Anda di halaman 1dari 48

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

KOMITE KEPERAWATAN
RSUD SIJUNJUNG

DI SUSUN OLEH :

TIM KOMITE KEPERAWATAN


RSUD SIJUNJUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia terus berkembang
baik jumlah, jenis maupun kelas rumah sakit sesuai dengan kondisi atau masalah
kesehatan masyarakat, letak geografis, perkembangan IPTEK, peraturan serta
kebijakan yang ada.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan


seperti: pelayanan medik, keperawatan dan penunjang medik yang diberikan kepada
pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Rumah sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan,


pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian,
pengembangan dan penapisan teknologi bidang kesehatan.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh


ilmu (body of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan
memiliki kode etika profesi.

Dalam UU RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 63 dinyatakan


bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pernyataan
ini memperkuat bahwa keperawatan sebagai profesi dan harus diwujudkan dalam
memberikan pelayanan keperawatan di fasilitas kesehatan diantaranya rumah sakit.
Pelayanan keperawatan di RSUD Sijunjung merupakan bagian integral
dari seluruh pelayanan yang ada dan merupakan komponen yang menentukan
kualitas baik buruknya pelayanan di RSUD Sijunjung

Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di RSUD Sijunjung ditentukan


oleh 3 komponen utama pada umumnya yaitu: jenis pelayanan keperawatan yang
diberikan, sumber daya manusia perawat sebagai pemberian pelayanan dan
manajemen sebagai tata kelola pemberian pelayanan.

Jenis pelayanan keperawatan di RSUD Sijunjung terdiri dari pelayanan


keperawatan umum atau dasar serta pelayanan keperawatan unit khusus (critical care
area dan rawat jalan spesialistik). Untuk penyelenggaraannya diperlukan standar
pelayanan, pendekatan proses keperawatan serta indikator mutu pelayanan sebagai
tolak ukur keberhasilannya.

Sumber daya manusia perawat di RSUD Sijunjung merupakan jenis tenaga


kesehatan terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift serta
merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan
profesional pasien – perawat (nurse – client relationship). Perawat memiliki tanggung
jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan keluarganya.

Diperlukan perawat yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang


serta memilki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan
baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.

Pertumbuhan profesi keperawatan di RSUD Sijunjung terus


dikembangkan, peran perawat sebagai anggota disiplin keperawatan dalam bentuk
komitmen terhadap pertumbuhan profesi melalui sosialisasi profesional, keinginan
belajar terus-menerus dan pengembangan diri terus menerus menjadi perhatian utama
bagi individual perawat dan juga manajemen rumah sakit. Dengan harapan kekuatan
professional (professional power) akan mampu mengungkit citra dan mutu pelayanan
kesehatan di RSUD Sijunjung

Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi perawat RSUD Sijunjung


dapat terjadi dan terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan sistem
pengorganisasian yang terencana dan terarah yang diatur oleh suatu keprofesian
yang sarat dengan aturan dan tata norma profesi sehingga dapat menjamin bahwa
sistem pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien,
diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan
benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan.
Wadah tersebut adalah komite keperawatan.

Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari para perawat senior
yang ahli dibidangnya dan dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis
kepada pimpinan keperawatan dan atau pimpinan rumah sakit dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan keperawatan/ kesehatan di Siloam
Hospitals.

Komite keperawatan merupakan perwakilan kelompok profesi perawat,


bertugas membantu direksi rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan
disiplin dan etika profesi keperawatan serta pengembangan professional
berkelanjutan (continuing professional development/CPD) termasuk didalamnya
menentukan standar asuhan keperawatan.

Keberadaan komite keperawatan yang telah terbentuk perlu pemahaman


terhadap peran dan fungsi komite keperawatan di rumah sakit, maka perlu diatur
dalam pedoman penyelenggaraan komite keperawatan di rumah sakit sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelolaan profesi perawat.
B. TUJUAN
Umum :
Sebagai pedoman bagi rumah sakit dalam membentuk dan menyelenggarakan komite
keperawatan guna meningkatkan professionalisme perawat.

Khusus
1. Terbentuknya persamaan pemahaman, persepsi dan cara pandang
penyelenggaraan komite keperawatan di RSUD Sijunjung

2. Terselenggaranya komite keperawatan di RSUD Sijunjung yang memiliki


makna signifikan terhadap tata kelola klinis (clinical governance) yang baik
dalam pelayanan kesehatan di RSUD Sijunjung
3. Terbangunnya iklim professionalisme keperawatan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sijunjung

C. SASARAN
Sasaran Pedoman Penyelenggaraan Komite Keperawatan di RSUD Sijunjung adalah
:

1. Direktur Rumah Sakit


2. Bidang Pelayanan Medik
3. Komite Medik
4. Seksi Keperawatan

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan Komite Keperawatan di RSUD Sijunjung
adalah professionalisme keperawatan di rumah sakit, komite keperawatan, sub- sub
komite keperawatan, pembinaan dan pengawasan.

E. DAFTAR ISTILAH :
1. Kredensial (Credential): adalah dokumen pendidikan, pelatihan,
pengalaman pekerjaan, sertifikasi, lisensi dan dokumen professional lainnya
yang dimiliki oleh perawat.

2. Proses kredensial (Credentialing): adalah Proses mereview, memverifikasi


dan mengevaluasi dokumen – dokumen. Proses kredensial menjamin
perawat untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan asuhan keperawatan
di rumah sakit

3. Re-Kredensial (Re-Credentialing): proses re-evaluasi oleh rumah sakit


terhadap tenaga perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis
(clinical privilege)) dirumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu
periode tertentu.

4. Kewenangan Klinis (clinical privilege): kewenangan klinis untuk


melakukan asuhan keperawatan tertentu dalam lingkungan sebuah rumah
sakit tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan Pimpinan Rumah Sakit.
5. Surat Penugasan (Clinical Appointment): surat yang diterbitkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit kepada seorang perawat atau bidan untuk
melakukan asuhan keperawatan dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.

6. Kelompok Staf Fungsional (Peer-group): sekelompok orang dengan


reputasi tinggi yang memiliki kesamaan profesi, Ners dengan spesialisasi
dan kumpulan ners seminat yang memiliki kesamaan kompetensi dalam
melakukan asuhan keperawatan tertentu.

7. Tenaga Perawat : adalah perawat dan atau Ners serta Ners spesialis.

8. Ners : adalah sarjana keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan


profesi

9. Tenaga Bidan : adalah bidan yang bekerja di rumah sakit

10. Pengembangan Pendidikan Berkelanjutan: adalah pendidikan


keperawatan non formal melalui pelatihan-pelatihan bersertifikat, kursus,
dan pengembangan kompetensi profesi.

11. Etika Keperawatan : adalah suatu ungkapan tentang bagaimana perawat


wajib bertingkah laku. Merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktek sehari hari.

12. Disiplin Keperawatan : merupakan suatu tataran keilmuan maupun


profesi sebagai bagian dari disiplin kesehatan yang dapat memberikan
andil pada upaya penanganan masalah kesehatan

13. Standar Profesi : sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan
asuhan keparawatan yang diberikan oleh perawat

14. Sertifikasi : standarisasi secara profesional bagi mereka yang kompeten di


bidang pekerjaan masing masing yang dikelola oleh organisasi profesi
masing masing

15. Jenjang Karier : merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan


profesi bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
BAB II
PROFESIONALISME KEPERAWATAN RUMAH SAKIT

A. PERKEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN

Pelayanan keperawatan di rumah sakit saat ini telah mengalami perubahan,


dari pelayanan yang bersifat vocational kearah professional. Perubahan mendasar
disebabkan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
global dan regional, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan-asuhan
keperawatan yang bermutu dan terjangkau. Dengan demikian merupakan tanggung
jawab moral bagi perawat untuk memberikan pelayanan-asuhan yang “benar” dan
“baik” memberikan pelayanan Komprehensif, holistik dan berkualitas sesuai dengan
tingkat penerimaan, budaya, dan daya emban masyarakat.
Perkembangan profesi keperawatan dibangun melalui tiga elemen yaitu:
organisasi profesi, pendidikan keperawatan dan pelayanan keperawatan, dimana
ketiga elemen tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya dan tidak terpisahkan.

Gambar 1. Tiga elemen dalam pengembangan profesi Keperawatan


A. Lingkup Perkembangan Profesi Keperawatan:

1. Membangun Pelayanan Keperawatan Professional


Dalam membangun pelayanan keperawatan professional, setiap rumah
sakit terlebih dahulu mempersiapkan sistem untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian dari pelayanan keperawatan vokasional mengarah pada pelayanan
keperawatan profesional mandiri. Pelayanan keperawatan yang dibangun tidak
lagi menggunakan metode fungsional yang selama ini digunakan melainkan sudah
mulai secara perlahan melakukan perubahan setahap demi setahap sesuai sumber
daya rumah sakit yang ada.

Tujuan membangun pelayanan keperawatan profesional di rumah sakit adalah :


a. Untuk pemenuhan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
asuhan keperawatan professional bermutu yang memiliki tanggung jawab
moral (moral responsibility).
b. Agar para profesi perawat lebih terarah pada upaya mewujudkan keperawatan
sebagai profesi yang mandiri, bersifat saling bergantung sinergi dan saling
memerlukan dengan pelayanan kesehatan yang lain, dan berorientasi pada
kepentingan masyarakat (community oriented).
c. Pelayanan asuhan keperawatan professional akan diberikan dengan berbagai
jenjang dan jenis pelayanan, oleh berbagai jenis dan jenjang kemampuan
tenaga keperawatan professional yang berorientasi pada penerima pelayanan-
asuhan keperawatan (client oriented).
d. Pelayanan asuhan keperawatan professional menggunakan ilmu dan kiat
keperawatan (science and art of nursing) dan metode ilmiah (scientific
methods), yaitu proses keperawatan (nursing process), serta dituntun oleh
etika profesi (professional ethics), sebagai landasan pelaksanaan pelayanan
asuhan keperawatan professional (professional nursing care), serta
dilaksanakan dengan benar (scientific) dan baik (ethical).
2. Menciptakan perubahan sesuai dengan lingkup perkembangan profesi
Dengan pedoman komite keperawatan ini, mendorong profesi perawat
sebagai pelaksana pelayanan asuhan keperawatan professional (professional
nursing care), untuk memberikan mampu menciptakan inovasi-inovasi yang
berorientasi pada kebutuhan pelayanan asuhan keperawatan (client oriented).
Inovasi pelayanan senantiasa berubah dan dibangun dengan cara yang
realistik dan dapat diterima (acceptability) dalam tata klinik pelayanan asuhan
keperawatan.

3. Membangun Kesepakatan Professional Keperawatan


Upaya agar tujuan membangun pelayanan keperawatan profesional di
rumah sakit dapat berjalan dengan baik serta adanya perubahan / inovasi
pelayanan asuhan keperawatan, perlu dibangun kesepakatan pengertian pada para
kelompok staf fungsional keperawatan (peer group) dari berbagai percabangan
disiplin ilmu keperawatan agar terjadi persamaan persepsi.

4. Penerapan Pemberian - Asuhan Keperawatan Profesional


a. Bersifat dan dengan pendekatan holistik (holistic approach) yang mencakup
aspek bio-psiko-sosial, kultural dan spiritual; seluruh tahap / segi kehidupan
manusia, termasuk tahap terminal (terminal stage) menuju akhir hayat.
b. Berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan, serta menggunakan pendekatan dan
metode ilmiah keperawatan dalam membuat memberikan proses keperawatan.
c. Bertolak dari kebutuhan objektif klien, berorientasi kepada kebutuhan klien
dan bertolak dari masalah keperawatan klien (nursing problems).
d. Dilaksanakan oleh perawat professional (professional nurse) dari berbagai
jenis kemampuan, dengan benar dan baik yang kompten dibidangnya,
berlandaskan etika profesi keperawatan (professional ethics).
e. Bersifat berjenjang; dikembangkan dan dibina dalam Pengembangan tatanan
klinik pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga terdapat proses rujukan
keperawatan (nursing referral system) dalam memberikan asuhan
keperawatan profesional kepada pasien.
f. Sesuai dengan perilaku organisasi dimana pelayanan-asuhan keperawatan
profesional dilaksanakan, dengan tetap berpedoman pada tujuan yang hendak
dicapai (objective oriented)

g. Bidang spesialisasi dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit saat ini


meliputi:
1. Keperawatan Anak dan Perinatologi
2. Keperawatan Maternitas (Kebidanan)
3. Keperawatan Medikal-Bedah
4. Keperawatan Kritikal

B. PROFESIONALISME TENAGA PERAWAT

Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan


adanya tenaga keperawatan yang professional, memiliki kemampuan intelektual,
tekhnikal, dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan
kaidah etik dan moral.
Model praktek keperawatan profesional (professional governance)
hendaknya dilandasi dengan akontabilitas perawat, adanya tanggung jawab dan
wewenang yang ditetapkan oleh berbagai proses tertentu di dalam organisasi rumah
sakit. Proses tersebut harus mencakup perangkat yang meliputi standard praktek,
mutu profesi (Quality Assurance, Continuing Nursing Education, dan proses
peer/proses perawat seminat).
Proses profesionalisme praktek keperawatan di dalam organisasi rumah
sakit harus mempunyai kebebasan untuk berfungsi secara efektif, adanya dukungan
dari sejawat dan pimpinan, adanya kejelasan jenjang karier dan penghargaan di
lingkungan kerja, adanya sarana dan prasarana dan iklim organisasi yg terbuka.
Proses profesionalisme praktek keperawatan profesional di dalam organisasi
rumah sakit harus terkontrol melalui “Controlled Shared Governance” (CSG) yang
memungkinkan perawat memiliki kontrol dan tanggung gugat untuk melakukan
asuhan keperawatan kepada klien langsung sebagai bentuk praktek profesional dan
pengaturan keperawatan dengan standar yang dimilikinya tanpa harus merampas
fungsi kerja manajemen dan sistem lainnya.

Pengaturan dan kontrol praktek profesi tersebut yang berkualitas dalam


organisasi rumah sakit dilakukan melalui komite keperawatan rumah sakit yang
memiliki peran sebagai perawat eksekutif yang melaksanakan praktek professional,
mencakup praktek administratif dan praktek klinik, serta manajemen mutu.

Perputaran ini seperti layaknya roda kendaraan ketika dikendarai akan


Gambar struktur diatas memberikan arah, dan mengemudikan divisi keperawatan
melalui empat pilar peran komite keperawatan rumah sakit yang memungkinkan
saling berinteraksi timbal balik diantara semua masing – masing pemegang peran
dalam organisasi komite keperawatan rumah sakit.
BAB III
KOMITE KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN
Komite dalam sebuah rumah sakit merupakan wadah non
struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk
memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit
dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan.

Komite keperawatan merupakan wadah non structural rumah


sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan profesi
keperawatan sehingga pelayanan – asuhan keperawatan kepada pasien
diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standard dan baik (etis) sesuai
kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang
kompeten dengan kewenangan yang jelas.

Komite keperawatan merupakan bagian dari organisasi rumah


sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide dari tenaga keperawatan
yang juga berfungsi sebagai wahana bagi tenaga keperawatan untuk
berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait
masalah profesi dan teknis keperawatan.

Komite keperawatan bertugas membantu direksi rumah sakit


dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi
keperawatan serta pengembangan professional berkelanjutan
(continuing professional development/CPD) termasuk didalamnya
menentukan standar asuhan keperawatan.
B. TUJUAN
Komite keperawatan rumah sakit mempunyai tujuan:

1. Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan asuhan


keperawatan dengan menerapkan asuhan keperawatan berbasis
bukti

2. Memberi masukan kepada pimpinan rumah sakit berkaitan


dengan profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan.

3. Menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan penerapan


disiplin – etik profesi Keperawatan dan etik profesi Bidan.

4. Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan melalui


pembinaan dan pengawasan terhadap kompetensi Perawat dan
Bidan untuk meyakinkan bahwa pelayanan keperawatan hanya
diberikan oleh Perawat dan Bidan yang kompeten dan etis sesuai
kewenangannya.

5. Menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan penerapan


disiplin – etik profesi Keperawatan dan etik profesi Bidan.

6. Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan melalui


pembinaan dan pengawasan terhadap kompetensi Perawat dan
Bidan untuk meyakinkan bahwa pelayanan keperawatan hanya
diberikan oleh Perawat dan Bidan yang kompeten dan etis sesuai
kewenangannya.

C. PERAN
Peran komite keperawatan dalam fungsi rumah sakit sebagai berikut:

1. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi


perawatan dan kebidanan melalui kegiatan yang terorganisir

2. Mempertahankan pelayanan keperawatan berkualitas dan aman bagi pasien.


3. Menjamin tersedianya perawat yang kompeten dan etis sesuai kewenangannya.

4. Menyelesaikan masalah keperawatan yang terkait dengan disiplin,


etik dan moral perawat.

5. Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan


kualitas pelayanan.

6. Menjamin diterapkannya standar praktik, asuhan dan prosedur keperawatan.

7. Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit.

8. Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide-ide baru.


9. Mengkomunikasikan, negosiasi dan merekomendasikan
10. kebutuhan pengembangan karir tenaga keperawatan.

D. HUBUNGAN DENGAN PENGELOLA RUMAH SAKIT


Komite keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga
keperawatan yang secara struktur fungsional berada langsung dibawah
direktur rumah sakit, dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah
sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang
disepakati, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Komite keperawatan bertugas menyusun standar, melakukan


pembinaan asuhan dan etika profesi keperawatan dan kebidanan, serta
bertanggungjawab memberikan laporan tahunan dan berkala termasuk
laporan insidentil jika diperlukan.

Pimpinan rumah sakit berkewajiban menyediakan segala sumber


daya agar komite keperawatan dapat berfungsi dengan baik sesuai
ketentuan
E. MODEL KEPEMIMPINAN KOMITE KEPERAWATAN
1. Shared Governance / Pengaturan Bersama
a. Pengertian : model pengorganisasian yang memberi staf
wewenang dan otonomi untuk membuat keputusan dan
mengkontrol implementasi dan keluaran dari keputusan tersebut.
b. Fokus Model : mendorong perawat berpartisispasi dalam
pembuatan keputusan pada tiap tingkatan organisasi, baik atas
permintaannya sendiri ataupun sebagai bagian dari kriteria
pekerjaan
c. Prinsip Dasar : perawat akan lebih berkomitmen tehadap tujuan
organisasi bila mereka memberi masukan dalam membuat
perencanaan dan pengambilan keputusan.
d. Bentuk : Komite dan kelompok kerja

2. Kepemimpinan Bersama Yang Terkendali / Controlled Share


Governance (CSG)
Kepemimpinan Bersama yang Terkendali didalam divisi
keperawatan memungkinkan perawat untuk memiliki kontrol dan
tanggung gugat untuk asuhan pasien langsung, untuk praktek
professional, dan untuk isu-isu tata kelola yang melibatkan
keperawatan. Melalui struktur komite keperawatan, keperawatan
juga dapat memantau dan mengevaluasi asuhan pasien, praktek
professional dan pengaturan keperawatan tanpa menduplikasi fungsi
kerja manajemen dan sistem.
Dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah
sakit saat ini, pimpinan keperawatan (Kepala Divisi Keperawatan
dan Para Kepala Ruangan/ Head Nurse) dibebani tanggung jawab
untuk memfasilitasi, menguraikan dan menyusun standar asuhan
secara tertulis, termasuk praktek dan tata kelola untuk memantau
dan mengevaluasi standar tersebut secara terus menerus dalam
rangka memperbaiki mutu asuhan keperawatan. Tanggung jawab
tersebut dapat terlaksana secara optimal melalui penyelenggaraan
komite keperawatan.

F. PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN


Penyelenggaraan Komite keperawatan di Siloam Hospitals
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua (jika diperlukan/ tergantung dari
besarnya rumah sakit), Sekretaris dan anggota. Dalam melaksanakan
tugasnya ketua komite dibantu oleh sub komite yang terdiri dari sub
komite kredensial, mutu profesi dan disiplin profesi. Ketua komite
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit berdasarkan rekomendari dari
berbagai pihak diantaranya pimpinan keperawatan dan pimpinan medis.
Wakil Ketua (jika diperlukan), Sekretaris, anggota serta sub komite
diusulkan oleh Ketua Komite dan ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit.

Adapun persyaratan pendidikan dan pengalaman yang harus dipenuhi


antara lain :

Ketua:

Minimal S1 Keperawatan /Ners dengan pengalaman klinik lebih dari


5 tahun
Sekretaris:
S1 keperawatan/ners perwakilan dari perawat klinik dari masing masing
unit
Sub - Sub komite:
Minimal S1 Keperawatan / Ners dengan pengalaman klinik 3 tahun terdiri dari
sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu Profesi, Sub Komite etika dan
Disiplin Profesi. rumah sakit.
Struktur dan kedudukan komite keperawatan dalam organisasi di RSUD
Sijunjung dapat diadaptasi sesuai karakteristik rumah sakit, seperti gambaran
berikut.
Pengorganisasian staf keperawatan dikelompokkan berdasarkan disiplin/
spesialisasi, peminatan sesuai kebutuhan rumah sakit.

G. FUNGSI KOMITE KEPERAWATAN

1. Menjamin tersedianya standar dan norma-norma diantaranya standar praktek/


standar asuhan keperawatan, etika profesi, standar prosedur operasional
keperawatan sesuai lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting asuhan
keperawatan
2. Merekomendasikan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional
tenaga keperawatan, merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku
serta menyediakan alat ukur penampilan kinerja tenaga keperawatan
3. Menjamin kompetensi tenaga keperawatan dengan melaksanakan asesmen,

mempertahankan dan mengembangkan kompetensinya.


4. Menjaga dan memantau pelaksanaan peningkatan mutu dan evaluasi asuhan

keperawatan dan kebidanan.


5. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana

rumah sakit
6. Mengkomunikasikan informasi hasil analisis mutu keperawatan kepada semua
pihak yang terkait.

7. Merekomendasikan usulan penyelesaian masalah kepada pimpinan

Keperawatan dan atau rumah sakit


8. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
9. Mempertahankan keterkaitan antara teori, riset dan praktek.

Page
H. GARIS BESAR TUGAS KOMITE KEPERAWATAN

1. Menyusun Standar Asuhan Keperawatan.


2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Menyusun dan merekomendasikan model Praktek Keperawatan Profesional

yang cocok dengan kondisi dan tuntutan pelayanan di rumah sakit.


4. Memantau dan membina perilaku etik dan professional tenaga keperawatan.
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan
dan keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dengan perilaku
yang baik.
6. Bekerjasama dengan Direktur/ pimpinan keperawatan dalam merencanakan
program untuk mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan sejalan dengan rencana strategis rumah sakit.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi bagi tenaga

keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.


8. Melaporkan kegiatan Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali)
kepada pimpinan rumah sakit

Page
BAB IV
SUB – SUB KOMITE KEPERAWATAN

A. SUB – KOMITE KREDENSIAL


Kredensial adalah dokumen pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan,
sertifikasi, lisensi dan dokumen professional lainnya yang dimiliki oleh tenaga
perawat. Proses Kredensial (Credentialing) adalah Proses mereview, memverifikasi
dan mengevaluasi dokumen – dokumen. Proses kredensial menjamin perawat
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar praktik
professional yang maksimal, proses ini mencakup verifikasi diri, evaluasi peer dan
review supervisor. Proses kredensial dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku

Berdasarkan hasil proses kredensial Rumah sakit wajib menetapkan


kewenangan klinis tenaga perawat yang memperoleh izin praktik sesuai dengan
standar kompetensi dan jenjang karir perawat, dalam rangka melaksanakan tata kelola
pelayanan keperawatan yang baik.

1. Tujuan
a. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan benar kompeten.

b. Pengakuan dan penghargaan terhadap praktik klinik keperawatan yang


berada di semua level

c. Pengembangan profesional diri melalui jenjang karier.

d. Mendorong perawat klinik terlibat dalam perkembangan organisasi.

e. Meningkatkan kepuasan kerja perawat untuk mengurangi Turn Over

f. Penguatan proses rekuitmen tenaga Keperawatan

Page
2. Tugas dan Wewenang

Tugas sub komite kredensial adalah:

a. Menyusun porto folio untuk self evaluasi perkembangan profesional

b. Menentukan komponen standar kredensial:

1. Ijazah

2. STR (Surat Tanda Registrasi)

3. Sertifikat Pelatihan

4. Surat tanda berkelakuan baik atau tidak terlibat kriminal

5. Surat pernyataan memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yang


diuraikan dalam uraian tugas (bagi perawat yang sudah bekerja)

6. Surat penyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah sakit


atau orientasi di unit tertentu

7. Surat hasil pemeriksaan kesehatan (sesuai ketentuan)

c. Menentukan tahapan proses kredensial:

1. Perawat mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan


klinis dengan metode self assessment

2. Sub komite mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan


keperawatan yang diajukan oleh pemohon.

3. Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan

d. Merancang program kredensial sesuai dengan jenjang kompetensi keahlian.

e. Menentukan jenis pelatihan dan pendidikan formal yang dapat diakui untuk
menunjang kompetensi

f. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan


rekomendasi kewenangan klinik kepada komite keperawatan

g. Melakukan pemulihan kewenangan klinik

Page
h. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

3. Keanggotaan
Keanggotaan sub komite kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari ketua (ners

minimal 3 tahun), sekertaris dan anggota. Sub Komite dapat dibantu oleh

kelompok staf keperawatan fungsional (KSKF) dan atau staf kebidanan

fungsional.

4. Kewenangan

Sub komite kredensial mempunyai kewenangan menilai dan memutuskan


kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki setiap tenaga
keperawatan sesuai jenjang karir.

5. Mekanisme Kerja

Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan mekanisme


sebagai berikut :

a. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area praktik


(15 kompetensi inti)

b. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria: pendidikan, lisensi, prestasi dan


peningkatan mutu pelayanan keperawatan, status personal, status kesehatan
serta tidak pernah terlibat dalam tindak kriminal dan kekerasan.

c. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang


disepakati (sesuai pedoman pelaksanaan kredential dan re-kredential)

d. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan memberikan


rekomendasi kepada komite keperawatan

e. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala

f. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan

Page
B. SUB – KOMITE MUTU PROFESI

Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan - asuhan keperawatan yang


diberikan kepada pasien, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus kompeten,
etis dan peka budaya. Profesional, maka diperlukan pencapaian kompetensi yang
dilakukan melalui upaya-upaya yang terencana dan terarah agar kompetensi perawat
dipertahankan dan dikembangkan. Perawat harus memberikan pelayanan-asuhan
keperawatan sesuai dengan standar praktik, standar asuhan keperawatan dan standar
prosedur operasional Keperawatan yang ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan
keperawatan harus selalu dipantau dievaluasi serta diperbaharui dan ditingkatkan agar
pasien dan keluarga memperoleh kepuasan.

1. Tujuan
Memastikan kualitas pelayanan-asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga
keperawatan, secara efektif, sesuai standar dengan menggunakan sumber- sumber
dan evaluasi yang berkesinambungan.

2. Tugas dan Wewenang


Tugas sub komite mutu profesi adalah :

a. Menyusun dan merevisi rencana peningkatan mutu keperawatan

b. Mempersiapkan bahan standar asuhan keperawatan dan standar prosedur


operasional serta memantau dan memastikan kepatuhan perawat terhadap
standar yang telah disusun serta melakukan revisi bila diperlukan.

c. Mendapatkan data kompetensi perawat sesuai jenjang karir pada setiap


area praktik keperawatan.

d. Mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi CPD


(Continuing Professional Development)/ PPB (Pengembangan
Pendidikan Berkelanjutan) tenaga keperawatan berkoordinasi dengan
Divisi Keperawatan.

e. Melakukan audit pelayanan-asuhan keperawatan.

Page
f. Melakukan koordinasi dengan Departemen Quality and Risk, untuk
analisis indikator mutu pelayanan-asuhan keperawatan sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut untuk peningkatan mutu.

g. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, pelatihan internal RS,


berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan kemajuan IPTEK bekerja
sama dengan Divisi Keperawatan dan Departement Training Education.

h. Mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah dan merekomendasikan pelatihan


di luar RS bagi perawat sesuai area praktik pada setiap level jenjang karir.

i. Memfasilitasi proses pendampingan “couch” (preceptorship/ mentorship)


selama melaksanakan praktik keperawatan

j. Mengidentifikasi perubahan-perubahan kompetensi berdasarkan fakta


melalui kaji ulang.

3. Keanggotaan
a. Keanggotaan

Sub komite mutu profesi terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang, sebagai
ketua, sekertaris dan anggota. Dibantu oleh perawat/ Bidan yang di beri
wewenang untuk melakukan assesmen.

b. Kompetensi dan Kelompok Fungsional Keperawatan

Kualifikasi ketua minimal S1 keperawatan (Ners) dan mempunyai


pengalaman klinik minimal 3 tahun. Sedangkan untuk sekretaris dan anggota
merupakan perwakilan perawat klinik dari masing- masing Unit.

4. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme
sebagai berikut :

a) Koordinasi dengan divisi keperawatan untuk memperoleh data dasar tentang


profil tenaga keperawatan di RS sesuai jenjang karirnya

Page
b) Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi sesuai dengan perkembangan
IPTEK,. Kesenjangan tersebut menjadi dasar perencanaan CPD baik
dilakukan di dalam maupun luar RS

c) Koordinasi dengan Head Nurse, Clinical Nurse Educator, Clinical Instructor


dan para mentor/ preceptor di setiap ruangan untuk melakukan “couch”,
bimbingan (presseptor/ mentorship) selama melaksanankan praktik.

d) Melakukan audit pelayanan-asuhan keperawatan dan pembahasan kasus


bekerja sama dengan Clinical Nurse Educator Coordinator atau Clinical
Instructor.

e) Mengidentifikasi fenomena klinik, analisis kompetensi perawat sebagai


bahan perbaikan mutu pelayanan-asuhan keperawatan,

f) Memberi masukan kepada Kepala Divisi Keperawatan dan Direktur rumah


sakit dan atau Kepala Divisi Human Resources dalam pengembangan
sumber daya manusia.

Page
C. SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Setiap tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan standar pelayanan,
standar prosedur operasional serta menerapkan etika profesi dalam praktiknya.
Profesionalisme tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam
kehidupan profesi.

Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan


secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan
keperawatan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan
mendapat kepuasan.

1. Tujuan

Sub komite disiplin profesi bertujuan :

1. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan


yang tidak layak.

2. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.

2. Tugas dan Kewenangan

1. Melakukan penegakan etika dan disiplin profesi keperawatan.

2. Melakukan pembinaan etika keperawatan.

3. Membantu menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran disiplin dan


masalah-masalah etik dalam pelayanan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan


keperawatan.

Page
3. Keanggotaan

Sub komite disiplin profesi keperawatan terdiri dari 3 (tiga) orang


perawat sebagai ketua, sekertaris dan anggota.

Kualifikasi ketua minimal S1 keperawatan (Ners) dan mempunyai


pengalaman klinik minimal 3 tahun. Sedangkan untuk sekretaris dan anggota
merupakan perwakilan perawat klinik dari masing- masing Unit.

4. Mekanisme kerja:

a. Melakukan prosedur penegakan etika dan disiplin profesi dengan tahapan:

1. Mengidentifikasi sumber laporan dari manajemen rumah sakit,


perawat lain, dokter atau tenaga kesehatan lain serta pasien dan
keluarganya, juga dapat berasal dari laporan hasil konferensi klinis dan
kematian.

2. Pemeriksaan didahulukan oleh panel disiplin profesi melalui proses


pembuktian. Tim panel dapat menggunakan keterangan saksi ahli
sesuai kebutuhan. Seluruh pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan
rahasia.

b. Pembuat keputusan

Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan dengan


melibatkan organisasi profesi yang ada di rumah sakit. Keputusan
panel dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Bila perawat merasa
keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat
mengajukan bukti- bukti baru yang kemudian sub komite etika dan
disiplin profesi membentuk panel baru. Akhirnya keputusan
dilaporkan kepada direksi rumah sakit melalui komite keperawatan.

Page
c. Merekomendasikan pemberian tindakan disiplin profesi keperawatan berupa
teguran, penugasan peringatan tertulis, pembatasan sampai pencabutan
wewenang klinis, sementara atau selamanya, serta bekerja dibawah supervisi dari
perawat yang memiliki kewenangan.

d. Merekomendasikan pemberian keputusan tindakan disiplin untuk di laksanakan.


Keputusan sub komite disiplin profesi diserahkan kepada pemimpin rumah sakit
dalam bentuk rekomendasi komite keperawatan untuk selanjutnya disampaikan
kepada perawat oleh pemimpin RS untuk dilaksanakan.

e. Melakukan pembinaan profesionalisme keperawatan.

Pembinaan profesionalisme merupakan bagian penting dari tahapan sosialisasi


profesionalisme tenaga keperawatan untuk mencapai profesionalisme.

1. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam pelaksanaan


praktik keperawatan sehari-hari.

2. Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan metode


serta evaluasi.

3. Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, symposium,


“bedside teaching”, refleksi diskusi kasus dan lain-lain disesuaikan dengan
lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.

4. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Divisi Keperawatan, Training


Education Department dan kelompok mitra bestari keperawatan untuk
melakukan pembinaan.

5. Dasar Tindakan Disiplin Keperawatan


Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan
pelanggaran disiplin profesi keperawatan oleh Perawat dan Bidan adalah hal-hal
yang menyangkut:
a. Kompetensi Klinis
b. Asuhan Keperawatan/Kebidanan atas seorang pasien di Rumah Sakit

Page
c. Dugaan penyimpangan etika profesi

d. Pelanggaran Prosedur Tetap

e. Penggunaan obat dan alat kesehatan atas delegasi Dokter sesuai dengan

standar profesi, berdasarkan ketetapan Komite Keperawatan


f. Hal-hal lain yang oleh Komite Keperawatan sepatutnya dianggap menyangkut
disiplin profesi keperawatan

Setiap Perawat dan Bidan wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran


sebagaimana dimaksud dalam adalah kepada Ketua Komite Keperawatan secara
tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk itu, dan menyampaikan formulir
pemberitahuan tersebut kepada atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya
disampaikan kepada Ketua Komite Keperawatan melalui Direksi.
Ketua Komite Keperawatan wajib meneliti, menindak-lanjuti dan memberikan
kesimpulan serta keputusan atas setiap laporan yang disampaikan oleh Perawat dan
Bidan. Ketua Komite Keperawatan dapat menugaskan Sub-Komite terkait di bawah
Komite Keperawatan untuk meneliti dan menindak-lanjuti setiap laporan sebagaimana
dimaksud.
Ketua Komite Keperawatan memberikan kesimpulan dan keputusan
sebagaimana berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi Sub Komite terkait yang
dapat berbentuk:
a. Saran kepada Perawat dan Bidan terkait serta manajemen Rumah Sakit.

b. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya


pelanggaran disiplin profesi dan kode etik.
Semua keputusan yang dimaksud diatas di dokumentasikan secara lengkap oleh
sekertaris komite keperawatan dan diperlakukan secara konfidensial dan
pengungkapan dokumen hanya dapat ditentukan oleh direksi setelah memperoleh
persetujuan dari Ketua Komite Keperaewatan

Page
6. Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika Profesi Keperawatan
Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi keperawatan dan etika
keperawatan dimulai berdasarkan keputusan Ketua Komite Keperawatan untuk
melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Statuta ini dan
dilaksanakan oleh Sub-Komite terkait. Sub Komite Disiplin melaksanakan
penelitian berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan dalam Statuta ini. Ketua
Sub-Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasinya kepada
Ketua Komite Keperawatan untuk ditetapkan sebagai keputusan Komite
Keperawatan yang memuat:
1.Ringkasan kasus atau kejadian
2. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
3.Rekomendasi tindakan korektif
Ketua Komite Keperawatan wajib menetapkan keputusan sebagaimana
dimaksud dengan memperhatikan masukan dari Sub-Komite lain dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya keputusan Sub-Komite
Disiplin. Keputusan Komite Keperawatan disampaikan kepada Direksi dengan
tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera ditindak-lanjuti oleh
Direksi.

B. Pembentukan Tim AD-HOC Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika


Profesi Keperawatan
Dalam hal Ketua Komite Keperawatan menyampaikan putusan untuk melakukan
penelitian lanjutan Statuta ini, maka Ketua Sub-Komite Disiplin atau yang mewakilinya
mengusulkan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk menetapkan Tim Ad-Hoc dengan
suatu Surat Keputusan.
Penetapan Tim Ad-Hoc dilakukan setelah dilakukan penelitian pendahuluan sesuai
dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite Keperawatan Sub-Komite Disiplin. Tim
Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya Surat Keputusan.

Page
Ketua Komite Keperawatan atau Staf lain yang ditunjuk, didampingi Ketua
Sub-Komite Disiplin atau Staf lain yang ditunjuk, memimpin sidang pertama Tim Ad-
Hoc untuk menentukan Ketua dan Wakil Ketua Tim Ad-Hoc dan menjelaskan tata
cara persidangan kepada anggota Tim Ad-Hoc. Kepada Tim Ad-Hoc diperbantukan

Sekretaris yang ditunjuk oleh Komite Keperawatan untuk melancarkan


persidangan. Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus
yang diterimanya dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah
ditetapkan dalam Satuta ini. Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc
berwenang meminta informasi kepada “yang teradu” dan semua pihak di Rumah
sakit, termasuk meneliti rekam keperawatan dan bila diperlukan, meminta bantuan
pihak lain di luar Rumah Sakit dengan peretujuan Komite Keperawatan.

Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat-rapat/persidangan untuk


menyimpulkan/memutuskan suatu kasus yang diserahkan kepadanya dalam suatu
Surat Kesimpulan yang ditandatangani oleh Ketua bersama segenap anggota Tim Ad-
Hoc untuk diserahkan kepada Ketua Sub-Komite Disiplin melalui suatu keputusan
yang memuat:
1. Ringkasan kasus atau kejadian
2. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran

3. Rekomendasi tindakan korektif

Ketua Sub-Komite Disiplin menerbitkan Surat Keputusan pembubaran Tim


Ad-Hoc sebagaimana dimaksud setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan
semua berkas persidangan secara lengkap. Ketua Sub-Komite Disiplin menyerahkan
hasil rapat Tim Ad-Hoc kepada Ketua Komite Keperawatan untuk ditindaklanjuti.
Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut
Keputusan Komite Keperawatan disampaikan kepada Direksi sebagai usulan.

Page
C. Klasifikasi Pelanggaran
A. Pelanggaran Ringan
1. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Pasien
a) Membiarkan pasien dalam keadaan tidak rapi.
b)Tidak mengorientasikan tempat (ruangan) dan petugas kesehatan kepada
pasien.
c) Memberi informasi yang tidak optimal.
d)Tidak mencuci tangan setiap kali akan dan selesai berkontak dengan pasien
atau melakukan tindakan.

e) Kurang menunjukan sikap empati.


f) Tidak memberi informasi pasien saat akan melakukan tindakan
Keperawatan.
g)Melakukan tindakan / perilaku yang dapat mengganggu kenyamanan atau
ketenangan kerja (berbicara keras, menghidupkan radio, TV, dll)

2. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas


a) Tidak berusaha memahami berbagai prosedur dan kebijakan rumah sakit
yang terkait dengan tugas sebagai perawat / bidan.

3. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Lain


a) Kurang menghargai privacy, hasil kerja, martabat perawat/profesi lain
b) Tidak menghargai kelebihan / prestasi perawat lain atau profesi lain.
c) Tidak menghormati hak sesama perawat dan atau tenaga kesehatan lain.

4. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan


a. Berpenampilan tidak rapi, rambut tidak rapi / gondrong, tidak memakai
pakaian dinas / seragam sesuai yang ditetapkan.

Page
B. Pelanggaran Sedang
1. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Pasien
a. Tidak memperhatikan kebersihan diri pasien, memandikan, menggosok
gigi / oral hygiene, vulva hygien.
b. Memberi informasi yang tidak bertanggung jawab yang membuat
kecemasan pada pasien dan keluarga.
c. Tidak memberikan bimbingan rohani / menunjuk pada pemuka agama
pada saat pasien membutuhkan / dalam skaratul maut.
d. Melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan protap yang
dapat merugikan pasien tetapi tidak membahayakan jiwa.
e. Tidak membantu memenuhi kebutuhan eliminasi pada pasien yang butuh
bantuan.
f. Tidak melakukan prosedur teknik aseptik / antoseptik yang mengakibatkan
terjadi infeksi.
g. Tidak melakukan tindakan pencegahan dekubitus (mengubah posisi,
memberi pelembab, bedak, massage, mengganti alata tenun yang basah /
kotor).

2. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas


a. Menjalankan tugas tidak sesuai dengan prosedur tetap dan kebijakan
rumah sakit yang berlaku.
b. Tidak melakukan antisipasi terhadap keamanan kenyamanan pasien.
c. Tidak memelihara mutu pelayanan dan asuhan keperawatan secara optimal.
d. Tidak melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan
(respon pasien, kondisi pasien dll).
e. Tidak mawas diri dalam melaksanakan tugas perawatan.

Page
3. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Lain

a. Tidak mau bekerjasama dalam tugas dengan sesama perawat atau profesi
lain.
b. Tidak mau membantu perawat lain dalam menjalankan tugas saat
dibutuhkan.
c. Tidak memelihara suasana kerja yang harmonis dan kondusif.

d. Melemparkan tanggung jawab keapda perawat lain.

e. Tidak mau memberi / transformasi ilmu, keterampilan dan pengalaman


kepada perawat lain atau profesi lain.
f. Tidak mau menerima pengetahuan, pengalaman, keterampilan dari semua
perawat dan profesi lain dalam rangka peningkatan keterampilan di bidang
keperawatan.
g. Membicarakan kekurangan / keburukan perawat lain di depan / kepada
pasien / keluarga.

4. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan

a. Menolak untuk meningkatkan pendidikan formal dan non formal.

b. Tidak berupaya meningkatkan kemampuan profesional.

c. Tidak menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukan perilaku


dan sifat pribadi yang tercela, merokok diruang perawatan, tidak
menggunakan seragam lengkap, menjelekkan profesi perawat atau
organisasi profesi, mengeluarkan kata-kata kotor saat berdinas.

Page
C. Pelanggaran Berat
1. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Pasien
a. Tidak memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan elektrolit.
b. Tidak memenuhi kebutuhan oksigenisasi, kebersihan jalan nafas.
c. Tidak memperhatikan / mempertahankan sirkulasi kardiovaskuler.
d. Tidak bertindak pada saat pasien dalam keadaan sekarat / henti jantung / pain
(kecuali keinginan keluarga).
e. Tidak memperhatikan keamanan pasien (pasien jatuh, tergelincir, keracunan,
salah obat, salah transfusi dll).
f. Melakukan tindakan Keperawatan yang tidak sesuai prosedur tetap yang
dapat menyebabkan kematian / kecacatan.
g. Memberikan informasi yang tidak benar / tidak dapat dipertanggung
jawabkan.
h. Meminta imbalan kepada pasien / keluarga.
i. Bersikap judes dan tidak ramah dalam melayani pasien / keluarga (laporan
tertulis / lisan / kotak saran).
j. Tidak menjaga kerahasiaan pasien / keluarga pada profesi / orang yang
berhak mengetahui.
k. Komunikasi yang tidak baik dan dimuat dimedia massa.
l. Tidak melakukan prosedure aseptik / antiseptik.
m. Tidak menghargai agama pasien / keluarga.
n. Membedakan pelayanan keperawatan terhadap pasien berdasarkan status
sosial dan martabat pasien.
2. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas
a. Berulang kali melakukan tugas yang tidak sesuai dengan prosedur tetap dan
kebijakan rumah sakit yang dapat merugikan pasien secara fisik / mental.
b. Tidak memegang teguh rahasia jabatan.
c. Bekerja dengan mempertimbangkan kesukuan, jenis kelamin, aliran politik,
agama dan status sosial sesuai dengan keinginan pribadi.

Page
3. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Lain

a. Bertengkar dengan semua perawat atau profesi lain.

b. Melakukan tindakan tidak etis terhadap sesama perawat atau profesi lain.

c. Mencelakakan perawat dan profesi lain.

d. Mengadu domba sesama perawat atau profesi lain.

e. Melindungi perbuatan teman yang tidak etis / praktek legal.

4. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan

a. mengkomersialkan / memperjual belikan harta rumah sakit untuk


kepentingan pribadi atau profesi Keperawatan.
b. menjual nama organisasi profesi Keperawatan untuk kepentingan pribadi,
mencari dana atas nama profesi lain untuk kepentingan pribadi, promosi
produk tertentu dikaitkan dengan profesi untuk kepentingan pribadi.
c. Menggunakan obat-obat terlarang / alkohol saat bertugas.

d. Meninggalkan / tidak dinas ketika dinas sore, malam tanpa izin.

e. Meninggalkan / tidak dinas selama 7 hari berturut-turut dalam satu bulan


tanpa izin.
D. Mekanisme Penanganan Masalah Etika

Penanganan masalah etika Keperawatan merupakan penanganan masalah yang


dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan
pelanggaran masalah Kode Etik Keperawatan Indonesia dan Kode Etik Kebidanan.
Yang bertanggung jawab dalam masalah etik adalah :
a. Direktur RSUD

b. Kepala Bidang Pelayanan

c. Kepala Ruangan.

d. Ketua Komite Keperawatan melalui Sub Komite Etik Komite


Keperawatan.

Page
Untuk mekanisme penyelesaian masalah etika meliputi:
a. Membuat kronologis kejadian.

b. Menilai bobot masalah (pelanggaran ringan, sedang, berat).

c. Penyelesaian masalah secara berjenjang yaitu : Kepala Ruangan, Kepala Bidang


Pelayanan Keperawatan, Direktur Rumah Sakit dengan melibatkan sub komite
etik komite keperawatan, dan organisasi profesi (PPNI dan IBI).

E. Berikut ini penanganan masalah etika sesuai dengan jenis- jenis pelanggaran

a. Pelanggaran Ringan

1. Pelanggaran ini ditangani / diselesaikan oleh kepala ruangan.

2. Perawat yang melakukan pelanggaran diberi teguran lisan

3. Kepala ruangan membuat laporan / menyerahkan kronologis ke kepala


bidang pelayanan keperawatan dan harus diketahui oleh sub komite etik komite
keperawatan
b. Pelanggaran Sedang

1. Kepala ruangan membuat laporan / menyerahkan kronologis ke kepala


bidang pelayanan keperawatan
2. Pelanggaran ini ditangani oleh kepala bidang pelayanan keperawatan dan harus
diketahui oleh sub komite etik komite keperawatan.
3. Kepala bidang Pelayanan keperawatan memanggil perawat yang melakukan
pelanggaran dan wajib / harus membuat surat pernyataan, serta memberikan
sangsi tertulis kepada perawat yang membuat pelanggaran.
4. Pelanggar dialihkan tanggungjawabnya

Page
c. Pelanggaran Berat

1. Kepala Ruangan membuat laporan / menyerahkan kronologis ke kepala bidang


pelayanan keperawatan.
2. Kepala bidang pelayanan menyerahkan laporan yang sebelumnya sudah diketahui
oleh sub komite etik komite keperawatan ke Direktur.
3. Kepala bidang pelayanan, Kepala Ruangan, Sub komite etik komite keperawatan
serta Direktur bersidang untuk menentukan hukuman yang akan diberikan.

F. Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Setiap terjadi pelanggaran Kode Etik Keperawatan dilakukan pencatatan dan
pelaporan menggunakan formulir baku sebagai berikut :
1. Formulir Peringatan Lisan (Lampiran 1)
2. Formulir ini ditujukan untuk perawat yang melakukan pelanggaran kode etik
keperawatan yang diisi oleh kepala ruangan
3. Formulir Laporan Kejadian Pelanggaran Kode Etik Keperawatan (Lampiran 2)
Formulir ini berfungsi untuk mencatat laporan kejadian pelanggaran kode etik
keperawatan yang diisi oleh kepala ruangan.
4. Formulir Pengarahan/Konseling (Lampiran3)

Formulir ini berfungsi bahwa perawat/bidan yang bersangkutan telah melakukan


pelanggaran sebagai pengakuan dan telah diberikan pengarahan. Formulir ini diisi
oleh yang telah memberikan pengarahan (konselor) dan ditandatangani oleh
perawat/bidan yang bersangkutan.

G.Penomoran Pelanggaran

Setiap pelanggaran Kode Etik Keperawatan terdapat nomor pelanggaran yang sesuai
jenis pelanggaran etika keperawatan. Contoh penomoran tersebut adalah:
Bila terjadi kasus : Seorang perawat tidak melakukan prosedur aseptik /
antiseptik. Maka nomor pelanggaran perawat tersebut adalah C1l yaitu pelanggaran
Berat (C), pada tanggung jawab perawat terhadap pasen (1), dipoint tidak melakukan
Page
prosedur aseptik / antiseptic (l).
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN ETIK

PENGADUAN LISAN / TERTULIS

DIREKTUR

KOMITE KEPERAWATAN

SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN

REKOMENDASI
PELANGGRAN

Page
BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. Pengertian
Pembinaan dan pengawasan komite keperawatan di Rumah Sakit adalah suatu proses
penilaian, umpan balik serta perbaikan seluruh kegiatan komite keperawatan di
Rumah Sakit secara komprehensif dan berkesinambungan. Pembinaan dan
pengawasan dilakukan secara internal dan eksternal. Pembinaan dan pengawasan
internal dilakukan oleh unsur-unsur di dalam Rumah Sakit. Pembinaan dan
pengawasan eksternal dilakukan oleh unsur luar Rumah Sakit seperti akreditasi rumah
sakit, ISO dan lain lain yang disepakati.
B. Lingkup Pembinaan

1. Pembinaan dan Pengawasan Internal


Pembinaan dan pengawasan internal dilakukan secara berjenjang, mulai pada
tingkat perawat profesional, peer group keperawatan sejenis, komite keperawatan
itu sendiri.
a. Perawat Profesional :
 Lingkup pembinaan dan pengawasan minimal mencakup:
1) Pelaksanaan asuhan keperawatan dan dokumentasinya (mengikuti
Instrument A pada Instrumen Evaluasi Penerapan Standar asuhan
Keperawatan di RS)
2) Penerapan kode etik profesi keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. (mengikuti Instrument B pada Instrumen Evaluasi
Penerapan Standar asuhan Keperawatan di RS)
3) Kepatuhan menerapkan standar/SPO
(mengikuti Instrument C pada Instrumen Evaluasi Penerapan Standar
asuhan Keperawatan di RS)
4) Kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
(mengikuti Instrument terlampir )
5) Pembinaan terhadap tenaga perawat yang melakukan pelanggaran
kode etik keperawatan

Page
6) Melakukan usulan pengembangan tenaga keperawatan dalam bentuk
pendidikan berkelanjutan, pendidikan klinik dan temu ilmiah bekerja
sama dengan kepala bidang keperawatan

 Langkah-Langkah Pembinaan Dan Pengawasan:


1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan melalui kegiatan komunikasi,
informasi, supervisi dan edukasi dengan metode :
 Supervisi klinik
 Observasi lapangan
 Pendampingan/ coaching
 bedside teaching
 Diskusi kasus
 Penghargaan dan sanksi
 Rapat/ pertemuan
5) Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
6) Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan dan
evaluasi
7) Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan
pengawasan

 Pelaksana :
1) Ketua Peer Group
2) Kelompok keperawatan sejenis

b. Peer group keperawatan


 Lingkup pembinaan dan pengawasan minimal mencakup :
1) Kendali mutu pelayanan keperawatan di unit ruang rawat dan
laporannya
2) Kompetensi personal sebagai penanggung jawab peer group

Page
3) Ketua peer group dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
profesi.
4) Manajemen informasi terhadap para profesi keperawatan
5) Profil dan performa kompetensi dan kinerja profesi.
6) Manajemen mutu dan audit mutu asuhan keperawatan

 Langkah pembinaan dan pengawasan :


1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup dan sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan dengan metode :
 Rapat koordinasi
 Observasi lapangan
 Penghargaan dan sanksi
 Pendampingan/ coaching
 Delegasi koordinasi
 Supervisi lapangan
5) Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
6) Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan
dan evaluasi
7) Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan
pengawasan

 Pelaksana :
1) Ketua Komite dan anggota
2) Ketua Sub – Sub Komite dan anggota
c. Komite Keperawatan
 Lingkup pembinaan dan pengawasan, minimal mencakup :
1) Dokumen Rencana Strategi Komite Keperawatan dalam mendukung
misi rumah sakit.
2) Dokumen manajemen mutu dalam pengendalian profesi keperawatan
dan pelayanan keperawatan.

Page
3) Mekanisme pengendalian resiko dalam meningkatkan kinerja
pelayanan keperawatan dan performa rumah sakit.
4) Manajemen pembinaan profesi.
5) Dokumen – dokumen standar prosedur operasional.
6) Evaluasi implementasi asuhan keperawatan berdasarkan standar
keperawatan
7) Sistem dan implementasi audit mutu pelayanan keperawatan
8) Implementasi fungsi-fungsi manajemen:planning,staffing,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan.

 Langkah/Strategi :
1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup dan sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan.
5) Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
6) Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan dan
evaluasi
7) Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan
pengawasan.
8) Merekomendasikan hasil pembinaan dan pengawasan kepada
manajemen rumah sakit.

 Pelaksana : Department Quality and Risk Rumah Sakit.

2. Pembinaan Dan Pengawasan Eksternal


Pembinaan dan pengawasan eksternal dilakukan secara terintegrasi dengan
pelayanan lainnya dalam bentuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Bentuk pembinaan dan pengawasan eksternal antara lain Akreditasi Rumah Sakit,
untuk pelayanan keperawatan baik pada tingkat nasional maupun international

Page
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medis Kementerian Kesehatan. R.I.


(2012). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta.

Hartanti. (2005). Mekanisme dan Tahapan Implementasi Standar Kompetensi Menurut


SK. Menakertrans No. 227/MEN/2003. Disampaikan pada seminar Penyusunan
dan Pengukuran Kompetensi Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. (makalah
tidak dipublikasikan).
Joint Commission International. (2013) Accreditation Standard for Hospital. 4th editon.
Illinois. USA.
Kementerian Kesehatan. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan No. 49 Tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit. Jakarta.
Kementerian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. (2011). Standar
Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2013). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit. Standar
Akreditasi Versi 2012. Edisi 1. Jakarta.
PP.PPNI dan Direktorat Bina Pelayanan Medik.Dep.Kes.R.I. (2006). Rancangan
Pedoman Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat. Jakarta.

PP.PPNI dan Direktorat Bina Pelayanan Medik.Dep.Kes.R.I. (2006). Rancangan


Pedoman Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat. Jakarta.

Page
Lampiran 1

PERINGATAN LISAN

Peringatan Lisan ini diberikan kepada :


Nama :
Tenpat Bekerja :
Jenis Pelanggaran :
Nomor Pelanggaran :
Hari Terjadinya Pelanggaran :
Tanggal Terjadinya Pelanggaran :
Jam Terjadinya Pelanggaran :
Pelanggaran Tersebut Disaksikan Oleh :

Bahwa pada waktu tersebut Saudara / i telah melakukan pelanggaran yang dimaksud.
Sebagai peringatan bahwa pada waktu yang akan datang saudara / i dapat memperbaiki
tingkah laku / memelihara suasana kerja / hubungan kerja yang lebih baik. Bilamana
dikemudian hari saudara/ i berbuat kesalahan / pelanggaran yang serupa atau lainnya, maka
saya selaku kepala ruangan akan mengambil tindakan yang lebih tegas sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Tanah Badantuang, 20
Yang Diberi Peringatan Yang Memberi Peringatan

( ) ( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan
2. Perawat Yang Bersangkutan

Page
Lampiran 3

PENGARAHAN / KONSELING

Telah dilakukanpengarahan/konseling kepada :

Nama :
TempatBekerja :
Hari :
Tanggal :
Jam :
JenisPelanggaran : Ringan, Sedang, Berat *)
Nomor Pelanggaran :
Pengarahan Yang diberikan :

Tanggapan Perawat Yang Dikonseling :

Tanah Badantuang, 20
Yang Diberi Pengarahan
Yang Memberi Pengarahan

( )
( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan
2. Kepala Ruangan
3. Perawat Yang Bersangkutan

*) Lingkari Jenis Pelanggaran yang Dimaksud

Page
Lampiran 2

LAPORAN KEJADIAN PELANGGARAN

KODE ETIK KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya kepala ruang :


Melaporkan bahwa yang namanya tersebut dibawah ini telah melakukan pelanggaran, yaitu:

Nama :
Tempat Bekerja :
Hari / Tanggal Kejadian :
Jam Kejadian :
Jenis Pelanggaran : Ringan, Sedang, Berat *)
Nomor Pelanggaran :
Tindakan yang segera dilakukan :

Demikian laporan ini disampaikan, sebagai pemberitahuan.

Tanah Badantuang, 20
Kepala Ruangan

( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan
2. Perawat Yang Bersangkutan

*) Lingkari Jenis Pelanggaran yang Dimaksud

Page
Page

Anda mungkin juga menyukai