Anda di halaman 1dari 16

Tugas MK Etika dan Hukum Kesehatan

Dosen : Dr. Takdir Tahir, S.Kep.,Ns.,M.Kes

KEWENANGAN KLINIS PERAWAT (CLINICAL PRIVILAGE) DAN


PERATURAN INTERNAL STAFF KEPERAWATAN (NURSING STAF BY LAWS)

OLEH:
ABD. RAHMAN RARA (C012171013)
BASSO PALINGRUNGI (C012171060)
ABDUL LATIF (C012171057)
ARWIANAH AZIZAH (C012171006)
IMA MUSTIKA TRI LESTARI (C012171027)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Kewenangan Klinis Perawat (Clinical Privilage) Dan
Peraturan Internal Staff Keperawatan (Nursing Staf By Laws) dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut
berpartisipasi dalam membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat beberapa kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan sebagai masukan bagi kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
khususnya.

Penulis,

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada prinsipnya pelayanan kesehatan yang terjadi sebuah rumah sakit dan
puskesmas merupakan tanggung jawab institusi pemyedia layanan, hal ini sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perumahsakitan. Oleh karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sedemikian rupa agar aman
bagi pasien.
Undang – undang tentang Kesehatan menuntut untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan kompetensinya atau dengan kata lain setiap tenaga kesehatan
harus bekerja sesuai dengan kewenangan klinis (clinical privilege) yang ditetapkan
oleh rumah sakit.
Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah kewenangan perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan yang saat ini sebagian dari rumah sakit
tidak menerapkan secara adekuat tentang kewenangan klinis. Oleh karena itu
kewenangan klinis melalui proses kredensial harus dilakukan oleh rumah sakit
sebagai tempat penyedia layanan kesehatan, yang telah diatur dalam permenkes
tentang komite keperawatan.
Kredensial keperawatan sesungguhnya merupakan kegaiatan dan fungsi komite
keperawatan yang merupakan faktor penentu mutu pelayanan di rumah sakit.
Kredensialing sejauh ini telah diterapkan rumah sakit di Indonenesia, namun ada
beberapa dari rumah sakit di Indonesia khususnya berada di daerah belum
menerapkan secara benar hal ini dipengaruhi karena adanya kebijakan – kebijakan
yang sifatnya pragmatis tentunya hal ini bertentangan dengan Undang-Undang RI
Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 1 disebutkan bahwa “
pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat baik sehat maupun sakit. Praktek keperawatan adalah layanan yang
diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan “
Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri memiliki tubuh ilmu pengetahuan
(body of knowledge), kode etik profesi dan memberikan pelayanan yang
professional, Untuk itu diperlukan perawat yang memilki kompetensi diatas standar,
mampu berfikir kritis, selalu berkembang serta etika profesi sehingga pelayanan
keperawatan dapat diberikan dengan baik. Berkualitas dan aman bagi pasien dan
keluarganya dan untuk mengatur tentang kewenanagan klinis perawat di pelayanan
kesehatan, maka dibuatlah peraturan internal staf keperawatan (Nursing Staf by
Laws).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kewenangan klinis perawat (clinical privilege nursing) dan peraturan
internal staf keperawatan (Nursing Staf by Laws)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami kewenangan klinis (clinical privilege nursing)
2. Untuk mengetahui dan memahami peraturan internal staf keperawatan
(Nursing Staf by Laws)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)


Profesi keperawatan merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang sangat
berperan penting dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit.
Sebab keterlibatan perawat hampir berada pada sebagian besar di unit-unit kerja
pelayanan rumah sakit. Sehingga kinerja perawatlah yang manjadi jaminan
jembatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit (Mulyono, Hamzah, &
Abdullah, 2013).
Dalam bekerja di rumah sakit perawat dituntut memiliki kompetensi sesuai dengan
tingkat pendidikannya. Semakin komplit kompetensi yang dimiliki oleh perawat
semakin tinggi pula beban kerja yang dihadapinya. Oleh karena itu, seorang
perawat dalam bekerja di rumah sakit tidak serta merta langsung terjun ke klien
untuk bertindak. Akan tetapi perlu dilakukan evaluasi sejauh mana area perawat
bisa mengimplementasikan asuhan keperawatanya.
Evaluasi perawat di rumah sakit dilakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan sikap profesionalisme perawat. Dimana proses eveluasi ini
dilakukan oleh komite keperawatan yang merupakan jabatan non-struktural yang
berada dirumah sakit. Evaluasi tersebut untuk menentukan dan mengidentifikasi
kewenangan klinis seorang perawat dalam bekerja dirumah sakit.
Kewenangan klinis tenaga keperawatan adalah uraian intervensi keperawatan dan
kebidanan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan berdasarkan area praktiknya.
Penugasan Klinis adalah penugasan kepala/direktur Rumah Sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan di
rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis (Permenkes Nomor 49,
2013).
Pelaksanaan Kewenangan klinis oleh tenaga perawat di rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh proses kresendial. Sebab melalui proses kredensiallah perawat
dapat mengetahui area kerjanya di rumah sakit. Tidak hanya itu pelaksanaan
kredensial juga mempengaruhi proses jenjang karir professional perawat di rumah
sakit selain dari pendidikan formal. Sebagai contoh untuk mendapatkan posisi
sebagai sebagai perawat manager maka perawat harus melalui 2 tahap proses
kredensial (sertifikasi). Jika perawat mampu lulus dalam setiap tahap re-kredensial
yang dilakukan oleh komite keperawatan di rumah sakit maka perawat tersebut
dapat menduduki posisi perawat manager dirumah sakit.
Dengan demikian, keterlibatan komite keperawatan dan proses kredensialnya
sangat mempengaruhi area kewenangan klinis perawat dan dengan adanya
kewenangan klinis, perawat mampu melakukan penugasan klinis sesuai daftar
kewenangan klinisnya.
Dibawah ini secara rinci dijelaskan mengenai komite keperawatan, proses
kredensial dan jenjang karir perawat professional di rumah sakit.
1. Komite Keperawatan
Dalam aturan perundang-undangan RI Nomor 44 Tahun 2009 telah dituang
terkait dengan unsur organisasi yang terdapat di rumah sakit yaitu komite medis.
Khusus untuk komite keperawatan ternyata tidak dijelaskan secara terperinci
dalam aturan tersebut. Barulah pada tahun 2013 aturan khusus mengenai komite
keperawatan dijelaskan secara rinci melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
(PMK) Nomor 49 Tahun 2013. Adapun penjalaran mengenai PMK Nomor 49
Tahun 2013 tentang komite keperawatan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengertian komite keperawatan
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
b. Tujuan penyelenggaran komite keperawatan
Komite keperawatan dirumah sakit dibentuk oleh rumah sakit dimana
keanggotaannya berasal dari tenaga keperawatan. Adapun tujuan dari
penyelenggaran komite keperawatan di rumah sakit yaitu untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik
agar mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi
pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi.
c. Keanggotaan Komite Keperawatan
Setelah dibentuk komite keperawatan oleh direktur rumah sakit maka selanjutnya
disusunlah keanggotaan komite keperawatan berdasarkan pertimbangan sikap
profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi dan perilaku. Dimana
keanggotannya terdiri dari ketua Komite Keperawatan, sekretaris Komite
Keperawatan, dan subkomite (subkomite kredensial, subkomite mutu profesi dan
subkomite etik dan disiplin profesi).

Gambar 2 : Struktur dan Kedudukan Komite Keperawatan

d. Fungsi, Tugas, dan Kewenangan


Kebijakan, prosedur dan sumber daya dibuat oleh direktur rumah sakit dalam
rangka pelaksanaan fungsi dan tugas komite keperawatan. Dalam
pelaksanaannya ini komite keperawatan mendapatkan bantuan dari panitia
Adhoc yang dikeluarkan oleh ketua komite keperawatan yang berasal dari rumah
sakit lain, organisasi profesi perawat, institusi pendidikan keperawatan yang
semuanya ini tergolong dalam Mitra Bestari. Adapun fungsi, tugas dan
kewenangan komite keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Komite keperawatan yaitu untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara: a) melakukan
Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan, b) memelihara mutu profesi tenaga keperawatan,
dan c) menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat.
2) Tugas komite keperawatan dijalankan berdasarkan dari penetapan fungsi
komite keperawatan. Adapun rincian dari tugas komite keperawatan tersebut
adalah:
a) Tugas komite keperawatan dalam fungsi kredensial: 1) menyusun daftar
rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih, 2) melakukan verifikasi
persyaratan Kredensial, 3) merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga
keperawatan, d) merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis, 4)
melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan, 5) melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur Rumah
Sakit.
b) Tugas komite keperawatan dalam memelihara mutu profesi: 1) menyusun
data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik, 2)
merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional
berkelanjutan tenaga keperawatan, 3) melakukan audit keperawatan dan
4) memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
c) Tugas komite keperawatan dalam menjaga disiplin dan etika profesi
tenaga keperawatan : 1) melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga
keperawatan, 2) melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga
keperawatan, 3) merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran
disiplin dan masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan
keperawatan dan kebidanan, 4) merekomendasikan pencabutan
Kewenangan Klinis, dan 5) memberikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan etis dalam asuhan keperawatan.
3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan berwenang:
1) memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis (clinical privileges),
2) memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis (clinical
privileges), 3) memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis
tertentu, 4) memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis, 5) memberikan
rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan, 6) memberikan rekomendasi
pendidikan keperawatan berkelanjutan, dan 7) memberikan rekomendasi
pendampingan dan memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
2. Kredensial (Credencialing)
Penentuan kewenangan klinis dan penugasan klinis perawat di rumah sakit
ditentukan oleh proses kredensial. Agar lebih memahami lebih jauh proses
kredensial dibawah ini dipaparkan beberapa definisi kredensial yaitu sebegaai
berikut:
a. Menurut Peraturan Kemenkes Nomor 49 tahun 2013
“Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis”
b. Menurut Joint Commision tahun 2016
“Kredensialing adalah proses untuk mendapatkan, memverifikasi, dan
menilai kelayakan seorang praktisi dalam memberikan perawatan pada
layanan kesehatan. Sedangkan kredensial merupakan bukti fisik tertulis
berupa lisensi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman serta kualifikasi
lainnya”
Dalam proses kredensialing yang ditetapkan oleh komite keperawatan di
rumah sakit, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan. Sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Kemenkes Nomor 49 tahun 2013 yaitu sebagai
berikut:
1) Rekruitmen dan seleksi
Tahap awal yaitu rekruitmen dan seleksi. Pemerintah diberikan kesempatan
merekrut tenaga kesehatan untuk ditempatkan dilayanan primer melalui
penerimaan Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai aturan yang berlaku. Sama
halnya dengan pegawai tidak tetap (PTT) juga perekrutan dan
penyeleksiannya dilakukan oleh pemerintah. Berbeda halnya dengan
pegawai honorer/sukarela perekrutannya dilakukan oleh pemerintah daerah
melalui pihak puskesmas.
Dalam proses penyeleksian, persyaratan perawat yang wajib dipenuhi adalah
kepemilikan lisensi berupa STR (Surat Tanda Registrasi) yang didapatkan
melalui ujian kompetensi. Sebagaimana dalam Pasal 18 UU Keperawatan
Nomor 38 tahun 2014 yaitu Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan
wajib memiliki STR.
2) Orientasi
Menurut Greene & Puetzer (2002) orientasi yaitu proses dimana perawat
baru diperkenalkan tentang filosofi, tujuan, kebijakan, fasiltas dan prosedur
dari tempat kerja baru. Proses pengenalan ini memberikan pengetahuan dan
adapatasi kepada perawat baru ditempat kerja barunya. Dengan adanya
proses orientasi ini perawat baru dapat lebih cepat tangkap terhadap kondisi
tempat perawat bekerja.
3) Magang (Internship)
Magang (internship) merupakan proses dalam mengiplementasikan asuhan
keperawatan di unit kerja perawat baru bersama preseptor. Preseptor yaitu
Perawat senior yang yang berpengalaman dalam jangka waktu lama yang
dipekerjakan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan di institusi
(Kanaskie, 2006). Dengan keahlian dan pengalaman yang lebih preseptor
diharapkan mampu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam evaluasi
pencapain kompetensi perawat baru.
Proses magang perawat baru dilaksanakan selama 1 tahun tentang
pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. Program yang dijalankan
diprioritaskan pada promosi kesehatan, KIA-KB, P3M, kesehatan lingkungan,
gizi dan pengobatan. Proses pengembangan materi magang selanjutnya
yaitu upaya kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan sekolah, dan upaya
kesehatan kerja. Seluruh capaian yang telah diraih ditulis dalam logbook dan
selanjutnya di evaluasi oleh preceptor apakah sudah mandiri atau belum
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Jika hasil evaluasi perawat baru
mampu mandiri maka perawat baru berhasil naik ke leve karir PK 1 (perawat
klinis).
4) Kredensial
Setelah perawat melakukan magang 1 tahun, kemudian telah membuat
dokumentasi logbook dan dievaluasi oleh preceptor maka selanjutnya
perawat baru berhak mendapatkan pengajuan untuk dilakukan penilaian
kompetensi. Jika perawat baru lulus dalam penilaian kompetensi maka
perawat baru berhak mendapatkan sertifikat kompetensi dan status PK 0
berubah menjadi PK 1. Kenaikan tingkat atau jenjang karir perawat
profesional dijelaskan lebih rinci pada materi selanjutnya.
5) Penetapan Kewenangan dan penugasan Klinis
Setelah melalui proses kredensial dan telah mendapatkan sertifikat
kompetensi maka perawat baru berhak memperoleh kewenangan klinis dari
komite keperawatan dan setelah itu komite keperawatan di institusi tempat
kerja mengusulkan untuk mendapatkan penugasan klinis dari dinas
kesehatan untuk melaksanakan praktik dengan kewenangan klinis yang telah
diberikan.
6) Kenaikan Penjenjangan Karir Klinis
Setiap perawat mempunyai hak untuk meningkatkan jenjang karir sesuai
perencanaan karir yang telah dipilih. Setelah melaksanakan tugas
memberikan asuhan keperawatan dan mempunyai kompetensi asuhan pada
level karir di atasnya maka perawat dapat mengusulkan kenaikan tingkat
dengan tahapan kredensial dan selanjutnya melaksanakan tugas pada
jenjang yang baru. Kenaikan jenjang karir perawat hendaknya diiringi dengan
kenaikan penghargaan yang berupa remunerasi. Bagi perawat yang belum
memenuhi persyaratan untuk naik tingkat dilakukan pembinaan khusus dan
jika selama 2 tahun tetap tidak memenuhi persyaratan akan mendapatkan
sanksi sesuai ketentuan yang disepakati.

Gambar 2 : Alur Kredensial Tenaga Keperawatan


3. Jenjang Karir Perawat
Telah dijelaskan dalam Permenkes RI Nomor 40 Tahun 2017 bahwa dalam
meningkatkan mutu dan karir tenaga kesehatan yang diberikan oleh perawat,
pengembangan jenjang karir profesional sangat dibutuhkan sehingga moral kerja
dan pengurangan kebuntuan karir (dead end job/career), menurunkan angka
perawat berhenti dari pekerjaannya (turn over), memperbaiki sistem promosi
sehingga mobilitas karir berfungsi dengan baik dan benar, meningkatkan
profesionalisme perawat sehingga optimal dalam pemberian asuhan
keperawatan sehingga perawat merasa puas atas profesi yang dikerjakan.
Output daripada pemberian asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat
sangat ditentukan oleh pengembangan karir perawat tersebut. Pengembangan
karir professional perawat tertuang dalam Pasal 2 ayat 3 Permenkes No.40
Tahun 2017 yaitu :
a. Perawat klinis (PK),
Perawat klinis (PK) yaitu, perawat yang memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
b. Perawat manajer (PM),
Perawat yang mengelola pelayanan keperawatan pelayanan kesehatan, baik
sebagai pengelola tingkat bawah (front line manager), pada tingkat
menengah (middle management), maupun tingkat atas (top manager).
c. Perawat pendidik (PP),
Perawat pendidik (PP) adalah para perawat yang memberikan pendidikan
kepada peserta didik di institusi pendidikan keperawatan.
d. Perawat peneliti/riset (PR).
Perawat peneliti/riset (PR) adalah para perawat yang bekerja di bidang
penelitian keperawatan/kesehatan
Dikutip dalam pedoman pengembangan jenjang karir professional
perawat, oleh (Baucom, Hibbert, Sigler, Fanning, & Sandoval, 2012)
mengemukakan bahwa pengembangan karir perawat merupakan perencanaan
dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat
pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan
yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat.
Jenjang karir profesional merupakan sistem meningkatkan kinerja dan
profesionalisme perawat sesuai bidang pekerjaan melalui peningkatan
kompetensi yang didapat dari pengalaman praktik klinis maupun dalam institusi.
Proses pengembangan jenjang karir professional perawat seperti melanjutkan
pendidikan, mengikuti pelatihan, aktif dalam pengabdian masyarakat, dan
mengikuti workshop atau seminar. Dimana hal tersebut sangat ditunjang dari
pimpinan pada fasilitas pelayanan kesehatan baik di Rumah sakit, Puskesmas
ataupun Institusi Pendidikan (Permenkes Nomor 40, 2017).

Gambar 3: Pola Penjengjangan Karir Profesional Perawat

B. Nursing Staff By Law


1. Pengertian
Peraturan internal staf keperawatan (Nursing Staff By Law) adalah
peraturan penyelenggaraan profesi staf keperawatan dan mekanisme tata
kerja komite keperawatan (Permenkes Nomor 49, 2013)
Dalam pengaplikasian pemberian layanan kesehatan di rumah sakit,
staf keperawatan dan komite keperawatan dipandang perlu peraturan dalam
hal penyelenggaraan dan pelaksanaannya. Ini diperlukan mengingat tenaga
staf keperawatan yang berada di rumah sakit memiliki jumlah yang cukup
banyak.
Pihak penyedia layanan keperawatan wajib membuat aturan yang
berlaku sesuai korporasi & peraturan perundang-undangan yang disusun
oleh Komite keperawatan yang kemudian disahkan oleh direktur. Seperti
pada pasal 1 Permenkes RI Nomor 49 Tahun 2013 bahwa Peraturan Internal
Staf Keperawatan adalah aturan yang mengatur tata kelola klinis untuk
menjaga profesionalisme tenaga keperawatan di Rumah Sakit.
Aturan yang dibuat, tentang penugasan klinis staf keperawatan,
mekanisme mempertahankan dan pendisiplinan keperawatan. Aturan
tersebut memiliki ciri dan perbedaan diantara penyedia layanan kesehatan
disetiap daerah dan wilayah masing-masing.
2. Sistematika Penyusunan Nursing by laws
Menurut Permenkes RI Nomor 49 tahun 2013, petunjuk teknis peraturan
internal keperawatan meliputi :
Pendahuluan
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Tujuan
Bab III Kewenangan Klinis
Bab IV Penugasan Klinis
Bab V Komite Keperawatan
Bab VI Rapat
Bab VII Subkomite Kredensial, Mutu Profesi, Etika Dan Disiplin Profesi
Bab VIII Peraturan Pelaksanaan Tata Kelola Klinis
Bab IX Tata Cara Review Dan Perbaikan Peraturan Internal Staf
Keperawatan
Bab X Penutup
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demi menunjang profesionalisme tenaga kesehatan, dibutuhkan kejelasan
tentang uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Bentuk keprofesionalan
tersebut sering disebut sebagai kewenangan klinis yang diberikan oleh
pimpinan/direktur kepada tenaga keperawatan demi tercapainya pemberian
layanan kesehatan secara optimal.
Para tenaga kesehatan yang bekerja dalam layanan kesehatan yang telah
melalui proses kredensial dan rekredensial dari komite keperawatan, selanjutnya
akan bekerja sesuai kewenangan klinisnya yang diatur sesuai Nursing Staf By
Law yang dikeluarkan oleh pihak layanan kesehatan baik itu rumah sakit maupun
layanan kesehatan primer (Puskesmas).

B. Saran
Adapun saran dari makalah ini:
1. Sebaiknya mulai dari layanan keperawatan primer sampai layanan utama
rumah sakit mulai menerapkan kredensialing agar perawat yang bertugas
dapat memiliki kewenangan klinis dalam bekerja.
2. Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan khasanah pustaka ilmiah bagi
para pembaca.
Daftar Pustaka

Greene, M.T. & Puetzer, M. (2002). The Value of Mentoring: A Strategic


Approach to Retention and Recruitment. Journal of Nursing Care
Quality. 17(1), 63-70.

Joint Commision. 2016. Ambulatory Care Program: The Who, What, When, and
Wheres of Credentialing and Privileging. Diakses Dari
https://www.jointcommission.org/ahc_credentialing_privileging_tips/

Kanaskie, M.L. (2006). Mentoring—A Staff Retention Tool. Critical Care Nurse.
29(3). 248-252.

Mulyono, M. H., Hamzah, A., & Abdullah, A. Z. (2013). Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Tingkat III. Jurnal AKK, 2(1),
18-26.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite


Keperawatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Jenjang Karir


Perawat Profesional

Anda mungkin juga menyukai