Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan


kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit diwajibkan memberi


pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan standar pelayanan
di rumah sakit.
Rumah Sakit di Indonesia terus berkembang, baik jumlah berdasarkan SIRS Depkes
(2014) jumlah rumah sakit yang ada di Indonesia sebanyak 23333 buah (RS khusus :
548, RS Umum : 1785) maupun kualitas dengan meningkatkan jenis, mutu pelayanan
kesehatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah rumah sakit, masyarakat pun menuntut
rumah sakit agar memberikan pelayanan lebih baik. Upaya Rumah Sakit untuk
tantangan masyarakat yaitu dengan memenuhi standar-standar pelayanan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah, secara eksternal dievaluasi melalui sistem akreditasi rumah
sakit. Rumah Sakit juga menuju pada standar-standar internasional, karena sudah
dibuka era pasar bebas bidang jasa kesehatan melalui GATs (General Agreement Trade
on Services), khusus untuk ASEAN sudah dimulai MRA (Mutual Recognition
Arrangement) on nursing services yang salah satunya kesepakatannya yaitu
pelaksanaan “best practice” pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.

1
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit telah
disusun berbagai standar yaitu Standar Pelayanan Keperawatan meliputi : standar
asuhan Keperawatan, Standar Pelayanan Keperawatan Anak, ICU, Kamar Operasi,
Medikal Bedah, kebidanan, gawat darurat, rawat jalan, termasuk asuhan keperawatan
dengan menerapkan Model praktek Keperawatan Profesional ( MPKP )
Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit merupakan suatu proses
penerapan fungsi manajemen dalam pelayanan / asuhan keperawatan yaitu:
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengawasan. Jika fungsi-
fungsi ini dilaksanakan dengan baik, maka kualitas pelayanan keperawatan akan
meningkat, perawat sebagai pemberi pelayanan akan terus meningkat kompetensi dan
profesionalismenya serta adanya inovasi perkembangan ilmu dan teknologi
keperawatan di Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut, bidang keperawatan Rumah
Sakit Siaga Raya menyusun Pedoman Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Siaga
Raya.

Pedoman ini menjadi acuan bagi praktisi rumah sakit dan seluruh SDM Keperawatan
rumah sakit khususnya bagi perawat dalam mengelola penyelenggaraan pelayanan
keperawatan dengan harapan tercapainya peningkatan mutu pelayanan secara terus
menerus.

1.2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu/ kualitas pelayanan keperawatan unit perawatan ICU di
Rumah Sakit Siaga Raya.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang berkualitas di unit
perawatan ICU di Rumah Sakit Siaga Raya.
b. Terselenggaranya perencanaan sumber daya, sarana dan prasarana dengan
penerapan manajemen strategik unit perawatan ICU.
c. Terselenggaranya perencanaan tenaga perawat yang mampu memberikan
pelayanan keperawatan secara prima kepada masyarakat.

2
1.3. SASARAN
Sasaran Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
Siaga Raya adalah :
1. Direktur Rumah Sakit
2. Pimpinan Keperawatan
3. Perawat pelaksana

1.4. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Keperawatan ICU di Rumah Sakit Siaga
Raya adalah manajemen strategik pelayanan keperawatan rumah sakit,
administrasi dan manajemen, penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah
sakit, sistem informasi manajemen pelayanan keperawatan serta pembinaan dan
pengawasan.

1.5. DASAR HUKUM


Dasar hukum dalam penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan adalah :
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-Undang Keperawatan No 38 tahun 2014 tentang keperawatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 1 tahun 2002 Tentang Pedoman
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah.
7. SK Direktur No 009A3/PER-DIR/RSIA-BA/1/2015. Tentang Kebijakan Mutu
dan Keselamatan Pasien
8. SK Direktur No 009A2/SK-DIR/RSIA-BA/1/2015. Tentang Pedoman
Managerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Standar ketenagaan keperawatan merupakan penetapan kebutuhan tenaga (perawat dan


bidan) baik dari segi jumlah maupun kualitas untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan yang telah di tetapkan. Standar ketenagaan ini meliputi kebijakan yang
mengatur hubungan antara SDM Keperawatan dengan Rumah Sakit seperti standar
ketenagaan, rekruitmen, orientasi, rotasi, mutasi, cuti, melakukan studi pendidikan
formal/non formal, promosi dan lain-lain.

2.1. KULAIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Kualifikasi SDM merupakan hal-hal yang dipersyaratkan secara akademis dan
teknis untuk mengisi tempat tertentu. Kualifikasi ini ditentukan dengan tujuan
untuk menunjang pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien dan
mempertahankan mutu pelayanan Rumah Sakit. Fungsi ketenagaan mencakup :
Rekruitmen, seleksi dan orientasi, penempatan, pengembangan, promosi dan
terminasi.
1. Rekruitmen, seleksi dan orientasi
a. Rekrutmen
1) Pengertian
Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik
perawat untuk ditugaskan dipekerjakan dalam dan oleh suatu
organisasi/Rumah Sakit sebagai langkah awal calon perawat
menduduki suatu pekerjaan. Berdasarkan waktunya, maka proses
rekrutmen dibatasi sejak mencari hingga lamaran diajukan oleh
pelamar
2) Kriteria
Kriteria perawat di Rumah Sakit Siaga Raya yaitu :
a) Perawat yang direkrut benar-benar memiliki kompetensi yang
diharapkan oleh Rumah Sakit Siaga Raya.
b) Memiliki sikap yang positip terhadap pekerjaannya karena mereka
melamar berdasarkan minat
c) Memenuhi syarat administrasi meliputi:
- D 3 keperawatan / kebidanan/ S1 Ners

4
- Memiliki STR/SIP
- Lulusan dari Institusi Pendidikan Keperawatan yang
terakreditasi
- Sehat jasmani dan rohani
- Lebih diutamakan punya sertikat berkaitan dengan keahlian
keperawatan
- Surat lamaran

b. Seleksi Tenaga Keperawatan


1) Pengertian
Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih calon perawat yang tepat
dan mengeliminasi pelamar yang dianggap kurang tepat untuk diterima
dalam suatu pekerjaan di Rumah Sakit Siaga Raya.

Pada dasarnya merupakan usaha yang sistimatis yang dilakukan guna


lebih menjamin bahwa mereka yang diterima adalah yang dianggap
paling tepat, baik dengan kriteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah
yang dibutuhkan

2) Metode Seleksi
Seleksi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Siaga Raya dilakukan
secara sistimatis yang meliputi: Seleksi dokumen, Psikotest (jika
diperlukan), test wawancara, test kompetensi, test kesehatan. berikut ini
penjelasan dari metode seleksi :
a) Seleksi dokumen
Pada seleksi dokumen, staf SDM melakukan seleksi persyaratan
sesuai dengan kriteria tersebut diatas.
b) Test wawancara
Test wawancara dilakukan oleh perawat sebagai tim seleksi
perawat dari Bidang Keperawatan dibantu oleh Kepala
Instalasi/Bagian mengajukan penambahan/penggantian personil
perawat dan Bagian SDM yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Siaga Raya.

5
Adapun kriteria/aspek yang dinilai pada saat wawancara calon
perawat tersebut adalah sebagai berikut: penampilan/Sikap,
Pengalaman kerja, Motivasi, dorongan/ semangat, Kepercayaan
diri, Komunikasi, Inisiatif, Kerjasama, Kepemimpinan.

Penampilan Umum yang dinilai meliputi : tata krama, disiplin,


postur tubuh, pakaian, sikap waktu berkomunikasi, pemakaian
Bahasa Indonesia, kebersihan, perorangan, perhatian, suasana
perasaan, rasa percaya diri.

c) Assesment Kompetensi
Assesment kompetensi dilakukan oleh perawat sebagai tim seleksi
yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan direktur rumah sakit.
Asesment tersebut dipersiapkan oleh Bidang Keperawatan minimal
mencakup materi dan instrumen assesment kompetensi (uji tulis,
uji keterampilan, dan sikap)
Kompetensi kunci keperawatan meliputi :
1) Komunikasi interpersonal dalam melakukan intervensi
keperawatan
2) Implementasi prinsip etik keperawatan
3) Implementasi prinsip Pencegahan pengendalian infeksi
4) Analisa, interpretasi dan dokumentasi data secara akurat
5) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan keperawatan
yang aman melalui pengendalian mutu dan manjemen resiko
6) Memfasilitasi pengukuran tanda-tanda vital
7) Memfasilitasi pencegahan injuri /precaution
8) Memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit
9) Memfasilitasi perawatan luka
10) Memfasilitasi pemberian obat-obat yang tepat dan benar
secara aman
11) Memfasilitasi pemberian darah secara aman
12) Memfasilitasi kebutuhan oksigen

6
d) Psiko test
Psiko test yang dilakukan pada umumnya mencakup penilaian
yang meliputi :
1) Kecerdasan : Intelegensi Umum, Logika
2) Sikap kerja : Kecepatan & Ketelitian, Ketekunan
3) Kepribadian : Stabilitas emosi, Kerja sama, Kepercayaan diri
Psiko test tidak selalu dikerjakan. Pelaksanaan Psiko test
disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan pada saat rekrutment.

e) Seleksi kesehatan
Seleksi kesehatan dilakukan oleh tim seleksi kesehatan yang terdiri
dari dokter dan perawat yang ditetapkan berdasarkan surat
keputusan. Seleksi kesehatan pada umumnya meliputi aspek :
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah
rutin, pemeriksaan Ro photo thorax, pemeriksaan EKG ) .
Seleksi kesehatan dikerjakan setelah calon pegawai dinyatakan
lulus semua test dan siap untuk kerja .

c. Orientasi
Setelah proses seleksi selesai, para calon perawat yang diterima sebagai
tenaga keperawatan diangkat menjadi staf keperawatan setelah masa
orientasi yang berlaku/ ditetapkan oleh rumah sakit dilanjutkan dengan
penugasan di unit – unit pelayanan keperawatan.
Program orientasi bagi perawat baru tersebut diberikan melalui program
pembimbingan di kelas dan di ruang perawatan, sehingga pengembangan
perawat dapat tercapai secara professional.
Pembimbing orientasi merupakan para perawat yang mempunyai
kualifikasi pendidikan minimal D III keperawatan dengan pengalaman
kerja minimal 3 tahun dan mampu memberikan petunjuk dan saran
kepada para perawat baru tentang bagaimana belajar dan mengembangkan
kemampuan diri serta diutamakan yang telah mendapatkan pelatihan CI
( Clinical Instructure ).

7
1) Kriteria Pembimbing
Para pembimbing harus dapat memenuhi 6 kriteria sebagai berikut :
a) Experience, seorang pembimbing harus mempunyai pengalaman
yang mencukupi pada area praktik keperawatan tertentu,
mempunyai tingkat kemampuan minimal pada tingkat perawat
competent (PKIII).
b) Energy, pembimbing harus siap bekerja lebih giat karena
perannya merupakan model bagi para perawat baru
c) Emphaty, pembimbing harus mempunyai kemampuan dan
mengerti kesulitan para perawat baru, dapat mengerti dan
berpikir sesuai dengan tingkatan berpikir para perawat baru
d) Antusiasme, pembimbing harus mempunyai antusiasme yang
tinggi untuk menunjukan kepada ners baru bagaimana bekerja
yang baik
e) Excellence, pembimbing dapat bekerja dengan baik tanpa cela
karena perannya sebagai model para perawat
f) Expertise, pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang
mendalam dan luas pada yang ditekuninya
Dengan demikian para pembimbing harus dapat mempersiapkan
tenaga perawat baru untuk dapat belajar dan berkembang, memelihara
hubungan yang baik dengan tenaga perawat baru, menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk belajar dan berkembang,
memberikan dukungan secara pribadi, berkonstribusi dalam
perubahan tenaga perawat baru untuk belajar dan berkembang,
memberikan nasehat yang dapat menunjang pengembangan karier
untuk tenaga perawat baru jika dibutuhkan, berpartisipasi dalam
mengevaluasi penampilan tenaga perawat baru, membantu
meminimalkan konflik yang dihadapi oleh tenaga perawat baru.

2) Program Kegiatan Pembimbingan


8
Program kegiatan pembimbingan dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan tahapan kegiatan pembimbingan yaitu terdiri dari empat
tahap dengan lama waktu 360 jam.
a) Tahap I
Pada tahap I dimulai dengan program orientasi dan dilanjutkan
dengan penempatan perawat baru tersebut ke unit tertentu yang
berfungsi sebagai anggota tim perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan klien dengan kasus yang sederhana dibawah supervisi
pembimbing.
b) Tahap II
Pada tahap II perawat baru berfungsi sebagai anggota tim perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan kasus yang
lebih spesifik dibawah supervisi pembimbing asuhan keperawatan di
unit dengan supervisi pembimbing, diberikan pelatihan Bantuan
Hidup Dasar dan dilakukan assessment kemampuan kompetensi inti
praktik keperawatan untuk menentukan penempatan perawat di unit
khusus sesuai kompetensi dan kebutuhan rumah sakit.
c) Tahap III
Tahap ke III berlaku untuk penempatan perawat di unit khusus.
Pada tahap ini perawat baru berfungsi sebagai anggota tim perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan
yang sederhana sampai dengan moderate sesuai dengan jenis rumah
sakit/ unit. Perawat baru harus mempunyai kemampuan dalam
mempraktikkan kepemimpinan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
d) Tahap IV
Tahap IV merupakan lanjutan dari tahap III. Pada tahap ini perawat
baru berfungsi sebagai anggota tim perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan yang sederhana sampai
dengan moderate. Perawat harus mampu melakukan presentasi
asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan
dan memberikan penyuluhan kesehatan pada klien/keluarga,sesuai
dengan format penugasan kompetensi tingkat beginner. Evaluasi
Rencana Asuhan Keperawatan
9
d. Penempatan Staf
Penempatan staf disesuaikan dengan rencana kebutuhan satuan unit
pelayanan keperawatan dihubungkan dengan kompetensi dan peminatan
dari tenaga yang telah melalui proses kredensial. Penempatan staf
berpedoman pada pola jenjang karier perawat.

e. Pengembangan Staf
Pengembangan staf keperawatan merupakaan salah satu program yang
penting untuk mendukung pengembangan pelayanan keperawatan guna
mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri. Pengembangan tenaga
keperawatan diarahkan untuk menciptakan tenaga keperawatan yang
profesional dan kompeten dalam bidang keahliannya sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan, pengembangan
staf berpedoman pada pola jenjang karier perawat dalam bentuk
pendidikan formal maupun informal.

f. Promosi dan Terminasi


Promosi dalam keperawatan sangat penting dilaksanakan., dengan
mengacu kepada pola karir keperawatan.
Terminasi merupakan proses berakhirnya perawat dalam melaksanakan
tugas secara formal di rumah sakit. Proses ini dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit siaga raya.

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN


Distribusi tenaga merupakan kegiatan menyalurkan tenaga keperawatan ke unit
pelayanan atau ruang keperawatan sesuai dengan kebutuhan unit berdasarkan
kebutuhan kuantitas dan kualitas. Distribusi tenaga sebelumnya perlu dilakukan
identifikasi kebutuhan jumlah tenaga berdasarkan aktivitas pekerjaan/ beban kerja
secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan pelayanan
keperawatan, kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik unit
keperawatan. Kompetensi perawat yang diperlukan berdasarkan pendidikan baik
formal maupun informal.

10
Distribusi tenaga yang dilakukan di unit pelayanan keperawatan RS Siaga Raya
dilakukan berdasarkan pendidikan formal dan informal, Jumlah tempat tidur,
BOR untuk rawat inap, jumlah kunjungan untuk rawat jalan, jumlah tindakan
untuk unit, karakteristik klien (anak, bedah, penyakit dalam, kebidanan), serta
tingkat ketergantungan klien ( minimal care, partial care, total care). Berikut ini
distribusi tenaga keperawat RS Siaga Raya.

∑ BOR/
JUMLAH
KUNJUNGAN STANDAR
UNIT TEMPAT PENDIDIKAN 2015 2016 2017 2018 2019
/TINDAKAN KEBUTUHAN
TIDUR
/KAMAR
ICU
2 Ners, D3 Kep

2.3. PENGATURAN JAGA


Tenaga keperawatan RS Siaga Raya di atur dalam peraturan perusahaan yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Nomor
001B/SK-DIR/PP-IGM/X/2011 tentang penetapan struktur organisasi bab IV
tentang pengaturan waktu kerja. Waktu kerja tenaga keperawatan di RS Siaga
Raya di bagi dua model yaitu untuk perawat pelaksana dibagi dalam 3 shift,
sedangkan untuk koordinator hanya 1 shift.

Jumlah tenaga yang berdinas dibuat berdasarkan jumlah klien ( hari perawatan
atau jumlah kunjungan , tingkat ketergantungan, dan kompetensi perawat atau
bidan. Perawat yang berdinas dalam satu shift terdiri dari kepala ruangan,
penanggung jawab shift saat koordinator tidak ada, dan perawat pelaksana.
Jadwal dibuat satu bulan sekali oleh koordinator atau penanggung jawab shift
(bila koordinator sedang cuti) sesuai dengan SK direktur Nomor
009A/SK-DIR/RSIABA/II/2011 tentang pemberlakuan pedoman standar
prosedur operasional tata kerja keperawatan. Pola dinas di buat berdasarkan
kebijakan rumah sakit yang mengacu ke peraturan DEPNAKER.

Perencanaan jadwal tenaga keperawatan selain jadwal rutin, juga harus


memperhatikan cuti perawat yang diatur sesuai dengan kebijakan unit dan harus
memperhitungkan kebutuhan tenaga di unit tersebut. Jadwal unit dapat
dilaksanakan bila sudah disetujui oleh pimpinan terkait.

11
12
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. LATAR BELAKANG


Keperawatan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam pelayanan
suatu rumah sakit, sehingga dapat menentukan mutu pelayanan di rumah sakit
tersebut. Faktor yang mendukung lancarnya pelayanan keperawatan/ asuhan
keperawatan adalah tersedianya fasilitas dan peralatan kesehatan sesuai dengan
standar sehingga pelayanan keperawatan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien

Standar peralatan keperawatan dan kebidanan adalah penentuan alat keperawatan


dan kebidanan yang meliputi penentuan kebutuhan, jumlah, jenis, dan spesifikasi
serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang berkualitas.

Fasilitas dan peralatan keperawatan/kebidanan yang sudah ada perlu dikelola


dengan baik sehingga kualitasnya dapat dipertahankan sesuai dengan usia alat
tersebut. Pengelolaan fasilitas dan peralatan untuk pelayanan keperawatan dan
kebidanan, perlu dibuat standar sebagai pedoman kerja bagi perawat dan bidan,
agar fasilitas dan peralatan selalu terpelihara dan siap pakai setiap saat. Standar
fasilitas dan peralatan ini mencakup standar ruang perawatan, peralatan tenun,
peralatan keperawatan kebidanan, peralatan rumah tangga, ATK, peralatan
pencatatan dokumentasi dan pelaporan serta pengelolaan peralatan.

13
3.2. DENAH RUANG UNIT ICU

PINTU
R.DKTR
MASUK

NURSE
PINTU
STASION
PICU

TROLI
EME

PINTU
ICU

14
3.3. STANDAR FASILITAS PERALATAN KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN UNIT PERAWATAN ICU.
1. Standar Alat tenun
Alat tenun keperawatan dan kebidanan adalah semua perlengkapan yang
terbuat dari bahan kain, digunakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
dan kebidanan, baik langsung maupun tidak langsung.
a) Prinsip dasar dalam
menentukan alat tenun
 Menyerap keringat dan mudah dibersihkan
 Ukuran memenuhi standar dari jenis jenis linen
 Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis klien
 Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
 Tidak menyebabkan iritasi / perlukaan kulit
 Penentuan Ratio: Perhitungan: dipakai, persediaan, , kotor(dicuci),
persiapan (disimpan).
b) Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan alat tenun
 Bed Occupancy Rate (BOR)
 Turn Over Interval (TOI )
 Usia Klien
 Jenis Kelamin
 Jenis Penyakit
 Kualitas Bahan
 Pemeliharaan (cuci, setrika, deterjen, rendam, frekuensi cuci)
 Sumberdaya manusia: rasa memiliki, bekerja sesuai standar,
pengetahuan dan keterampilan.
c) Ketentuan Penggunaan
Linen
 Pergantian :
o Sprei, sarung bantal,dan stik laken tiap hari dan sewaktu-waktu bila
kotor
o Selimut setiap 1 hari sekali dan sewaktu-waktu bila kotor

15
o Handuk dan waslap setiap hari
o Taplak meja satu minggu sekali dan sewaktu-waktu bila kotor
o Gorden setiap bulan sekali untuk ruang perawatan, sedangkan untuk
ruang tindakan dan intensif tidak diganti tetapi di bersihkan setiap
hari
d) Inventaris linen yang
digunakan klien, diserahterimakan dan tercatat dibuku serah terima unit
dengan bagian logistik
e) Merapihkan linen yang
sedang dipakai klien
 Linen dirapihkan setiap hari setelah klien mandi, atau sewaktu-waktu
bila kotor.
 Linen kotor ditempatkan di tempat yang tertutup, kemudian dibawa
oleh petugas pencucian linen dan pisahkan linen infeksius dengan
noninfeksius kemudian diberikan ke laundry ( pihak ke -3)

STANDAR ALAT TENUN

Spesifikasi Ratio
No Nama Alat Psn: Masa Ket
Bahan Ukuran Warna Alat Pakai
RAWAT INAP
1 Seprei dewasa Katun 275x160 Standar 1:4 6 bln
100%
2 Sprei anak Katun 275x160 Standar 1:4 6 bln Motif
100% polos
3 Steak lkn dws Katun 160x75 Standar 1:4 6 bln
100%
4 Steak lkn anak Katun 120x100 Standar 1:4 6 bln
100%
5 Boven laken Katun 275x180 Standar 1:3 6 bln
100%
6 Selimut dws b.slmt 220x180 Standar 1:3 1 thn
7 Selimut anak b.slmt 170x120 Standar 1:4 1 thn
8 Sarung bantal Katun 50 x 70 Standar 1:4 6 bln
100%
9 Gordyn Sesuai 1:1,5 2 thn
kebutuh
an
10 Gordyn penyekat Standar 1:1,5 2 thn

11 Vitrage Standar 1:1,5 2 thn

16
12 Zeil (perlak) Karet 70X110 Disesuaikan 1:3 1 thn
13 Perlak kecil (alas Karet 25X30 Disesuaikan 5 utk1ru 1 thn
pemasangan infus)

Spesifikasi
Ratio
Masa
No Nama Alat Psn: Ket
Bahan Ukuran Warn Pakai
Alat
a
RAWAT INAP
1 Mitela/ topi Katun 100% Disesuai 10:2 1 thn
kan
2 Handuk mandi Handuk 60X40 Standar 1:3 6 bln
3 Handuk kecil Handuk 30X 50 Standar 1:3 6 bln
4 Keset Handuk 30X 50 Standar 1:2 6 bln
5 Waslap Handuk 15X10 Standar 1:2 6 bln
6 Bad cover katun 180x220 Standar 1:2 6 bln
7 Lap kerja Katun 60 X 60 Standar 1:1 3 bln
8 Sarung tabung Katun 60 X 40 Standar 1/R 1 thn
O2 kecil
9 Sarung buli panas Katun 35 X 40 Standar 5/R 1 thn

10 Taplak meja Plastik 25 X 40 Standar 1:2 6 bln


klien
11 Duk Alat Standar 1:3 1 thn
12 Alas timbangan Katun Standar 1:2 1 thn
bayi

2. Standar Alat Keperawatan


3. Adalah menentukan alat keperawatan dan kebidanan baik dari segi jumlah,
jenis, dan spesipikasi menjamin tersedianya alat keperawatan yang memadai
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Tujuan menentukan standar
Alat keperawatan adalah terpenuhinya alat keperawatan sesuai dengan standar
yang ditentukan untuk mendukung pelayanan keperawatan , sehingga dapat
berjalan secara efektif dan efesien.
a) Prinsip dasar dalam menentukan alat keperawatan
mencakup :
 Memenuhi sesuai standar kebutuhan pelayanan asuhan keperawatan
 Memperlancar tindakan
 Ekonomis
17
 Efisiensi (ruang dan pemeliharaan)
 Frekuensi pemakaian

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan alat


keperawatan dan Unit ICU
 Bed Ocupancy Rate (BOR)
 Turn Over Interval (TOI )
 Usia Klien
 Jenis Kelamin
 Jenis Penyakit
 Kualitas Alat
 Pemeliharaan
 Sumberdaya manusia: rasa memiliki, bekerja sesuai standar,
pengetahuan dan keterampilan.

c) Manajemen alat keperawatan unit ICU


 Mengidentifikasi kebutuhan alat keperawatan sesuai dengan jumlah,
jenis, dan spesifikasi.
 Menyusun rencana kebutuhan alat keperawatan meliputi jumlah, jenis,
spesifikasi.
 Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan, dan penyimpanan alat
keperawatan sesuai SOP/ Protap.
 Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja
dalam pengelolaan alat untuk pelayanan keperawatan.
 Mengoptimalkan pemakaian alat sesuai dengan fungsi dan masa pakai
sesuai SOP.
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat keperawatan
secara teratur dan berkala.

Standar Alat Keperawatan


No Nama Barang Spesifikasi Ratio Lama Pakai Ket
1 Tempat tidur Baja+beroda 1:1 15 thn
dewasa
2 Termometer aksila Digital/ manual 1:1 1 thn

18
3 Termometer 1:1 1 thn
gesek/sentuh
4 Tensi meter dewasa Digital/ manual 2:1 2 thn
5 Stetoscope 1:1 3 thn
6 Tabung oksigen Kecil 1/Ru 10 thn
7 Humidifair 1:1 5 thn
8 Mesin inhalator 2/Ru 5 thn
9 Gelas ukur 2000cc. Plastik 1 1 thn
10 Timbangan badan 1/Ru 3 thn
11 Nierbekken Stenlis 1/Ru 3 thn
12 Pispot dewasa Stenlis 1:1 3 thn
13 Urinal Stenlis 1:1 3 thn
14 Spuit Gliserin Stenlis 1/Ru 3 thn
15 Buli-buli panas Karet 5/Ru 3 thn
16 Eskap Karet 5/Ru 3 thn
17 Baskom besar Stenlis 5:1 3 thn
18 Standar bak mandi Stenlis 5:1 3 thn
19 Kom Kecil Stenlis 5/Ru 3 thn
20 Kom sedang Stenlis 5/Ru 3 thn
21 Pinset anatomi Stenlis 5/Ru 3 thn
22 Pinset cirurgis Stenlis 5/Ru 3 thn
23 Gunting jaringan Stenlis 5/Ru 3 thn
24 Gunting verban Stenlis 5/Ru 3 thn
25 Korentang Stenlis 2/Ru 3 thn
26 Nalfuder Stenlis 5/Ru 3 thn
27 Tromol kecil Stenlis 5/Ru 3 thn
28 Standar infus Stenlis 5/Ru 5 thn
29 Stuwing Karet 5/Ru 1 thn
30 Reflex hamer Stenlis 1/Ru 5 thn
31 Meteran Kain 2/Ru 3 thn
32 Alat resusitasi 1/Ru 5 thn
33 Alat resusitasi BBL 1/Ru 5 thn
34 Alat resusitasi anak 1/Ru 5 thn
35 Senter 2/Ru 1 thn

19
4. Standar Alat Rumah Tangga
a. Pengertian
Alat rumah tangga adalah seperangkat peralatan rumah tangga yang
dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan pemberian pelayanan asuhan
keperawatan.
5. Persyaratan
a. Ergonomis
b. Etis
c. Mudah dipelihara
d. Bermutu
e. Estetis.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan alat rumah tangga.


a. Kapasitas
b. BOR, TOI
c. Pola penyakit
d. Kebijakan rumah sakit
e. Dana
f. IPTEK
g. Frekuensi pemakaian.
Standar Alat Rumah Tangga

N0 NAMA BARANG SPESIFIKA RATI LAMA KET


SI O PAKAI
1 Kursi roda Ban mati 2/Ru 5 thn
2 Lemari obat stainlis 1/Ru 10 thn
emergenscy
3 Light cast 1/km 3 thn
4 Meja klien 1:1 5 thn
5 Meja makan klien 1:1 5 thn
6 Lampu sorot 1/Ru 5 thn
7 Nampan formika 1:1 1 thn
8 Troly obat stenlis 1/Ru 10 thn
9 Troly balut stenlis 2/Ru 10 thn
10 Troly suntik stenlis 2/Ru 10 thn
11 Dorongan O2 kecil Besi 1/Ru 10 thn
12 Tempat sampah kecil plastik 1:1 6 bln
13 Tempat sampah besar plastik 4/Ru 1 thn medis & non
tertutup medis.

20
14 Kasur dewasa busa 1:1 3 thn
15 Bantal dewasa Dacron 1:1 1 thn
16 Guling Dacron 1:1 1 thn
17 Papan nama klien Acrilik 1:1 5 thn
18 Kursi klien dewasa 1:1 3 thn
19 Kursi pengunjung 3 thn
20 TV 5 thn
21 Bel klien 1:1 10 thn
22 Piring makan Sango 1: 1 6 bln
23 Gelas kaca 1: 1 6 bln
24 Sendok+garpu stenlis 1: 1 6 bln
25 Tatakan+tutup gelas stenlis 1: 1 6 bln
26 Kulkas... 1/Ru 5 thn Penyimpanan
obat
27
28

7. Stansar Alat Pencatatan Dan Pelaporan


a. Pengertian
Penetapan kebutuhan alat pencatatan dan pelaporan baik dari segi jumlah
dan jenisnya yang dapat menjamin pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
dalam menunjang tercapainya tujuan pelayanan keperawatan dan
kebidanan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan alat-alat
pencatatan dan pelaporan:
a. Jumlah klien
b. Jenis dan pola pelayanan
c. Jumlah kegiatan pelayanan
d. Pola penyakit
e. Kebijakan rumah sakit
f. Sistem inventarisasi dan penghapusan
g. Kualitas alat
h. Sistem pencatatan dan pelaporan.

21
Alat Pencatatan Dan Pelaporan

MASA
NO NAMA BARANG SPESIFIKASI RATIO KET
PAKAI
1 Resep 20 1 bulan
bk/Ru/bln
2 Surat keterangan 1:1 1 bulan
di rawat
3 Rencana 1:1 1 bulan
Keperawatan
Klien Pulang
4 Buku ekspedisi 10/Ru/th 1 bulan
5 Buku polio 4/Ru/thn 1 bulan
6 White board 1/Ru 1 bulan
7 Perforator 1/Ru 1 bulan
8 Steples 2/Ru 1 bulan
9 Pinsil 5/Ru 1 bulan
10 Pinsil merah biru 5/Ru 1 bulan
11 Spidol white 3/Ru 1 bulan
board
12 Surat keterangan 5 lbr/ bln 1 bulan
kematian
13 Amplop 1 box/bln 1 bulan
14 Kertas kwarto 1 rim/bln 1 bulan
15 Kertas HVS 1:1/bln 1 bulan

NO NAMA BARANG SPESIFIKASI RATIO MASA KET


PAKAI
16 Kertas komputer 1 rim/ bln 1 bulan
17 Karbon polio 1 box/ thn 1 bulan
18 Lem cair 2/ bln 1 bulan
19 Penggaris 60 cm 2/ thn 1 bulan
20 Ordner map 10/Ru 1 bulan
21 Selotif besar 1/ bln 1 bulan
22 Spidol artlain 500 4/ bln 1 bulan
23 Formulir perstujuan 1:1 1 bulan
tindakan medik
24 Formulir penolakan 1 rim/ thn 1 bulan
tindakan medik
25 Surat Keterangan 1 buku/bln 1 bulan
Dokter
26 Surat keterangan 150/ bln 1 bulan
kelahiran

22
8. Perencanaan Pengadaan
a. Tujuan.
Agar fasilitas peralatan keperawatan dan kebidanan yang diterima sesuai
dengan standar kebutuhan ruang rawat, baik kuantitas maupun kualitas.
b. Perencanaan :
Perencanaan dilakukan oleh kepala ruangan (user) berdasarkan kebutuhan
dan disetujui manajer keperawatan.
c. Rencana Disusun Berdasarkan :
1) Jenis Alat
2) Prioritas Alat
3) Standar (BOR+10%)
4) Kualitas : Bahan, Ukuran, Merk, Nomor Katalog
5) Persediaan Yang Masih Ada
d. Waktu Perencanaan Pengadaan
Perencanaan dilakukan setiap awal tahun, sedangkan pengadaan untuk
unit dilakukan sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit yaitu
permintaan logistik dua kali setiap inggunya, dan permintaan farmasi tiga
kali seminggu.

9. Pencatatan Dan Pelaporan Fasilitas Peralatan


a. Pencatatan
Inventaris/ peralatan kesehatan dan umum diinput dalam komputer oleh
penanggung jawab peralatan berdasarkan:
1) nomor urut
2) nama/jenis barang
3) merek barang (bila ada)
4) jumlah keseluruhan
5) jumlah yang dipakai atau layak
6) jumlah yang rusak
Apabila terjadi penambahan maupun pengurangan akibat rusak atau
hilang, maka akan diinput ke komputer secara langsung sehingga total
keseluruhan langsung diketahui. Untuk barang yang hilang atau rusak di
buat berita acara kerusakan atau kehilangan.

23
b. Sistem Pelaporan
Pelaporan untuk alkes maupun alat umum dibuat setiap semester atau
tahunan, sekaligus dibuat program kerja tahunan kecuali dalam keadaan
darurat dapat dibuat nota dinas khusus. Laporan inventaris alat ini
dibuat oleh penanggung jawab alat / koordinator dan diketahui
oleh Manajer keperawatan.

Laporan inventaris alat mencakup :

1) Nomor urut
2) Nama barang
3) Merk Barang
4) Data tehnis
5) Satuan
6) Penerimaan
7) Sisa Barang
8) Keterangan :
 Layak pakai
 Rusak
 Hilang

24
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
KEPERAWATAN UNIT PERAWATAN ICU DI RUMAH SAKIT SIAGA RAYA

Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Siaga Raya menggambarkan


pengelolaan pelayanan keperawatan terhadap klien mulai masuk sampai keluar dari rumah
sakit. Secara umum terdapat komponen utama yaitu: pelayanan keperawatan rawat jalan,
gawat darurat, rawat inap dan perencanaan klien pulang serta perawatan pasca hospitalisasi.
Gambaran secara komprehensif alur klien yang memperlihatkan 4 komponen tersebut adalah
sebagai berikut:

PASIEN

Pendaftaran

PLIKLINIK IGD OK

RUANG
Intensif PERAWATAN
YA
TIDAK

PENUNJANG

KASIR

Pindah/
rujuk
Gambar 4.1. Alur Pelayanan Klien RS Siaga Raya

25
Berdasarkan alur bagan tersebut, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Klien datang ke rumah sakit dapat disebabkan karena beberapa


alasan yaitu:

1) Dikirim oleh/ rujukan rumah sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan
lain,

2) Dikirim oleh/rujukan praktik dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain di
luar rumah sakit.

3) Datang atas kemauan sendiri

b. Berdasarkan kecepatan pelayanan kesehatan, klien datang ke


rumah sakit dapat dibedakan:

1) Klien yang dapat menunggu yaitu klien berobat jalan dengan perjanjian dan klien
yang tidak dalam keadaan darurat,

2) Klien yang datang perlu pertolongan segera (klien gawat darurat)

3) Klien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai klien poliklinik (berobat jalan) dan
klien rawat inap.

4) Berdasarkan jenis kedatangannya klien dapat dibedakan menjadi :

a) Klien baru, yaitu: klien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk
keperluan berobat dan akan menerima nomor rekam medis baru.

b) Klien lama adalah: klien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan berobat
dan akan mempergunakan nomor rekam medis lama.

1. Administrasi klien di unit gawat darurat

a. Penanganan medis dan asuhan keperawatan klien dilakukan tanpa menunggu


proses pendaftaran sesuai Standar Pelayanan Medis (SPM) gawat darurat.
b. Pencatatan pelayanan gawat darurat menggunakan formulir yang disiapkan di
IGD.
c. Penyediaan berkas rekam medis dan pendaftaran:

26
Klien lama
1) Permintaan berkas rekam medis klien lama menggunakan komputerisasi, jika
pendaftaran sudah terjadi permintaan dilakukan secara otomatis melalui
SIRS.
2) Petugas rekam medis mengantar berkas rekam medis yang dimaksud ke IGD
Klien baru
1) Keluarga klien mendaftarkan klien dengan mengisi formulir pendaftaran
klien yang akan dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan
Sistem Informasi Rumah Sakit
2) Berkas rekam medis dibuat oleh Petugas admisiion untuk klien baru dan
oleh medical record untuk klien lama kemudian diberikan kepada petugas
IGD.
a) Klien dilakukan triase dan dikaji untuk mengetahui masalah medis
keperawatan yang perlu ditangani segera
b) Seluruh pelayanan yang diberikan kepada klien didokumentasikan
dalam formulir IGD

2. Tata cara pengelolaan pelayanan keperawatan klien:


a. Perawat IGD bertanggung jawab secara penuh terhadap pelayanan keperawatan,
tindakan kolaborasi dan administrasi kesehatan yang diberikan kepada klien
yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Perawat IGD harus menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam
menerapkan pelayanan terhadap klien dan keluarganya.
c. Klien diterima di ruang triase dan ditentukan tingkat kegawatannya oleh petugas
yang ada di ruang triase. Perawat dengan kompetensi (sertifikat) dapat
melakukan triase.
d. Peran perawat pada saat klien datang, bersama dengan dokter IGD, perawat
melakukan pemilahan pelayanan/ditandai sesuai dengan kegawatan klien. Klien
gawat darurat ditandai dengan warna merah untuk dimasukan ke ruang
resusitasi, klien gawat tidak darurat diwarnai kuning untuk dilakukan observasi
serta tindakan lanjut dan klien tidak gawat dan tidak darurat diwarnai hijau
untuk dilanjutkan ke ruang rawat inap atau pulang dan diwarnai hitam untuk
klien yang meninggal.

27
e. Setiap tindakan harus diberikan Informed Consent sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
f. Perawat triase menyarankan keluarga untuk melakukan pendaftaran/ registrasi.
g. Selama pelayanan, perawat harus menerapkan prinsip patient safety
h. Perawat melakukan pengkajian sesuai dengan kondisi klien
i. Perawat menentukan diagnosis dan merencanakan tindakan keperawatan,
minimal yang terkait kondisi kegawat daruratan.
j. Perawat melakukan tindakan kolaborasi dan tindakan keperawatan sesuai
kebutuhan klien.
k. Perawat melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
l. Perawat perlu menyiapkan klien untuk pelayanan selanjutnya: NICU, PERINA,
PICU, ICU, ruang rawat inat non intensif, rujuk, pulang, meninggal.
m. Seluruh intervensi keperawatan dicatat pada dokumen yang telah dipersiapkan.

4.1. PELAYANAN KEPERAWATAN KLIEN DI RUANG INTENSIF

1. Pelayanan keperawatan ruang intesif diberikan kepada klien yang diindikasikan


untuk rawat intensif. Klien rawat intensif dapat melalui unit rawat jalan (poliklinik)
dan atau unit gawat darurat dan VK (Maternitas) ,OK. Di unit rawat
intensif ,perawat mempunyai tanggung jawab besar dan penting terhadap
pengelolaan unit ruang rawat sehingga klien memperoleh pelayanan kesehatan
termasuk keperawatan secara efektif dan efisien. Hal-hal penting yang menjadi
tanggung jawab perawat di unit rawat adalah sebagai berikut:

a. Monitoring angka BOR, NDR, ALOS, TOI, BTO

b. Pencapaian indikator mutu pelayanan keperawatan (angka infeksi, salah obat,


jatuh, selfcare, nyeri, cemas dan pendidikan kesehatan klien)

c. Penerapan dan monitoring keselamatan klien

d. Persiapan klien pulang

e. Sistem pemberian asuhan keperawatan

f. Transfer dan rujukan klien.

28
Secara umum alur klien rawat inap adalah sebagai berikut:

Pasien datang dari:


Poliklinik, IGD, VK.

Rawat Inap
Pelayanan Ranap
(Sesuai Penyakit)
Pemeriksaan
Penunjang
Pelayanan Farmasi

OK ICU

Pulang APS Pulang


Meninggal Rujuk
Sembuh

Gambar 4.3. Alur Pelayanan Klien Rawat Inap RS Siaga Raya

2. Adminisrasi klien di unit rawat inap


a. Perawat menerima informasi dari bagian pendaftaran rawat inap bahwa akan ada
klien baru dari poliklinik, OK, IGD, dan VK
b. Klien rawat inap dapat diterima di unit ruang rawat non intenssif dan intensif
( ICU ) sesuai dengan kondisi klien.
c. Informasi pemesanan kamar untuk klien baru disampaikan kepada Koordinator
atau PJ shift, untuk didaftar nama kliennya dan nama dokter yang akan merawat
klien tersebut.
d. Sistem Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap intensif
menggunakan menggunakan metode kasus.
e. Sistem Penugasan di Unit Rawat Inap menggunakan Metode gabungan Tim dan
Primary Nurse
f. Koordinator atau penanggung jawab Shift membagi tugas dengan menentukan
pembagian klien untuk setiap perawat. Perawat penanggung jawab klien

29
bertanggung jawab terhadap klien kelolaannya dari awal klien masuk sampai
dengan klien pulang.
g. Perawat pelaksana bertugas mengelola klien pada saat Perawat penanggung
jawab shift tidak sedang berdinas, Pengaturan pembagian klien menjadi tanggung
jawab PJ shift /Koordinator Ruang.
h. Melakukan pengkajian awal dengan membaca catatan resume dari poliklinik,
IGD atau ruang khusus lainnya.
i. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian awal klien rawat
inap
j. Melakukan kajian perencanaan klien pulang (disesuaikan dengan kondisi klien)
k. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan metoda pemberian asuhan
keperawatan (gabungan tim dan primer untuk rawat inap, dan manajeman kasus
intensif ), mempergunakan SOP yang telah digunakan.
l. Menerapkan keselamatan klien selama dirawat
m. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan terhadap klien dengan unit/
bagian: gizi, farmasi, laboratorium, radiologi dan lain-lain (sesuai kebutuhan).
n. Jika klien harus pindah, misalnya OK, ICU, unit rawat lain (sesuai kondisi klien),
perawat harus membuat dokumen transfer klien (Surat Rujukan Pindah Rawat)
yang berisi minimal: gambaran kondisi klien dan tindakan yang telah diberikan
oleh perawat dan dokter yang bertanggung jawab.
o. Jika klien pulang, lakukan pengelolaan klien pulang dan perawatan lanjut.
p. Jika klien meninggal, lakukan pengelolaan klien meninggal mencakup:
 Persiapan kamar jenazah
 Pendampingan keluarga
 Dokumen klien meninggal
q. Tenaga adminstrasi unit rawat inap melakukan pengelolaan administrasi,
pemakaian obat dan alat kesehatan di ruangan dengan pengawasan perawat
r. Perlu dilakuan audit pelayanan keperawatan dengan mempergunakan informasi
dari dokumentasi asuhan keperawatan
s. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien, terdiri dari:
 Formulir pengkajian (data dasar/ awal dan data fokus)
 Formulir Rencana Asuhan Keperawatan
 Formulir Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

30
- Informasi orientasi pasien baru
- Informed concern
- Catatan Keperawatan
- Skala Resiko jatuh
- Form pemantauan infeksi nosokomial,
- Catatan pemberian obat
- Catatan Pengawasan pasien ( Intake dan out put, tindakan keperawatan, dll)
- Informasi pasien baru
 Formulir Catatan Perkembangan Klien Terintegrasi
 Perencanaan pulang.
3. Tata cara pengelolaan pelayanan keperawatan klien rawat inap
a. Apa bila klien berasal dari IGD/ poliklinik/VK, perawat IGD/poliklinik/VK
dimana klien tersebut masuk, akan menginformasikan ke ruang rawat inap
bahwa akan ada klien baru untuk diantarkan, dan menginformasikan tentang
hal-hal lain yang perlu dipersiapkan seperti oksigen, infus pump dan lain
sebagainya sesuai dengan kondisi klien.
b. Klien yang berasal dari ruang perawatan khusus (ICU, OK dan ruang tindakan
lainnya, VK) yang akan pindah ke ruang rawat inap non intensif harus dijemput
oleh perawat dari ruang perawatan di mana klien akan ditempatkan.
c. Jika klien sesudah operasi di kamar bedah dan perlu perawatan intensif, maka
petugas ICU menjemput klien tersebut
d. Perawat melakukan penerimaan klien baru dengan ramah dan penuh perhatian.
1) Menempatkan klien di tempat yang telah dipersiapkan sesuai kondisi
klien
2) Mengecek identitas klien yang ada di gelang identitas, jika gelang
identitas belum dipakai, pakaikan gelang dan berikan penjelasan tujuan dari
pemakaian gelang identitas dan warna klip yang dipakai sesuai kondisi
klien.
3) Membaca surat pengantar yang dibawa oleh petugas untuk mengetahui
diagnosa klien dan membaca hasil pengkajian dari unit asal klien masuk
4) Klien diberikan informasi mengenai :
(a)Fasilitas kamar dan cara mengoperasikan peralatan.
 Bell/ nurse call (di kamar dan toilet).

31
 Kamar mandi dan WC.
 Lemari pakaian dan bed side table
(b) Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dan tenaga penunjang
 Dokter yang mengobati
 Perawat/ sesuai metoda pemberian pelayanan keperawatan
 Petugas gizi
 Petugas farmasi
 Petugas Laboratorium
 Tenaga administrasi ruang perawatan
 Petugas kebersihan
(c)Peraturan rumah sakit tentang :
 Tata tertib klien rawat inap.
 Hak dan kewajiban klien dan keluarga.
 Tata laksana administrasi dan persertujuan pasien di rawat inap
 Informasi orientasi klien baru (RM.14)
- Jam berkunjung.
- Jam pelayanan perawatan rutin (waktu mandi, waktu makan,
waktu pemberian obat, kegiatan observasi dll).
- Tim perawat yang terlibat merawat
- Jam kunjungan dokter spesialis dan dokter jaga.
- Kriteria klien yang harus ditunggu dan peraturan untuk
penunggu klien (disesuaikan dengan peraturan rumah sakit
setempat)
- Penggantian linen
- Pengadaan obat
 Surat penunjukan perwakilan untuk menerima informasi
pengobatan klien
e. Menerima dan mengecek status/ dokumen awal klien selanjutnya meneruskan
dalam catatan/ dokumen rawat inap.
f. Selama klien dirawat, perawat mempunyai tanggung jawab terhadap
terlaksananya seluruh pelayanan kesehatan yang harus diterima klien (sesuai
dengan kondisinya) sampai klien keluar (pindah, pulang sembuh, pulang atas
permintaan sendiri, atau meningal dunia).

32
g. Melaporkan kepada dokter jaga ruangan dan atau dokter spesialis yang merawat,
tentang kondisi klien baru sesuai hasil pengkajian awal keperawatan yang telah
dilakukan.
h. Dokter ruangan visite dan memeriksa klien baru, kemudian melaporkan ke dokter
penanggung jawab pasien (DPJP).
i. Tim kesehatan yang terlibat dalam memberikan asuhan melaksanakan tugasnya
sesuai profesinya.

4.2. PELAYANAN KEPERAWATAN PROSES PULANG DAN PERAWATAN


LANJUT PASCA RAWAT

1. Pelayanan keperawatan klien pulang dan perawatan lanjut pasca rawat diberikan
kepada semua klien rawat inap. Pelayanan ini diberikan sejak klien masuk ruang
rawat oleh perawat penanggung jawab klien terkait, dengan melibatkan klien dan
keluarganya. Perencanaan klien pulang dilakukan selama dalam perawatan dan
dievaluasi pada saat klien dipersiapkan untuk pulang, dengan mengkaji
kemungkinan rujukan atau perawatan lanjut dirumah sesuai kebutuhan.
Secara umum alur klien pulang
Pasien

Visit
Dokter

Pulang Pulang Pulang


sembuh APS Meninggal

KASIR
Gambar 4.4. Alur pulang klien RS Siaga Raya

33
2. Administrasi klien pulang dan perawatan lanjut pasca rawat
a. Dimulai sejak klien masuk unit rawat dengan mengkaji kebutuhan klien pulang dan
mengisi Format informasi Klien Pulang (discharge Planning)
b. Implementasi dari perkembangan perencanaan klien pulang dipantau dan dicatat.
c. Jika klien telah diputuskan untuk pulang maka perawat mempersiapkan klien dan
mengisi format surat izin pulang di antar ke Billing/Kasir.
d. Perawat memproses rencana kepulangan, membuat dokumentasi ringkasan pulang,
selanjutnya membuat dokumen catatan kesehatan klien untuk perawatan di rumah.
e. Petugas billing rawat inap/ kasir memproses kepulangan klien
f. Klien menyelesaikan Administrasi di Billing Rawat inap
g. Klien membawa surat tanda lunas dari billing diserahkan ke pertugas rawat inap
h. Klien dijelaskan rencana perawatan lanjutan di rumah dan kontrol pasca rawat
i. Klien diantar oleh perawat sampai Billing

3. Tata cara pengelolaan pelayanan keperawatan klien pulang dan perawat lanjut di
rumah.
a. Perawat melakukan pengkajian kebutuhan pulang dan menyusun perencanaannya
pada saat klien telah dirawat di unit ruang rawat.
b. Perencanaan yang dibuat melibatkan multidisiplin (dokter, fisioterapi-rehabilitasi
dll) sesuai kebutuhan.
c. Selama perawatan, kebutuhan proses pulang dan perawatan lanjut selalu dievaluasi,
dimonitor dan didokumentasikan
d. Jika klien ingin pulang atas permintaan sendiri, maka lakukan koordinasi dengan tim
kesehatan, persiapkan klien dan keluarga, klien dan keluarga menandatangani
persetujuan pulang atas permintaan sendiri dengan terlebih dahulu diberikan
informasi selengkap-lengkapnya.
e. Jika klien pulang sembuh perlu tindak lanjut perawatan, maka perawat melakukan
persiapan klien dan keluarga untuk pulang, mencakup gambaran kondisi klien saat
pulang, pengetahuan dan kemampuan keluarga. Untuk perawatan lanjut, program
terapan, kunjungan ulang serta kontrak untuk keperawatan lanjut dirumah (Home
Care).
34
f. Jika klien pulang dengan kondisi sembuh, perawat membuat catatan ringkasan klien
pulang dan persiapkan klien dan keluarga untuk melakukan pola hidup sehat di
rumah dan masyarakat.

4.3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA UNIT INTENSIF ICU

Pelayanan keperawatan pada unit – unit ruang rawat icu/picu tergantung pada jenis dan
klasifikasi RS. Jenis Pelayanan Keperawatan yang diselenggarakan pada Rumah Sakit
Siaga Raya adalah Rumah Sakit kelas C meliputi pelayanan keperawatan spesialisasi
dan sub spesialisasi.

Pada pedoman ini akan diuraikan penyelenggaraan pelayanan keperawatan mencakup :


lingkup pelayanan, sistem pemberian pelayanan keperawatan, jumlah dan kualifikasi
tenaga perawat, standar opersional prosedur dan clinical pathway (terlampir).

Adapun Asuhan Keperawatan pelayanan unit perawatan lantai 3 mencakup :

1. Pelayanan keperawatan medical bedah


2. Pelayanan keperawatan anak
3. Pelayanan keperawatan maternitas

4.4. BENTUK PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pelayanan Keperawatan Intensif


a. Pengertian
Pelayanan keperawatan intensif adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan
terhadap klien di ruang observasi intensif dengan penyakit berat yang
membutuhkan terapi intensif dan potensial untuk disembuhkan, memerlukan
observasi/pengawasan ketat secara terus menerus untuk mengetahui setiap
perubahan kondisi klien yang membutuhkan intervensi segera.
b. Lingkup Pelayanan
1) Pelayanan keperawatan ICU Primer
2) Pelayanan keperawatan ICU sekunder
3) Pelayanan keperawatan ICU tertier
c. Sistem Pemberian Pelayanan

35
Manajer kasus (case manager)
d. Standar Prosedur Operasional Minimal
1) Penerapan standar asuhan keperawatan intensif
2) Pengkajian pre arrival/sebelum klien datang, quick assessment/segera, on
going assessment/ berkelanjutan
3) Pengelolaan jalan nafas, intubasi tracheal dan penggunaan ventilasi mekanik
4) Fisioterapi dada
5) Terapi inhalasi
6) Terapi oksigen
7) Mengukur saturasi oksigen
8) Monitoring hemodinamik non-invasif
9) Prosedur BLS dan ALS
10) Rekam dan interpretasi EKG
11) Pengambilan specimen untuk pemeriksaan lab
12) Pemasangan dan pengelolaan klien dengan drainase toraks
13) Pemberian terapi titrasi
14) Pengelolaan nutrisi klien kritis
15) Terapi cairan dan elektrolit intra vena
16) Pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
17) Pengukuran tekanan vena sentral dan arteri
18) Pengelolaan terapi trombolitikmin
19) Intubasi endotracheal
20) Ekstubasi
21) Penggunaan ventilator
22) Pentalaksanaan bradikardi tanpa henti jantung
23) Penatalaksanaan fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel tanpa denyut
24) Defibrilasi
25) Pemberian epineprin
26) Pemberian atropine sulfas
27) Pemberian dopamine
28) Pemberian dobutamin
29) Pemberian norepeineprin
30) Pemberian digoxin
31) Pemberian heparin
36
32) Terapi inhalasi
33) Terapi oksigen
34) Pemeliharaan bed side monitor
35) Kalibrasi ventilator
36) Pemeliharaan alat-alat khusus
37) Memberikan transfuse darah
38) Memandikan pasien di tempat tidur
39) Tindakan longline
40) Tindakan cvp
41) Memasang NGT
42) Melepas NGT
43) Perwatan colostomy
44) Pemasangan foley cateter
45) Melepas foley cateter
46) Mengukur tekanan cvp
47) Memberikan transfuse darah
48) Pengambilan sampel urin
49) Pemngambilan sampel darah arteri

37
BAB V
MANAJEMEN LOGISTIK KEPERAWATAN

5.1. Pengertian
Manajemen logistik keperawatan adalah proses mengenai perencanaan, penentuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan
material/ alat – alat kesehatan/ keperawatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pelayanan keperawatan.
5.2. Tujuan
Tujuan manajemen logistik keperawatan adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam – macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan dan
dengan total biaya yang terendah.
5.3. Fungsi
Fungsi manajemen logistik mencakup : perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan serta pengendalian.

5.4. Manajemen Logistik Pada Unit Ruang Rawat


Manajemen logistik keperawatan yang paling utama adalah di unit Ruang Rawat,
karena merupakan kebutuhan, fasilitas, sarana, peralatan yang berhubungan langsung
dengan penyelenggaraan asuhan keperawatan. Kepala Ruangan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan manajemen logistik di unit Ruang Rawat.
Manajemen logistik pada unit ruang rawat minimal mencakup: alat tenun, alat
keperawatan dan kesehatan, alat rumah tangga, serta alat tulis dan kantor (ATK).

5.4.1. Perencanaan
Perencanaan logistic merupakan merencanakan kebutuhan yang dilakukan oleh
unit kerja untuk menunjang kelancaran pelayanan. Perancanaan ini dibuat
berdasarkan kebutuhan unit berdasrkan BOR, jumlah kunjungan/ tindakan klien,
dll. Perencanaan logistic yang dibuat dapat dibagi dalam tahunan, bulanan, dan
mingguan.

a. Perencanaan alat
1. Alat Keperawatan & Kesehatan
2. Alat Rumah Tangga
38
3. Alat Tulus & Kantor

b. Penganggaran
1. Pengertian
Anggaran merupakan rencana detail mengenai perolehan dan
penggunaan keuangan maupun sumber daya organisasi lainnya pada
periode yang telah ditentukan yang disusun dalam bentuk laporan formal
secara kuantitatif (Garrison, Noreen & Brewer, 2005)
2. Tujuan
 Mengkomunikasikan rencana menajemen ke seluruh bagian yang
ada dalam rumah sakit
 Acuan manajer untuk berpikir masa depan perusahaan untuk
mencapai tujuan.
 Mengalokasikan sumber daya Rumah Sakit ke seluruh unit secara
efektif dan efisien
 Meminimalisir terjadinya aktivitas yang kurang optimal
 Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas di dalam RS dengan
mengintegrasikan rencana di masing-masing bagian/ unit
3. Penganggaran RS Siaga Raya
Penganggaran di RS Siaga Raya dilakukan setiap tahun oleh unit
masing-masing. Setiap unit membuat anggaran berdasarkan kebutuhan
unit sesuai dengan target BOR atau kunjungan atau tindakan. Unit
membuat rencana kebutuhan SDM, pendidikan dan latihan, alat medis
dan keperawatan, linen, alat rumah tangga sebagai penunjang untuk
memberikan pelayanan klien, yang kemudian diusulkan kepada manajer
tekait. Manajer melakukan analisa kebutuhan yang diusulkan dari unit
dan menentukan jumlah kebutuhan sesuai target yang ditentukan.
Manajer keperawatan mengajukan ke divisi HRD untuk SDM dan Diklat
c. Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan suatu benda dan jasa. Proses pengadaan barang yang berlaku
di ruang keperawatan rawat jalan dan rawat inap RS Siaga Raya meliputi:
1. Permintaan Barang Rutin

39
Alur permintaan barang rutin meliputi
 Unit membuat permintaan barang melalui system permintaan baik
logistic maupun farmasi
 Unit meminta persetujuan manajer terkait.
 Unit logistik mngeluarkan barang sesuai dengan permintaan dan
persediaan yang ada di logistik.
 Unit mengambil barang permintaan yang terealisasi, dan serah
terima barang dengan melakukan crosscek barang fisik dengan
formulir pengeluaran baran
 Catatan di formulir sesuai dengan barang fisik, masing-masing
petugas logistik dan yang menerima barang menandatangani
formulir pengeluaran barang.
 Unit mencatat di kartu stok penambahan barang.

2. Permintaan Barang tidak rutin


Alur permintaan barang tidak rutin meliputi :
 Unit perawatan membuat permintaan dengan menggunakan formulir
permintaan barang tidak rutin
 Permintaan disetujui oleh manajer terkait
 Permintaan diteruskan ke bagian pengadaan setelah disetujui oleh
manajer terkait
 Proses di lakukan oleh pengadaan membuat PO dengan meminta
persetujuan manajer keuangan dengan menandatangani PO yang
sudah dibuat
 PO yang sudah di tandatangani Manajer keuangan diteruskan ke
Direktur untuk meminta persetujuan.

d. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam
ruang penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dalam rangka pengawasan,
penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang

40
penyimpanan sehingga setiap waktu diperlukan siap atau tersedia dan
mempercepat pelayanan. Adapun kegiatan dari penyimpanan, antara lain:
o Menerima, menyimpan, mengatur dan menjaga keutuhan barang dalam
ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai dg rencana secara
tertib, rapi dan aman.
o Menyelenggarakan administrasi penyimpanan atas semua barang yg
ada dalam tempat penyimpanan.
o Melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil terhadap
barang persediaan yg ada di dalam tempat penyimpanan agar
persediaan selalu dapat memenuhi kebutuhan;
o Membuat laporan secara berkala atas persediaan barang yg ada di
gudang.

Menurut Subagyo (1988:68), penyimpanan berfungsi untuk menjamin


penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya dengan
pemenuhan setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin.

e. Pendistribusian
Barang yang sudah diterima sesuai permintaan akan didistribusikan sesuai
kebutuhan klien dan akan di input di system computer sesuai dengan
ketentuan rumah sakit.
f. Penghapusan
Penghapusan merupakan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
menghapus barang dari daftar inventaris (Buku Inventaris) dengan tujuan
membebaskan bendaharawan barang dan atau pembantu penguasa barang
(PPBI) dari pertanggungjawaban administrasi barang dan fisik barang
milik/kekayaan institusi yang berada dibawah pengurusan dan
penguasaannya sesuai ketentuan institusi atau organisasi. Penghapusan
barang yang berlaku di RS Siaga Raya dilakukan pada barang-barang yang
sudah rusak dan tidak layak pakai untuk barang umum, sedangkan untuk
farmasi adalah alkes atau obat yang sudah kadaluarsa. Barang , obat atau
alkes yang rusak atau tidak layak pakai, kadaluarsa akan dikembalikan ke
logistic untuk barang umum dan ke farmasi untuk obat atau alkes yang

41
sudah kadaluarsa 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa. Kemudian proses
penghapusan, dimulai dengan unit membuat berita acara untuk penhapusan
yang ditandatangani oleh atasan terkait, kemudian disetujui oleh direktur.
Pejabat tertinggi (Direktur) sudah menyetujui baru penghapusan
dilaksanakan.

g. Pengedalian
Pengendalian logistik non medis dan medis sesuai dengan kebijakan RS
Siaga Raya meliputi :
1. Pengendalian Prosedur yaitu mengharuskan
barang bekas kembali, sehingga pengguna/ pelaksana lebih disiplin bila
barang bekas ada hilang harus lapor dan membuat berita acara kehilan-
gan.
2. Pengendalian Stock di ruangan yaitu dengan
pencatatan yang baik dan analisis kecenderungan dapat diketahui dan
dipersiapkan stock minimal dan maksimal sesuai dengan pemakaian atau
kebutuhan klien (tak berlebihan dan tak kekurangan ).
3. Pengendalian Pemakai yaitu dengan laporan pe-
makaian, maka akan diketahui jumlah pemakaian yang besar akan dike-
tahui di bidang/ruangan mana sehingga bisa diselidiki. Selain itu pengen-
dalian pemakaian dilakukan stock opname sesuai dengan kebijakan RS
Siaga Raya.

42
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Beberapa istilah penting dalam keselamatan pasien yaitu :

1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident


Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi.

2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse event


Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.

3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) / Near miss


Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat menciderai
pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi karena “keberuntungan”.

4. Kejadian Tidak Cidera (KTC) / No Harm Incident


Suatu kejadian atau insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cidera.

5. Kondisi Potensial Cidera (KPC)

43
Kondisi Potensial Cidera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cidera, tetapi belum terjadi insiden.

6. Kejadian Sentinel
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang
serius

6.2. Tujuan
6.2.1. Tujuan Umum
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien unit perawatan ICU di
RS Siaga Raya

6.2.2. Tujuan Khusus


a. Terlaksananya keselamatan pasien unit perawatan ICU di RS Siaga Raya.
b. Karyawan unit perawatan ICU di RS Siaga Raya mampu melakukan pen-
gelolaan risiko secara terintegrasi.
c. Karyawan unit perawatan ICU di RS Siaga Raya mampu melakukan anali-
sis akar masalah, serta belajar bagaimana dan mengapa masalah itu timbul.
d. Karyawan unit perawatan ICU di RS Siaga Raya mampu melakukan anali-
sis risiko secara proaktif untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

6.3. Sasaran Keselamatan Pasien.


Sasaran Keselamatan Pasien RS Siaga Raya mengacu kepada Nine Life-Saving Patient
Safety Solution dari WHO Patient Safety ( 2007 ) yang digunakan juga oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKPRS PERSI ), dan Joint Commission
International (JCI ) . Lingkup sasaran keselamatan pasien RS Siaga Raya meliputi :
identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai, kepastian tepat (lokasi,t prosedur, pasien) operasi, pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan resiko jatuh

6.3.1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Kebijakan yang berlaku di RS Siaga Raya didalam melakukan identifikasi pasien
baik pada saat pasien rawat jalan atau rawat inap ketika pemberian obat,

44
darah/produk darah, pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan
klinis, memberikan pengobatan atau tindakan lain adalah sebagai berikut :
a. Pasien rawat inap diberi gelang identitas, warna merah muda
untuk pasien wanita, biru muda untuk pasien laki-laki.
Setiap gelang pasien akan ditulis nama, tanggal lahir, DPJP dan nomor rekam
medis. Pada saat pemasangan gelang perawat harus menjelaskan kepada
pasien tentang fungsi gelang dan menjelaskan bahwa setiap pemberian obat,
darah atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau tindakan lain maka
perawat akan menanyakan kepada pasien: nama dan tanggal lahir atau nama
dan alamat.
b. Pasien yang mempunyai riwayat alergi akan diberi klip warna
merah pada gelang pasien
c. Pasien yang mempunyai risiko jatuh akan diberi klip warna
kuning pada gelang pasien.
d. Perawat di Instalasi Rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Rehabilitasi Medis memanggil pasien dengan
3 identitas yaitu nama, tanggal lahir, dan Nomor Medical Record
Pada saat pasien hendak dilakukan pemeriksaan, pengobatan, tindakan maka
dokter, perawat akan menanyakan nama, tanggal lahir pada pasien dan
melihat Nomor Medical Record pasien.
e. Pasien yang tidak diketahui identitasnya dan dalam keadaan
coma, maka diberi identitas dengan nama Tuan / Nyonya X
f. Bayi baru lahir diberi gelang identitas dan cap kaki bayi pada
lembar status pasien.

6.3.2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif


Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas
dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
Kebijakan yang berlaku di RS Siaga Raya pada saat perintah diberikan secara
lisan atau melalui telpon sebagai berikut:
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telpon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
45
b. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh penerima perintah

6.3.3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)


Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high–alert medications) adalah obat yang
sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome).
Obat-obatan yang mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau
Look Alike Sound Alike / LASA ) di RSIA Bunda Aliyah sebagai berikut :
Kebijakan terhadap Obat-obatan yang mirip ( Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA ) di RS Siaga Raya
sebagai berikut :
1. Di Instalasi Farmasi :
a. Peletakan obat dipisah sesuai abjad untuk obat per-os, untuk injeksi per
pabrik obat
b. Di laci penyimpanan obat diberi stiker
c. Obat ampul, flash,tablet, salep diberi stiker hijau
2. Di Instalasi Rawat Inap, Kamar Operasi :
Obat ampul, flash, tablet, salep diberi stiker hijau, dan penulisan nama obat.

Elektrolit Konsentrat (Calsium Glukonas, KCL, Natrium Bicarbonat, MgSO4) yang


ada di RS Siaga Raya sebagai berikut :
Kebijakan terhadap pemberian Elektrolit Konsentrat di RS Siaga Raya :
1. Area yang menyediakan elektrolit konsentrat di RS Siaga Raya:
a. Di Instalasi Farmasi : Penyimpanan dipisah dengan Aquadest, NaCL, Dex-
trose 40%
b. Diberi stiker orange per lemari
c. Pada saat pengambilan diberi stiker orange

2. Tempat Penyimpanannya :
Di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Pelayanan Intensif :
disimpan di lemari obat terkunci, diberi stiker warna orange

46
a. Instalasi Pelayanan Intensif menyimpan Calsium Glukonas, Natrium
Bicarbonat, Dextrose 40%, MgSO4, NaCL 3% , KCL
b. Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi menyimpan : Calsium Glukonas, ,
Natrium Bicarbonat, Dextrose 40%, MgSO4
c. Instalasi Rawat Inap menyimpan : Calsium Glukonas, Natrium Bicarbonat,
Dextrose 40%,
d. Unit Kebidanan dan kandungan menyimpan MgSO4, Natrium Bicarbonat
3. Identifikasi elektrolit konsentrat : pemberian stiker orange
4. Pemberian Label elektrolit konsentrat : stiker orange
5. Perawat yang berhak menyuntikkan elektrolit konsentrat :
Penanggung jawab shift : perawat dengan masa kerja minimal 2 tahun, sudah
mengikuti pelatihan internal cara penyuntikan elektrolit konsentrat
6. Prosedur pemberian elektrolit konsentrat sesuai dengan prosedur 7 (tujuh) Be-
nar pemberian obat.
7. Peresepan elektrolit konsentrat :
a. Dokter yang merawat
b. Kalau instruksi per telpon maka yang menulis resep adalah penanggung
jawab shift

6.3.4. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat – pasien operasi


Kebijakan RS Siaga Raya dalam sasaran Kepastian tepat – lokasi, tepat –
prosedur, tepat – pasien operasi sebagai berikut:
a. Sebelum Induksi Anestesi
 Checklist koordinator secara verbal melakukan konfirmasi terhadap :
- Identitas pasien
- Jenis prosedur operasi
- Sisi tubuh yang akan dilakukan operasi
- Memastikan Informed Consent
- Dalam situasi darurat bila keluarga tidak dapat memberikan konfirmasi
maka tindakan bedah dilakukan atas persetujuan bersama
 Sisi operasi sudah ditandai
- Koordinator checklist melakukan konfirmasi bahwa dokter bedah telah
menandai sisi operasi yang benar dengan penanda permanen

47
 Mesin Anestesi dan obat-obatan di cek secara lengkap
- Koordinator checklist melalukan konfirmasi dengan petugas anestesi
untuk melengkapi checklist keamanan peralatan anestesi
- Koordinator checklist melakukan inspeksi terhadap mesin anestesi,
breathing circuit, obat-obatan, risiko bius
- Tim anestesi melengkapi ABCDE : Airway, Breathing sistem
(termasuk oksigen dan alat inhalasi), suction, Drugs dan Devices serta
obat-obatan dan peralatan Emergency.
 Pulse Oksimetri berfungsi baik
- Koordinator checklist memastikan pulse oksimetri telah terpasang pada
pasien dan berfungsi dengan baik sebelum induksi dimulai
 Pasien memiliki riwayat alergi
- Koordinator checklist menanyakan kepada ahli anestesi tentang riwayat
alergi pasien, bila iya ditanyakan alergi terhadap apa
 Pasien memiliki kesulitan bernafas/ risiko aspirasi
- Koordinator checklist melakukan konfirmasi kepada tim anestesi
apakah pasien memiliki kesulitan pada airway
- Melakukan evaluasi terhadap risiko aspirasi
 Pasien memiliki risiko kehilangan darah > 500 ml atau 7 ml/kg BB pada
anak-anak
- Koordinator checklist melakukan konfirmasi kepada tim anestesi
apakah pasien berisiko kehilangan darah lebih dari ½ liter selama
pembedahan atau 7 ml/kg BB pada anak-anak
b. Sebelum Incisi Kulit
Sebelum incisi yang pertama perlu jeda waktu ( TIME OUT ) bagi seluruh tim
untuk memastikan semua langkah yang akan dilakukan telah di cek secara
lengkap
 Seluruh tim operasi memperkenalkan diri dan menyebut peran masing-
masing
- Koordinator checklist menanyakan kepada setiap orang didalam
ruangan untuk mengenalkan diri dan menyebutkan perannya dalam tim
 Konfirmasi ulang nama pasien, prosedur operasi dan dimana incisi akan
dilakukan

48
- Koordinator checklist atau anggota tim lain minta semua anggota tim
untuk berhenti sejenak dan melakukan konfirmasi secara verbal
terhadap: nama pasien, prosedur operasi yang akan dilakukan, sisi
tubuh yang akan dilakukan pembedahan
 Pemberian Antibiotik prophylaksis telah diberikan dalam 60 menit
terakhir
- Koordinator checklist menanyakan apakah Antibiotik profilaksis sudah
diberikan 60 menit sebelumnya
- Bila Antibiotik profilaksis belum diberikan maka harus dimasukkan
saat itu juga
- Bila tidak diperlukan antibiotik, maka kolom ” tidak diperlukan ” pada
checklist harus ditandai setelah dilakukan konfirmasi secara verbal
 Antisipasi kejadian kritis
- Koordinator checklist melakukan diskusi singkat bersama ahli bedah,
ahli anestesi dan perawat tentang rencana pembedahan dan
kemungkinan terjadinya kondisi kritis
 Untuk Ahli Bedah
- Langkah-langkah yang dilakukan jika terjadi kejadian kritis/ non rutin
- Waktu mengatasi kejadian kritis
- Cara mengantisipasi kehilangan darah
- Review terhadap prosedur yang mungkin memerlukan peralatan khusus
 Untuk Ahli Anestesi
- Kondisi khusus yang harus diperhatikan pada pasien
- Bila kasus khusus tim anestesi harus memberikan penjelasan verbal
tentang rencana resusitasi serta penggunaan produk darah atau
komplikasi yang mungkin terjadi
- Bila kasus rutin, maka tim anestesi menyatakan ”Kasus ini merupakan
kasus rutin, tidak ada perhatian khusus untuk kasus ini ”
 Untuk Tim Perawat
- Memastikan peralatan telah steril, perawat instrumen harus
memberikan konfirmasi bahwa sterilisasi telah dilakukan dan indikator
menunjukkan bahwa sterilisasi berhasil

49
- Bila tidak diperlukan perhatian ekstra, perawat dapat mengatakan ”
Sterilisasi telah diverifikasi, tidak ada hal khusus yang menjadi
perhatian”
- Perhatian terhadap peralatan tertentu
- Hasil foto pasien perlu
 Menampilkan hasil foto pasien
- Koordinator checklist harus menanyakan kepada ahli bedah apakah
perlu menampilkan hasil foto pasien sebelum incisi dimulai
c. Sebelum Pasien Meninggalkan Ruang Operasi
Perawat harus melakukan konfirmasi secara verbal terhadap hal-hal berikut :
 Nama prosedur operasi yang telah dilakukan
 Kelengkapan instrumen, kassa dan jarum yang digunakan
 Label spesimen lengkap ( label spesimen dibaca dengan suara keras,
termasuk nama pasien pada label )
 Permasalahan terhadap instrument/ peralatan yang harus diperhatikan
 Ahli bedah, ahli anestesi dan perawat melakukan review bersama tentang
manajemen pemulihan/ pasca operasi pasien

6.3.5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Kebijakan RS Siaga Raya dalam Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan sebagai berikut :
1. Membuat Pedoman Hand Hygiene
2. Program Kerja Hand Hygiene
3. Kebijakan dan Prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Kegiatan untuk pengurangan resiko infeksi terkait layanan kesehatan :
a. Sosialisasi cara cuci tangan yang benar kepada semua staf rumah sakit baik
berupa diklat, orientasi karyawan baru
b. Memasang poster cuci tangan di wastafel
c. Memasang dispenser dan handrub di semua unit rumah sakit
d. Tim PPIRS melakukan evaluasi terhadap staf rumah sakit tentang kepatuhan
cuci tangan

50
6.3.6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Kebijakan RS Saiaga Raya
dalam Pengurangan Risiko Pasien Jatuh sebagai berikut:
1. Kriteria pasien resiko jatuh
a. Pasien usia tua ( lebih dari 60 tahun )
b. Pasien anak-anak kurang dari 14 tahun
c. Pasien tidak sadar
d. Pasien gelisah
e. Pasien dengan gangguan jiwa
f. Pasien kelumpuhan dan gangguan keseimbangan
g. Pasien gangguan kesadaran
h. Pasien cacat fisik
2. Langkah-langkah untuk mengurangi pasien risiko jatuh :
a. Diberi label identitas warna kuning
b. Diberi pengaman samping tempat tidur
c. Diberi restrain
d. Penjaga pasien
e. Edukasi pasien dan keluarga yang berisiko jatuh
f. Dipasang rambu-rambu untuk waspada misalnya: awas jalan licin, jalan
menurun, jalan belok, atau tikungan
3. Monitoring pasien risiko jatuh
a. Memastikan pengaman tempat tidur berfungsi baik
b. Menyediakan wallguard untuk jalan yang menurun, kamar mandi
c. Lantai rumah sakit tidak licin
d. Bel pasien di kamar mandi dan tempat tidur berfungsi baik
e. Ketrampilan petugas mendorong pasien
f. Pemeliharaan tempat tidur, brankar, kursi roda
4. SOP untuk mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit
a. Rambu untuk pasien agar waspada: lantai licin, jalan menurun,
b. Pendidikan kepada pasien dan keluarga untuk pasien yang berisiko jatuh

6.4. Analisis Matriks Grading Risiko (Risk Grading Matrix)


Analisis Matriks Grading Risiko merupakan metode penilaian kualitatif untuk
menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.

51
Dampak (Cosequences) disini dapat diartikan sebagai penilaian akibat suatu insiden
meliputi seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal, sedangkan probabilitas / Frekuensi untuk menilai seberapa sering suatu
insiden terjadi.

Table 6.1 Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Tingkat Deskripsi Dampak


Risiko
1 Tidak signifikan Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera ringan misalnya luka lecet
 Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3 Moderat  Cedera sedang misalnya luka robek
 Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/ psikolo-
gis atau intelektual (reversible), tidak berhubun-
gan dengan penyakit.
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Mayor  Cedera berat/luas misalnya cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (ireversible), tidak berhubungan
dengan penyakit.
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit

Tabel 6.2 Penilaian Probabilitas / Frekuensi

Tingkat Deskripsi
Risiko
1 Sangat jarang / Rare ( > 5 thn / kali )
2 Jarang / Unlikely ( > 2-5 thn / kali )
3 Mungkin / Possible ( 1-2 thn / kali )
4 Sering / Likely ( beberapa kali / thn )
5 Sangat sering / almost certain ( tiap minggu/bulan )

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table matriks
grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko untuk
menentukan prioritas resiko dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

SKOR RISIKO = Dampak X Probabilitas

52
Tabel 6.3 Matriks Grading Risiko

Frekuensi/ Dampak / Potencial Concequences


Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(tiap minggu/bulan)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(beberapa kali/thn)
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( 1-2 thn / x )
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( 2-5 thn / x )
4
Sangat jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( >5 thn / x )
1

Tindakan yang harus dilakukan setelah diketahui derajat resiko sebagai berikut :

Table 6.4 Tindakan Sesuai Tingkat Dan Bands Risiko

Level / Bands Tindakan


Ekstrime (sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari.
Membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
direktur
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari.
Kaji dengan detil dan perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen
Moderate (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling
lama 2 minggu. Manajer / pimpinan klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap biaya dan kelola risiko.
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling
lama 1 minggu, diselesaikan dengan prosedur rutin.

Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat untuk
mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa yang telah terjadi?
2. Apa yang seharusnya terjadi?
3. Bagaimana terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian
yang sama terulang?

53
RCA wajib dilakukan pada :
 Semua kematian yang tidak diharapkan
 Semua insiden yang diduga mengakibatkan cedera permanent, kehi-
langan fungsi atau kehilangan bagian tubuh.

Penentuan penyebab insiden dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu


1. Penyebab langsung
Penyebab langsung (immediate cause/proximate cause) merupakan suatu
kejadian (termasuk setiap kondisi) yang terjadi sesaat sebelum insiden, ang dapat
menyebabkan suatu insiden terjadi, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat
mencegah terjadinya insiden
2. Akar masalah
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor
(kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan
jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.

Cara untuk mengidentifikasi akar masalah adalah :


1. Dimulai dengan mengumpulkan data penyebab langsung
2. Mengapa penyebab langsung terjadi? Sistem dan proses mana yang mendasari
terjadinya penyebab langsung.
3. Lebih menitikberatkan pada sistem daripada human errors.
4. Tim sering kali menemui masalah pada tahap ini; sering berhenti pada penyebab
langsung dan tidak terus mencari akar masalahnya.
5. Penyelidikan harus terus berlanjut sampai masalah yang ditemukan tidak dapat
ditelusur lagi, inilah yang dimaksud dengan akar masalah.

Cara membedakan root cause dan contributing cause :

1. Apakah insiden dapat terjadi jika “cause” tesebut tidak ada?


Tidak : root cause Ya : contributing

2. Apakah insiden akan terulang oleh karena hal yang sama jika “cause” dikoreksi
atau dieliminasi?
Tidak : root cause Ya : contributing

54
3. Apakah koreksi atau eliminasi “cause” dapat menyebabkan insiden yang serupa?
Tidak : root cause Ya : contributing
Apabila ketiga jawabab adalah “tidak”, maka cause tersebut adalah “root cause”
Apabila salah satu jawaban adalah “ya”, maka cause tersebut adalah “contributing
cause”.

6.5. Langkah Root Cause Analisis (RCA)


Langkah-langkah Root cause Analisis (RCA), sebagai berikut:
a. Identifikasi insiden yang akan dianalisis
a. Tentukan tim investigator
b. Kumpulkan data
 Observasi : kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi, hal-hal
yang berhubungan dengan insiden.
 Dokumentasi : untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi dan
inspeksi
 Interviews : untuk mengetahui kejadian secara langsung guna pengecekan data
hasil observasi dan dokumentasi.
c. Petakan kronologi kejadian
Sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah bagan. Berikut
ini macam-macam petakan kronologi kejadian, sebagai berikut :
a. Kronologi cerita / narasi
Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat
berdasarkan kumpulan data saat investigasi.
Kronologi cerita digunakan jika:
1. Kejadian sederhana dan tidak kompleks, di mana masalah, praktek dan fak-
tor kontribusinya sederhana.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu kejadian yang
lebih kompleks
3. Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan sebagai
ringkasan di mana hal tersebut mudah dibaca.
keuntungan : format ini baik untuk presentasi informasi
kekurangan :
a. Sulit untuk menemukan titik cerita dengan cepat
b. Sulit untuk mengerti jalan cerita dengan cepat bila melibatkan banyak pihak

55
b. Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis. Memungkinkan
investigator untuk menemukan bagian dalam proses di mana masalah terjadi.

c. Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar: tanggal,
waktu, cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 data lain yaitu: informasi
tambahan, praktek yang baik (good practice), dan masalah / CMP (care
management problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna pada kejadian
yang berlangsung lama.

d. Time person grids


Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan pergerakan orang
(staf, dokter, pengunjung, pasien, dan lain-lain) sebelum, selama, dan sesudah
kejadian.
Time person grid digunakan ketika :
 Jika dalam suatu insiden terdapat keterlibatan banyak orang dan investiga-
tor ingin memastikan keberadaan mereka dalam insiden.
 Berguna pada keadaan jangka pendek
 Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai untuk
mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil.
Langkah-langkah time person grid sebagai berikut
a. buatlah table yang terdiri dari beberapa baris dan kolom
b. dari table tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang terlibat
c. kolom berikutnya berisi perjalanan waktu (jam, menit) pada baris atasnya
d. kemudian pada baris di bawah waktu berisi keterangan tempat atau
kegiatan staf yang terlibat

Keuntungan :
 dapat digunakan pada waktu yang pendek
 dapat mengidentifikasi keberadaan seseorang dan adanya celah informasi
 pemetaan dapat dalam bentuk garis waktu yang efektif
kerugian :

56
 hanya dapat digunakan dalam waktu yang pendek
 orang tidak dapat mengingat waktu di mana ia berada
 terfokus pada individu

6.6. Identifikasi masalah (Care management Problem / CMP)


Prinsip Dasar CMP adalah pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang
ditetapkan. Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tidak langsung pada
adverse event.

6.7. Analisis Informasi


Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause.

6.7.1. 5 Why (why-why chart) yaitu secara konstan bertanya “mengapa?”, melalui
lapisan penyebab sehingga mengarah pada akar permasalahan dari problem
yang teridentifikasi.
6.7.2. Analisis perubahan / change analysis yaitu digunakan untuk menganalisa
proses yang tidak bekerja sesuai rencana (apa dan mengapa berubah). Cara ini
digunakan jika:
 Suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi kega-
galan / terdapat sesuatu yang menyebabkan perubahan situasi.
 Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidak sesuaian tindakan
atau kerusakan alat.
Analisis perubahan membandingkan reality dengan idealnya / teori dengan
langkah-langkah berikut :
1. pelajari prosedur normal : apa yang seharusnya dilakukan (kolom 1)
2. petakan alur insiden yang terjadi, bandingkan dengan langkah 1 (kolom 2)
3. bandingkan dua proses apakah ada perbedaan, apa sebagai masalah? Catat
pada kolom yang telah disediakan (kolom 3)
4. catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan dalam
rekomendasi.

6.7.3. Analisis hambatan / barrier analysis untuk mengidentifikasi :

57
- penghalang mana yang seharusnya berfungsi untuk mencegah
terjadinya insiden
- mengapa penghalang gagal?
- penghalang apa yang dapat digunakan insiden terulang kembali?

Ada empat tipe penghalang, yaitu :


a. penghalang fisik
b. penghalang natural
c. penghalang tindakan manusia
d. penghalang adminstrasi
Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih penghalang yang
berhasil ditembus. Hal ini sesuai dengan teori “Swiss Cheese”

Gambar 6.1 Teori Analisis hambatan / barrier analysis

6.7.4. Fish bone


Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan
dampak pada timbulnya insiden.

58
Gambar 4.2 Teori Fish bone

Untuk pengisian, lihat Faktor kontributor .

Tabel 3.5 Faktor Kontributor Investigasi Insiden Klinis

FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN DAN SUBKOMPONEN DALAM


INVESTIGASI INSIDEN KLINIS

1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RUMAH SAKIT


Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan dan Kebijakan Depkes
c. Peraturan Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi lain

2. FAKTOR KONTRIBUTOR ORGANISASI DAN MANAJEMEN


Komponen Subkomponen
Organisasi dan Manajemen a. Struktur Organisasi
  b. Pengawasan
  c. Jenjang Pengambilan Keputusan

59
Kebijakan, Standar dan Tujuan a. Tujuan dan Misi
  b. Penyusunan Fungsi Manajemen
  c. Kontrak Service
  d. Sumber Keuangan
  e. Pelayanan Informasi
  f. Kebijakan diklat
  g. Prosedur dan Kebijakan
  h. Fasilitas dan Perlengkapan
  i. Manajemen Risiko
  j. Manajemen K3
  k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
  b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
a. Ketersediaan
SDM b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf
  yang Berbeda
  c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA


Komponen Subkomponen
Desain dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
  b. Penilaian Ergonomik
  c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
  b. Pengawasan Lingkungan Fisik
  c. Perpindahan Pasien antar Ruangan
Perlengkapan a. Malfungsi Alat
  b. Ketidaktersediaan
  c. Manajemen Pemeliharaan
  d. Fungsionalitas
  e. Desain, Penggunaan & Maintenace Peralatan

60
4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM
Komponen Subkomponen
Supervisi dan Konsultasi a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi
  b. Cepat Tanggap
Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesi
  b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat
Kepemimpinan dan Tanggung Jawab a. Kepemimpinan Efektif
  b. Uraian Tugas Jelas
Respon terhadap Insiden Dukungan peer group setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAF


Komponen Subkomponen
Kompetensi a. Verifikasi Kualifikasi
  b. Verifikasi Pengetahuan dan Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental a. Motivasi
  b. Stresor Mental: Efek Beban Kerja Beban Mental
  c. Stresor Fisik: Efek Beban Kerja = Gangguan
Fisik

6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS


Komponen Subkomponen
Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan dan Revisi SOP
  b. Ketersediaan SOP
  c. Kualitas Informasi
  d. Prosedur Investigasi
Ketersediaan dan akurasi hasil test a. Test Tidak Dilakukan
  b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test
Faktor Penunjang dalam validasi alat a. Ketersediaan, penggunaan, dan reliabilitas
medis b. Kalibrasi
 

61
Desain Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP

7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN


Komponen Subkomponen
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi
Personal a. Kepribadian
  b. Bahasa
  c. Kondisi Sosial
  d. Keluarga
Mengetahui risiko yang berubungan dengan
Pengobatan pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
  b. Riwayat Kepribadian
  c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik

8. FAKTOR KONTRIBUTOR KOMUNIKASI


Komponen Subkomponen
Komunikasi Verbal a. Komunikasi antar staf junior dan senior
b. Komunikasi antar Profesi
c. Komunikasi antar Staf dan Pasien
b. Komunikasi antar Unit Departemen
Komunikasi Tertulis Ketidaklengkapan Informasi

6.8. Rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement

LANGKAH 1 dan 2 : IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM

INSIDEN : __________________________________________________

62
Tim :
Ketua :
Anggota : 1. ________ 4. ________
2. ________ 5. ________
3. ________ 6. ________

Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? YA TIDAK

Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan YA TIDAK


yang berbeda sudah terwakili dalan tim tersebut?

Siapa yang menjadi notulen ? _______

Tanggal dimulai _______________Tanggal dilengkapi ______________

LANGKAH 3 : KUMPULKAN DATA DAN INFORMASI

-Observasi langsung : __________________

-Dokumentasi: 1. ______________________
2. ______________________
3. ______________________
4. ______________________
5. ______________________

- Interview (dokter atau staf yang terlibat)


1. _______________________________________
2. _______________________________________
3. _______________________________________
4. _______________________________________
5. _______________________________________

LANGKAH 4 : PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN

FORM TABULAR TIMELINE

Waktu /
Kejadian
Kejadian

63
Informasi
tambahan
Good
Practice

Masalah
Pelayanan

FORM TIME PERSON GRID

waktu

staf yg
terlibat

LANGKAH 5: IDENTIFIKASI CMP

FORM MASALAH / CMP

MASALAH INSTRUMEN / TOOLS


1
2
3

LANGKAH 6: ANALISIS INFORMASI

FORM TEKNIK (5) MENGAPA

MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa

FORM ANALISIS PERUBAHAN

Prosedur yang normal Prosedur yang dilakukan Apakah yerdapat bukti


(SOP) saat insiden perubahan dalam proses?

64
FORM ANALISIS PENGHALANG

Apa penghalang pada Apakah penghalang Mengapa penghalang


masalah ini? dilakukan? gagal? Apa dampaknya?

FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN


(diagram fish bone lihat atas)

LANGKAH 7: FORM REKOMENDASI dan RENCANA TINDAKAN


Faktor Tinda Tingkat Penanggung Waktu Sumber daya Bukti paraf
kontributor kan rekomendasi Jawab yg penyelesaian
(individu, tim, dibutuhkan
direktorat, RS)

6.9. ANALISA RISIKO PROAKTIF (FMEA)

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode perbaikan kinerja dengan
mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. FMEA merupakan

65
proses proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi. Mengantisipasi
kesalahan akan meminimalkan dampak buruk.
Failure (F) : saat di mana system atau bagian dari system tidak berjalan seperti yang
diharapkan
Mode (M) : suatu jalan/cara dimana sesuatu (termasuk kegagalan) dapat terjadi.
Effect (E) : hasil atau konsekuensi
Analysis (A) : penyelidikan mendetil mengenai suatu elemen atau struktur dari suatu
proses
FMEA sudah diterapkan secara luas, lebih dari 30 tahun, terutama di dunia industri.

HFMEA (Healthcare Failure Mode and Effect Analysis) adalah suatu modifikasi dari
FMEA yang diterapkan di dunia kesehatan; merupakan kombinasi dari :
1. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
2. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)
3. RCA (Root Cause Analysis)
Langkah-langkah HFMEA
1. Tetapkan topik
2. Bentuk tim
3. Gambarkan alur proses
4. Buat hazard analysis
5. Tindakan dan pengukuran outcome

Tabel 5.1 TIME LINE AND TEAM ACTIVITIES


Premeeting Identify topic and notivy the team (step 1 & 2)

66
1st team meeting Diagram the process, identified subprocess, verify the scope
2nd team meeting Visit the worksite to observe the process, verify that all process
& suprocess steps are correct (step 3)
3rd team meeting Brainstorming failure modes, assign individual team members
to consult with process users (step3)
4th team meeting Identify failure modes causes, assign individual tim members to
consult with process users for additional input (step 3)
5th team meeting Transfer FM & causes to the HFMEA worksheet (step 3). Begin
the hazard analysis (step 4)
Identify corrective actions and assign follow up responsibilities
(step 5)
6th, 7th , …h team Assign team members to follow up individual charged with
meeting plus 1 taking corrective action
h team meeting plus 2 Refine corrective action based on feedback
h team meeting plus 3 Test the proposed changes
h team meeting plus 4 Meet with top management to obtain approval for all actions
Postteam meeting The advisor or his/her designee follow up until all actions are
completed

Topik HFMEA dipilih dari proses yang dinilai memiliki risiko tinggi. Setelah topik
disepakati, dibentuk Tim untuk melakukan analisa.

Proses yang terpilih dijelaskan setiap kegiatannya sesuai dengan prosedur atau
kebijakan yang berlaku. Jika proses terlalu kompleks, dapat dipilih satu proses atau
subproses untuk ditindaklanjuti.

Contoh : Proses X

67
Kemudian subproses diturunkan lagi menjadi modus kegagalan

Gambar 5.1 Contoh Sub Proses Yang Diturunkan Dalam Modus Kegagalan

Tentukan Hazard Score dan dari tiap modus kegagalan, diperinci lagi menjadi
“potensi penyebab”.

Tabel 5.2 Analisis Hazard- Tingkat Bahaya

68
ANALISIS HAZARD- TINGKAT BAHAYA

DAMPAK MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPIK


1 2 3 4
Kegagalan yang Kegagalan dapat Kegagalan Kegagalan
tidak mengganggu mempengaruhi menyebabkan menyebabkan
proses pelayanan proses dan kerugian berat kerugian besar
kepada pasien menimbulkan
kerugian ringan
Pasien *tidak ada cedera *cedera ringan *cedera luas/berat *kematian
*tidak ada *ada perpanjangan *perpanjangan *kehilangan fungsi
perpanjangan hari hari rawat hari rawat lebih tubuh scr permanen
rawat lama (± > 1 bln) (sensorik/motorik/
*Berkurangnya psikologik/
fungsi permanent intelektual), mis
organ tubuh -operasi pada
(sensorik/motorik/ bagian / pasien
psikologik/ yang salah
intelektual) -tertukarnya bayi
Pengunjung *tidak ada cedera *cedera ringan *cedera luas/ berat *kematian
*tidak ada *ada penanganan *perlu dirawat *terjadi pada > 6
penanganan ringan *terjadi pada 4-6 pengunjung
*Terjadi pada 1-2 *terjadi pada 2-4 orang
pengunjung pengunjung
Staf *tidak ada cedera *cedera ringan *cedera luas/ berat *kematian
*tidak ada *ada penanganan/ *perlu dirawat *perawatan > 6 staf
penanganan tindakan *kehilangan waktu
*Terjadi pada 1-2 *kehilangan waktu / kec kerja 4-6 staf
staf / kec kerja 2-4 staf
*tidak ada kerugian
waktu/kec kerja
Fasilitas atau Kerugian < Kerugian Kerugian Kerugian >
perlengkapan 1.000.000 atau 1.000.000- 10.000.000- 50.000.000
kesehatan menimbulkan 10.000.000 50.000.000
dampak terhadap
pasien

Tabel 5.3 Analisa Hazard – Tingkat Kemungkinan

69
ANALISA HAZARD – TINGKAT KEMUNGKINAN

LEVEL DESKRIPSI CONTOH


4 Sering (frequent) Hampir sering muncul dalam waktu yang
relative singkat (mungkin terjadi beberapa kali
dalam 1 tahun)
3 Kadang-kadang Kenungkinan akan muncul (dapat terjadi
(occasional) beberapa kali dalam 1 tahun)
2 Jarang (uncommon) Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi
dalam > 2 sampai 5 tahun)
1 Hamper tidak pernah Jarang sekali terjadi (dapat terjadi dalam > 5
(remote) sampai 30 tahun)

Tabel 5.4 Skor Hazard


SKOR HAZARD

TINGKAT BAHAYA
KATASTROPIK MAYOR MODERAT MINOR
4 3 2 1
SERING 16 12 8 4
4
KADANG 12 9 6 3
3
JARANG 8 6 4 2
2
HAMPIR 4 3 2 1
TDK
PERNAH
1

Gunakan pohon keputusan untuk menentukan apakah modus perlu tindak lanjut

70
Gambar 5.2 Contoh Penggunaan Pohon Keputusan Dalam Penentuan Modus
Yang Perlu Tindak Lanjut

Contoh langkah 4 dan 5 :

Gambar 5.3 Contoh Langkah PetakanBAB


Kronologi
VI Kejadian dan Identifikasi CMP

71
BAB VII
PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RS SIAGA RAYA

1.1. Pengertian
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga
keperawatan dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.

Manajemen K3 RS Siaga Raya merupakan proses kegiatan yang dimulai


dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS Siaga Raya

72
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan :
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
karyawan RS Siaga Raya
1.2.2. Manfaat :
1. Bagi RS Siaga Raya
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS Siaga Raya
c. Meningkatkan citra RS Siaga Raya
2. Bagi karyawan RS Siaga Raya :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

1.2.3. Sasaran
1. RS Siaga Raya
2. Karyawan RS Siaga Raya
3. Pasien dan pengunjung

1.3. Ruang Lingkup


Kegiatan K3 di RS Siaga Raya menyangkut tenaga kerja, cara/metode
kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja dalam Upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap
petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan hasil dari tiga
komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk


menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam
waktu tertentu. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani
pekerja baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan

73
pekerjaannya, kondisi tersebut dapat di perberat oleh kondisi
lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang
meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

1.4. Bahaya Potensial di RS SIAGA RAYA

Bahaya Potensial di RS Siaga Raya yang dapat menimbulkan penyakit


dan kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh faktor biologi (virus,
bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi); factor
ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir,
hubungan sesama karyawan/atasan).

Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS Siaga Raya, diantaranya


adalah mikrobiologik, desain/fisik, kebakaran, mekanik,
kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS Siaga Raya, umumnya


berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada
hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah);
faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit,
tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
pemroduksi darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah,
penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).

1.5. Respon Kegawat daruratan di RS

Kegawatdaruratan dapat terjadi di RS Siaga Raya. Kegawatdaruratan


merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau
luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat
menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra RS.

74
RS mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari
Manajemen K3 RS.

1.6. SISTEM MANAJEMEN K3 RUMAH SAKIT

1.6.1. Komitmen dan Kebijakan

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy)


tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh
seluruh karyawan RS Siaga Raya. Manajemen RS Siaga
Raya mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya
esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk
terlaksananya program K3 di RS Siaga Raya. Kebijakan K3 di
RS Siaga Raya diwujudkan dalam bentuk wadah K3 RS Siaga Raya
dalam struktur organisasi RS Siaga Raya.

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS Siaga Raya,


perlu disusun strategi antara lain
1. Advokasi sosialisasi program K3 RS.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas.
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS Siaga
Raya pada setiap unit kerja di lingkungan RS.
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara
berkala.

1.6.2. Manajemen K3 RS Siaga Raya


1.6.2.1. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar
tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3
dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.

75
Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar
Sistem Manajemen K3RS diantaranya self assesment
akreditasi K3RS dan SMK3.

Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian faktor risiko. RS Siaga Raya harus
melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor risiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
• Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya.
• Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus
diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.

Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS Siaga Raya


meliputi :

Bahaya Pekerja yang paling


No Lokasi
Potensial Beresiko

FISIK :
Bising IPS-RS, laundri, dapur, Karyawan yang bekerja
CSSD, gedung genset- di lokasi tsb,
boiler, IPAL
ruang mesin-mesin dan perawat, cleaning
Getaran perlatan yang service dll
menghasilkan getaran
(ruang gigi d11)
Debu
genset, bengkel kerja, Petugas sanitasi,
laboratorium gigi, teknisi gigi, petugas
gudang rekam medis, IPS dan rekam

76
incinerator medis
Pangs pekerja dapur, pekerja
CSSD , dapur , laundri,
laundry, petugas
incinerator , boiler
sanitasi dan IP-RS
Radiasi Ahli radiologi,
X-Ray, OK yang
radioterapist dan
menggunakan c-arm,
radiografer, ahli
ruang fisioterapi, unit
fisioterapi dan petugas
gigi
roentgen gigi.
KIMIA
disinfektan Semua area Petugas kebersihan
perawat
Pekerja farmasi,
Cytotoxics Farmasi, tempat
perawat, petugas
pembuangan limbah,
pengumpul
bangsal
sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter,perawat

Formaldehyde Laboratorium ,kamar Petugas kamar mayat,


mayat, gudang farmasi petugas laboratorium
dan farmasi
Methyl : Ruang Pemeriksaan
Petugas/dokter gigi,
Methacrylate,H gigi
dokter bedah, perawat
g (amalgam)

Solvents Laboratorium, bengkel Teknisi petugas,


kerja, semua area di RS laboratorium, petugas
pembersih
Bahaya Pekerja yang paling
No Lokasi
Potensial Beresiko
Ruang operasi gigi, OK Dokter gigi ,
Gas-gas , ruang pemulihan perawat ,dokter bedah
anaestesi (RR) dokter/perawat,
anaestesi

BIOLOGIK :

AIDS, IGD, kamar Operasi, Dokter , dokter gigi,


Hepatitis ruang pemeriksaan gigi , perawat ,petugas
B dan Non A- laboratorium
laboratorium, laundry
Non B petugas,
sanitasi dan laundry
Perawat dokter
Cytomegalovi Ruang kebidanan, ruang
yang,
rus anak
bekerja di bagian
Ibu dan anak

77
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Bangsal, laboratorium, Perawat, petugas
ruang isolasi laboratorium,
fisioterapis

Tuberculosis Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat


Bangsal, laboratorium, Perawat, petugas
ruang isolasi laboratorium,
fisioterapis

ERGONOMIK
Pekerjaan Area pasien dan tempat
yang penyimpanan barang
dilakukan (gudang)
secara
manual
Postur yang Semua karyawan
salah dalam Semua area
melakukan
Pekerjaan

Pekerjaan Semua area Dokter gigi, petugas


yang pembersih, fisioterapis,
berulang sopir, operator
komputer, yang
berhubungan dengan
pekerjaan juru tulis

Bahaya Pekerja yang paling


No Lokasi
Potensial Beresiko

PSIKOSOSIAL
Sering kontak
Semua area Semua karyawan
dengan
pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman
secara fisik

b. Penilaian faktor risiko


Adalah proses untuk menentukan ada
tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan

78
risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian
risiko yakni menghilangkan bahaya,
menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada (engineering/rekayasa),
administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

2. Peraturan K3
RS Siaga Raya mempunyai Standar Prosedur
Operasional yang ditetapkan dengan SK Direktur
No 038/SK-DIR/RSIA-BA/VIII/2015 tentang pedoman
pelayanan keselamatan kesehatan kerja rumah sakit Siaga Raya
dan melaksanakan standar operasional prosedur
(SOP) sesuai dengan peraturan yang berlaku.
SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada
karyawan dan pihak yang terkait.

3. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian
kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi
mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.

4. Program K3
RS harus menetapkan dan melaksanakan program
K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada
monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

1.6.2.2.
Pengorganisasian

Pelaksanaan K3 di RS Siaga Raya sangat tergantung dari


79
rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap
tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama
dalam pelaksanaan K3 sesuai kebijakan RS Siaga Raya

Organisasi K3 merupakan organisasi no struktural dan


bertanggung jawab kepada Direktur RS Siaga Raya, bentuk
organisasi K3 di RS merupakan organisasi struktural
yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS
dan disesuaikan dengan kondisi/kelas masing masing
RS, misalnya Komite Medis atau PPIRS.

1.7. Langkah-Langkah Penyelenggaraan


Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di RS, maka perlu
langkah-langkah penerapannya yaitu :
1.7.1. Tahap persiapan
a. Menyatakan komitmen Diirektur RS Siaga Raya
b. Menetapkan cara penerapan K3 di RS.
c. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
d. Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
1.7.2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu
dan kelompok di dalam organisasi RS.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya :
 Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan
khu
 Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
 Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat
 Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan

80
 Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
 Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur,
melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
 Melaksanakan biological monitoring
 Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja

1.7.3. Tahap pemantauan dan


Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam system
laporan RS (SPRS);
- Pencatatan dan pelaporan K3
- Pencatatan semua kegiatan K3
- Pencatatan dan pelaporan KAK
- Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan pengujian dengan menilai dilakukan secara
berkala, terutama oleh petugas K3 RS sehingga kejadian
PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Pengujian
terhadap lingkungan dan pemeriksaan terhadap pekerja
berisiko seperti biological monitoring (Pemantauan secara
Biologis).
c. Melaksanakan audit K3 meliputi falsafah dan tujuan,
administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan,
fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.

81
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1. Latar Belakang


Mutu merupakan kesesuaian hasil yang dirasakan dengan harapan (Poha, 2007).
Kualitas pelayanan kesehatan harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir dengan
kepuasan pasien serta persepsi positif terhadap kualitas pelayanan. Kotler, 2000
( dalam Tjiptono & Chandra, 2004 ). Kualitas pelayanan kesehatan menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan
kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan. Upaya menjaga kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting.
Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa pelayanan
keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan
terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit.

8.2. Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan


Manajemen mutu pelayanan keperawatan merupakan bagian dari manajemen pelayanan
di Rumah Sakit. Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar praktik keperawatan dengan menggunakan potensi
sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif, diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma kode etik profesi dan budaya.

Kegiatan peningkatan mutu dalam manajemen mutu pelayanan keperawatan meliputi


perencanaan, pelaksanaan, pengawasan ( monitoring & Evaluasi), serta pelaporan.
Kegiatan peningkatan mutu keperawatan meliputi pelaksanaan program keselamatan
pasien, manajemen resiko klinik, pemantauan indikator mutu pelayanan rumah sakit,
pembuatan RCA, clinical pathway, audit klinis pelayanan pasien, pendidikan staf,
kegiatan quality champion di unit, pencegahan & pengendalian infeksi, evaluasi kinerja
staf, akreditasi nacional. Indikator mutu pelayanan rumah sakit meliputi indikator mutu
klinis, indikator mutu manajerial, dan indikator keselamatan pasien.

82
8.2.1. Indikator Mutu Klinis
Mutu klinik pelayanan keperawatan ditentukan dengan indikator klinik
keperawatan dan merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan
oleh perawat di rumah sakit. Indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak terhadap pelayanan. (Wilson & Sapanuchart, 1993). Indikator mutu
klinis keperawatan meliputi
1. Angka kelengkapan pengkajian keperawatan
dalam 24 jam pertama
2. Ketepatan pelaksanaan operasi tanpa adanya
salah lokasi, salah klien, dan salah prosedur.
3. Angka kesalahan pemberian obat.
4. Response time pemeriksaan Troponin I pada
kasus jantung < 2 jam (contoh )
5. Hasil interpretasi CT Scan Brain ≤ 3 jam setelah
selesai pemeriksaan
6. Kelengkapan asesmen pra anestesi oleh dr
Anestesi
7. Angka Kejadian salah penyerahan darah tranfusi
8. Angka kelengkapan pengkodingan Rekam
Medis Rawat Jalan.
9. Angka kejadian Infeksi jarum suntik, Decubitus,
ILO.
10. N/A (Riset klinis)

8.2.2. Indikator Mutu Manajerial


Indikator mutu manajerial meliputi
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi
kebutuhan klien
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
3. Manajemen resiko
4. Manajemen penggunaan sumber daya
83
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan kepuasan staf
7. Demografi pasien dan diagnosis klinis
8. Manajemen keuangan
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf

8.2.3. Indikator Keselamatan pasien


Indikator keselamtan klien meliputi :
1. Angka kejadian kesalahan identifikasi pasien.
2. Angka kejadian akibat komunikasi yg kurang efektif
3. Angka kesalahan pada obat yang perlu diwaspadai
4. Angka Kejadian salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi.
5. Angka kejadian infeksi nosokomial di RS.
6. Angka kejadian pasien jatuh.

84
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. Pengertian
Pembinaan dan pengawasan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Siaga Raya
adalah suatu proses penilaian, umpan balik serta perbaikan seluruh kegiatan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit secara komprehensif dan berkesinambungan.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara internal dan eksternal. Pembinaan dan
pengawasan internal dilakukan oleh unsur-unsur didalam Rumah Sakit. Pembinaan
dan pengawasan eksternal dilakukan oleh unsur luar Rumah Sakit seperti akreditasi
atau ISO, dll yang disepakati.

B. Pembinaan dan Pengawasan Internal


Pembinaan dan pengawasan internal dilakukan secara berjenjang, mulai pada tingkat
unit ruang rawat, bagian/ instalasi, hingga bidang/bagian keperawatan di Rumah
Sakit.
1. Unit Ruang Rawat :
a. Lingkup pembinaan dan pengawasan minimal mencakup:
1) Pelaksanaan asuhan keperawatan dan dokumentasinya
2) Kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
3) Kepatuhan menerapkan standar/SOP
4) Penerapan kode etik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
5) Kelengkapan fasilitas dan sarana serta prasarana untuk melakukan asuhan
keperawatan
6) Manajemen asuhan keperawatan dalam menerapkan proses asuhan
keperawatan
7) Kebersihan, kenyamanan dan keamanan unit ruang rawat
b. Sasaran :
1) Perawat pelaksana
2) Tenaga pendukung di unit ruang rawat

85
c. Langkah-Langkah Pembinaan Dan Pengawasan:
1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup dan sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan melalui kegiatan komunikasi,
informasi, supervisi dan edukasi dengan metode :
 Supervisi klinik
 Observasi lapangan
 “Coaching”
 Pendampingan/ “bedside teaching”
 Diskusi kasus
 Penghargaan dan sanksi
 Rapat - pertemuan
5) Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
6) Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan dan
evaluasi
7) Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan pengawasan
d. Pelaksana :
1) Supervisor
2) Penanggung jawab shift
3) Koordinator

2. Bagian/ Instalasi
a. Lingkup pembinaan dan pengawasan minimal mencakup :
1) Manajemen pelayanan keperawatan di unit ruang rawat dan laporannya
2) Kompetensi kepala ruang rawat dalam melakukan manajemen asuhan
keperawatan di unit ruang rawat
3) Manajemen logistik di instalasi/bagian
4) Profil pasien, BOR, LOS
5) Audit mutu pelayanan keperawatan di tingkat instalasi
6) Profil SDM perawat ditingkat instalasi
7) Orientasi, penempatan, mutasi perawat dan tenaga penunjang di instalasi
8) Efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya dan pembagian
pelayanan keperawatan
86
b. Sasaran :
1) Kepala ruangan
2) Penanggung jawab logistik, gizi

c. Langkah pembinaan dan pengawasan :


1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup dan sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan dengan metode :
 Rapat koordinasi
 Observasi lapangan
 Penghargaan dan hukuman
 “Coach”
 Delegasi koordinasi
 Supervisi lapangan
5) Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
6) Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan dan
evaluasi
7) Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan pengawasan
d. Pelaksana :
1) Kepala instalasi
2) Supervisor di instalasi

3. Bidang Keperawatan
a. Lingkup pembinaan dan pengawasan, minimal mencakup :
1) Manajemen pelayanan keperawatan disemua unit ruang
rawat/instalasi/bagian
2) Penerapan jabatan fungsional, pengembangan karir perawat dan sistem
diklat bagi perawat
3) Penerapan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
4) Penerapan standar pelayanan keperawatan
5) Sistem dan implementasi audit mutu pelayanan keperawatan
6) Implementasi fungsi-fungsi manajemen : planning, staffing,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan.

87
b. Sasaran :
1) Kepala ruangan
2) Nurse On Duty
3) Kelompok kerja – kelompok kerja keperawatan seperti ICPN dan mutu
4) Staf bidang keperawatan
c. Langkah/Strategi :
1) Menetapkan tujuan pembinaan dan pengawasan
2) Merumuskan lingkup dan sasaran pembinaan dan pengawasan
3) Membuat jadwal pembinaan dan pengawasan
4) Melakukan pembinaan dan pengawasan dengan metode :
 Rapat rutin dan insidentil dengan kepala ruangan,
pengawas/supervisor
 Rapat koordinasi instalasi, diklat & unit-unit lain
 Observasi dan supervisi lapangan
 Telaah laporan dan dokumen
 Coach kepala ruangan
5) Implementasi penghargaan dan sanksi
 Memberikan umpan balik hasil pembinaan dan pengawasan
 Melakukan perbaikan, peningkatan berdasarkan hasil pembinaan
dan evaluasi
 Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pembinaan dan
pengawasan
d. Pelaksana :
Kepala bidang keperawatan

C. Pembinaan dan Pengawasan Eksternal


Pembinaan dan pengawasan eksternal terhadap pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit dilakukan terintegrasi dengan pelayanan lainnya dalam bentuk pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
Bentuk pembinaan dan pengawasan eksternal antara lain :
1. Akreditasi Rumah Sakit, untuk pelayanan keperawatan.
2. ISO

88
3. Dilakukan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit, sesuai dengan Undang-undang No
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 57 sampai dengan 60.
4. Pembinaan tehnis oleh kementrian kesehatan, Dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten kota, mencakup penerapan kebijakan, norma, standar, pedoman dan
kriteria.

BAB X
PENUTUP

Pedoman layanan keperawatan merupakan acuan unit pelayanan dalam memberikan


pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan mulai dari tingkat ruangan perawatan,
hingga pada tingkat bidang keperawatan. Pedoman unit ini merupakan standar pelayanan ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan sehingga dapat
menunjang keberhasilan pelayanan kesehatan unit perawatan di uni ICU/PICU di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah

Jakarta,…………… 2019
Kepala Bidang keperawatan Koordinator ICU

Ns.Enny Widiastuti,SKep.. Bdn Frialin,Amd Keb

89

Anda mungkin juga menyukai