Anda di halaman 1dari 27

LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP Dr.


KARIADI SEMARANG
NOMOR
TENTANG PENETAPAN PERATURAN INTERNAL STAF
KEPERAWATAN (NURSING STAF BY LAWS) RSUP Dr.
KARIADI SEMARANG

PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN (NURSING STAF BYLAWS)


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

PENDAHULUAN
Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini
ditegaskan dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 5 ayat (1)
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan disebutkan dalam ayat (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi adalah unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki tugas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi sebagai pusat rujukan tingkat III, merupakan
Institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi (high risk) dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis
perubahannya. Salah satu pilar pelayanan medis adalah clinical governance, dengan unsur staf
medis yang dominan. Sedangkan untuk pelayanan asuhan keperawatan, tenaga keperawatan
merupakan bagian yang tidak kalah penting untuk melakukan tugas rutin dalam memberikan
pelayanan kesehatan bidang keperawatan dan kebidanan. Hal ini dapat dilihat dari penugasan

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

1
shift selama duapuluh empat jam, sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kesehatan yang
paling dekat dengan pasien melalui hubungan profesional adalah tenaga keperawatan. Dalam
melaksanakan tugasnya tenaga keperawatan juga memiliki tanggung jawab dan tanggung
gugat sesuai kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
kepada pasien dan keluarganya.
Direktur rumah sakit bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Keberadaan staf keperawatan dalam rumah sakit merupakan suatu keniscayaan karena kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf keperawatan di
rumah sakit tersebut. Yang lebih penting lagi kinerja staf keperawatan akan sangat
mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Sejalan dengan hal ini Direktur Utama
rumah sakit berkewajiban menyediakan segala sumber daya antara lain meliputi waktu, tenaga,
biaya, sarana, dan prasarana agar tata kelola klinis dan asuhan keperawatan dapat terselenggara
dengan baik. Direktur Utama rumah sakit harus menjamin agar semua informasi keprofesian
setiap staf keperawatan terselenggara dan terdokumentasi dengan baik sehingga dapat diakses
komite keperwatan. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) keperawatan yang baik untuk melindungi pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan
Rumah Sakit mengamanatkan agar profesionalisme tenaga keperawatan terus berkembang,
maka diperlukan suatu mekanisme dan sistem pengorganisasian yang terencana dan terarah
yang diatur oleh suatu wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata norma profesi
sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian asuhan keperawatan dan kebidanan yang
diterima oleh pasien, diberikan oleh tenaga keperawatan dari berbagai jenjang kemampuan
atau kompetensi dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi
keperawatan dan kebidanan. Mekanisme dan sistem pengorganisasian tersebut diatur melalui
Nursing staff bylaws yang disusun oleh Komite Keperawatan.
Komite Keperawatan bertugas membantu Direktur Utama rumah sakit dalam melakukan
Kredensial, pembinaan etik dan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan serta untuk
menjamin mutu profesi keperawatan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diperlukan
dukungan, kebijakan internal staf keperawatan, serta dukungan sumber daya dari rumah sakit.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya peraturan internal staf keperawatan (Nursing
staff bylaws) sehingga tenaga keperawatan dapat mengimplementasikan, dan berkontribusi
meningkatkan kinerja pengelolaan klinik dalam memberikan asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan untuk menjamin pelayanan berkualitas serta keamanan bagi pasien dan masyarakat.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

2
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Nursing Staf By Laws) ini, yang
dimaksud dengan:

1. Peraturan Internal Staf Keperawatan (nersing staff bylaws) adalah aturan


yang mengatur tatakelola asuhan keperawatan untuk menjaga
profesionalisme staf keperawatan di rumah sakit.
2. Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
3. Sub Komite keperawatan adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite
keperawatan, yang bertugas untuk memberikan masukan kepada Komite
keperawatan dalam berbagai bidang yang dibutuhkan, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Utama atas usulan dari Komite keperawatan.
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
5. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) tenaga keperawatan adalah uraian intervensi
keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan berdasarkan area
praktiknya.
6. Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur Rumah Sakit
kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan di
Rumah Sakit tersebut berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.
7. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan
pemberian Kewenangan Klinis.
8. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki
Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis tersebut.
9. Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah aturan yang mengatur tata kelola klinis untuk
menjaga profesionalisme tenaga keperawatan di Rumah Sakit.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

3
10. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi perawat dan bidan.
11. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok tenaga keperawatan dengan reputasi dan
kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan tenaga keperawatan.
12. Buku Putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh tenaga
keperawatan yang digunakan untuk menentukan Kewenangan Klinis. Pasal
13. Direksi adalah pejabat pengelola RSUP Dr. Kariadi Semarang yang terdiri dari seorang
Direktur Utama dibantu oleh 4 (empat) Direktur yang diangkat oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
14. Direktur Utama adalah pemimpin RSUP Dr. Kariadi Semarang yang
merupakan pimpinan tertinggi di rumah sakit.
15. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
16. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik
langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien di sarana dan tatanan kesehatan
lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan
standar praktik keperawatan.
17. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan
diberi kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundangundangan
18. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi,
standar tersebut harus ekuivalen dengan standarstandar yang berlaku pada sektor industri
kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional.
19. Jenjang karir keperawatan adalah sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme,
sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi keperawatan

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

4
BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud dibuatnya Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah agar Komite Keperawatan dapat
menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik melalui mekanisme Kredensial, peningkatan mutu
profesi dan penegakan etik dan disiplin profesi keperawatan RSUP Dr. Kariadi Semarang.
(2) Tujuan dari Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah :
a. Mewujudkan profesionalisme perawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang;
b. Mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RSUP Dr. Kariadi
Semarang;
c. Menegakkan etik dan disiplin profesi perawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang; dan
d. Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan keputusan profesi melalui
Komite Keperawatan.

BAB III

KEWENANGAN KLINIS

Pasal 3

Setiap asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan yang diberikan, harus dilakukan oleh staf keperawatan
yang telah memiliki kewenangan klinis.

Pasal 4

Kewenangan Klinis seorang staf keperawatan didapatkan melalui proses asessmen kompetensi oleh asesor
keperawatan sampai dengan Kredensial oleh Komite Keperawatan bersama mitra bestari.

Pasal 5

(1) Kewenangan Klinis seorang staf keperawatan ditetapkan oleh Komite Keperawatan sesuai jenjang
karir keperawatan dan buku putih keperawatan yang sudah ditentukan.
(2) Kewenangan klinis setiap staf keperawatan dapat saling berbeda walaupun memiliki seminat yang
sama.
(3) Tanpa kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf keperawatan tidak dapat menjadi anggota
Kelompok Staf keperawatan.
(4) Kewenangan klinis diberikan kepada staf keperawatan berdasarkan pertimbangan antara lain:
a. Clinical appraisal (tinjauan atau telaah hasil asessmen kompetensi sampai dengan proses
kredensial) berupa surat rekomendasi;
b. Standar kompetensi dari organisasi profesi;
c. Standar pendidikan;
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

5
d. Standar kompetensi dari kolegium atau Kelompok Staf keperawatan.

Pasal 6
(1) Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis pelayanan keperawatan yang
disebutkan dalam buku putih (white paper) diusulkan oleh komite keperawatan dan disahkan oleh
direktur utama dengan berpedoman pada norma keprofesian yang ditetapkan oleh kolegium setiap
spesialisasi / Kelompok Staf Keperawatan.
(2) Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan kewenangan klinis dari jenis spesialisasi/ seminatan yang
berbeda maka untuk pelayanan keperawatan tertentu Komite Keperawatan dapat meminta informasi
atau pendapat dari Mitra Bestari.

Pasal 7
(1) Kewenangan klinis staf keperawatan terdiri atas:
a. Kewenangan klinis umum;
b. Kewenangan klinis khusus;
(2) Kewenangan klinis umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan kepada setiap tenaga
keperawatan berdasarkan level kompetensi sesuai buku putih.
(3) Kewenangan klinis khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan kepada setiap
tenaga keperawatan berdasarkan area kerja/penugasan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan dan teknologi yang digunakan serta resiko pelayanan.
(4) Setiap tenaga keperawatan dapat memiliki lebih dari 1 (satu) jenis kewenangan klinis sesuai
kompetensi dan kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Pasal 8
Kewenangan klinis seorang staf keperawatan dapat dievaluasi secara berkala untuk ditentukan apakah
kewenangan tersebut dapat dipertahankan, ditambah, dikurangi atau dicabut oleh Direktur utama.

Pasal 9
(1) Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya ditambah maka staf keperawatan yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Utama dengan menyebutkan alasan
serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan yang diakui oleh organisasi profesi dan atau
pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.
(2) Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) maka Direktur Utama akan
meminta Komite Keperawatan untuk melakukan rekredensial.
(3) Direktur Utama berwenang menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Keperawatan.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

6
(4) Setiap permohonan penambahan kewenangan klinis yang disetujui dituangkan pada penugasan klinis
dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Utama dan disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan
kepada Komite Keperawatan.
(5) Apabila permohonan penambahan kewenangan klinis ditolak dituangkan dalam Surat Pemberitahuan
Penolakan yang ditanda tangani oleh Direktur Utama dan disampaikan kepada pemohon serta
ditembuskan kepada Komite Keperawatan.

Pasal 10

Jenjang karir Klinis Keperawatan dan kebidanan diatur dalam buku putih keperawatan RSUP Dr Kariadi
semarang

BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Pasal 11
(1) Penugasan klinis diterbitkan kepada seorang staf keperawatan setelah melalui proses kredensial dan
rekomendasi Komite Keperawatan.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kewenangan klinis yang diberikan
kepada seorang staf keperawatan dan tempat yang bersangkutan untuk dapat melaksanakan tugas.
(3) Penugasan klinis ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
(4) Dalam keadaan kegawatdaruratan staf keperawatan dapat diberikan penugasan klinis untuk melakukan
asuhan keperawatan di luar kewenangan klinis yang dimiliki, sepanjang yang bersangkutan memiliki
kemampuan untuk melakukannya.

Pasal 12
(1) Penugasan klinis seorang staf keperawatan hanya dapat ditetapkan bila:
a. Mempunyai Surat Ijin Kerja sesuai ketentuan perundang-undangan;
b. Memenuhi syarat sebagai staf keperawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan kesehatan
yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit ini;
c. Bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar sehubungan dengan
pelayanan dan tindakan keperawatan dengan mengacu pada standar prosedur operasional (SPO),
dan standar administrasi yang berlaku di rumah sakit; dan
d. Bersedia mematuhi etika keperawatan yang berlaku di Indonesia, baik yang berkaitan dengan
kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
(2) Penugasan klinis berlaku selama 3 (Tiga) tahun.
(3) Penugasan klinis dapat berakhir sebelum jangka waktu berakhirnya dalam hal:
a. Ijin praktik / ijin kerja yang bersangkutan sudah tidak berlaku;

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

7
b. Kondisi fisik atau mental staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
pelayanan keperawatan;
c. Staf keperawatan tidak memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam kewenangan
klinis yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
d. Staf keperawatan telah melakukan tindakan yang tidak profesional atau perilaku menyimpang
lainnya;
e. Staf keperawatan diberhentikan oleh direktur utama karena melakukan pelanggaran disiplin
kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku; atau
f. Staf keperawatan diberhentikan oleh direktur utama karena yang bersangkutan mengakhiri kontrak
dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan satu bulan sebelumnya.
g. Dalam keadaan kegawatdaruratan staf keperawatan dapat diberikan penugasan klinis untuk
melakukan asuhan keperawatan di luar kewenangan klinis yang dimiliki, sepanjang yang
bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.

BAB V
DELEGASI DAN MANDAT TINDAKAN MEDIK
Pasal 13
(1) Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan medik yang merupakan delegasi dari
tenaga medis hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki kewenangan klinis tertentu
berdasarkan hasil kredensial.
(2) Tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap menjadi tanggung jawab tenaga yang
menerima delegasi.

Pasal 14
(1) Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan medik yang merupakan mandat dari
tenaga medis hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki kewenangan klinis tertentu
berdasarkan hasil kredensial.
(2) Tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap menjadi tanggung jawab tenaga yang
memberikan mandat.

BAB VI
KOMITE KEPERAWATAN

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

8
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 15
(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh Direktur Utama.
(2) Komite Keperawatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(3) Kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas, fungsi dan wewenang
Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 16
(1) Susunan organisasi Komite Keperawatan sebagai berikut:
a. Ketua Komite Keperawatan
b. Sekretaris Komite Keperawatan
c. Anggota Komite Keperawatan yang terdiri dari:
1). Sub Komite Kredensial;
2). Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan;
3). Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
(2) Personalia Komite Keperawatan RSUP Dr Kariadi berjumlah minimal 5 (lima) orang.

Pasal 17
(1) Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota Komite Keperawatan ialah staf keperawatan sudah
bekerja di Rumah Sakit minimal 5 (lima) tahun.
(2) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama dengan mempertimbangkan :
a. Sikap profesional;
b. Reputasi;
c. Perilaku; dan
d. Pendidikan dan pengalaman Kerja
(3) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.
(4) Sekretaris Komite Keperawatan, Anggota Komite Keperawatan, Ketua Sub Komite, Anggota Sub
Komite, dan Sekretaris Sub Komite ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Ketua komite
Keperawatan.

Pasal 18
(1) Persyaratan Ketua Komite Keperawatan:
a. Mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
b. Menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran dan dampak yang luas;
c. Peka terhadap perkembangan perumahsakitan;

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

9
d. Bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
e. Mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di lingkungan profesinya; dan
f. Mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.
(2) Dalam menentukan Ketua Komite Keperawatan, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari Dewan
Pengawas.
(3) Ketua Kelompok Staf keperawatan yang diangkat menjadi Ketua Komite Keperawatan wajib
mengundurkan diri dari jabatan Ketua Kelompok Staf keperawatan.
(4) Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Keperawatan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama
RSUP Dr. Kariadi untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk periode
berikutnya.
(5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi.
(6) Ketua dan Anggota Komite Keperawatan dapat diberhentikan pada masa jabatannya apabila:
a) Tidak melaksanakan tugas dengan baik
b) Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d) Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan atau
kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit; dan
e) Adanya kebijakan dari Direktur Utama

Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan
Pasal 19
(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf keperawatan yang bekerja
di rumah sakit dengan cara:
a. Penyusunan daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis pelayanan keperawatan;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan mental,
perilaku, dan etika profesi;
c. Pengevaluasian data pendidikan profesional keperawatan berkelanjutan;
d. Penilaian dan pemberian rekomendasi kewenangan klinis yang adekuat.

(2) Pelaksanaan tugas komite keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Pedoman
pelaksanaan tugas Komite Keperawatan yang ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf keperawatan yang akan melakukan pelayanan keperawatan
dan kebidanan di rumah sakit;

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

10
b. Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.

(2) Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi staf keperawatan, Komite Keperawatan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Berperan menjaga mutu profesi keperawatan dengan memastikan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan oleh staf keperawatan melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun evaluasi kinerja profesi
yang terfokus (focused professional practice evaluation);
b. Pendidikan dan pengembangan profesi berkelanjutan dengan memberikan rekomendasi pendidikan,
pertemuan ilmiah internal dan eksternal; serta Merekomendasikan perencanaan
pengembangan profesinal berkelanjutan staf keperaawatan
c. Pendampingan (proctoring) terhadap staf keperawatan.
d. Melaksanakan audit keperawatan dan/atau kebidanan
(3) Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf keperawatan, Komite
Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Pembinaan etika dan disiplin profesi keperawatan;
b. Pemeriksaan staf keperawatan yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. Rekomendasi pendisiplinan perilaku staf keperawatan; dan
d. Pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis.

Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan memiliki wewenang:
a. Memberikan rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;
d. Memberikan perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan;
f. Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan berkelanjutan;
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Bagian Keempat
Panitia Adhoc dan Mitra Bestari

Pasal 22

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

11
(1) Panitia adhock dibentuk oleh Direktur Utama atas usulan Ketua Komite Keperawatan
(2) Panitia adhock sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri 3 (tiga) orang staf keperawatan atau
lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang dari Sub Komite etik dan disiplin profesi; dan
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan kompetensi yang sama dengan yang diperiksa
dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar rumah sakit, baik atas permintaan Komite
Keperawatan dengan persetujuan Direktur Utama.
(3) Panitia adhock dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit.

Pasal 23
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu oleh panitia adhoc dari mitra
bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 24
(1) Mitra Bestari (peer group) adalah Kelompok Staf keperawatan dengan reputasi dan kompetensi profesi
yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi keperawatan termasuk evaluasi
kewenangan klinis.
(2) Mitra Bestari tidak terbatas dari staf keperawatan yang ada di rumah sakit, tetapi dapat juga berasal dari
rumah sakit lain, perhimpunan bidan, perhimpunan perawat spesialis, kolegium perawat spesialis, dan /
atau institusi pendidikan keperawatan dan/atau kebidanan.
(3) Mitra Bestari dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu Komite Keperawatan melakukan
kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
(4) Penetapan Mitra Bestari sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat (3) ditetapkan dengan keputusan
Direktur Utama atas usulan Ketua Komite Keperawatan.

BAB VII
RAPAT
Pasal 25
(1) Rapat Komite Keperawatan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite Keperawatan untuk
membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian tenaga keperawatan sesuai tugas dan
kewajibannya.
(2) Rapat Komite Keperawatan terdiri dari rapat rutin, rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan, dan
rapat khusus.
(3) Peserta rapat Komite Keperawatan selain Anggota Komite Keperawatan, apabila diperlukan dapat juga
dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan agenda rapat, baik internal maupun eksternal Rumah Sakit
yang ditentukan oleh Komite Keperawatan.
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

12
(4) Setiap rapat Komite Keperawatan dibuat Undangan, presensi dan notulen rapat.
(5) Mekanisme pelaksanaan rapat Komite Keperawatan diatur dalam pedoman rapat Komite Keperawatan.

Pasal 26
(1) Rapat rutin Komite Keperawatan:
a. Rapat rutin diselenggarakan terjadual paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan dengan
interval yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan;
b. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan klarifikasi, mencari
alternatif solusi berbagai masalah pelayanan keperawatan dan membuat usulan tentang kebijakan
pelayanan keperawatan;
c. Notulen rapat rutin disampaikan pada setiap penyelenggaraan rapat rutin berikutnya.
(2) Rapat Komite Keperawatan dengan Direktur Medik dan Keperawatan:
a. Rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan diselenggarakan terjadual paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 2 (dua) bulan dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh
Komite Keperawatan dan Direktur Medik dan Keperawatan;
b. Rapat bertujuan untuk menginternalisasikan kebijakan dan peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan profesi dan pelayanan keperawatan, mendiskusikan berbagai masalah pelayanan
keperawatan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan serta menampung usulan
tentang kebijakan pelayanan keperawatan;
c. Notulen rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan disampaikan pada setiap penyelenggaraan
rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan berikutnya.
(3) Rapat khusus Komite Keperawatan:
a. Rapat khusus diselenggarakan atas permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga)
orang anggota Komite Keperawatan;
b. Rapat khusus bertujuan untuk membahas masalah mendesak/penting yang segera memerlukan
penetapan/keputusan Direktur Utama;
c. Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Komite Keperawatan kepada peserta rapat
melalui telepon/ surat sebelum rapat diselenggarakan, dengan memberitahukan agenda rapat.
(4) Pimpinan rapat Komite Keperawatan:
a. Setiap rapat Komite Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan, apabila Ketua
berhalangan hadir dalam suatu rapat, bila kuorum telah tercapai, maka Anggota Komite
Keperawatan yang hadir dapat memilih pimpinan rapat;
b. Pimpinan rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a, berkewajiban melaporkan hasil keputusan
rapat kepada Ketua Komite Keperawatan.
(5) Kuorum:
a. Dalam hal untuk pengambilan keputusan, rapat Komite Keperawatan hanya dapat dilaksanakan bila
kuorum tercapai;

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

13
b. Kuorum dianggap tercapai bila ½ (setengah) ditambah 1 (satu) orang dari jumlah seluruh anggota
Komite Keperawatan hadir;
c. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam dari waktu yang telah ditentukan, maka
rapat ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat, hari dan jam yang disepakati paling lambat
dalam waktu 2x24 jam;
d. Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam dari waktu rapat yang telah ditentukan
sebagaimana dimaksud pada huruf c, maka rapat dapat dilaksanakan dan segala keputusan yang
terdapat dalam notulen rapat disahkan dalam rapat Komite Keperawatan berikutnya.
(6) Pengambilan putusan rapat:
a. Pengambilan putusan rapat Komite Keperawatan berdasarkan pendekatan berbasis bukti (evidence-
based);
b. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak;
c. Apabila belum mendapat kesepakatan maka pimpinan rapat menyampaikan hasil rapat kepada
Direktur Utama untuk diputuskan;
d. Keputusan rapat Komite Keperawatan merupakan sebuah rekomendasi yang diberikan kepada
Direktur Utama.

BAB VIII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Kredensial

Pasal 27
(1) Sub komite kredensial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/ personalia Subkomite kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
keperawatan yang memiliki penugasan klinis.
Bagian Kedua
Tugas dan wewenang Sub Komite Kredensial
Pasal 28
Subkomite kredensial bertugas:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. Membuat usulan buku putih (white paper).
c. Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial dari Direktur SDM
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
e. Melakukan kredensial dan atau rekredensial
f. Membuat laporan seluruh proses kredensial kepada ketua komite keperawatan untuk diteruskan ke
direktur Utama.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

14
Pasal 29

Dalam melaksanakan tugasnya, Sub komite kredensial memiliki kewenangan memberikan rekomendasi
rincian Kewenangan Klinis melalui ketua komite keperawatan.

Bagian Ketiga
Kredensial dan Rekredensial
Pasal 30

(1) Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian kewenangan klinis setiap
spesialisasi keperawatan sesuai buku putih (white paper).
(2) Proses kredensial dan rekredensial meliputi pemeriksaan dan pengkajian elemen:
a. Kompetensi:
1) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang berlaku;
2) Kognitif;
3) Afektif;
4) Psikomotor.
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
(3) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif, sesuai dengan prosedur
dan terdokumentasi.
(4) Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk panel atau panitia adhoc atau melibatkan Mitra
Bestari.
(5) Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite Keperawatan kepada Direktur Utama dalam bentuk
kewenangan klinis seorang staf keperawatan.

Pasal 31
(1) Rekredensial terhadap staf keperawatan dilakukan dalam hal:
a. Penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki oleh staf keperawatan telah habis masa
berlakunya;
b. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait tugas dan kewenangannya;
c. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental.
d. Dipandang perlu adanya penambahan/ pengurangan kompetensi kepada staf keperawatan
e. Pemulihan kewenangan klinis bagi staf keperawatan karena alasan tertentu.
(2) Rekomendasi hasil rekredensial berupa:
a. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

15
c. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
f. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
g. Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi; atau
h. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

BAB IX
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Penggorganisasian SubKomite Mutu Profesi

Pasal 32
(1) Subkomite mutu profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite mutu profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
keperawatan yang memiliki penugasan klinis.

Bagian Kedua
3Tugas Dan Wewenang Subkomite Mutu Profesi

Pasal 33

Subkomite mutu profesi bertugas:


a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit kasus dan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

Pasal 34

Dalam melaksanakan tugasnya, Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan


rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan kebidanan
berkelanjutan serta pendampingan.

BagianKetiga
Audit Keperawatan
Pasal 35
1)Melakukan audit keperawatan dan kebidanan dengan cara:
a. pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
b. penetapan standar dan kriteria;
c. penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
d. membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

16
e. melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
f. menerapkan perbaikan;
g. rencana reaudit.

2) Pelaksanaan audit keperawatan menggunakan catatan asuhan keperawatan dan/atau kebidanan yang
dibuat oleh staf keperawatan.
(3) Hasil dari Audit keperawatan sebagaimana pada ayat (1) berfungsi:
a. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi secara profesional terhadap mutu asuhan keperawatan
rumah sakit
b. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap kompetensi masing-masing staf keperawatan;

Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 36
(1) Memberikan rekomendasi atau persetujuan pendidikan berkelanjutan baik yang merupakan program
rumah sakit maupun atas permintaan staf keperawatan sebagai usulan kepada Direktur utama;
(2) Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan:
a. Menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang harus dilaksanakan oleh masing-masing Kelompok
Staf keperawatan;
b. Mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus keperawatan antara lain, jurnal klub, kasus
keselamatan pasien, kasus keperawatan sulit, maupun kasus keperawatan langka;
c. Merekomendasikan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh staf keperawatan berdasarkan
kebutuhan area kompetensi sesuai kebijakan rumah sakit.
d. Bersama dengan Bagian Pendidikan & Penelitian memfasilitasi kegiatan ilmiah dan mengusahakan
Satuan Kredit Profesi (SKP) dari organisasi profesi.
(3) Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai undangan, presensi dan notulen.

Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 37
(1) Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan dalam upaya pembinaan profesi bagi staf
keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin atau pengurangan kewenangan klinis.
(2) Staf keperawatan yang akan memberikan pendampingan (proctoring) ditetapkan oleh Ketua Komite
Keperawatan.
(3) Pendampingan (proctoring) dilaksanakan dengan metode mentorship

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

17
(4) Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring) difasilitasi dan
dikoordinasikan bersama direktur terkait.
(5) Hasil pendampingan (proctoring) berupa rekomendasi Komite Keperawatan kepada Direktur Utama
tentang lingkup kewenangan klinis dan penugasan klinis seorang staf keperawatan.

BAB X
SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi

Pasal 38
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite etik dan disiplin profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
staf keperawatan yang memiliki penugasan klinis.
(3) Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang Subkomite Etik dan Disiplin Profesi
Pasal 39

Tugas Sub komite etik dan disiplin profesi:

a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;


b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. Melakukan penegakkan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-masalah etik
dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
e. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/atau surat penugasan klinis(clinical
appointment);
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan.

Pasal 40
Dalam melaksanakan tugasnya, Sub komite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical privilege) tertentu, memberikan rekomendasi
perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis (delineation of clinical privilege), serta memberikan
rekomendasi pemberian tindakan disiplin kepada ketua komite keperawatan.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

18
Bagian Ketiga
Etik Profesi Keperawatan

Pasal 41

(1) Unsur-unsur pokok dari kode etik keperawatan adalah prinsip dan nilai, pernyataan tanggung jawab
dan tingkat pembibingan yang diberikan kepada pasien
(2) Prinsip – prinsip dan nilai menjadi fokus dalam praktik keperawatan dan bermuara pada interaksi
professional dengan pasien dan menggunakan prinsip caring
(3) Nilai utama dalam kode etik keperawatan adalah kesehatan, kesejahteraan, pilihan, martabat,
akuntabilitas dan lingkungan praktik yang kondusif bagi asuhan keperawatan yang aman, kompeten
dan etis
(4) Pernyataan tanggung jawab dimaksud bahwa perawat dan bidan bersedia menanggung segala
perbuatan dan pilihan sikapnya dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan
(5) Pembinaan yang diberikan meliputi : menyusun program pembinaan , diskusi, ceramah, lokakarya,
coaching, bed side teaching, diskusi refleksi kasus

Pasal 42

(1) Tolok ukur penegakan etik berupa kode etik keperawatan, kode etik kebidanan, kode etik perawat
gigi, code of conduct serta nilai-nilai RSUP Dr. Kariadi Semarang.
(2) Penegakan etik profesi Keperawatan berlaku bagi Perawat, bidan dan perawat gigi yang bekerja di
RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Bagian Keempat
Disiplin Profesi

Pasal 43

(1) Penegakan disiplin Profesi berlaku bagi perawat, bidan dan petawat gigi yang bekerja di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
(2) Pelanggaran disiplin profesi merupakan pelanggaran terhadap aturan-aturan dan atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksananaan dalam pelayanan yang harus diikuti oleh tenaga
Keperawatan.
(3) Batas Yurisdikasi Disiplin Profesi Keperawatan adalah:
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

19
a. Perawat dan Bidan yang telah ter-registrasi dan bekerja di RSUP Dr. Kariadi Semarang;
b. Ada hubungan pelayanan dengan pasien;
c. Tindakan keperawatan dan kebidanan yang terjadi setelah ditetapkannya Komite Keperawatan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang;
d. Ada dugaan kuat pelanggaran disiplin; dan
e. Bukan ranah hukum.

Pasal 44

Tolok ukur Disiplin profesi adalah:


(1) Pedoman pelayanan keperawatan di rumah sakit;
(2) Daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
(3) Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan keperawatan (white paper) di rumah
sakit;
(4) Standar Kompetensi Perawat dan bidan , Standar Asuhan Keperawatan, serta Standar Asuhan
Kebidanan
(5) Pedoman perilaku profesional; Standar Kinerja Profesional (code of conduct) RSUP Dr. Kariadi
Semarang
(6) Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia;
(7) Standar Praktik Keperawatan
(8) Standar prosedur operasional pelayanan keperawatan.

Pasal 45

(1) Mekanisme pemeriksaan pada upaya penegakan disiplin profesional ditetapkan oleh Komite
Keperawatan.
(2) Tahapan mekanisme pemeriksaan pelanggaran disiplin profesi adalah
a. Tahap pengaduan;
b. Tahap pendalaman kasus;
c. Tahap persidangan;
d. Tahap keputusan; dan
e. Tahap banding.
(3) Macam Keputusan
a. Bukan merupakan pelanggaran
b. Pelanggaran
1) Unsur kesengajaan
2) Kelalaian
a) Malfeasance, yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat / layak
(Melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat)

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

20
b) Misfeasance, yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat (Melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur).
c) Nonfeasance, yaitu tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya.
(4) Sanksi pelanggaran meliputi :
a. Peringatan tertulis;
b. Limitasi ( reduksi) kewenangan klinis ( clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai kewenangan untuk
pelayanan keperawatan tersebut;
d. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau menetap;
e. Kewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan.

Bagian Kelima
Pembinaan Profesi
Pasal 46
(1) Pembinaan profesionalisme staf keperawatan dapat diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi,
symposium atau lokakarya.
(2) Staf keperawatan dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis pada suatu kasus
pengobatan di rumah sakit kepada Komite Keperawatan melalui Ketua Kelompok Staf keperawatan.
(3) Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus dengan
mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan pertimbangan pengambilan
keputusan etis.

BAB XI

PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA

Pasal 47
(1) Semua pelayanan keperawatan dilakukan oleh setiap staf keperawatan di Rumah Sakit berdasarkan
penugasan klinis dari Direktur Utama.
(2) Masing-masing Kelompok Staf keperawatan wajib membuat pedoman pelayanan keperawatan, standar
prosedur operasional dan peraturan pelaksanaan lainnya.
(3) Kebijakan teknis operasional pelayanan keperawatan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff ByLaws) ini.
(4) Dalam melaksanakan tugas, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di
lingkungannya maupun dengan Kelompok Staf keperawatan lain atau instansi lain yang terkait.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

21
(5) Untuk menangani pelayanan keperawatan tertentu, Direktur Utama dapat membentuk panitia atau
kelompok kerja.
(6) Setiap Ketua Kelompok Staf keperawatan wajib membantu Direktur Medik dan Keperawatan serta
Komite Keperawatan melakukan bimbingan, pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya.
(7) Peraturan pelaksanaan tata kelola klinis ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 48
(1) Pengorganisasian staf keperawatan di RSUP Dr Kariadi dilakukan dengan pembentukan Kelompok
Staf Keperawatan berdasarkan Spesialisasi / Unit Kerja / Ruang Perawatan.
(2) Kelompok Staf keperawatan dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Utama.
(3) Kelompok Staf keperawatan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan

Pasal 49
(1) Kelompok Staf Keperawatan RSUP Dr Kariadi terdiri dari:
a. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah ; Bedah;
b. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Infeksi;
c. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Non Infeksi;
d. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Diagnostik;
e. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Kamar Bedah;
f. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Onkologi;
g. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Rawat Jalan;
h. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Hemodialisa;
i. Kelompok Staf Keperawatan Medikal Bedah Kardiovaskuler;
j. Kelompok Staf Keperawatan Geriatri;
k. Kelompok Staf Keperawatan Jiwa;
l. Kelompok Staf Keperawatan Kritis ICU/ICCU;
m. Kelompok Staf Keperawatan Kritis HCU;
n. Kelompok Staf Keperawatan Kritis Gawat Darurat;
o. Kelompok Staf Keperawatan Anak;
p. Kelompok Staf Keperawatan Anak Kritis Neonatus;
q. Kelompok Staf Keperawatan Anak Kritis;
r. Kelompok Staf Keperawatan Maternitas;; dan
s. Kelompok Staf Kebidanan;
(2) Perubahan nama, penambahan dan pengurangan Kelompok Staf keperawatan ditetapkan oleh Direktur
Utama.

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

22
Bagian Kedua
Keanggotaan Kelompok Staf keperawatan
Pasal 50
(1) Seluruh staf keperawatan baik pegawai Negeri Sipil atau pegawai Non Pegawai Negeri Sipil wajib
menjadi Anggota Kelompok Staf keperawatan kecuali Perawat sedang dalam masa orientasi.
(2) Setiap Kelompok Staf keperawatan beranggotakan minimal 5 (lima) orang staf keperawatan dengan
spesialisasi yang sama, dalam hal staf keperawatan dengan spesialisasi yang sama kurang dari 5 (lima)
orang atau belum ditetapkan sebagai Kelompok Staf keperawatan tertentu, maka staf keperawatan yang
besangkutan masuk dalam Kelompok Staf keperawatan yang ada di rumah sakit.
(3) Penempatan staf keperawatan kedalam Kelompok Staf Keperawatan ditetapkan dengan surat
keputusan Direktur Utama.

Pasal 51
(1) Setiap Kelompok Staf keperawatan dipimpin oleh seorang ketua yang ditetapkan oleh Direktur Utama
dengan mempertimbangkan Pendidikan dan Pengalaman Kerja, serta tidak pernah terlibat dalam
masalah pelanggaran hukum.
(2) Dalam menentukan Ketua Kelompok Staf keperawatan, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari
Direktur dan Komite Keperawatan.
(3) Penetapan sebagai Ketua Kelompok Staf keperawatan ditetapkan dengan surat keputusan Direktur
Utama untuk masa bakti selama 3 (tiga) tahun.
(4) Apabila Ketua Kelompok Staf keperawatan diberhentikan maka Direktur Utama menetapkan Ketua
Kelompok Staf keperawatan yang baru sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan Pendidikan
dan Pengalaman Kerja, serta tidak pernah terlibat dalam masalah pelanggaran hukum.
(5) Tata cara pengangkatan Ketua Kelompok Staf keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Ketiga
Tugas dan Wewenang Ketua Kelompok Staf keperawatan

Pasal 52
Ketua Kelompok Staf keperawatan mempunyai tugas dan wewenang:
(1) Mengkoordinasikan semua kegiatan Anggota Kelompok Staf keperawatan dalam menyusun program
peningkatan keilmuan dan ketrampilan semua anggota Kelompok Staf keperawatan kepada Direktur
Medik dan Keperawatan melalui komite keperawatan.
(2) Membantu Direktur Medik dan Keperawatan dalam membina Anggota Kelompok Staf keperawatan
untuk meningkatkan mutu profesi keperawatan

Bagian Keempat
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Kelompok Staf keperawatan

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

23
Pasal 53
Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Kelompok Staf keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama
dengan mempertimbangkan rekomendasi Komite Keperawatan

Pasal 54
(1) Pemberhentian staf keperawatan sebagai Anggota Kelompok Staf keperawatan berupa pemberhentian
sementara atau pemberhentian menetap .
(2) Pemberhentian menetap apabila anggota Kelompok Staf dalam
a. Kondisi fisik dan atau mental staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu lagi secara
menetap melakukan tindakan keperawatan, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh Tim Kesehatan yang berwenang; atau
b. Melakukan pelanggaran hukum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
c. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh Organisasi Profesi dengan
sanksi tidak dapat menjalankan profesi secara tetap/selamanya; atau
d. Berakhir masa perjanjian kerja dan tidak diperpanjang; atau
e. Tidak disetujui untuk diangkat kembali sebagai anggota Kelompok Staf keperawatan.
(3) Pemberhentian sementara apabila:
a. Kondisi fisik staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu melakukan tindakan keperawatan
(enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun; atau
b. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh organisasi profesi dengan
sanksi tidak dapat menjalankan profesi sementara; atau
c. Secara berulang melakukan pelanggaran disiplin profesi keperawatan atau peraturan lain yang
terkait; atau
d. Dicabut kewenangan klinisnya; atau
e. Surat ijin praktek di rumah sakit sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang ada; atau
f. Tidak memenuhi standar kompetensi sesuai dengan profesinya dibuktikan dengan tidak lulus
asesmen kompetensi; atau
g. Staf keperawatan yang memasuki usia pensiun namun berdasarkan pertimbangan direktur utama
yang bersangkutan masih dapat diangkat sebagai anggota Kelompok Staf keperawatan / yang masih
dalam proses pertimbangan untuk pengangkatan kembali sebagai anggota Kelompok Staf
keperawatan; atau
h. Berakhir masa perjanjian kerja dan belum diperpanjang; atau
i. Cuti diluar tanggungan negara sebagai apartur sipil negara (asn)

Pasal 55

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

24
(1) Pengangkatan kembali staf keperawatan sebagai Anggota Kelompok Staf keperawatan harus
menyampaikan:
a. Surat permohonan dari yang bersangkutan kepada Direktur Utama;
b. Foto copi Surat Tanda Registrasi;
c. Foto copi Surat Ijin Praktek;
d. Surat keterangan sehat;
e. Surat pernyataan sanggup mematuhi dan melaksanakan etika dan disiplin profesi;
f. Surat pernyataan sanggup mematuhi segala peraturan yang berlaku di lingkungan Rumah Sakit.
(2) Bila diperlukan dapat diminta kajian dan rekomendasi dari Komite Keperawatan untuk pengangkatan
kembali anggota Kelompok Staf keperawatan;
(3) Keputusan persetujuan atau penolakan dikeluarkan dalam waktu 30 hari kerja oleh Direktur Utama .

Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Staf Keperawatan

Pasal 56
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
1) memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundangundangan;
2) memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.
3) menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
4) menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
5) memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Pasal 57
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
1) melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
2) memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar
profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3) merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
4) mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar; memberikan informasi yang
lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien
dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
5) melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi Perawat; dan melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah

RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

25
Bagian Keenam
Tugas dan Fungsi Staf Keperawatan
Pasal 58
(1) Tugas staf keperawatan :
a. Melaksanakan kegiatan profesi yang terkait dengan asuhan keperawatan dan/atau asuhan
kebidanan;
b. Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan/pelatihan berkelanjutan;
c. Menjaga kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan serta standar etika dan
disiplin yang sudah ditetapkan;
d. Menyusun, mengumpulkan, menganalisis dan membuat laporan pemantauan indikator kinerja
individu.
(2) Fungsi staf keperawatan secara perorangan adalah sebagai pelaksana pelayanan asuhan keperawatan
dan/atau asuhan kebidanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang
keperawatan.
(3) Staf keperawatan yang menduduki jabatan manajerial fungsional tetap melakukan asuhan
keperawatan sesuai jabatan fungsional perawat yang diatur dalam kebijakan RSUP Dr Kariadi
Semarang

BAB XII
TATA CARA REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 59
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff ByLaws) secara berkala sekurang-kurangnya setiap
3 (tiga) tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan dengan perkembangan profesi keperawatan dan
kondisi rumah sakit.
(2) Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum) dan/atau mengubah pasal yang
telah ada (Amandemen) yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dari Peraturan Internal ini.
(3) Mekanisme review dan perubahan ditetapkan oleh Direktur utama.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 60
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff ByLaws) ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan pelaksanaan lainnya harus
disesuaikan dengan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff ByLaws) ini.
(3) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal ini dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff
ByLaws) ini.
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

26
RSUP Dr.Kariadi :
Paraf
Hukormas :

27

Anda mungkin juga menyukai