Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN &

ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESAREA. NY. S

Pembimbing :

Ns. Feby ratna sari ., M.Kep., Sp.Kep

Disusun Oleh :

NASRUDIN

NIM : 213127086

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes) YATSI TANGERANG

Jalan Aria Santika No 42 A Bugel, Margasari , Karawaci

TANGERANG 2022
LAPORAN PENADHULUAN

1 Pengertian

Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui
sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).Seksio sesaria adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bera janin diatas 500gram.
( Wiknjosastro,2005).Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. (siaksoft.net).

Jenis–jenis seksio sesare :

1. Seksio sesarea klasik (korporal)

Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.

2. Seksio sesarea ismika (profunda)

Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.

2 Etiologi

1. Indikasi yang berasal dari ibu ( etiologi ).

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada,
disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya ).

2. Indikasi yang berasal dari janin.

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

3 Patofisiologi

Terjadi kelainan Pada Ibu dan Kelainan Pada Janin menyebabkan Persalinan Normal Tidak
Memungkinkan akhirnya harus dilakukan SC.

4 Manifestasi

Preeklamsia ringan

Preeklamsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain:hipertensi antara
140/90 atau kenaikan systole dan diastole 30 mmHg/15 mmHg.oedema kaki tangan atau muka
atau kenaikan berat badan I kg/mgg.proteinuria 0.3 gr/24 jamatau plus 1-0,oliguria.

Preeklamsia berat
preeklamsia berat ditandai dengan gejala klinis;hipertensi 160/110 mmHg, proteinuria
5gr/24 jam atau plus 4-5 oliguria 400cc/24 jam.oedema paru dapat disertai sianosis.serta
disertai keluhan subjektif:nyeri kepala frontal,gangguan penglihatan,nyeri epigastrium.

Eklampsia

Eklampsia ditandai dengan gejala-gejala preeclampsia xan disertai koma ataupun


konvulsi.

5 Komplikasi

1.Infeksipuerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.

2.Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut
terbuka, atau karena atonia uteri.

3.Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan


sebagainya sangat jarang terjadi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus,
sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini
lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

Anjuran Operasi

· Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu tahun dengan munggunakan alat kontrasepsi.

· Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam antenatal yang baik.

· Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul sempit
atau disporposi segala pelvik.

6 Pemeriksaan penunjang

- USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.

- Pemeriksaan hemoglobin

- Pemeriksaan Hema tokrit

7 Penatalaksanaan

1. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea

a. Persiapan Kamar Operasi

· Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai


· Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi

b. Persiapan Pasien

· Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.

· Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien

· Perawat member support kepada pasien.

· Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan sekitar abdomen
telah dibersihkan dengan antiseptic).

· Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang pernah di
derita oleh pasien.

· Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).

· Pemeriksaan USG.

· Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.

a. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler)
setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan
cara serupa 10 mg morfin.

· Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.

· Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.

· Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama


dengan pemberian preparat narkotik.

b. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

c. Terapi cairan dan Diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine
jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari
kedua.

d. Vesika Urinarius dan Usus


Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya
setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari
ketiga.

e. Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat
berjalan dengan pertolongan.

f. Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan
tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien
dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

g. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia.

h. Perawatan Payudara.

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

i. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan
pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.

8 Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN

Sirkulasi :Hipertensi, pendarahan per vagina

Makanan : nyeri epigastrium, g3 pengujian edema

Nyeri : distroria, nyeri tekan uterus, persalinan lama

Seksualitas : Tumor / neo plasma yang dihambat jalan lahir kehamilan multiple atau gestari,
disproposi sopalo pelvis, riwayat sc sebelumnya

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum tanda vital.
b. Data Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang.

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.

c. Data Sosial Ekonomi

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering
terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

d. Data Psikologis

- Pasien biasanya dalam keadaan labil.

- Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.

- Harga diri pasien terganggu

2. DIAGNOSA

 Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d trauma pembedahan (Doengoes,2001).

 Risiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001).

 Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).

3. INTERVENSI

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d trauma pembedahan.

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri
tersebut dapat berkurang atau hilang.

- Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.


b) Tampak rileks mampu tidur.

-Intervensi :

a) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal
seperti meringis.

Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara
langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska
operasi dari terjadinya komplikasi.

b) Beri informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.

Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan


ansietas.

c) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.

Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi
meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.

d) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini
berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang
memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.

e) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan
gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.

Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.

f) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30
menit setelah pemberian analgesik.

Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan
tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot
abdomen.

g) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal :
kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.

Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan


ketidaknyamanan karena akumulasi gas.

h) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri

Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke sigmoid, memudahkan


pengeluaran.

i) Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan es secara 20 menit setiap 24 jam,
penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai kebutuhan.
Rasional : membantu regresi hemoroid dan varises vulva dengan meningkatkan vasokontriksi,
menurunkan ketidak nyamanan dan gatal, dan meningkatkan fungsi usus normal.

j) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik
setelah pengangkatan kateter indwelling.

Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung
kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan / kulit rusak

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi pada kulit tidak terjadi.

- Kriteria hasil :

a) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.

b) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.

- Intervensi :

a) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas
kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.

Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.

b) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang


mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.

Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan
resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.

c) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya
Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.

Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang
malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.

d) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.

Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan
vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.

e) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.

Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu
melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

f) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan udem, nyeri, eksudat
atau gangguan penyatuan.

Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.

g) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.


Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari
ke 4 / 5.

h) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari.

Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea,
meningkatkan hiegenis dan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.

i) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.

Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi.
Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.

j) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan
uterus yang ekstrem.

Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari,
bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan
resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan
plasenta tertahan atau infeksi.

3. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan
tidak terpenuhi.

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam ansietas atau kecemasan dapat
hilang.

- Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan perasaan ansietas

b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

c) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

- Intervensi :

a) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.

b) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.

Rasional : Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang
tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orangtua.

c) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan
perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi
perasaan ansietas.

d) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat
ansietas.
e) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut
terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan
keadaan bayi.

FORMAT PENGKAJIAN
PADA KLIEN POSTPARTUM (NORMAL/TINDAKAN)

Nama Mahasiswa : Nasrudin

Tanggal pengkajian : 19 April 2022

I. Identitas Klien
• Nama : Ny S
• Umur : 32 Tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Buruh
• Suku bangsa : Jawa
• Pendidikan : SMA
• Alamat : pejaten pasar minggu
• Diagnosa medis : Section Caesarea (SC)

II. Identitas Penanggung Jawab


• Nama : Tn S
• Umur : 34 Tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Wirausaha
• Suku bangsa : Jawa
• Pendidikan : SMA
• Hubungan dengan klien : Suami
• Alamat : Pejaten pasar minggu

III. Data Umum Kesehatan


• Status obstetrikus: .POST SC

No Tipe persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi waktu Umur sekarang


lahir
1 SC 2800 gr Nangis spontan 10 th
2 SC 2750 gr Nangis spontan 7 th
3 SC 2730 gr Nangis spontan 0

• Keluhan Utama Saat Pengkajian : pasien mengatakan nyeri pada luka post sc dan
takut untuk   bergerak karena takut sakit pada lukanya .
• Masalah prenatal : pasien biasanya periksa dibidan daerah rumahnya
• Riwayat persalinan sekarang : Pasien mengatakan memilih melahirkan dengan
cara sc atas anjuran dokter kandungan karena setelah diperiksa, tekanan darah pasien
tinggi dan letak janin pasien melintang.
• Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Pasien mengatakan sehari-hari tidak pernah
menderita sakit apapun seperti hipertensi, DM, tetapi setiap kali akan sc tekanan darah
pasien selalu tinggi karena takut akan dioperasi
.
• Riwayat Kesehatan Keluarga : dari keterangan klien dari keluarga bisanya
melahirkan di tolong sana bidan desa atau bidan
didaerah sekitar rumah
• Riwayat KB : dari keterangan klien biasanya menggunkana KB
Suntik yang 3 bulan sekali
• Rencana KB : kemungkinan menggunakan KB suntik lagi.

IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Rumah sakit


1. Pemenuhan nutrisi Pola makan 3x sehari Pola makan 3x sehari
dengan nasi putih , dengan nasi putih ,
ikan ,atau ayam, ikan ,atau ayam,
sayur.habis 1 porsi bahkan sayur.habis 1 porsi yang
bisa nambah disediakan rs
2. Eliminasi
Untuk eliminasi BAB dan Belum BAB sejak di Sc.
BAK tidak ada masalah
Cuma masih takut saat BAK
aja.
3. Istirahat dan tidur
Pola istirahat tidak ada Terganggu kareana
gangguan istrahat tidur 7-8 masih sakit post sc
jam perhari

4. Ambulansi
Untuk ambulasi tidak ada Terganggu kareana sakit
masalah. post sc

-
5. Kebersihan diri
Klien cukup bersih dengan Masih cukup bersih
nandi 3x sehari , gosok gigi .
-
V. Pemeriksan Fisik Post Natal
VI.
• Keadaan umum : klien sakit ringan post lahiran hari ke lima tidak ada klinis yang
mencolok, posisi pasien duduk / fowler.
• Tanda vital : TD : 120/ 80 mmHg , Nadi 80 x /menit, RR 20 X / Menit, S: 36,4 C
• Kepala : kulit kepala bersih rambut hitam merat didah mudah patah dan tidak
bercabang2,
• Muka : wajah tidak pucat, mata skera putih ,konjungtiva tidak pucat,palpebra tidak
udema,replek cahaya + , pupil isokor. Hidung bersih pernapsan tidak menggunakan
cuping hidung. Rongga mulut bersih, bibir berwatrna merah muda, tidak pecah pecah,
gigi tidak ada karier, lidah merah mudah, mukosa lembab.
• Leher : bentuk simetris didak ada masa tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
• Dada (jantung, paru, payudara) : dari keterangan klien Tidak ada keluhan sesak, bentuk
dada simetris, payudara simetris, puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
areola, tidak ada pembesaran pembuluh limfe, Asi keluar. irama nafas teratur, usaha
nafas spontan., tidak ada nyeri tekan. Auskultasi : suara nafas vesikuler ,tidak ada suara
nafas tambahan, bunyi jantung jantung murmur
• Abdomen tidak di ukur
- Diastasis rectus abdominis (ukuran):
- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi)
• Perineum dari keterangan klien tidak ada masalah dan untuk kebersihan klien
mengatakan bersih
- Utuh, episiotomi, rupture: - REEDA sign:
- kebersihan
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
• Perdarahan pervagina - - -
• Fluor albus - - - - -
• Lochea 80 cc cair - Khas
darah
• Luka episiotomi -

• Pemasanagn
kateterisasi -

• Hemoroid : dari keterangan klien dipunya penyakit horoid


• Varises : varises didak ada
• Homan’s sign : tidak ada
• Ekstremitas atas : kekuatan otaot penuh tidak ada luka atau benjolan
• Ekstremitas bawah : kekuatan otaot penuh tidak ada luka atau benjolan

VII. Pemeriksaan Psikososial


• Konsep diri : Pasien mengatakan lega setelah bayinya lahir dengan selamat dan sehat.
Pasien merasa senang karena bisa melihat  bayinya lahir. Pasien juga mengatakan bahwa
dia dan suaminya  bersyukur proses kelahiran anak ketiganya berjalan dengan lancar
• Peran diri : peran sebagai istri saat ini dibantu oleh ibu mertua dan suaminya
• Identitas diri : menjadi istri dan ibu yang baik buat anak dan suami.
• Harga diri merasa bangga menjadi orang tua dari anak- anaknya dan istri dari suaminya
• Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakitss : klien cukup mengerti tentang
bagai mana cara merawat dirinya sendiri
VIII. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


- - -

IX. Analisa data: data, etiologi, masalah


No Data pokus Etiologi masalah
1 DS : Luka post sc Nyeri
Pasien mengatakan
nyeri pada luka
bekas operasi dan
uterusnya terasa
kencang dan nyeri ,
saat  bergerak nyeri
semakin terasa ,
skala nyeri 7

DO :
 1erdapat luka
post sc hari ke +
0 pada abdomen
kuadran bawah
pasien
 Pasien meringis
menahan sakit
saat bergerak 
2 DS : Luka post operasi Hambatan mobilitas
Pasien mengatakan fisik
sulituntuk  bergerak
karena takut luka
operasinya akan
terasa lebih nyeri

DO :
1. Pasien terlihat
sangat pelan dan
berhati-hati saat
melakukan
gerakan
2. Pasien terpantau
jarang
melakukan
gerakan hanya
tidur diatas bed
saja

X. Daftar diagnose keperawatan


1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka post oprasi SC
2. Hambatan mobilitas fisik b.d agen pencedera fisik, luka post oprasi SC

XI. Rencana tindakan keperawatan: No Dx, tujuan, intervensi, rasional

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan asuhan N IC :
pencedera fisik, luka keperawatan selama 3x24 jam 1.1 Kaji nyeri dengan komprehensif
post oprasi SC NOC : Tingkat kenyamanan Kriteria meliputi P Q R S T
Hasil : 1.2 Observasi reaksi verbal dan non
1. Pasien melaporkan nyeri verbal
berkurang 1.3 Monitor tanda tanda vital
2. Skala nyeri 2-3 1.4 Kurangi faktor presipitasi nyeri
3. Pasien tampak rileks 1.5 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Pasien dapat istirahat dan tidur 1.6 Tingkatkan istirahat
5. Tanda tanda vital dalam batas 1.7 Kolaborasi pemberian analgetik
norma dengan tepat

Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan NIC :


fisik b.d agen keperawatan selama 3x24 mobilitas 2.1 Monitoring vital sign
pencedera fisik, luka fisik terpenuhi sebelum/sesudah latihan dan lihat
post oprasi SC Kriteria Hasil: respon pasien saat latihan
1. Klien meningkat dalam aktivitas 2.2 Konsultasikan dengan terapi fisik
fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2.  Mengerti tujuan dan dengan kebutuhan
peningkatan mobilitas 2.3 Bantu klin untuk menggunakan
3.   Memverbalisasikan perasaan tongkat saat berjalan dan cegah
dalam meningkatkan kekuatan terhadap cedera
dan kemampuan berpindah 2.4 Ajarkan klien atau tenaga
4. Memperagakan penggunaan kesehatan lain tentang tehnik
alat  Bantu untuk mobilisasi ambulasi
(walker) 2.5 Kaji kemampuan klien dalam
ambulasi
2.6 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien

XII. Catatan tindakan dan perkembangan keperawatan


Nama pasien : Ruangan :

No RM : Nama Mahasiswa :

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


Diagnosa (SOAP)
1 20/04 2022 1.1 Mengkaji nyeri S: nasrudin
dengan Pasien mengatakan nyeri
komprehensif P : luka jalan lahir
meliputi PQRST Q : tertusuk tusuk
1.2 Mengobbservasi R : luka perineum
reaksi verbal dan S:5
non verbal
T : hilang timbul
1.3 Memonitor tanda
vital
1.4 Mengajarkan O : Wajah pasien meringis
teknik relaksasi saat nyeri timbul TD :
nafas dalam 100/80 mmHg N :
78x/menit RR :
20x/menit T : 35,8 ºC
Pasien melakukan
relaksasi nafas dalam
A :masalah teratasi
Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Kaji nyeri secara
komprehenif PQRST
1.2 Observasi reaksi
verbal dan nonverbal
1.3 Monitor tanda vital
1.4 Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
2 20/04/2022 2.1 memonitoring S : pasien mengatakan nasrudin
vital sign masih perlu bantuan untuk
sebelum/sesudah mobilisasi baik oleh
latihan dan lihat perawat ataupun keluarga
respon pasien
saat latihan O : klien masih lemas dan
2.2 Konsultasikan tampak kesakitan kalua
dengan terapi bergerak
fisik tentang
rencana A : masalah belum teratasi
ambulasi sesuai
dengan P : intervensi dilanjutkan
kebutuhan dengan membatau
2.3 membantu klin kebutuhan klien.
untuk
menggunakan
tongkat saat
berjalan dan
cegah terhadap
cedera
2.4 mengajarkan
klien atau
tenaga
kesehatan lain
tentang tehnik
ambulasi
2.5 menkaji
kemampuan
klien dalam
ambulasi
2.6 mendampingi
dan bantu
klien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan
ADLs pasien

Anda mungkin juga menyukai