PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi dalam bidang kesehatan sudah mulai berkembang di
Indonesia. Banyak rumah sakit berstandar internasional yang berada di Indonesia.
Rumah sakit ini menjanjikan pelayanan yang paripurna dengan mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan amanah undang – undang
nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyebutkan bahwa Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan berdasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit menganut pada paradigma
baru yaitu pelayanan kesehatan berpusat pada pasien (Patient Centered Care).
Metode asuhan ini mengedepankan asuhan yang komprehensif dan kolaborasi
antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang berfokus pada keselamatan pasien (Patient safety) dan kepuasan pelanggan
(Patient satisfaction). Salah satu professional pemberi asuhan tersebut adalah
profesi keperawatan.
Undang – undang No. 38 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pelayanan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu: jenis pelayanan keperawatan
yang diberikan, sumber daya manusia tenaga keperawatan sebagai pemberian
pelayanan dan manajemen. Sumber daya manusia tenaga keperawatan harus
terjamin dari sisi mutu profesi sehingga bisa mendukung terwujudnya pelayanan
asuhan keperawatan yang profesional, holistik dan komprehenship. Mutu profesi
tenaga keperawatan harus di kelola dengan baik dalam konsep Total Quality
Management (TQM).
Total Quality Management (TQM) meliputi Quality Planing, Quality Control
, dan Quality Improvement. Metode TQM ini sesuai dengan amanah PMK No. 49
Tahun 2013 yang menyatakan bahwa mutu profesi kepererawatan harus
A. Pengertian
1. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medis dan atau data pendukung lainnya oleh tenaga keperawatan.
2. Auditor adalah tenaga keperawatan atau tim yang melaksanakan audit
keperawatan.
3. Auditee adalah individu tenaga keperawatan, unit kerja, atau kelompok
profesi keperawatan yang akan di audit. Auditee harus bekerjasama dan
membantu terlaksananya proses audit keperawatan dengan memberikan akses
dan fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan audit, mengkaji
rekomendasi dan kesimpulan audit, dan menerapkan setiap tindakan korektif
yang diperlukan.
B. Klasifikasi
Audit keperawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang di klasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Audit staf keperawatan, adalah audit keperawatan yang dilaksanakan secara
insidentil / sewaktu-waktu kepada staf keperawatan yang melakukan dugaan
insiden pelanggaran etik dan disiplin profesi pada saat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
2. Audit klinik keperawatan, adalah audit keperawatan yang dilaksanakan
secara periodik dan terencana terhadap kualitas dan efektifitas proses asuhan
keperawatan secara global dalam satu institusi pelayanan kesehatan.
3. Audit keperawatan terintegrasi, adalah audit keperawatan yang dilaksanakan
bersama sama dengan seluruh Profesional Pemberi Asuahan (PPA) yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada klien.
3) Kompensasi pelanggaran.
Rekomendasi ditetapkan berdasarkan kategori pelanggaran. Keputusan
kompensasi pelanggaran meliputi satu atau lebih dari setiap kategori
pelanggaran sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kompensasi Pelanggaran Etik dan Disiplin Profesi keperawatan
NO KATEGORI KOMPENSASI
1 Ringan 1. Peringatan tertulis atasan langsung
2. Kewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan.
3. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
4. Proctoring
5. Pencabutan clinical privilege sementara (3 bulan)
2 Sedang 1. Peringatan tertulis dari Komite keperawatan
2. Kewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan.
3. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
4. Proctoring
5. Pencabutan clinical privilege sementara (6 bulan)
3 Berat 1. Peringatan tertulis dari direksi
2. Kewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan.
3. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
4. Proctoring
5. Pencabutan clinical privilege sementara (12 bulan) atau menetap
6. Pencabutan SIK/ SIPP/ SIPB
7. Pencabutan keanggotaan.
2.MENENTUKAN
6. RE-AUDIT KRITERIA DAN
STANDAR
5.MENETAPKAN 3.PENGUMPULAN
PERUBAHAN DATA
4.ANALISA DATA
Rekam keperawatan
No Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kelas
1 Perawatan
Lama
2 Perawatan
3 PPJA / PA
Kriteria
1
2
3
4. Menganalisa data.
Pengumpulan data dan analisa data menggunakan tool statistik. Analisa
data audit klinik keperawatan dilakukan untuk menghitung tingkat kepatuhan
secara umum, mengidentifikasi pola dan penyebab penyimpangan. Data audit
klinik keperawatan dianalisa dengan:
a) Statistik deskriptif
Data audit umum berbentuk data numerik yang dapat disajikan dalam
bentuk tendensi (Mean, median dan modus) dan rentang nilai (Range)
yang kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik.
b) Quality Tool.
Quality tools dilaksanakan oleh anggota tim audit klinik
keperawatan. Quality tools digunakan untuk menentukan dan menemukan
penyebab gambaran ketidaksesuaian antara kenyataan dengan kriteria
standar. Quality tools yang di gunakan adalah RCA (Root Cause
Analysis) atau Isikawa (Fish Bone).
5. Menetapkan perubahan.
Perubahan merupakan landasan tim audit klinik keperawatan untuk
merekomendasikan kepada direktur utama rumah sakit melalui ketua komite
keperawatan. Kriteria perubahan ditetapkan berdasarkan :
a) Perubahan ditujukan pada unit, bagian yang kompeten, yaitu yang terlibat
langsung dalam proses pelayanan kesehatan sesuai topik audit.
b) Perubahan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu (Ada dateline).
c) Disusun rencana tindak lanjut (POA) dengan penanggung jawab dan
waktu yang jelas.
d) Tanggung jawab melakukan perubahan ditegaskan dan dikomunikasikan
kepada pihak yang berkepentingan (Tupoksi jelas).
e) Jangka waktu melaksanakan perubahan maksimal tiga bulan. Setelah
pelaksanaan perubahan diberikan masa waktu 3 bulan sebelum
6. Melakukan Re-Audit.
Re-audit klinik keperawatan dilaksanakan untuk mengetahui apakah telah
terjadi perubahan kualitas asuhan keperawatan setelah dilaksanakan perbaikan
sesuai dengan POA yang sudah ditetapkan. Jumlah sampel, proses dan
instrumen re-audit sama dengan audit klinik keperawatan yang sudah
dilaksanakan. Reaudit digunakan untuk Untuk mengetahui apakah telah
terjadi perubahan kualitas asuhan keperawatan setelah dilaksanakan perbaikan
sesuai dengan POA/SIP/RTL yang sudah ditetapkan. Selain itu re-audit juga
bisa digunakan Sebagai bukti empiris keberhasilan kegiatan perbaikan yang
sudah dilaksanakan
Setelah proses re-audit selesai, dilaksanakan uji statistik untuk mengetahui
perbandingan dan perubahan antara hasil audit dengan hasil re-audit. Uji
statistik ini menggunakan soft ware profesional yang mudah digunakan.
Analisa uji perbedaan antara hasil audit dan hasil re-audit menggunakan
Software SPSS. Langkah uji sebagai berikut:
a) Uji normalitas data
Uji normalitas data disesuaikan dengan jumlah sampel audit. Jika sampel
kurang dari 50, uji normalitas data menggunakan saphiro wilk. Jika
sampel audit lebih dari 50, maka uji normalitas data yang dipakai adalah
kolmogorov smirnov. Selanjutnya keputusan kenormalan data meliputi:
Jika p value/sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika p value/sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal
b) Uji beda
Setelah diketahui distribusi data dari hasil audit dan re-audit, selanjutnya
dilakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh perbaikan yang
telah dilaksanakan. Jika didapatkan distribusi data tidak normal, maka uji
statistik menggunakan uji statistik non parametrik Saat ditemukan bahwa
distribusi data normal, uji analisa statistik yang di pakai untuk menguji
hipotesis adalah uji Paired Sample T- test. Hasil uji antara lain:
P value > 0,05 keputusan Uji : Tidak Ada Perbedaan
P value < 0,05 keputusan Uji : Ada Perbedaan
A. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang berupa audit internal dan atau manajemen
review. Audit internal adalah kegiatan untuk menilai apakah pelaksana telah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan standar, panduan atau prosedur.
Manajemen review adalah kegiatan manajemen dalam mengevaluasi hasil temuan
audit internal dan atau mengevaluasi kebijakan, standar, panduan, prosedur yang
berlaku yang dibuktikan dengan adanya risalah rapat. Tujuan evaluasi adalah agar
PDCA (Plan Do Check Action) menjadi budaya. Pelaksanaan evaluasi meliputi:
1. Evaluasi pada struktur/ in put.
Evaluasi struktur/ in put meliputi evaluasi struktur, organisasi, kebijakan,
standar, pedoman, panduan, dan lainnya.
2. Evaluasi pada proses.
Evaluasi pada proses meliputi evaluasi pelaksanaan kebijakan, panduan dan
prosedur, evaluasi pelaksanaan kegiatan, dll.
3. Evaluasi pada out put/hasil.
Evaluasi pada out put/hasil meliputi evaluasi prosentase pencapaian program,
evaluasi hasil pemantauan kegiatan, dll.
Dokumen evaluasi sesuai dengan metode evaluasi yang dilakukan, antara lain
sebagai berikut:
1. Evaluasi dengan metode audit internal menggunakan dokumen evaluasi dalam
bentuk laporan audit.
2. Evaluasi dengan metode manajemen review menggunakan dokumen evaluasi
dalam bentuk risalah rapat.
B. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan menyelesaikan penyebab masalah-masalah
(akar penyebab) yang ditemukan pada evaluasi dan dibuktikan dengan adanya
dokumen tindak lanjut. Format baku dari dokumen tindak lanjut belum ada.
Dokumen bukti tindak lanjut menyesuaikan dari hasil evaluasi.
BP3I. 2017. Panduan Komite Keperawatan Dalam Pelaksanaan Sub Komite Mutu
Profesi Di Rumah Sakit. Jakarta: BP3I. DPP PPNI.
JCI. 2017. Root Cause Analysis in Health Care: Tools and Techniques. Joint
Commission Resources.
DIREKTUR UTAMA
AGUS SURYANTO
MENGINGAT :
a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
b. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014
tentang Keperawatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
49 tahun 2014 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1343/MenKes/SK/VII/2011 tanggal 1 Juli 2011 tentang
Pengangkatan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi.
f. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi
Nomor: 08.02/I.II/1304/2014 tentang struktur organisasi
Komite Keperawatan RSUP Dr. Kariadi Semarang.
g. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi
Nomor: KP.08.02/I.IV/174/2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Komite Keperawatan RSUP Dr Kariadi
Semarang.
h. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi
Nomor: HK.00.01/I.IV/1239/2014 tentang Pemberlakuan
Peraturan Internal (Hospital Bylaws) di RSUP Dr Kariadi
Semarang.
Di tetapkan di : Semarang
Pada tanggal :
DIREKTUR UTAMA
AGUS SURYANTO