OLEH:
RENI ASTUTI MR. (C012171029)
A. PENDAHULUAN
B. KASUS/ISSUE
Kewenangan klinis tenaga keperawatan adalah uraian intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan berdasarkan area
praktiknya. Penugasan Klinis adalah penugasan kepala/direktur Rumah Sakit
kepada tenaga keperawatan/kebidanan untuk melakukan asuhan keperawatan
atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan
klinis (Permenkes Nomor 49, 2013). Pelaksanaan Kewenangan klinis oleh
tenaga perawat di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh proses kredensial
Kredensial keperawatan sesungguhnya merupakan kegiatan dan fungsi
komite keperawatan yang merupakan faktor penentu mutu pelayanan di rumah
sakit. Kredensialing sejauh ini telah diterapkan di rumah sakit di Indonesia,
namun ada beberapa rumah sakit khususnya yang berada di daerah belum
menerapkan secara benar. Dimana proses kredensial keperawatan dipengaruhi
oleh penilaian standart akreditasi rumah sakit KARS atau JCI. Hal ini seharusnya
saling bersinergi dan menguatkan, namun kenyataannya karena tuntutan rumah
sakit yang ingin segera dilakukan penilaian sehingga proses kredensial menjadi
kurang bermakna dan hanya sebatas formalitas saja untuk menunjang proses
akreditasi tersebut. Sebagai contoh seorang perawat yang ditetapkan pada
jenjang Perawat Klinis (PK) III dengan sederet rincian kewenangan klinis tertentu
yang telah dikeluarkan, seharusnya didapatkan dari proses assesmen
kompetensi yang terperinci, satu persatu kompetensi di assesmen. Pada
kenyataannya pelaksaanaan asessmen kompetensi dilakukan dengan
bermacam cara dan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Ada yang yang
melalui mekanisme tes tertulis, ada juga yang diasesement hanya satu
kompetensi saja dan dianggap mewakili semua rincian kompetensi yang lain.
Ada juga yang dilakukan pemutihan hanya berdasar pada lama kerja dirumah
sakit tersebut.Hal ini menjadi dasar penerbitan surat penugasan klinis yang
direkomendasikan oleh komite keperawatan.
Namun ada pula rumah sakit yang sudah melakukan proses kredensial
terhadap perawat dengan benar dan mengeluarkan standar kompetensi sesuai
dengan pencapaian perawat melalui proses kredensial tersebut dengan sebaik-
baiknya. Tetapi setelah dikeluarkan standar kompetensi dan penetapan level
perawat (jenjang karir), dalam pelayanan keperawatan secara praktiknya standar
kompetensi tersebut tidak berlaku. Sebagai contoh : perawat yang ditetapkan
sebagai perawat klinis I (PK I), Perawat Klinis II (PK II), maupun Perawat Klinis
(PK III) yang telah melakukan kredensial dan dikeluarkan standar kompetensi
untuk masing-masing sesuai dengan jenjang karirnya, namun kenyataan di
praktik, tindakan yang dilakukan oleh Perawat Klinis I (PK I) tidak ada yang
membedakan dengan Perawat Klinis II (PK II), maupun Perawat Klinis III (PK III).
Sehingga hanya sebatas “labeling” (penamaan) saja antara PK I, PK II, PK III
dan seterusnya, tapi secara kompetensi/tindakan tetap sama.
C. PEMBAHASAN
D. KESIMPULAN
Pelaksanaan kredensial di rumah sakit dilakukan oleh komite
keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan dirumah sakit.
Proses kredensial dapat menghasilkan mutu pelayanan keperawatan dengan
baik, apabila melalui tahapan-tahapan yang semestinya yaitu :
Rekruitmen/seleksi, Orientasi, Magang, Kredensial, penetapan kewenangan dan
tugas klinis,kenaikan perjenjangan karir klinis.
Untuk menjaga mutu keperawatan tersebut dapat dilakukan CPD
continuing professional development (CPD) dalam proses kredensial, hal ini
dapat diberikan pelatihan terkait dengan kewenangan klinik.Dalam proses
CPD ini meliputi tiga kegiatan, yaitu a).educative, b).supportive,
c).managerial.
Hasil dari proses kredensial tersebut adanya penetapan standar
kompetensi (kewenangan klinis) yang bedampak positif terhadap pengelolaan
SDM keperawatan secara umum, yaitu dijadikan dasar penyusunan
remunerasi/pembagian insentif berdasarkan kompetensi. Penjenjangan karir
perawat juga dapat dijadikan landasan dalam proses promosi, mutasi dan rotasi
perawat yang berpengaruh terhadap kepuasan dan kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Joint Commision. 2016. Ambulatory Care Program: The Who, What,When, and Wheres
of Credentialing and Privileging. Diakses Dari
https://www.jointcommission.org/ahc_credentialing_privileging_tips/
Kornela, F. (2014). Pengembangan Model Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Clinical Nursing Career Model Development in Inpatient Units
of Hospital. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Sudaryanto, A. & S. (2008). Model-Model Supervisi Keperawatan Klinik 1 No.4(Berita
Ilmu Keperawatan), 193–196. Retrieved from ISSN 1979-2697
Suroso, J. (2011). Penataan sistem jenjang karir berdasar kompetensi untuk
meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat di rumah sakit. Penataan
Sistem Jenjang Karir Berdasar Kompetensi Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja
Dan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit.
Vandenhouten, et.al. (2015). Credentialing Public Health Nurses : Current Issues and
Next Steps Forward, 32(5), 565–576. https://doi.org/10.1111/phn.12206
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Jenjang Karir Perawat
Profesional