama belum pernah terjadi sampai pada tahun 1913, yaitu

ketika Dr. Alexis carrel yang merupakan seorang ahli bedah dari Prancis berhasil

melakukan transplantasi ginjal pada binatang yakni sebuah kucing. Kemudian pada

awal tahun 1950 an, transplantasi jantung juga berhasil dilakukan namun

transplantasi tersebut masih pada hewan yakni anjing. (fadl Abul, 2007)

Dalam upaya melakukan transplantasi pada manusia pertama, sebuah tim

ahli bedah yang dipimpin oleh Prof. Christiaan Barnard melakukan sebuah beberapa

transplantasi kepada beberapa anjing dan juga melakukan transplantasi ginjal pada
seorang wanita yang hanya diberi identitas sebagai Ny. Black. Kemudian pada

tanggal 3 Desember 1967 Barnard beserta tim ahli bedahnya berhasil melakukan

transplantasi jantung dari seorang wanita bernama Denise Darval berumur 24 tahun

yang dinyatakan mati batang otak akibat kecelakaan lalu lintas kepada seorang

wanita bernama Louis Washkankay yang berumur 54 tahun, namun washkankay

hanya mampu bertahan selama 18 hari kemudian meninggal karena infeksi paru-

paru yang mengakibatkan kurang suplai oksigen yang masuk ke jantung barunya.

Sebulan kemudian yaitu pada tanggal 02 Januari 1968, Barnard kembali melakukan

transplantasi jantung dan kali ini penerima jantung tersebut adalah seorang dokter

gigi dari Cape Town bernama Dr. Philip Blaiberg yang akhirnya keluar dari rumah

sakit dengan keadaan sehat dan menjalani hidup seperti sediakala. (Fadl Abul,

2007)

B. Transplantasi Organ

Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan

suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada

tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.

Syarat tersebut meliputii kecocokan organ dari donor dan resipien.

Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki

daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak

berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan

harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang

yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari

tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital


seperti ginjal, jantung, dan mata.namun dalam perkembangannya organ-organ

tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat

memerlukannya.

Pemindahan organ dari donor ke resipien bukan masalah yang sederhana

banyak factor yang harus dipertimbangkan, misalnya medikal transplantasi, dimana

donasi organ atau jaringan memerlukan terapi transplantasi, meliputi persiapan

resipien sebelum transplantasi, saat operasi dan sesudah transplantasi. Sering

terjadinya penolakan transplantasi, yaitu organ atau jaringan donor tidak diterima

oleh tubuh resipien.Hal ini merupakan tantangan dan masalah yang kompleks bagi

dunia kedokteran.Untuk mengatasi penolakan dari resipien diatasi dengan obat

immunosuppressant, obat yang menghambat aktivitas sistem imun.Penggunaan

obat ini mengambil resiko tinggi, karena dengan tidak aktifnya sistem imun, resepien

menjadi rentan terhadap infeki dan penyebaran sel-sel malignant. Efek samping lain

adalah menyebabkan hipertensi, dislipidemia, hiperglikemik, peptic ulcer, liver dan

kerusakan ginjal. Obat ini pun biasanya berinteraksi dengan obat lain dan akan

mempengaruhi aktivitas metabolisme resipien.Transplantasi dapat dikelompokan

menjadi:

a. Autotransplantasi

Autotransplantasi merupakan proses pemindahan suatu jaringan atau

organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.

b. Homotransplantasi

Homotransplantasi merupakan proses pemindahan suatu jaringan atau

organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.


c. Heterotransplantasi

Heterotransplantasi merupakan suatu proses pemindahan organ atau

jaringan dari satu spesies ke spesies lain.

Beberapa penelitian terkait transplantasi yang pernah dilakukan adalah :

a. Kelayakan transplantasi untuk pasien dengan gangguan afektif dan psikotik:

tinjauan terhadap praktik.

Dalam penelitian tersebut membahas tentang transplantasi dimana isi dari

penelitian tersebut adalah :Kelangkaan organ manusia mengharuskan komunitas

transplantasi membuat keputusan alokasi yang sulit. Proses ini dimulai di pusat

medis, di mana tim transplantasi memutuskan pasien mana yang akan

ditempatkan pada daftar tunggu transplantasi. Setiap pusat transplantasi

menggunakan kriteria daftar sendiri untuk menentukan apakah pasien memenuhi

syarat untuk transplantasi. Kriteria ini secara historis telah mempertimbangkan

gangguan afektif dan psikotik yang sudah ada sebelumnya menjadi

kontraindikasi relatif atau absolut terhadap transplantasi. Sementara sikap di

lapangan tampak bergerak menjauh dari praktik ini, tidak ada data untuk

memastikan bahwa kriteria kelayakan telah berubah.(Cahn-Fuller & Parent,

2017)

Tidak ada pedoman nasional yang merinci cara di mana gangguan afektif

dan psikotik harus mempengaruhi kelayakan transplantasi. Pusat transplantasi

individu dengan demikian membentuk kriteria kelayakan transplantasi mereka

sendiri, yang menghasilkan variabilitas antar institusi yang signifikan. Data dari

tahun 1990an menunjukkan bahwa sebagian besar program transplantasi


mempertimbangkan penyakit kejiwaan tertentu, seperti skizofrenia aktif, menjadi

kontraindikasi mutlak untuk transplantasi. Sebuah tinjauan literatur

mengungkapkan bahwa tidak ada data komprehensif yang dikumpulkan

mengenai topik tersebut sejak saat itu. Selanjutnya, data terbatas yang tersedia

tentang praktik saat ini menunjukkan bahwa penyakit kejiwaan terus dipandang

sebagai kontraindikasi terhadap transplantasi di beberapa pusat transplantasi.

Mengingat temuan ini, kami meninjau literatur kejiwaan yang meneliti dampak

gangguan afektif dan psikotik terhadap hasil transplantasi dan menyimpulkan

bahwa keberadaan kelainan ini bukanlah prediktor akurat keberhasilan

transplantasi. Kami kemudian membahas persyaratan keadilan karena berkaitan

dengan penciptaan sistem alokasi organ yang adil.(Cahn-Fuller & Parent, 2017).

Sebagai kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kriteria kelayakan

transplantasi yang mengecualikan pasien dengan gangguan afektif dan psikotik

berdasarkan diagnosis psikiatri mereka sendiri tidak adil.Kriteria yang harus

mereka masukkan hanya merupakan faktor-faktor yang memiliki efek penyebab

morbiditas dan mortalitas posttransplant. Keadilan juga menuntut agar kita

menghilangkan variasi praktik antar institusi saat ini yang mendukung kriteria

kelayakan transplantasi nasional.(Cahn-Fuller & Parent, 2017)

Dari penulis sendiri menyimpulkan hasil penelitian ini adalah tidak

menjadikan gangguan afektif dan psikotik hendaknya tidak menjadikan sebagai

dasar untuk tidak melakukan transplantasi meskipun mereka sebenarnya

memiliki peluang akan hal tersebut, baik dari segi ketersediaan donor ataupun

skala prioritas pada pasien tersebut untuk segera dilakukan transplantasi.


b. Normothermic machine perfusion for the assessment and transplantation of

declined human kidneys from donation after circulatory death donors.Dalam

penelitian ini sebuah cara untuk menilai kualitas atau kecocokan ginjal sebelum

dilakukan transplantasi. Langkahnya adalah pada tahap pertama penelitian,

ginjal manusia mengalami defisiensi selama 60 menit, sementara ginjal dinilai

dengan angka 1-5 menggunakan skor penilaian kualitas (QAS) berdasarkan

perfusi makrospokopik aliran darah ginjal dan output urin. Sebagai kesimpulan

dari penelitian tersebut adalah sebuah teknologi normothermic machine

perfusion (NMP) dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah ginjal sebelum

dilakukan tranplantasi.(Hosgood, Thompson, Moore, Wilson, & Nicholson, 2017)

c. First case report of using Ofatumumab in kidney transplantation AB0

incompatible. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :Ofatumumab dapat menghindari reaksi imunogenik. Pasien menoleransi

pemberian obat yang tidak menunjukkan tanda-tanda efek samping yang

merugikan dan dengan keefektifan klinis yang baik. Laporan kasus kami

menunjukkan bahwa Ofatumumab adalah agen depleting sel B alternatif yang

valid.(Hosgood et al., 2017)

Sementara itu Time linekeberhasilan transplantasi yang tercatat mulai abad ke-

19 (Paul, dkk, 2004) adalah:

 1905: transplantasi kornea mata oleh Eduard Zirm

 1954: transplantasi ginjal oleh Joseph Murray (Boston, U.S.A.)

 1966: transplantasi pancreas oleh Richard Lillehei dan William Kelly (Minnesota,

U.S.A.)
 1967: transplantasi hati oleh Thomas Starzl (Denver, U.S.A.)

 1967: transplantasi jantung oleh Christiaan Barnard (Cape Town, South Africa)

 1981: transplantasi jantung dan paru-paru oleh Bruce Reitz (Stanford, U.S.A.)

 1983: transplantasi lobus paru-paru oleh Joel Cooper (Toronto, Canada)

 1986: transplantasi kedua lobus paru-paru oleh Joel Cooper (Toronto, Canada)

 1987: transplantasi seluruh paru-paru oleh Joel Cooper (St. Louis, U.S.A.)

 1995: transplantasi ginjal dari donor yang masih hidup dengan teknik laparascopic

oleh Lloyd Ratner dan Louis Kavoussi (Baltimore, U.S.A.)

 1998: transplantasi pancreas dari donor yang masih hidup oleh David Sutherland

(Minnesota, U.S.A.)

 1998: transplantasi tangan (France)

 1999: transplantasi melalui teknik Tissue Engineered Bladder oleh Anthony Atala

(Boston Children's Hospital, U.S.A)

 2005: transplantasi wajah (France)

 2006: transplantasi rahang dikombinasi dengan transplantasi bone marrow oleh

Eric M. Genden (Mount Sinai Hospital, New York)

 2008: transplantasi dua kaki oleh Edgar Biemer, Christoph Höhnke and Manfred

Stangl (Technical University of Munich, Germany)

 2008: transplantasi indung telur dan berhasil melahirkan seorang bayi.

 2008: transplantasi batang tenggorok , menggunakan sel punca dari pasien itu

sendiri oleh Paolo Macchiarini (Barcelona, Spain)

C. Transplantasi Organ dari segi hukum


Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi

adalah Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh

kesembuhan dengan pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat

dipertanggungjawabkan :

Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatandiselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit,

mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.

Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.

Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan

berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Pasal 33 ayat (1) berbunyi: Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan dapat dilakukan transplantasiorgan dan jaringan tubuh,transfuse

darah ,imflan obat dan alat kesehatan,serta bedah plasticdan rekontruksi.

Pasal 33 ayat (2) berbunyi: Transplantasi organ dan jaringan serta transfusi

darah sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan hanya untuk tujuan

kemanusiaan kemanusiaan yang dilarang untuk tujuan komersial.

Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah

Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan

Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan

transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:

Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk

itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang

donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada

persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.

Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara

penyelenggaraan transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat

(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18

tahun 1981, tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta

Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut

adalah :

1. Pasal 1

a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk

oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu

untuk tubuh tersebut.

b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)

yang sama dan tertentu.

c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan

atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi

dengan baik.

d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya

kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.

e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag

berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang

telah berhenti.

2. Pasal 10

Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan

memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a

dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang

terdekat setelah penderita meninggal dunia.

3. Pasal 11

a) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter

yang ditunjuk oleh mentri kesehatan.

b) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh

dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.

4. Pasal 12

Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada

sangkut paut medic dengan dokter yang melakukan transplantasi.

5. Pasal 13

Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas

materai dengan dua orang saksi.


6. Pasal 14

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan

transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,

dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga terdekat.

7. Pasal 15

Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh

manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan

terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter

konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan kemungkinan yang dapat

terjadi .dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang

bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

8. Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu

kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.

9. Pasal 17

Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

10. Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam

semua bentuk ke dan dari luar negri

D. Perdagangan Organ tubuh Manusia Untuk Tujuan Transplantasi dari Perspektif

Kebijakan Hukum Pidana di Indonesia

Semakin banyaknya kasus perdagangan organ tubuh yang terjadi, maka

hal ini sudah seharusnya dibahas dalam suatu ranah hukum secara
serius.Perdagangan organ tubuh memerlukan peraturan yang melarang perbuatan

tersebut dan sanksi yang menjerat pelaku apabila dilanggar.Hal ini guna memberi

perlindungan hukum dan menjamin hak asasi manusia terutama mengenai hak

untuk hidup yang tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan hal tersebut perdagangan organ tubuh ini

harus masuk ke ranah hukum pidana.(Pasaribu, 2014)

Salah satu undang-undang yang mengatur hal larangan perdagangan

organ tubuh adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007. Ketentuan

Pelarangan tersebut ada dalam rumusan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal

6, dan pasal 7 dalam undang-undang tersebut.Pengaturan dalam hal pelarangan

tertera pada pengaturan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 yang

berbunyi : Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,

penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi

bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang

memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di

wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat

3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp. 120.000.000,-(Seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.

600.000.000,-(Enam ratus juta rupiah). Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana

yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(Pasaribu, 2014)


Terkait perdagangan organ tubuh manusia untuk tujuan transplantasi ini

ada beberapa undang-undang yang mengaturnya. Pengaturan akan hal tersebut ada

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009. Keseluruhan undang-undang yang telah ada pada dasarnya mengatur bahwa

perdagangan organ tubuh manusia untuk tujuan apapun dilarang oleh undang-

undang. Pada ketentuan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ayat 2

dan 3 jelas dikatakan bahwa transplantasi organ tubuh hanya diperbolehkan untuk

tujuan transplantasi dan tidak untuk dikomersilkan serta dilarang diperjualbelikan

untuk tujuan apapun. Ketentuan pidana mengenai pelanggaran hal tersebut diatur

dalam ketentuan Pasal 192 undang-undang tersebut.(Pasaribu, 2014)

Kasus perdagangan organ tubuh ini tetap banyak, sekali pun terdapat

pengaturan hukum mengenai hal tersebut. Kondisi aparat penegak hukum yang

kurang tegas dalam menindaklanjuti kasus ini juga menjadi pernyebab tetap

maraknya kasus ini, karena setelah dengan terang-terangan proses perdagangan

organ tubuh di media akan tetapi belum ada satu pun kasus yang masuk ke ranah

hukum untuk segera ditindaklanjuti. Berdasarkan hal tersebut maka perlu segera

penegakan undang-undang yang telah ada. Ketegasan aparat penegakhukum

menjadi point yang terus disoroti untuk segera menegakkan undang-undang dalam

mengatasi tindak pidana ini.(Pasaribu, 2014)

E. Transplantasi Organ Menurut Syariat Islam

Dalam agama Islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat

terlebih dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal
atau dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika

dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secarai legal,

dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secarasadar. Pada dasarnya,

pekerjaantransplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam

memuliakan manusia berdasarkan surah al-Israayat 70, juga menghormati jasad

manusia walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. :

“Sesungguhnya memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan

tulangnya sewaktu masi hhidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn

Mansur dan Abd. Razzaqdari ‘Aisyah).(Syariah, Hukum, & Makassar, 2016)

Kalangan ulama mazhab juga sependapat untuk tidak membolehkan

transplantasi organ tubuhmanusia yang dalam keadaan koma atau hampir

meninggal.Sekalipunharapanhidupbagi orang tersebut sangat kecil, iaharus

dihormati sebagai manusia sempurna.(Syariah et al., 2016)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah

suatu rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh

manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka

pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi

dengan baik atau mengalami suatu kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan

dalam beberapa faktor,  seperti  ditinjau dari sudut si penerima atau resipien organ

dan penyumbang organ itu sendiri. Jika dilihat dari si penerima organ meliputi

autotransplantasi, homotransplantasi, heterotransplantasi.Sedangkan dilihat dari

sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan donor mati

(jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan

transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya

kebutaan, rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ,

jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak

terjadi kesakitan biologis (contoh: bibir sumbing).

Dalam agama islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat

terlebih dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau

dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam

keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilega, dilakukan oleh

profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi etika keperawatan asalkan tidak
melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi(Autonomy), Tidak merugikan

(Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice), Kejujuran

(Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan. Dari

segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat

persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain

transplantasi organ di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara

menyeluruh sehingga masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang

transplantasi.

B. SARAN

Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan

transplantasi organ, pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari donor

hidup ataukah dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari

upaya penyembuhan lain sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif

pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahn-Fuller, K. L., & Parent, B. (2017). Transplant eligibility for patients with affective

and psychotic disorders: a review of practices and a call for justice. BMC Medical

Ethics, 18(1), 72. https://doi.org/10.1186/s12910-017-0235-4

Hosgood, S. A., Thompson, E., Moore, T., Wilson, C. H., & Nicholson, M. L. (2017).

Normothermic machine perfusion for the assessment and transplantation of

declined human kidneys from donation after circulatory death donors. British

Journal of Surgery. https://doi.org/10.1002/bjs.10733

Pasaribu, M. (2014). Perdagangan Organ Tubuh Manusia untuk Tujuan Transplantsi

dari Perspektif Kebijakan Hukum Pidana di Indonesia. Departemen Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Paul, B; Valapour,M: Bartels, D, Penny, S.B; Kahn, J (2004). Ethics of Organ Transplantation.

University Minnesota, Bioethics center.

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan

Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

Syariah, F., Hukum, D. A. N., & Makassar, U. I. N. A. (2016). WASIAT

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PERSPEKTIF ISLAM.


TUGAS MK ISSUE KONTEMPORER DALAM KEPERAWATAN
Dosen : Nurhaya Nurdin, S. Kep. Ns. MN. MPH.

ETHIC, BIOETHICAL AND LEGAL ISSUE


IN NURSING AND HEALTH CARE
(TRANSPLANTASI)

OLEH :

RAIS

C012171031

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Anda mungkin juga menyukai