BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam pencapaian
pembangunan kesehatan di Indonesia khususnya dan di dunia pada
umumnya. Adapun profesi perawat merupakan tenaga profesional
terbanyak di lingkungan Rumah Sakit dengan proporsi 65% tenaga
perawat dan 35% tenaga kesehatan yang lain. Perawat juga merupakan
salah satu ujung tombak dari pelayanan kesehatan terutama di rumah
sakit.Oleh karena itu, sesungguhnya perawat adalah orang penting/
berharga tinggi dan hendaknya diperlakukan selayaknya sebagai orang
penting pula.
“Dianggap berharga” bagi setiap perawat itu “penting”, sebagai
wujud aktualisasi diri.Namun pengakuan saja tentu belumlah dirasa
cukup memadai untuk membuat seorang professional perawat merasa
puas dengan kinerjanya. Kepuasan kerja professional perawat juga
haruslah dibuktikan dengan penghargaan yang aktual yang memiliki
nilai prestise yang tinggi pula, baik berupa materi maupun non materi.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Manajemen RSUD Kelas B
Majalaya memberikan kesempatan kepada Jajaran Keperawatan untuk
merumuskan Implementasi Jenjang Karir Perawat Klinik yang mengacu
pada Pedoman Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat
1
(Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, 2006), meskipun kami (Tim
Penyusun Jenjang Karir RSUD Majalaya) menganggap masih perlu
penyempurnaan lebih lanjut. Dengan adanya sistem Jenjang Karir
Perawat klinik yang sedang di kembangkan saat ini diharapkan menjadi
sebuah solusi di masa mendatang.
Kami menyadari bahwa jumlah perawat yang banyak, dengan latar
belakang (seperti: pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan-pelatihan,
kemampuan dan sebagainya) bervariasi akan membuat kompetensi tiap-
tiap perawat juga bervariasi. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
mapping perawat yang bertujuan untuk mengelompokan masing-masing
perawat pada level mana selayaknya ia berada dan kompetensi apa yang
dimilikinya sehingga dapat ditentukan seberapa besar nilai penghargaan
pantas bagi perawat klinik tersebut.
2
keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Untuk itu diperlukan
perawat yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang
serta memilki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat
diberikan dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan
keluarganya.
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi keperawatan. Proses kredensial
merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan
standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi
(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier
Erb, 1990). Karena proses kredensial praktik keperawatan di Indonesia
belum ditata secara sempurna, maka dalam penjelasan berikut akan
diuraikan proses kredensial yang dilaksanakan baik di Amerika maupun
Kanada.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan berkompeten
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu keperawatan dan keselamatan pasien
2. Menetapkan kompetensi dan kewenangan klinik yang jelas bagi
tenaga keperawatan
3. Menetapkan pengakuan dan penghargaan terhadap praktik klinik
keperawatan yang berada di semua level pelayanan
4. Menetapkan dasar pengembangan profesional diri melalui jenjang
karier keperawatan
5. Mendorong penguatan dalam proses rekrutmen tenaga
keperawatan
6. Menetapkan dasar blue print penilaian kinerja berbasis kompetensi
keperawatan
3
7. Menetapkan dasar blue print reward dan reinforcement berbasis
kinerja
D. BATASAN OPERASIONAL
RSUD Majalaya sejak tahun 2015 telah mencoba untuk
mengembangkan sistem jenjang karir perawat (perawat klinis), dengan
cara membentuk tim yang beranggotakan berbagai elemen perawat di
RSUD Majalaya dibawah bimbingan konsultan dari pakar praktisi
perawat di pendidikan dan pakar praktisi perawat di rumah sakit. Dari
para pakar tersebut, kami mendapatkan banyak masukan tentang
mapping jenjang karir perawat namun dalam iplementasinya sulit
dilaksanakan dikarenakan belum samanya persepsi jenjang karir yang di
bangun.
4
Pada tahun 2015, Komite Keperawatan RSUD Majalaya
melakukan sosialisi implementasi jenjang karir perawat, untuk
mendapatkan pemahaman bersama tentang jenjang karir perawat yang
dapat dilaksanakan di RSUD Majalaya.
Namun seiring akan dilaksanakanya akreditasi RS versi Snars
edisi 1 pada tahun 2019 maka dilakukan kredensial keperawatan untuk
memenuhi salah satu standar akreditasi KKS (Kompetensi dan
Kewenangan Staf). Oleh karena alasan tersebut dan juga sudah adanya
regulasi jenjang karir, maka pada bulan Oktober 2015 manajemen RS
membuat komitmen untuk mengembangkan jenjang karir profesional
perawat klinik dan pada tahun 2019 dilaksanakan Kredensial Dan
Rekredensial pada perawat dan bidan di RSUD Majalaya.
Konsepnya seperti piramida terbalik, sehingga para perawat klinis
dapat mengembangkan diri seluas-luasnya, Semakin tinggi karir perawat
klinis diharapkan kesejahteraannya juga akan semakin meningkat
dengan system reward, sebanding dengan kompetensi yang dimilikinya.
Pada akhir desember 2019 mapping perawat klinik dan panduan jenjang
karir perawat klinik RSUD Majalaya disahkan oleh direktur sebagai
standar panduan yang sah.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2011 Tentang APD
(Alat Pelindung Diri)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
5
HK.02.02/menkes/148/1/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaran
Praktik Perawat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun
2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2017 tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional
Perawat Klinis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 b
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Minimal RumahSakit;
12. Keputusan Direktur RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Provinsi
Jawa Barat Nomor 495.3/377/2013 tentang Komite Keperawatan.
13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional
Perawat;
6
BAB II
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Kredensial adalah proses review/telaah validasi terhadap
dokumen pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan, sertifikasi,
lisensi dan dokumen profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga
keperawatan. Proses kredensial memberi keputusan dan menjamin
apakah tenaga keperawatan yang bersangkutan layak diberi
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Rekredensialadalah proses Re-evaluasi terhadap tenaga
keperawatan yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical privilege )
untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi
akan kewenangan klinis untuk suatu periode tertentu yaitu 3 tahun.
Staf Keperawatan Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) adalah Perawat
dan bidan yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit maupun
yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan penempatan dirumah
sakit dari pejabat yang berwenang dan memiliki kewenangan untuk
melakukan Asuhan Keperawatan.
Staf Keperawatan kontrak BLUD adalah Perawat dan bidan
yang telah terikat perjanjian dengan RSUD Majalaya dan hanya
memiliki kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan di
RSUD Majalaya.
Staf Keperawatan Magang adalah Perawat dan bidan yang telah
terikat perjanjian dengan RSUD Majalaya dan hanya memiliki
kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan di RSUD
Majalaya sesuai perjanjian.
Staf Keperawatan konsultan tamu adalah seorang perawat atau
bidan yang telah diketahui memilikiki reputasi tinggi dibidang
keahliannya yang diminta oleh rumah sakit untuk melakukan
tindakan Keperawatan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
7
Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya
Kabupaten Bandung.
Komite Keperawatan adalah wadah non struktrural dari Staf
keperawatan di RSUD Majalaya bertujuan untuk menghimpun,
merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide
perawat/bidan sehingga memungkinkan penggunaan gabungan
pengetahuan, keterampilan, dan ide dari staf profesional keperawatan
yang keanggotaanya berasal dari kelompok Staf keperawatan dan
bidan atau yang mewakili.
Sub Komite adalah kelompok kerja dibawah Komite
Keperawatan yang dibentuk untuk menanggulangi masalah
keprofesian Keperawatan tertentu.
Kelompok Staf Keperawatan (KSKp) adalah kelompok perawat
klinik yang mempunyai area peminatan yang sama, komitmen,
reputasi dan kompetensi yang baik untuk memajukan kelompoknya
dengan meningkatkan pengetahuan, mendesiminasikan kepada
koleganya sehingga akhirnya dapat meningkatkan pelayanan
terhadap klien dengan membuat keputusan secara otonomi dan
penuh percaya diri serta mengadvokasi klienya bila dibutuhkan.
Jenjang karier merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja
dan professionalisme, sesuai dengan bidang pekerjaan melalui
peningkatan kompetensi (Depkes, 2008) diantaranya :
a. Perawat Klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan
keperawatan langsung pada klien sebagai individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawat Klinik (PK) terdiri dari Pra PK (Orientasi), PK I(Perawat
Pelaksana), PK II (Perawat Pelaksana Lanjutan ),PK III(Perawat
Penyelia), , PK IVA (Perawat Pertama), PK V (Perawat Utama)
c. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan
keperawatan disarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat
bawah, tingkat menengah maupun tingkat atas.
8
d. Perawat Manajer (PM) terdiri dari PM I (Ketua tim, IPCLN), PM II
(Kepala Ruang/supervisi,Sekretaris Komite, Ketua Sub Komite, IPCN),
PM III (Case Manajer / Kepala Instalasi,Kepala Seksi Keperawatan,
Ketua Komite Keperawatan), PM IV (Kepala Bidang Keperawatan), PM
V (Direktur Keperawatan)
e. Perawat Pendidik (PP) yaitu perawat yangmemberikanpendidikan
kepadapeserta didik dan perawat di bawah tanggung jawabnyadi
institusi pendidikankeperawatan dan institusi pelayanan kesehatan
f. Perawat Pendidik terdiri dari PP I (Clinical Instructure/CI), PP II
(Nurse Educator/NE), PP III (Asessor), PP IV (Trainer), PP V (Master of
Trainer)
g. Perawat Peneliti/Riset(PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang
penelitian pelayanan keperawatan/kesehatan
h. Perawat Riset terdiri dari PR Pratama, PR Muda, PR Madya dan PR
Utama
B. KEBIJAKAN
Direktur menetapkan bahwa setiap SDM Keperawatan yang
bekerja RSUD Majalaya :
a. Mengikuti Kredensial Keperawatan yang dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua,
sekertaris dan anggota serta dibantu oleh Kelompok Staf Keperawatan
(KSKp) atau Mitra Bestari.
b. Mengikuti Re-Kredensial yang dilaksanakan setiap 3 tahun untuk
Pegawai Negeri Sipil (PNS)dan tenaga kontrak BLUD , 1 tahun untuk
tenaga keperawatan magang
c. Memiliki Ijasah pendidikan keperawatan / kebidanan yang
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tinggi keperawatan / kebidanan
yang terakreditasi oleh lembaga yang berwenang
d. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) perawat / bidan yang
dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
9
e. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) perawat/bidan yang dikeluar oleh
pemerintah daerah yang berwenang bagi SDM Keperawatan yang
akan Re-kredensial
f. Memiliki pelatihan keperawatan yang dikeluarkan oleh lembaga yang
terakreditasi dengan masa berlaku 5 tahun dari pelaksanaan
kredensial/re-redensial.
g. Pengalaman kerja di Rumah Sakit sebelumnya bisa diakui, jika dapat
menunjukkan surat pengalaman kerja dan sertifikat yang dimiliki
h. SDM Keperawatan yang bekerja dan melakukan praktik keperawatan
di RS dalam semua lini jenjang karier perawat (PK, PM, PP, PR) harus
dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS
i. Surat Keputusan Direktur RS yang dimaksud adalah SPKK (Surat
Penugasan Kewenangan Klinis Keperawatan) bagi setiap SDM
Keperawatan sesuai dengan masing-masing level jenjang kariernya.
j. SDM Keperawatan yang ditugaskan dalam level jenjang karier
Perawat Manjer II(PM II) dan seterusnya, harus memenuhi syarat
pendidikan yang telah di tentukan, jika belum, pada masa transisi
diberikan kesempatan untuk menyesuaikan pendidikan yang sesuai
dalam waktu 3 (tiga) tahun dan mengisi surat pernyataan yang telah
disediakan disaksikan Sub Bag Kepegawaian dan diketahui Kepala
Bidang Keperawatan.
C. PENGORGANISASIAN
Kredensial Keperawatan dilaksanakan oleh Komite Keperawatan
dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan
anggota serta dibantu oleh Kelompok Staf Keperawatan (KSKp). Adapun
tugas sub komite kredensial adalah :
a. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang
karir, berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
b. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
1. Kelengkapan berkas kredensial
2. Kompetensi
10
3. Status kesehatan
4. Perilaku
5. Etika profesi
c. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan
rekomendasi kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
d. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik
dan adanya permintaan khusus dari komite keperawatan.
e. Melakukan penjenjangan Karir Perawat untuk membedakan/
mengelompokan level PK para perawat klinisi (PK) dan perawat
manajer (PM), Perawat Pendidik (PP), Perawat Riset (PR).
2. Mapping Awal
Mapping awal merupakan langkah yang didasarkan pada pola
jenjang karir yang telah ditetapkan, di area keperawatan medikal
bedah, kritis,Hemodialisa, Anak, Gawat darurat dan maternitas,
sehingga kita dapat mengetahui posisi level awal dari masing-masing
sumber daya keperawatan.
Dalam Implementasi jenjang karir keperawatan, mapping awal
adalah langkah yang krusial dalam penetapannya sehingga perlu di
lakukan modifikasi-modifikasi yang dapat menampung semua unsur
elemen perawat yang ada, sehingga dapat memperlancar
implementasi jenjang karir yang berbasis pada kompensasi
11
remunerasi dan system penghargaan, dampak selanjutnya
kompetensi perawat klinik terus meningkat dan pelayanan
keperawatan terus membaik.
3. Penyusunan Standar Kompetensi Keperawatan
Standar kompetensi keperawatan yang ada mengacu pada lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2017
tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis
Dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.25
Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka
Kreditnya yang disesuaikan dengan Standar Pelayanan Keperawatan
RSUD Majalaya.
4. Penyusunan Kewenangan Klinis Keperawatan
Kewenangan klinis yang disusun mencakup kompetensi sesuai area
praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit. Kriteria kewenangan klinis
sesuai dengan persyaratan kredensial dan berbagai metode yang
disepakati.
5. Asessemen Kompetensi
Uji kompetensi/ assessmen kompetensi merupakan langkah terakhir
dalam melakukan mapping dan uji ini di dasarkan pada pola internal
jenjang karir yang sudah di tetapkan. Hasil uji kompetensi ditetapkan
oleh assesor. Tiap-tiap perawat yang telah ditetapkan PK nya akan
diberikan sertifikat sebagai pengakuan Rumah Sakit terhadap
kompetensinya.
6. Penjenjangan Karier Keperawatan
Pemberlakukan jenjang karir profesional perawat dilakukan secara
bertahap berdasarkan formasi dan kebutuhan dengan
memperhatikan kelangsungan asuhan keperawatan serta
kebijakan/system yangselama ini sudah ada. Penjenjangan
didasarkan pada system jenjang karier yang sudah ditetapkan.
Pada tahap awal ini penetapan jenjang karier dilakukan pada jenjang
karier perawat klinik (PK) dan perawat manajer (PM).
12
7. Penetapan Rekomendasi Kewenangan Klinis Keperawatan
Setelah Sub Komite Kredensial melakukan assesmen kewenangan
klinik dengan berbagai metode yang disepakati. Selanjutnya sub
komite kredensial membuat keputusan untuk pemberian kewenangan
klinik dengan memberikan rekomendasi kepada komite keperawatan.
8. Penetapan Surat Penugasan Kewenangan Klinis Keperawatan
Setelah ketua komite keperawatan mendapatkan rekomendasi dari
sub komite kredensial tentang kewenangan klinik, selanjutnya ketua
komite keperawatan memberikan rekomendasi kepada Direktur
RSUD Majalaya, yang selanjutnya diterbitkan Surat Penugasan Klinis
(SPK) dan Rincian Kewenangan Klinis (RKK).
9. Penetapan Blue Print Remunerasi Berbasis Kinerja Keperawatan
Agarjenjangkarirdapatdilaksanakansecaraoptimalharusdidukung oleh
system remunerasi. Setiap kenaikandari satu jenjang karir ke
jenjang yang lebihtinggi perludiikuti denganpemberianremunerasi
sesuaidengankinerjapadasetiapjenjang.
Imbalan yang terkait dengan jenjang karir ini perlu direncanakan
secara mantap dan terintegrasi dalam system pelayanan kesehatan
secara menyeluruh khususnya dalam subsistem penghargaan. Sistem
penghargaan atau pemberian imbalanini dalam perencanaan dan
dasar penyusunan besarnya nominal/imbalan jasa perawat dapat
mengacu pada komponen-komponen yang ada pada pola tarif
pelayanan kesehatan. Pelaksanaannya perlu memperhatikan
kemampuan RSUD MAJALAYA dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung.
13
E. ALUR KREDENSIAL KEPERAWATAN
a. Alur proses kredensial
keperawatan mendapatkan daftar kredensial dari Sub bagian kepegawaian RS (Tim Rekrutment) disertai foto copy dokumen kredensial
YA
14
b. Alur proses re-kredensial
Tdk Ya
k
Kelas Kompetensi
Bidang keperawatan seleksi kelengkapan
administrasi dokumensi re-kredensial
Ya
Peserta re-kredensial (asesi) melakukan pra-asessmen dengan asesor yang ditunjuk keperawatan
Tid
ak
Ya
Pelaksanaan asessmen kompetensi oleh asesor
Tid
ak
kompete
nnn
Assessor membuat rekomendasi hasil asessmen
kompetensi ke sub komite kredensial
15
F. PENJENJANGAN KARIER PERAWAT
Pengembangan karir profesional perawat mendorong perawat
menjadi perawat profesional atau Ners teregister (RN). Perawat
profesional diharapkan mampu berpikir rasional, mengakomodasi
kondisi lingkungan, mengenal diri sendiri, belajar dari pengalaman dan
mempunyai aktualisasi diri sehingga dapat meningkatkan jenjang karir
profesinya. Jenjang karir profesional perawat dapat dicapai melalui
pendidikan formal dan pendidikan berkelanjutan berbasis kompetensi
serta pengalaman kerja dan kegiatan keprofesionalan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pengembangan sistem jenjang karir profesional perawat pada
pedoman ini ditujukan bagi perawat klinis yang melakukan praktik
sebagai pemberi asuhan keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Secara utuh jenjang karir profesional di Indonesia terdiri dari 4 bidang,
meliputi Perawat Klinis (PK), Perawat Manajer (PM),Perawat Pendidik
(PP) dan Perawat Peneliti/Riset (PR). Keempat jalur jenjang karir
16
Setiap bidang memiliki 5 (lima) level, dimulai level generalis,
dasar kekhususan, lanjut kekhususan, spesialis, subspesialis/
konsultan. Untuk menjadi perawat manajer level I dipersyaratkan
memiliki kompetensi perawat klinis level II. Untuk menjadi perawat
pendidik level I dipersyaratkan memiliki kompetensi perawat klinis
level III. Untuk menjadi perawat peneliti level I dipersyaratkan
memilliki kompetensi perawat klinis level IV.
Regulasinya adalah perawat klinisi dengan latar belakang
pendidikan D III sepanjang karirnya akan berakhir paling tinggi
pada level PK III, sedangkan perawat dengan latar pendidikan S1
Ners dalam karirnya akan berakhir pada PK IV dan begitu pula
dengan Ners Spesialis/ Ners Spesialis konsultan akan berakhir pada
PK V yang merupakan PK tertinggi dalam penjenjangan perawat
karir.
Sisi positif yang diharapkan dengan sistem penjenjangan yang
dikembangkan dengan model seperti ini sebenarnya perawat akan
merasa tertantang untuk senantiasa berupaya melanjutkan strata
pendidikan agar jenjangnya dapat meningkat, terlebih jika
diimbangi dengan sistem renumerasi yang sesuai baik berupa
materi maupun non materi.
Di RSUD MAJALAYA, pola dasar ini belum sepenuhnya bisa
dilakukan karena beberapa alasan yang krusial antara lain:
1. Faktor Pendidikan
Pada kenyataannya masih banyak perawat yang belum juga
beranjak mengambil langkah untuk segera melanjutkan
pendidikan ke strata yang lebih tinggi. Dengan adanya kendala
tingkat pendidikan berarti pula kendala untuk peningkatan
jenjang karir dan berarti pula kendala untuk mendapatkan
reward yang lebih besar.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang tidak/ belum juga
melanjutkan pendidikan ke strata yang lebih tinggi, diantaranya
adalah:
17
a) Usia
Seorang perawat yang masa kerjanya menjelang pensiun
mungkin merasa melanjutkan pendidikan kestrata yang lebih
tinggi dianggap tidak perlu karena percuma saja (belum selesai
sudah pensiun atau selesai tapi setahun dua tahun lagi
pensiun dan seterusnya).
b) Biaya
Keinginan seorang perawat untuk melanjutkan pendidikan
kestrata yang lebih tinggi sering terbentur masalah biaya.Hal ini
biasanya dialami oleh para perawat yang memiliki tanggung
jawab finansial keluarga yang cukup tinggi meskipun pada
dasarnya juga memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk
melanjutkan pendidikan.
c) Izin Belajar Dari Institusi
Faktor Izin belajar dari suatu institusi tempat seorang
perawat bekerja dapat menjadi salah satu penghambat/
tertundanya perawat tersebut untuk melanjutkan pendidikan
kestrata lebih lanjut. Hambatan tersebut sebenarnya lebih
berkaitan dengan masalah teknis pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang jika tidak disikapi dengan tepat dapat
mengganggu jalannya pelayanan kesehatan diinstitusi tersebut,
sehingga pihak manajemen perlu melakukan pertimbangan
mendalam untuk mengatur proses pembelajaran bagi para
perawatnya.
d) Keluarga
1) Pasangan tidak mengizinkannya untuk melanjutkan
pendidikan (biasanya anggapan bahwa melanjutkan
pendidikan akan menimbulkan masalah terbengkalainya
urusan keluarga).
2) Kepentingan mengurus keluarga lebih dominan dibanding
untuk melanjutkan pendidikan (asumsi pendidikan akan
menyita waktu besar untuk keluarga).
18
2. Faktor Sertifikat Pelatihan
Seorang perawat klinisi harus dapat mempertimbangkan
dampak dari sertifikasi pelatihan yang dimilikinya.Seorang
perawat klinik, yang memiliki sertifikat-sertifikat di luar jalur
kompetensi seorang perawat di masing-masing area keperawatan
tidak bermakna pada jenjang karir perawat yang ditekuninya.
19
a. Langkah 1. Menentukan tujuan kredensial dan jenjang karier →
Plan
Tujuan kredensial dan jenjang karier yang akan dicapai
didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan jenjang
karier tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit.Penetapan
jenjang karier keperawatan didasarkan pada data pendukung
dan analisis informasiyang bersumber dari data/dokumen
portofolio yang dikumpulkan.
Jenjang karier keperawatan ditetapkan secara konkret dalam
bentuk karier/jabatan SDM Keperawatan, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada
semua SDM Keperawatan. Semakin rendah tingkat SDM
Keperawatan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan
dan tujuan, semakin rinci informasi.
20
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk
standar kinerja. Agar dapat dipahami oleh SDM Keperawatan
terkait, dilakukan program pelatihan SDM Keperawatan untuk
memahami standar kinerja dan program yang ditetapkan.
Disamping itu, pelatihan dalam bentuk kelas kompetensi juga
diperlukan untuk SDM keperawatan yang belum memenuhi
standar kinerja SDM Keperawatan yang ditetapkan dalam
logbook dan mapping kompetensinya.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan praktik keperawatan, selalu berkaitan
dengan kondisi yang dihadapi dan standar kinerja mungkin tidak
dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena
itu, ketrampilan dan pengalaman SDM Keperawatan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul
dalam pelaksanaan praktik keperawatan. Untuk itu diperlukan
uji kompetensi keperawatan sesuai dengan Kelompok Staf
Keperawatan (KSKp)nya.
e. Langkah 5: Memeriksa hasil pelaksanaan →Study
Direktur atau Kepala Bidang Keperawatan atau atasan perlu
memeriksa apakah praktik keperawatan dilaksanakan dengan
baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dan mengikuti standar kinerja, tidak
berarti assessemen dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada SDM Keperawatan adalah atas dasar apa
assessemen itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka
kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kinerja) dan
pendidikan dalam bentuk SPO (Standar Prosedur Operasional)
harus dipahami dengan jelas baik oleh SDM Keperawatan
maupun oleh Direksi Rumah Sakit. Untuk mengetahui
penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari
21
pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari
penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Assessemen melalui Rekredensialing bertujuan untuk
menemukan penyimpangan dan menjaga mutu layanan
keperawatan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka
penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk
mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi
penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang
penting dalam pengendalian kualitas pelayanan keperawatan.
22
pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana
dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan,
kerjasama yang baik antara KSKp dengan Direksi Rumah Sakit,
sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil
kinerja dari keperawatan, sebagai mata rantai dari suatu proses.
23
d. Evaluasi Komunikasi dan Koordinasi
e. Evaluasi Kompetensi Manajemen
f. Evaluasi Managemen Riset
Selanjutnya evaluasi pengembangan system jenjang karir
professional perawat akan dilakukan oleh lembaga yang terakreditasi
atau ditetapkan berdasarkan kebijakan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf
Keperawatan diharapkan SDM Keperawatan dan kebidanan dapat
terjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai standar
yang telah ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan kebidanan khususnya, dan mutu pelayanan Rumah
Sakit pada umumnya.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawata maka
diperlukan langkah – langkah sebagai berikut :
25