Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESAREA

NI PUTU AYU JUNIANTARI


2314901021

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru Sofian,
2012 dalam NANDA, 2015).
Sectio Caesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara
melakukan pembedahan / operasi lewat dinding perut dan dinding uterus
untuk melahirkan anak yang tidak bisa dilakukan pervaginam atau oleh
karena keadaan lain yang mengancam ibu atau bayi yang mengharuskan
kelahiran dengan cara segera sedangkan persyaratan pervaginam tidak
memungkinkan.
2. Etiologi
Adapun etiologi dari Sectio Caesarea yaitu (Nanda, 2015):
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelaian letak, primipara tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sevalo pelvik (disproporsi janin/
panggul) yaitu ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang menyebabkan ibu tidak bisa melahirkan
normal, ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, adanya plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu
pre eklampsia-eklampsia, atas permintaan dari pasien dan keluarga,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung , DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya), adanya
ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Adanya fetal distress atau gawat janin, mal presentasi dan mal
posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi.
4. Manifestasi Klinis
Dalam NANDA (2015) manifestasi klinis pada pasien dengan section
caesarea yaitu :
a. Plasenta prevaria sentralis dan lateralis (posterior).
b. Panggul sempit.
c. Disporsi sepalovelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan ukuran panggul.
d. Adanya rupture uteri yang mengancam.
e. Partus lama (prolonged labor).
f. Partus tak maju (obstructed labor).
g. Distosia serviks.
h. Pre-eklampsia dan hipertensi.
i. Malpresentasi janin :
1) Letak lintang
2) Letak bokong
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
4) Presentasi rangkap jika resposisi tidak berhasil
5) Gemeli (anak kembar)
5. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostic
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin.
b. Pemantauan EKG.
c. JDL dengan diferensial.
d. Elektrolit.
e. Hemoglobin/Hematokrit.
f. Golongan darah.
g. Urinalisis.
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi.
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
j. Ultrasound sesuai pesanan.
(Tucker, Susan Martin, 1998 dalam NANDA, 2015).
6. Penatalaksanaan Medis
Dalam Manuaba (1999) dalam Suip (2014) menjelaskan penatalaksanaan
medis secara umum yaitu :
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Adapun
pengkajian yang dilakukan yaitu :
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab.
Berisikan nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, no CM, tanggal MRS, tanggal pengkajian, sumber
informasi.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan keluhan umum
pasien saat pengkajian.
c. Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kontrasepsi, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas yang dulu jika sudah pernah
melahirkan sebelumnya, dan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
yang sekarang.
d. Riwayat Kesehatan Masalalu
Yang perlu dikaji yaitu imunisasi, riwayat alergi, riwayat kecelakaan,
riwayat dirawat di RS, dan riwayat pemakaian obat.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah dalam keluarga memiliki riwayat penyakit yang
diturunkan.
f. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Kaji pola nafas pasien. Pada pasien dengan post SC tidak terjadi
kesulitan dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2) Makan dan Minum
Kaji pola makan dan minum pasien. Pada pasien post SC tanyakan
berapa kali makan sehari dan berapa banyak minum dalam satu
hari.
3) Eliminasi
Kaji pola eliminasi pasien. Pada pasien post SC belum melakukan
BAB, sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang
tertampung di urine bag.
4) Gerak dan Aktivitas
Kaji gerak dan aktivitas pasien. Pada pasien post SC akan terjadi
gangguan gerak dan aktivitas oleh karena pengaruh anastesi pasca
pembedahan.
5) Istirahat dan Tidur
Kaji pola tidur dan istirahat pasien. Pada pasien post SC terjadi
gangguan pola tidur dan istirahat dikarenakan adanya nyeri pasca
pembedahan.
6) Kebersihan Diri
Kaji kebersihan diri pasien apakah mandiri atau dibantu oleh
perawat atau keluarga. Pada pasien post SC kebersihan diri dibantu
oleh perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara
mandiri.
7) Pengatur Suhu Tubuh
Kaji apakah pasien merasa demam dan lakukan pengukuran suhu
tubuh pasien.
8) Rasa Nyaman
Pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan yang
dirasakan pasca melahirkan.
9) Rasa Aman
Tanyakan pada pasien apakah merasa aman berada
dilingkungannya sekarang.
10) Data Sosial
Pada pasien post SC pasien akan lebih banyak berinteraksi dengan
perawat dan tingkat ketergantungan ibu terhadap orang lain akan
meningkat.
11) Prestasi dan Produktivitas
Kaji prestasi dan produktivitas yang dirasakan ibu saat ini.
12) Rekreasi
Tayakan rekreasi yang ibu lakukan setelah post SC.
13) Belajar
Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum
terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan
payudara, kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB,
seksual serta hal-hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan.
Selain itu tanyakan juga tentang perawatan bayi antara lain
memandikan bayim merawat tali pusat, dan cara meneteki yang
benar.
14) Ibadah
Tanyakan proses ibadah yang dilakukan pasien setelah post SC.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umun
Kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, cara berjalan, gerak
motoric, keadaan kulit, ttv, bb sebelum hamil, bb saat hamil, bb
setelah melahirkan, tinggi badan, LILA.
2) Head to toe
a) Tanda - Tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
b) Kepala
(1) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan
(2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sclera kuning
(3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga
(4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
(5) Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab
c) Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar
tiroid, karna adanya proses penerangan yang salah
d) Thorax
(1) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
payudara, areola hitam kecoklatan, putting susu
menonjol, air susu lancer dan banyak keluar
(2) Paru-paru
Inspeksi : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada
/ tidak terlihat pembengkakan.
Palpasi : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak
teraba massa
Perkusi : Redup / sonor Suara nafas
Auskultasi : Vesikuler / ronkhi / wheezing
(3) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis teraba / tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : Redup / tympani
Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
e) Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka jahitan post op
ditutupi verban, adanya
striegravidarum
Palpasi : Nyeri tekan pada luka,konsistensi
uterus lembek / keras
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bising usus
f) Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak
g) Ektremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (pembedahan, trauma
jalan lahir, episiotomy).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko episiotomy, laserasi
jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.
c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan faktor risiko pasca partum
d. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan diri, makan dan toileting
berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan anastesi dan
pembedahan.
e. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan perubahan peran
f. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan suplai air susu ibu tidak
adekuat.
3. Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan
Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan intervensi
1. Observasi
dengan agen injury keperawatan
▪ lokasi, karakteristik, durasi,
fisik (pembedahan, selama……….menit/
frekuensi, kualitas, intensitas
trauma jalan lahir, jam maka Tingkat
nyeri
episiotomy). Nyeri Menurun
▪ Identifikasi skala nyeri
(L.08066) dengan
▪ Identifikasi respon nyeri non
kriteria hasil:
verbal
1. Frekuensi nadi
▪ Identifikasi faktor yang
membaik
memperberat dan
2. Keluhan
memperingan nyeri
menurun
▪ Identifikasi pengetahuan dan
3. Tidak tampak
keyakinan tentang nyeri
meringis
▪ Identifikasi pengaruh budaya
4. Tidak tampak
terhadap respon nyeri
gelisah
▪ Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
▪ Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
▪ Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapiutik
▪ Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
▪ Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
▪ Fasilitasi istirahat dan tidur
▪ Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
▪ Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
▪ Jelaskan strategi meredakan
nyeri
▪ Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
▪ Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
▪ Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan
Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan intervensi
1. Observasi
dengan faktor keperawatan
▪ Monitor tanda gelaja infeksi
resiko episiotomy, selama……….menit/
lokal dan sistemik
laserasi jalan lahir, jam maka Tingkat
2. Terapeutik
bantuan Infeksi Menurun (l.
▪ Batasi jumlah pengunjung
pertolongan 14137) dengan
▪ Berikan perawatan kulit yang
persalinan. kriteria hasil:
menagalami edema
1. Demam menurn
▪ Cuci tangan sebelum dan
2. Kemerahan
sesudah kontak dengan pasien
menurun
dan lingkungan pasien
3. Nyeri menurun
▪ Pertahankan teknik aseptik
4. Bengkak
pada pasien beresiko tinggi
menurun
3. Edukasi
5. Kadar sel darah
▪ Jelaskan tanda dan gejala
pitih membaik
infeksi
▪ Ajarkan cara memeriksa luka
▪ Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
4. Kolaboarsi
▪ Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3. Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan (L.02017)
berhubungan intervensi keperawatan 1. Observasi
dengan faktor risiko selama……….menit/j ▪ Monitor tanda dan gejala
pasca partum am maka Risiko perdarahan
Perdarahan ▪ Monitor nilai hamatokrit atau
Menurun (L.02017) hemoglobin sebelum dan
dengan kriteria hasil: setelah kehilangan darah
1. Kelembapan kulit ▪ Monitor tanda-tanda vital
meningkat 2. Terapeutik
2. Hemoglobin ▪ Pertahankan bed rest selama
membaik perdarahan
3. Hematokrit 3. Edukasi
membaik ▪ Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
▪ Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
▪ Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
K
▪ Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
▪ Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu

4. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri (L.11103)


diri mandi atau intervensi keperawatan 1. Observasi
kebersihan diri, selama……….menit/j ▪ Identifikasi kebiasaan aktivitas
makan dan toileting am maka Defisit perawatan diri sesuai usia
berhubungan Perawatan Diri ▪ Monitor tingkat kemandirian
dengan kelemahan Teratasi (L.11103) ▪ Identifikasi kebutuhan alat
fisik akibat tindakan dengan kriteria hasil: bantu kebersihan diri,
anastesi dan berpakaian, berhias, dan makan
pembedahan. 2. Terapeutik
1. Kemampuan ▪ Sediakan lingkungan yang
mandi teraupetik
meningkat ▪ Siapkan keperluan pribadi
2. Kemampuan ▪ Dampingi dalam melakukan
mngenakan perawatan diri sampai mandiri
pakian ▪ Fasilitasi untuk menerima
meningkat keadaan ketergantungan
3. Kemampuan ▪ Jadwalkan rutinitas perawatan
makan diri
meningkat 3. Edukasi
4. Kemampuan ▪ Anjurkan melakukan perawatan
BAB/BAK ke diri secara konsisten sesuai
toilet meningkat kemampuan
5. Verbalisasi
keinginan
melakukan
perawatan diri
meningkat
6. Mempertahanka
n kebersihan
mulut
5. Penampilan peran Setelah dilakukan Dukungan Penampilan Peran (I.13478)
tidak efektif intervensi keperawatan 1. Observasi
berhubungan selama……….menit/ja ▪ Observasi berbagai peran dan
dengan perubahan m maka Penampilan periode transisi sesuai tingkat
peran Pearan Membaik perkembangan
(L.13119) dengan ▪ Identifikasi peran yang ada
kriteria hasil : dalam keluarga
▪ Identifikasi adanya peran yang
tidak terpenuhi
1. Verbalisasi 2. Terapiutik
harapan ▪ Fasilitasi adaptasi peran
terpenuhi keluarga terhadap perubahan
2. Verbalisasi peran yang tidak diinginkan
kepuasan peran ▪ Fasilitasi bermain peran dalam
meningkat mengantisipasi reaksi orang lain
3. Verbalisasi terhadap perilaku
perasaan ▪ Fasilitasi diskusi tentang
bingung perubahan peran
menjalankan 3. Edukasi
peran meningkat ▪ Diskusikan perilaku yang
4. Perilaku cemas dibutuhkan untuk
menurun pengembangan peran
▪ Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat penyakit
atau ketidakmampuan
▪ Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
4. Kolaborasi
▪ Rujuk dalam kelompok untuk
mempejari peran baru
6. Menyusui tidak Setelah dilakukan
Edukasi Menyusui (I.12393)
efektif berhubungan intervensi
1. Observasi
dengan suplai air keperawatan
▪ Identifikasi kemampuan dan
susu ibu tidak selama……….menit/
kesiapan menerima informasi
adekuat. jam maka
▪ Identifikasi tujuan dan
Kemampuan
keinginan menyusui
Memberikan ASI
2. Terapiutik
Adekuat (L.03029)
▪ Sediakan materi dan media
dengan kriteria hasil: pendidikan kesehatan
1. Tetesan/pancar ▪ Jadwalkan pendidikan
an ASI kesehatan sesuai kesepakatan
membaik ▪ Berikan kesempatan untuk
2. Suplai ASI bertanya
adekuat ▪ Dukung ibu menigkatkan
3. Intake bayi kepercayaan diri dalam
menigkat menyusui
4. Hisapan bayi ▪ Libatkan sistem pendukung
meningkat (suami, keluarga, tenaga
5. Kecemasan kesehatan dan masyarakat)
maternal 3. Edukasi
menurun
▪ Berikan konseling menyusui
▪ Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
▪ Ajarkan 4 posisi menyusui dan
perlekatan (lacth on) yang
benar
▪ Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan
menkompren dengan kapas
yang telah diberikan minyak
kelapa
▪ Ajarkan perawatan payudara
postpartum (mis : memerah
ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)

4. Kolaborasi
-
5. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang
digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
6. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu
S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk
menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien
mampu menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan,
sebagian tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai
dengan tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu
menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang
terakhir adalah planning (P) merupakan rencana tindakan berdasarkan
analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka perawat akan menghentikan
rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan melakukan modifikasi
rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini
disebut juga evaluasi proses (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, &
Utiany., 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. 2013. Dokumentasi Keperawatan
(2nd ed). Jakarta: TIM.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015-2016. Aplikasi Asuha


Keperawatan Berdasarkaan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc.
Jogjakarta: Mediaction.

SDKI, DPP, PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Suip. 2014. Laporan Pendahuluan Post Partum Dengan Sectio Caesarea. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta.
https://www.academia.edu/12913746/LAPORAN_PENDAHULUAN_P
OST_PARTUM_DENGAN_SECTIO_CAESARIA.

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 01 Juli 2023


Mahasiswa,

(Ni Putu Ayu Juniantari)


NIM. 2314901021

Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

( ) (Ns. IA Ningrat Pangruating Diyu, S.Kep.,MS)


NIP. NIDN. 0801079006
WOC
LMR

SC

Post Op SC

Post Op Anastesi Luka post op sc Nifas

Penurunan saraf
ekstremitas bawah
Jaringan terputus Jaringan terbuka Laktasi Psikologis

Kelemahan Merangsang area sensorik Proteksi kurang Progesteron dan estrogen menurun Taking in, taking hold,
letting go
Gangguan Gangguan rasa nyaman Invasi bakteri Prolaktin meningkat
mobilisasi Perubahan psikologis
Nyeri Akut Risiko Infeksi Pertumbuhan kelenjar
Defisit susu terangsang Penambahan anggota baru
Perawatan
diri
Ejeksi ASI tidak adekuat Isapan bayi yang menyebabkan oksitosin Kebutuhan meningkat
meningkat
ASI tidak keluar
Pembuluh Penampilan peran
Vagina dan
darah tidak efektif
perineum
rusak
Menyusui tidak
efektif
Pengeluaran Risiko
darahan Perdarahan

Anda mungkin juga menyukai