Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN DENGAN SECTIO


CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD SULTAN SURIANSYAH
BANJARMASIN

Dosen Pembimbing: Hj. Zainab, S.SiT., M.Kes

Oleh :
Neta Agustiya Sandari
P07120220030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Neta Agustiya Sandari


Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin dengan
Sectio Caesaria Di Ruang Nifas RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin

Banjarmasin, Juni 2022

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Hj. Harni Rusida. Amd.Keb Hj. Zainab, S.SiT., M.Kes


NIP. 197003071990022002 NIP. 197603222002122001
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. SECTIO CAESARIA
1. Pengertian Sectio Caesaria
Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. ( Prawirohardjo, 1999)
Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding uterus. (Cunningham dkk, 1990)
Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara
ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah
pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai
pengganti kelahiran normal. (Yusmiati, 2007)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio sesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.
2. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
a. Seksio sesarea klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira- kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin
dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal.
Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk
persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
b. Seksio sesarea ismika atau profundal.
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan
luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang
baik, tumpang tindih dari peritoneal

flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga


peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau
lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar
sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan
banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c. Seksio sesarea ekstra peritonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak
membuka cavum abdominal.
3. Klasifikasi Sectio Caesarea
a. Seksio Sesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa,
misalnya pada panggul sempit.
b. Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran
biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio
sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio Sesarea Postmortem
Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup
bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi Sectio Caesarea
a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.
b. Plasenta previa
c. Gawat janin
d. Pernah seksio sesarea sebelumnya
e. Kelainan letak janin
f. Hipertensi
g. Rupture uteri mengancam
h. Partus lama (prolonged labor)
i. Partus tak maju (obstructed labor)
j. Distosia serviks
b. Ketidakmampuan ibu mengejan
c. Malpresentasi janin
 Letak lintang
- Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara
yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup
dan besar biasa.
- Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul
sempit.
- Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara- cara lain.
 Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
- Panggul sempit
- Primigravida
- Janin besar dan berharga
 Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan
cara-cara lain tidak berhasil.
 Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
 Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
- Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
- Bila terjadi interlock
- Distosia oleh karena tumor
- Gawat janin
5. Komplikasi Sectio Caesarea
a Infeksi puerpuralis (nifas)
 Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
 Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
 Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena :
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Atonia uteri
 Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

6. Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi perlukaan
pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka
operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan
proses penyembuhan sebagai berikut:
Sewaktu incise (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis
dan jaringan kulit akan mati. Runag incise akan diisi oleh gumpalan
darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang
mendadak.
Dalam 2-3 hari kemudian, eksudat akan mengalami resolusif
proliferasi (pelipat gandaan) fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4
gumpalan darah mengalami organisasi , Pada hari ke 5 tensile
strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai
timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah). Pada hari
7-8, epitelisai terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi
adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka kea rah tengah atau
terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis.Pada hari ke 14-15, tensile
strength hanya 1/5 maksimum. Tensile strength mencapai maksimum
dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat Sectio
Caesarea dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama
setelah operasi.

7. Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio Caesarea


Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain :
1) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada 4 jamkemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
3) Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
4) Pemberian antibiotika.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
5) Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan.
6) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi. (Mochtar Rustam, 2002)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas atau biodata Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor dan nomor registrasi.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban
yang keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
Hipertensi, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin dapat
diturunkan kepada pasien.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyususi bayinya
d. Pola aktivitas
Pada pasien nifas pasien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, dan didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
e. Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan pasien
dengan Post Op Sectio Caesarea untuk BAK melalui dawer
kateter yang sebelumnya terpasang.
f. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien nifas terjadi perubahan pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri setelah persalinan.
g. Pola hubungan dan peran
Peran pasien dalam keluarga meliputi hubungan pasien dengan
keluarga dan orang lain.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya pasien sering melamun dan cemas
i. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori pasien merasakan nyeri pada perineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
pasien nifas primipara kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
j. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya,
lebihl-lebih menjelang persalinan dampak psikologis pasien
terjadi perubahan konsep diri antara lain body image dan ideal
diri.
k. Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
l. Pola keyakinan dan spiritual
Pasien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas atau
masa nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli,2017) meliputi:
a. Keadaan umum, keadaan umum pasien biasanya lemah
b. Tanda-tanda vital, Tekanan darah normal atau menurun 80 kali
permenit, suhu meningkat > 37,5 C dan respirasi meningkat.
5. Pemeriksaan Head to toe
Pemeriksaan fisik menurut (Yuli,2017) adalah:
a. Kepala, Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
b. Muka, Terlihat pucat dan tampak menahan sakit
c. Mata, Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar
atau merah pucat, sclera putih atau kuning.
d. Hidung, Ada terdapat polip atau tidak, bersih atau kotor
e. Gigi, Bersih atau kotor, ada karies atau tidak
f. Lidah, Bersih atau kotor
g. Bibir, Lembab atau kering
h. Telinga, Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tiroid atau tidak.
i. Abdomen, ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka
oprasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana
dengan bising usus dan adakah nyeri tekan atau tidak.
j. Thoraks, Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi
intercostal, pernapasan tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana
irama dan frekuensi pernapasan.
k. Payudara, Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau
tidak dan pengeluaran ASI
l. Genetalia, Ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea dan
bagaimana warnanya
m. Ektermitas, Simetris atau tidak, ada terdapat oedema atau tidak

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera luka Sectio Caesarea
2. Menyusui Tidak Efektif
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Risiko Infeksi b.d tindakan invasive adanya luka Sectio Caesare

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1 Tentukan karakteristik
agen pencedera tindakan keperawatan… dan lokasi
luka sectio diharapkan nyeri ketidaknyamanan.
caesarea berkurang bahkan hilang Perhatikan isyarat verbal
dengan Kriteria Hasil : seperti meringis, kaku dan
- Mampu mengontrol gerakan melindungi atau
nyeri (tahu penyebab, terbatas
mampu menggunakan 2 Berikan informasi dan
teknik nonfarmakologi petunjukantisipasi
untuk mengurangi nyeri, mengenai penyebab
mencari bantuan) ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa 3 Evaluasi tekanan darah
nyeri berkurang dan nadi
- Mampu mengenali nyeri 4 Perhatikan nyeri tekanan
(skala, intensitas, uterus dan adanya/
frekuensi dan tanda nyeri) karakteristik nyeri penyerta
- Menyatakan rasa 5 Lakukan latihan nafas
nyaman setelah nyeri dalam, spirometri intensif
berkurang dan batuk dengan
menggunakan prosedur
yang tepat
6 Anjurkan ambulasi dini.
Anjurkan menghindari
makanan cairan pembentuk
gas, kacangkacangan, kol,
minuman karbonat, susu
murni atau penggunaan
sedotan untuk minuman.
1.7 Berikan analgesic
sesuai indikasi
2. Menyusui tidak Setelah dilakukan 1 Evaluasi pola menghisap/
efektif tindakan keperawatan… menelan bayi
diharapkan menyusui 2 Pantau keterampilan ibu
dapat efektif dengan dalam menempelkan bayi
Kriteria Hasil : ke puting
- Kemantapan pemberian 3 Pantau integritas puting
ASI : bayi: perlekatan ibu
bayi yang sesuai pada dan 4 Demonstrasikan latihan
proses menghisap dari menghisap, bila perlu
payudara ibu untuk 5 Fasilitasi proses bantuan
memperoleh nutrisi interaktif untuk membantu
selama 3 minggu pertama mempertahankan
pemberian ASI keberhasilan proses
- Kemantapan pemberian pemberian ASI
ASI: ibu: kemantapan ibu 6 Sediakan informasi
untuk membuat bayi tentang laktasi dan teknik
melekat dengan tepat dan memompa ASI
menyusui 7 Sediakan informasi
- Pemeliharaan tentang keuntungan dan
pemberian ASI : kerugian pemberian ASI
keberlangsungan
pemberian ASI untuk
menyediakan nutrisi bagi
bayi
- Pengetahuan pemberian
ASI : tingkat pemahaman
yang ditunjukkan
mengenal laktasi dan
pemberian makan bayi
melalui proses pemberian
ASI ibu mengenali isyarat
lapar dari bayi,
mengidentifikasi
kepuasan terhadap
pemberian ASI,
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
3. Defisit Setelah dilakukan 1 Pastikan berat/durasi
perawatan diri tindakan keperawatan… ketidak nyamanan.
b.d kelemahan diharapkan defisit Perhatikan adanya sakit
perawatan diri dapat kepala pascaspinal.
teratasi dengan Kriteria 2 Tentukan tipe-tipe
Hasil: anesthesia, perhatikan
-Mampu adanya pesanan atau
mempertahankan protokl mengenai
mobilitas yang diperlukan pengubahan posisi.
untuk ke kamar mandi 3 Ubah posisi klien setiap
- Perawatan diri: ADL 1-2 jam, bantu dalam
latihan paru, ambulasi, dan
latihan kaki.
4 Berikan bantuan sesuai
kebutuhan dengan higiene.
5 Berikan agens analgesic
setiap 3-4 jam, sesuai
kebutuhan.
4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1 Kaji suhu, nadi dan
b.d tindakan tindakan keperawatan… jumlah sel darah putih
invasive adanya diharapkan tidak terjadi 2 Perhatikan karakter dan
luka sectio infeksi dengan Kriteria jumlah aliran lochia dan
caesare Hasil : konsistensi fundus
- Pasien terbebas dari 3 Perhatikan jumlah dan
tanda gejala infeksi bau rabas lochia atau
- Menunjukkan perubahan pada kemajuan
kemampuan untuk normal dari rubra menjadi
mencegah timbulnya serosa
infeksi 4 Anjurkan dan gunakan
- Jumlah leukosit dalam teknik mencuci tangan
batas normal dengan cermat dan
- Menunjukkan prilaku pembuangan pengalas
hidup sehat kotoran dengan, pembalut
dan linen terkontaminasi
dengan tepat
5 Inspeksi balutan terhadap
perdarahan berlebihan.
Catat
DAFTAR PUSTAKA

Hincliff, S. Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC. 1999

Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC :


Jakarta.2002.

Prawirohardjo, S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2002

Sarwono, 1989, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.

SDKI, DPP & PPNI. 2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPPPPNI

Anda mungkin juga menyukai