Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan, secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah
sakit di Indonesia terus berkembang baik jumlah ( saat ini 1516 ), jenis maupun
kelas rumah sakit sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat,
letak geografis, perkembangan IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan seperti:
pelayanan medik, keperawatan dan penunjang medik yang diberikan kepada
pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh


ilmu (body of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan
memiliki kode etika profesi. Dalam UU RI No.39/2009 tentang Kesehatan Pasal
63 dinyatakan bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Pernyataan ini memperkuat bahwa
keperawatan sebagai profesi dan harus diwujudkan dalam memberikan
pelayanan keperawatan di fasilitas kesehatan diantaranya rumah sakit.

Sumber daya manusia perawat di RSUD Ungaran merupakan tenaga


kesehatan terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift serta
merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui
hubungan professional pasien – perawat (nurse – client relationship). Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam
1
2

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Untuk


itu diperlukan perawat yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang
serta memilki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan
dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.

Manajemen pelayanan keperawatan di RSUD Ungaran mencakup fungsi


perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan dalam
mengelola pelayanan keperawatan sehingga diperoleh hasil secara efektif dan
efisien. Agar manajemen pelayanan keperawatan ini dapat terlaksana dengan
baik, maka diperlukan manajer keperawatan yang kompeten dan sumber -
sumber lain seperti pembiayaan, fasilitas sarana, metode dan sistem pemasaran
yang baik.

Agar kompetensi dan pertumbuhan profesi perawat di RSUD Ungaran


dapat terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan wadah yang
terencana dan terarah sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian
pelayanan – asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien, diberikan oleh
perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan benar
(scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan, wadah
tersebut adalah komite keperawatan.

Komite keperawatan RSUD Ungaran merupakan wadah non struktural


yang merupakan perwakilan kelompok profesi perawat, bertugas membantu
direksi rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika
profesi keperawatan serta pengembangan professional berkelanjutan (continuing
professional development/CPD) termasuk didalamnya menentukan standar
asuhan keperawatan.

Saat ini pemahaman tentang komite keperawatan juga berbeda - beda,


peran, fungsi dan tugas komite terkadang duplikasi dengan bidang keperawatan.
Untuk itu diperlukan adanya : Pedoman Komite Keperawatan RSUD Ungaran.
Adapun secara umum tujuannya adalah sebagai pedoman bagi komunitas
keperawatan di RSUD Ungaran dalam melakukan peran, fungsi dan tugas
komite keperawatan.
3

B. Tujuan Pedoman
Adapun secara umum tujuan dari buku Pedoman Pelayanan Komite
Keperawatan RSUD Ungaran adalah sebagai pedoman bagi komite keperawatan
dalam melakukan peran, fungsi dan tugas komite keperawatan untuk
meningkatkan kompetensi perawat dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan kepada pasien di RSUD Ungaran.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Kegiatan Komite Keperawatan RS dilakukan melalui pemantauan dan
peningkatan profesionalisme keperawatan
1. Implementasi Kredensial Keperawatan
a. Menyusun Panduan kredensial
b. Melakukan mapping kompetensi perawat
c. Menyusun Jenjang karier perawat
d. Penyusunan buku putih
e. Penyusunan logbook
f. Menyusun Rincian Kewenangan Klinis
g. Menyusun rekomendasi kewenangan klinis
2. Implementasi Mutu keperawatan
1. Menyusun Panduan Mutu Keperawatan
2. Menyusun SAK
3. Menyusun SPO Keperawatan
4. Menyusun Panduan Investigasi mutu
5. Menyusun panduan CPD
3. Implementasi kepatuhan etik & disiplin profesi
a. Menyusun panduan kepatuhan etik & disiplin profesi
b. Menyusun panduan penanganan etik & disiplin profesi
D. Batasan Operasional
Komite Keperawatan adalah wadah non struktural yang terdiri dari
tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan
strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan kesehatan ( PERMENKES No 1045 / MENKES /
PER / XI / 2006 )

Komite keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang


dan struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun,
4

merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat sehingga


memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan dan ide dari
staf professional keperawatan. Komite keperawatan merupakan organisasi yang
berfungsi sebagai wahana bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam
memberikan masukan tentang hal - hal yang terkait masalah profesi dan teknis
keperawatan. (Diponegoro Nurses Association, 2008).

Komite keperawatan merupakan kelompok profesi yang anggotanya


terdiri dari yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada direktur,
mempunyai tugas membantu direktur menyusun standar keperawatan,
pembinaan asuhan keperawatan, melaksanakan pembinaan etika profesi
keperawatan (Kepmendagri Nomor 1 , 2002).

Komite keperawatan merupakan wadah non struktural rumah sakit yang


mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme
keperawatan sehingga pelayanan – asuhan keperawatan kepada pasien
diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standard dan baik (etis) sesuai kode etik
profesi serta hanya diberikan oleh perawat yang kompeten dengan kewenangan
yang jelas.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2009 Nomor 153);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
307, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
5

Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 4502);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 473);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 603);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2013
Tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6

BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. KETUA KOMITE KEPERAWATAN

a. Ketua Komite Keperawatan dipilih pada pemilihan langsung oleh anggota


secara periodik yang diselenggarakan setiap 3 tahun yang selanjutnya
diajukan dan disetujui oleh Direktur.
b. Ketua Komite Keperawatan adalah seorang Staf keperawatan tetap /
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).
c. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan ketua sebelum masa jabatannya
berakhir, masa kekosongan tesebut di isi oleh sekretaris.
d. Tugas Ketua Komite Keperawatan adalah :
1) Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat
kebijakan, laporan, kebutuhan, dan kelurahan Staf keperawatan serta
bertanggung jawab kepada seluruh Staf keperawatan.
2) Menyelenggarkan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat
yang diselenggarakan ketua Komite Keperawatan.
3) Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh direktur dan Sub Komite
lainnya.
4) Menentukan agenda setiap rapat Komite Keperawatan.
2. SEKRETARIS KOMITE KEPERAWATAN
a. Sekretaris Komite Keperawatan ditetapkan oleh Ketua Komite
Keperawatan.
b. Sekretaris Komite Keperawatan adalah seorang Staf Keperawatan tetap/
Pegawai Negeri Sipil ( PNS )/ Pegawai BLUD
c. Sekretaris Komite Keperawatan bertanggungjawab untuk
mengkordinasikan tugas - tugas kesekretariatan Komite Keperawatan.
d. Mewakili Komite Keperawatan dalam hal Ketua Komite Keperawatan
berhalangan.
e. Pada sekretaris Komite Keperawatan diperbantukan petugas sekretariat
6
dan segala prasarana lain yang di sediakan oleh rumah sakit.
7

f. Tugas Sekretaris Komite Keperawatan adalah :


1) Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk
menghadiri rapat-rapat Komite Keperawatan.
2) Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap kepada
hadirin yang berhak menghadiri rapat.
3) Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite
Keperawatan.
3. SUB KOMITE KEPERAWATAN
a. SUB KOMITE KREDENSIAL

Kredensial adalah proses verifikasi kompetensi seorang perawat


yang selanjutnya ditetepkan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan lingkup prakteknya.
Rumah sakit wajib menetapkan kewenangan klinis tenaga kesehatan yang
memperoleh izin praktek dalam rangka melaksanakan tata kelola klinis
yang baik (good clinical governance). Kewenangan klinins harus
dirumuskan dalam peraturan internal keperawatan (Nursing staff by law).

1) Tujuan

Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga


keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan benar kompeten
dan etis.

2) Tugas dan wewenang

Tugas sub komite kredensial adalah :

(a). Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang


karir, berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.

(b). Melakukan assesmen dan pemeriksaan :

 Kompetensi

 Status kesehatan

 Perilaku

 Etika profesi
8

(c). Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan


rekomendasi kewenangan klinik kepada komite keperawatan.

(d) Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik


dan adanya permintaan khusus dari komite keperawatan.

Sub komite kredensial mempunyai kewenangan menilai dan


memutuskan kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang
dimiliki setiap perawat sesuai jenjang karir.

3) Keanggotaan

Keanggotaan sub komite kredensial sekurang-kurangnya terdiri


dari ketua, sekretaris dan anggota serta dibantu oleh kelompok staf
fungsional keperawatan.

4) Mekanisme

1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area


praktik

2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria : pendidikan, lisensi,


prestasi penjagaan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan,
status personal, status kesehatan serta tidak pernah terlihat dalam
tindak kriminal dan kekerasan jika melakukan praktik mandiri, jelaskan
pola praktik dan implementasinya.

3. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang


disepakati

4. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan


memberikan rekomendasi kepada komite keperawatan

5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara


berkala

6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di


tetapkan.
9

b. SUB KOMITE MUTU PROFESI

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan


keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus
bermutu, kompeten, etis dan profesional. Perlu dilakukan upaya-upaya yang
terencana dan terarah agar kompetensi perawat dipertahankan dan
dikembangkan. Perawat harus memberikan pelayanan-asuhan keperawatan
sesuai dengan standar praktik, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional yang ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan
harus selalu dipantau dievaluasi serta diperbaharui dan ditingkatkan agar
pasien dan keluarga memperoleh kepuasan

1) Tujuan

Memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh


tenaga keperawatan, benar-benar sesuai standar melalui penggunaan
sumber-sumber dan evaluasi yang berkesinambungan.

2) Tugas dan Kewenangan

Tugas sub komite mutu profesi adalah :

a) Mempersiapkan bahan standar pelayanan keperawatan dan standar


prosedur operasional yang telah disusun oleh rumah sakit.

b) Menyususun data dasar profile perawat sesuai area praktik.

c) Pendataan kompetensi perawat sesuai jenjang karir pada setiap area


praktik keperawatan.

d) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi data tenaga keperawatan.

e) Melakukan audit keperawatan.

f) Melakukan koordinasi dengan unit mutu RS, untuk telaah temuan


kualitas sehingga dapat dilakukan tindak lanjut perubahan mutu.

g) Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, pelatihan internal RS, untuk


berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan kemajuan IPTEK.
10

h) Mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah, pelatihan di luar RS bagi


perawat sesuai area praktik pada setiap level jenjang karir.

i) Memfasilitasi proses pendampingan “couch” (preceptorship/


mentorship) selama melaksanankan praktik keperawatan.

j) Mengidentifikasi perubahan-perubahan kompetensi berdasarkan fakta


melalui kaji ulang.

Kewenangan sub komite mutu profesi adalah; assesmen,


mempertahankan dan mengembangkan mutu profesi setiap tenaga
keperawatan.

3) Keanggotaan

Sub komite mutu profesi terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang,


sebagai ketua, sekertaris dan anggota. Dibantu oleh perawat-perawat
yang di beri wewenang untuk melakukan assesmen.

4) Kompetensi dan Kelompok Fungsional Keperawatan

Mekanisme Kerja

Untuk melaksanakan tugas sub komite mutu profesi, makan ditetapkan


mekanisme sebagai berikut :

a) Koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data dasar


tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai jenjang karirnya

b) Berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan perkembangan IPTEK,


diidentifikasikan gap, kompetensi atau kompetensi baru sebagai materi
pertemuan ilmiah, dan pelatihan baik dilakukan di dalam maupun luar
RS

c) Koordinasi dengan supervisor, instruktur klinik dan kelompok fungsional


keperawatan melakukan “couch”, bimbingan (presseptor/ mentorship)
selama melaksanakan praktik

d) Melakukan audit keperawatan dan pembahasan kasus bersama unit


mutu
11

e) Mengidentifikasikan fenomena klinik, telaah kompetensi perawat


sebagai bahan mengadakan perubahan/ motivasi pelayanan
keperawatan, standar pelayanan dan kompetensi yang ada saat ini

f) Memberi masukan kepada kepala bidang keperawatan, bagaimana


pengembangan sumber daya manusia tentang prestasi atau kegagalan
tenaga keperawatan sebagai bahan penilaian kinerja perawat atau
perubahan kewenangan klinik.

c. SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI

Setiap perawat harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam


memberikan asuha keperawatan dengan menerapkan standar pelayanan,
prosedur operasional serta menerapkan etika profesi dalam praktiknya.
Profesialisme tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik
dalam kehidupan profesi.

Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu


dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi
sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan benar-benar menjamin
pasien akan aman dan mendapat kepuasan.

1) Tujuan

Sub komite disiplin profesi bertujuan :

a) Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga


keperawatan yang tidak layak.

b) Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.

2) Tugas dan Kewenangan

a) Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan.

b) Melakukan pembinaan etika keperawatan.

c) Membantu menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran disiplin dan


masalah-masalah etik dalam pelayanan asuha keperawatan.

d) Memberikan nasehat pertimbangan dalam mengambil keputusan etis


dalam asuhan keperawatan.
12

3) Keanggotaan

Sub komite disiplin profesi keperawatan terdiri dari minimal 5 (tiga)


orang perawat sebagai ketua, sekretaris dan anggota.

Dalam penegakan disiplin profesi dilakukan oleh panel yang


dibentuk oleh ketua sub komite disiplin profesi. Panel terdiri dari 5 (lima)
orang perawat atau lebih dengan jumlah yang ganjil, komposisinya
disesuaikan dengan jenis penegakan disiplinnya.

Mekanisme kerja :

1. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:

 Identifikasi sumber lapran dari manajemen rumah sakti, perawat


lain, dokter atau tenaga kesehatan lain serta pasien dan
keluarganya, juga dapat berasal dari laporan hasil konferensi klinis
dan kematian.

 Pemeriksaan didahulukan oleh panel disiplin profesi melalui


proses pembuktian. Tim panel dapat menggunakan keterangan
saksi ahli sesuai kebutuhan. Seluruh pemeriksaan dilakukan
tertutup dan rahasia.

2. Membuat keputusan

Keputusan panel dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Bila perawat


merasa keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat
mengajukan bukti-bukti baru yang kemudian sub komite disiplin
membetuk panel baru. Akhirnya keputusan di laporkan kepada direksi
rumah sakit melalui komite keperawatan.

3. Memberikan tindakan disiplin profesi keperawatan berupa teguran,


penugasan peringatan tertulis, pembatasan sampai pencabutan
wewenang klinis, sementara atau selamanya, serta bekerja dibawah
supervisi dari perawat yang memiliki kewenangan.

4. Memberi keputusan tindakan disiplin untuk di laksanakan. Keputusan


sub komite disiplin profesi diserahkan kepada pemimpin rumah sakit
dalam bentuk rekomendasi komite keperawatan untuk selanjutnya
disampaikan kepada perawat oleh pemimpin RS untuk dilaksanakan.
13

5. Melakukan pembinaan profesionalisme keperawatan.

Pembinaan profesionalisme merupakan bagian penting dari tahapan


sosialisasi profesionalisme tenaga keperawatan untuk mencapai
profesionalisme.

 Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam


pelaksanaan praktik keperawatan sehari-hari.

 Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topic dan


metode serta evaluasi.

 Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,


symposium, “bedside teaching”, refleksi diskusi kasus dan lain-lain
disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.

 Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan bidang keperawatan,


diklat dan kelompok fungsional keperawatan untuk melakukan
pembinaan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan didalam Komite Keperawatan mencakup ketenagaan yang terdiri dari
tenaga keperawatan yang ada di RSUD Ungaran
14

BAB III
STANDAR FASILITAS

U
A. Denah Ruangan
6 Meter

3 Mtr

Keterangan:
: Kursi
: Meja

: Meja Rapat

: Almari

Ruang Komite Keperawatan menempati Ruang Komite Keperawatan.


B. Standar Fasilitas
1. Ruang rapat menggunakan ruang Aula Rumah Sakit dan ruang Komite
Keperawatan
2. Ruang komite Keperawatan dilengkapi dengan komputer, printer, meja kerja,
kursi dan Filling cabinet

14
15

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana kegiatan pelayanan Komite Keperawatan adalah sebagai berikut:


A. Sub Komite Kredensial

Kredensial Keperawatan dilaksanakan oleh Komite Keperawatan dalam hal


ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan anggota serta dibantu
oleh Kelompok Staf Keperawatan (KSK). Adapun tugas sub komite kredensial
adalah :
1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang karir,
berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
a. Kelengkapan berkas kredensial
b. Kompetensi
c.Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan
rekomendasi kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
d. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik dan
adanya permintaan khusus dari komite keperawatan.
e. Melakukan penjenjangan Karir Perawat untuk membedakan/
mengelompokan level PK para perawat klinisi (PK) dan perawat manajer
(PM), Perawat Pendidik (PP), Perawat Riset (PR).
Tahapan – tahapan proses kredensial adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Data yang harus disiapkan adalah :
a. STR/SIP/SIK : Asli dan Fotocopy
b. Ijasah Asli dan Fotocopy
c. Sertifikat Pelatihan : Asli dan Fotocopy
d. Surat Pengalaman kerja
e. Form Permohonan Kredensial dari Sub Komite keperawatan
2. Mapping Awal
Mapping awal merupakan langkah yang didasarkan pada pola jenjang
karir yang telah ditetapkan, di area keperawatan medikal bedah, Anak, Gawat

15
16

darurat dan Maternitas, sehingga kita dapat mengetahui posisi level awal dari
masing-masing sumber daya keperawatan.
Dalam Implementasi jenjang karir keperawatan, mapping awal adalah
langkah yang krusial dalam penetapannya sehingga perlu di lakukan
modifikasi-modifikasi yang dapat menampung semua unsur elemen perawat
yang ada, sehingga dapat memperlancar implementasi jenjang karir yang
berbasis pada kompensasi remunerasi dan system penghargaan, dampak
selanjutnya kompetensi perawat klinik terus meningkat dan pelayanan
keperawatan terus membaik.
Aplikasi Mapping di RSUD Ungaran :
MASA KERJA
PRA PK PK I PK II PKIII
PENDIDIKAN
DIII,D IV,SI 0 – 1 Tahun 3 – 6 th 6 – 9 th 9 – 12 th

NERS 0 – 1 Tahun 2 – 4 th 4 – 7 th 6- 9 th

3. Penyusunan Standar Kompetensi Keperawatan


Standar kompetensi keperawatan yang ada mengacu pada lampiran
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
NegaraNo.94/Kep/M.Pan/II/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya yang disesuaikan dengan Standar Pelayanan Keperawatan
RSUD Ungaran.
4. Penyusunan Kewenangan Klinis Keperawatan
Kewenangan klinis yang disusun mencakup kompetensi sesuai area praktik
yang ditetapkan oleh rumah sakit.Kriteria kewenangan klinis sesuai dengan
persyaratan kredensial dan berbagai metode yang disepakati.
5. Asessemen Kompetensi
Uji kompetensi/ assessmen kompetensi merupakan langkah terakhir dalam
melakukan mapping dan uji ini di dasarkan pada pola internal jenjang karir
yang sudah di tetapkan. Hasil uji kompetensi perlu ditetapkan oleh direktur.
Tiap-tiap perawat yang telah ditetapkan PK nya akan diberikan sertifikat
sebagai pengakuan Rumah Sakit terhadap kompetensinya.

6. Penjenjangan Karier Keperawatan


17

Pemberlakukan jenjang karir profesional perawat dilakukan secara bertahap


berdasarkan formasi dan kebutuhan dengan memperhatikan kelangsungan
asuhan keperawatan serta kebijakan/system yang selama ini sudah ada.
Penjenjangan didasarkan pada system jenjang karier yang sudah ditetapkan.
Pada tahap awal ini penetapan jenjang karier dilakukan pada jenjang karier
Pra Klinik, perawat klinik (PK) I, II,III .
7. Penetapan Rekomendasi Kewenangan Klinis
Keperawatan
Setelah Sub Komite Kredensial melakukan assesmen kewenangan klinik
dengan berbagai metode yang disepakati. Selanjutnya sub komite kredensial
membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan memberikan
rekomendasi kepada komite keperawatan.
8. Penetapan Surat Penugasan Kewenangan Klinis
Keperawatan
Setelah ketua komite keperawatan mendapatkan rekomendasi dari sub
komite kredensial tentang kewenangan klinik, selanjutnya ketua komite
keperawatan memberikan rekomendasi kepada Direktur RSUD Ungaran,
yang selanjutnya diterbitkan Surat Tugas Kewenangan Klinik (SPKK).
9. Buku Putih
Penetapan capaian standar kompetensi keperawatan di RSUD
Ungaran berdasarkan Area pelayanan keperawatan dari berbagai level
jenjang perawat klinik terendah sampai ke yang tertinggi. Dalam hal ini,
kompetensi di area keperawatan medical bedah merupakan area yang terluas
dan menjadi dasar bagi seluruh kompetensi di area lain. Penetapan
kompetensi ini berdasarkan pada asuhan keperawatan untuk membantu
pasien mengatasi masalah kebutuhan dasar manusia.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh setiap tenaga keperawatan
meliputi proses pengkajian (anamnese, pemeriksaan fisik dan data
penunjang), menentukan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan
kriteria tujuan, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan
mandiri maupun kolaborasi, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta
mendokumentasikan.
Dalam mengatasi masalah keperawatan medical bedah memerlukan
standar kompetensi dari seorang tenaga keperawatan yang telah mengikuti
18

pendidikan formal dan non formal. Dengan ini kami berupaya menetapkan
standar minimum pencapaian seseorang agar di akui sebagai perawat yang
kompeten di area keperawatan medical bedah dari berbagai jenjang Perawat
Klinik (PK) nya berdasarkan standar kompetensi mandiri dan kolaboratif.
B. Sub Komite Mutu Profesi

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang Sub Komite Mutu Profesi, maka
mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan bidang perawatan untuk memperoleh data dasar tentang


profil tenaga keperawatan di RS sesuai area praktiknya berdasarkan jenjang
karir. Data dasar yang disampaikan dari ruangan ke bidang perawatan
sebagai berikut : Nama,Usia,pangkat,golongan,lama kerja,pendidikan
terakhir,area praktik yang diminati,sertifikat dan tahun,kualifikasi dan
keterangan.
2.Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data sub komite
kredensial sesuai perkembagnan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
perubahan standar profesi ,hal tersebut menjadi dasar perencanaan CPD.
3.Merekomendasikan perencanaan CPD kepada unit yang berwenang.
4.Koordinasi dengan praktisi tenagan keperawatan dalam melakukan
pendampingan sesuai kebutuhan.
5.Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada ketua komite
6.Melakukan audit keperawatan.

Rumah sakit sudah berubah paradigmanya, mempunyai fungsi bisnis di samping


fungsi sosialnya, tidak sedikit rumah sakit menjadi wadah enterpreuner, sehingga
rumah sakit berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. Bisnis rumah sakit
merupakan suatu organisasi yang padat modal juga padat masalah. Core
bussiness dari rumah sakit adalah pelayanan klinik, kegiatan inilah yang sering
terjadi variasi outcome, untuk meminimalisasi variasi outcome perlu adanya
kendali mutu. Alat kendali mutu yang dimaksud salah satunya adalah Audit
keperawatan. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Undang-undang nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang nomor 44 tahun 2008
tentang Rumah Sakit, dimana rumah sakit diwajibkan melakanakan Audit
keperawatan.
Istilah Clinical Audit (Audit Klinik) mulai diperkenalkan di Inggris sejak tahun 1993
sebagai sebuah kegiatan peningkatan mutu proses dan keluaran (output) dari
19

pelayanan klinik (clinical care). Kegiatan dilakukan dalam bentuk telaah sistematis
terhadap pelayanan medik yang telah diberikan dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti dengan upaya perbaikan
(NICE, 2002). Terdapat 2 catatan terhadap pengertian tersebut, pertama bahwa
pelayanan klinik yang dimaksud terdiri dari pelayanan medik, pelayanan
keperawatan dan pelayanan penunjang medik, sehingga penggunaan istilah Audit
Klinik dimaksud juga untuk mengintegrasikan kegiatan audit keperawatan dengan
audit keperawatan yang sebenarnya tidak dapat dilakukan secara terpisah. Kedua
telaah sistematis yang dimaksud menunjukkan bahwa kegiatan audit dilakukan
terhadap sekumpulan pelayanan klinik bukan hanya kasus per kasus. Sedangkan
kegiatan Audit keperawatan lebih ditekankan pada pelayanan keperawatan saja.
Kegiatan audit keperawatan merupakan rangkaian kegiatan yang umumnya terdiri
dari:
1. Penetapan kriteria dan standar pelayanan medik sesuai dengan topik audit.
2. Pengukuran kesesuaian pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan
kriteria dan standar.
3. Penerapan perubahan yang terkait langsung dengan hasil audit.
4. Mengukur ulang kesesuaian untuk mengidentifikasi ada atau tidak perbaikan/
peningkatan mutu pelayanan Keperawatan
Tahapan-tahapan dalam audit klinik terdiri dari :
1. Menentukan topik audit
2. Menentukan kriteria dan standar
3. Mengumpulkan data dengan pelayanan saat ini
4. Menganalisa data dengan cara membandingkan pelayanan saat ini
dengankriteria/standar yang telah ditentukan
5. Menetapkan perubahan berdasarkan hasil temuan audit
6. Melakukan re-audit untuk memastikan bahwa perubahan dilakukan dan
terdapat peningkatan pelayanan.
Kegiatan audit dilaksanakan setiap satu tahun sekali atau sewaktu-waktu bila
diperlukan dan dilakukan oleh auditor yang sudah terlatih.

C. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi


Administrasi Dan Pengelolaan
1. Klasifikasi Pelanggaran.
a. Pelanggaran ringan
1) Menggunakan perkataan yang tidak sopan
2) Mengisi daftar hadir dengan memalsukan tanda tangan kehadiran
20

3) Tidak mengisi daftar hadir.


4) Tidak menggunakan seragam dinas yang sudah ditentukan lebih
dari 3 kali dalam waktu satu bulan.
5) Tidak berpakaian dengan atribut yang tidak lengkap, baik sepatu,
tanda pengenal, tanda nama,dll, Lebih dari 3 kali dalam waktu 1
bulan.
b. Pelanggaran sedang
1) Selalu tidak berpakaian dinas dalam bekerja, lebih dari 3 kali dalam
waktu 1 bulan.
2) Kurang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaannya.
3) Sering meninggalakan tempat kerja untuk kepentingan pribadi
4) Kurang jujur, kurang tertib dan kurang cermat dalam pekerjaan.
5) Kurang bertanggung jawab dalam pemeliharaan barabng-barang
6) Kurang memberi cobntoh yang baik dalam perilaku sehari-hari.
7) Mengulang pelanggaran ringan yang telah diperingatkan sampai 3
kali.
8) Sering ijin dengan berbagai alasan yang tidak benar
9) Sering melontarkan perkataan cemooh, hinaan dan lain-lain.
c. Pelanggaran berat
1) Menyalahgunakan dan menggunakan obat-obatan psikotropika
2) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi
3) Menyalahgunakan barang, uang, surat berharga milik negara.
4) Menjual belikan, memiliki dan menggunakan dokumen serta surat
berharga milik negara secara tidak sah.
5) Melakukan kegiatan kerjasama dengan teman sejawat atau orang
lain dilingkungan kerja untuk mendapatkan kepentingan pribadi.
6) Mencemarkan kehormatan / martabat PNS untuk kepentingan
jabatan.
7) Bertindak sewenang-wenang
8) Melakukan tindakan yang merugikan bagi bagi yang dilayani
9) Membocorkan rahasia negara.
10) Melakukan pungutan yang tidak sah pada waktu melaksanakan
tugas.
21

11) Berulang kali melakukan pelanggaran sedang walaupun sudah


diperingatkan sampai 3 kali.
2. PEMBINAAN
a. Kode etik yang berlaku adalah sesuai dengan kode etik profesi
keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI dan IBI
b. Pembinaan kode etik dibawah tanggung jawab Kepala Bidang
Keperawatan dan Penunjang Non Medik, yang dilaksanakan oleh
Kepala Seksi Keperawatan dalam bentuk ceramah, diskusi, pelatihan
dan lain-lain.
c. Apabila terjadi pelanggaran etika harus dilakukan klarifikasi sebaik-
baiknya dengan cara memanggil yang bersangkutan.
d. Sanksi terhadap pelanggaran etika ditetapkan setelah ada bukti yang
kuat dan dibuktikan dengan berita acara yang ditanda tangani oleh
pemeriksa dan yang diperiksa.
e. Rekomendasi terhadap sanksi ditetapkan setelah dirapatkan oleh
Pimpinan Keperawatan / komisi etik untuk kemudian diajukabn ke
Direktur.
3. Sanksi Pelanggaran Etik Tenaga Keperawatan di RSUD Ungaran
a. Pelanggaran ringan
Ada surat teguran dari Kepala ruang dan pembinaan oleh Kepala
ruang yang di ketahui oleh Kepala Bidang Keperawatan.

b. Pelanggaran sedang
1) Diberikan surat teguran yang pertama, apabila masih melanggar
diberikan surat teguran kedua dan jika masih melanggar lagi hal
yang sama diberikan surat teguran ke tiga.
2) Jika setelah diberikan surat teguran ke tiga Perawat bersangkutan
masih melakukan pelanggaran yang sama ( tidak ada perubahan )
maka kasus akan dilaporkan ke Kepala Bidang Keperawatan
RSUD Ungaran untuk ditindak lanjuti.
c. Pelanggaran berat
Kasus dilaporkan kepada Direktur RSUD Ungaran untuk mendapat
rekomendasi dan tindak lanjut.
22

BAB V
LOGISTIK

a. Pengertian
Managemen pelayanan logistik merupakan penyelenggaraan pengurusan
bahan dan barang untuk memenuhi kebutuhan Komite Keperawatan di rumah
sakit atau institusi secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan
tepat dengan biaya seefisien mungkin.
b. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah
yang tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai.
Maksudnya dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan Kebutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan
yang menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan
tanpa hak sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem
akutansi.

c. Syarat Managemen Logistik


1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO ( First In
First Out )
2. Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )
3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan dan barang tetap terjamin
5. Adanya sistem pencatatan.
d. Kegiatan Logistik di Komite Keperawatan
1) Penyediaan Alat Tulis Kantor dan pembiayaan untuk kegiatan rapat
disediakan oleh Bagian tata Usaha.
2) Penyediaan pembiayaan untuk kegiatan Komite Keperawatan berkoordinasi
dengan Bidang Keperawatan

23
23

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
24
24

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem


dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan
pengkajian hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien
harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan Instalasikerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
25

6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti


tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
26

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,


maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya. Pengendalian mutu di komite keperawatan harus dilakukan demi
kepentingan dan keselamatan pasien sehingga nantinya dapat menimbulkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran. Indikator Mutu Pelayanan keperawatan mengacu pada Pedoman
Indikator Mutu unit pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
yaitu :
1. Kelengkapan dokumen Asessmen keperawatan
2. Tingkat kepuasan pasien rawat inap dan keluarga terhadap pelayanan
keperawatan.
3. Terlaksananya proses kredensial dan rekredensial bagi perawat
4. Terlaksananya sistem jenjang karir perawat

27
27

BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Komite Keperawatan RSUD Ungaran ini kami susun agar
dapat digunakan sebagai acuan Komite Keperawatan RSUD Ungaran dalam
merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi upaya program Komite
Keperawatan RSUD Ungaran

Namun demikian upaya – upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan
rumah sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran ini.

Semoga Tuhan selalu memberkati semua upaya – upaya yang kita kerjakan.

28

Anda mungkin juga menyukai