Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

S DENGAN POST-
SECTIO CAESAR DI RUANG JADE

RSUD DR. SLAMET GARUT


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas Stase
Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners

Dosen Pembimbing: Tantri Puspita., Ns., MNS

Di Susun Oleh :
Husnul Sopia
KHGD21013
Profesi Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA


GARUT
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh (Cunningham FG, 2015).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Nurarif, A.H, 2015).
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Israr YA, 2016).
Ketidaknyamanan pasca partum merupakan perasaan tidak nyaman
yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan (SDKI DPP
PPNI, 2016).
Jadi, sectio caesaria adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan insisi pada dinding uterus
depan perut.
Indikasi ibu dilakukan section caesarea adalah Pre-eklamsi berat
(PEB) merupakan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan.
Di Indonesia Pre-eklamsi berat merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia.

2. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesaria


a. Sectio Caesarea Abdomen
Sectio caesarea transperitonealis
b. Sectio Caesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut koring
2) Sayatan melintang (tranversal) menurut kerr
3) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Sectio Caesarea Klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm, tetapi saat ini teknik ini jarang
dilakukan karena memilki banyak kekurangan namun pada kasus
ini dapat dipertimbangkan.
d. Sectio Caesarea Ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim (low cervical tranfersal) kira-kira sepanjang
10 cm. (SDKI, 2016)

3. Etiologi

Etiologi penyakit pre-eklamsi berat sampai saat ini belum diketahui


dengan pasti. Pre-eklamsi umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama
kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita usia diatas 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah :

 Kegemukan.
 Riwayat mengalami pre-eklamsi sebelumnya.
 Gangguan aliran darah ke Rahim.
 Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan.

Akan tetapi ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit : primigravida, grand multigravida, janin besar,
kehamilan dengan janin delbih dari satu, obesitas.

Lalu selain beberapa faktor diatas, ada etiologi yang lain mengenai
post-sc yaitu :

a. Etiologi beasal dari ibu


Yaitu pada primigravidarum dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan
yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan
(kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi (SDKI, 2016)
4. Patofisiologi dan Pathway

5. Manifestasi Klinis
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Disporsi sefalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul
d. Rupture uteri mengancam
e. Partus lama (prolonged labor)
f. Partus tak maju (obstructed labor)
g. Distosia serviks
h. Preeklampsia dan hipertensi
i. Malpresentasi janin
1) Letak lintang
2) Letak bokong
j. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
k. Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
l. Gemeli (SDKI, 2016)

6. Penatalaksaan (Medis/Keperawatan)
 Pre-eklamsi Berat (PEB)

Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan


organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma
sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.

Segera berikan MgSO4 pada infuse Dextrosa 5% dengan kecepatan


15-20 tetes/menit. Dosis awak MgSO4 intravena dalam 10 menit
selanjutnya 2g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah stabil
140-150/90-100 mmHg. Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan
atau hentikan 6 jam pasca persalinan atau ada tampak tanda
intoksikasi. Selama pemberian perhatikan tekanan darah, suhu,
perasaan panas, serta wajah merah. Berikan nifedipine 3-4x10mg
oral.

 Post-SC
a. Medis
1) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda


setiap institusi

2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran


pencernaan
- Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
- Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
- Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3) Obat – obat lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita


dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

4) Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka


pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Keperawatan
1) Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah


penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.

2) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap :

- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah


operasi
- Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
- Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
- Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
- Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5
pasca operasi.
3) Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak


enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

4) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila


basah dan berdarah harus dibuka dan diganti

5) Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah


suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

6) Edukasi
- Gurita/korset dipakai selama 3 bulan.
- Boleh hamil setelah 2-3 tahun.
- Coitus boleh dilakukan pada post operasi setelah 8 minggu.
- Jika section caesaria dilakukan karena panggul sempit
maka persalinan berikutnya section caesaria lagi.
(Prawirohardjo,S, 2017)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit (Prawirohardjo,S, 2017)
8. Komplikasi
a. Pada ibu
1) Komplikasi Periferal.
Komplikasi yang bersifat ringan seperti peningkatan suhu
tubuh dan bias bersifat peritonitis dan sepsis.
2) Perdarahan.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang uteri ikut terpotong atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi lain seperti luka pada blass, embolisme paru dan
lain-lain.
4) Kurang kuatnya parut dinding uterus sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
b. Pada anak
Seperti ibunya. nasib anak yang dilahirkan dengan section
caesaria banyak tergantung pada keadaan yang menjadi alasan
untuk melakukan sectio caesaria. (Prawirohardjo,S, 2017)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, identitas penanggung jawab, no RM.
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama: keluhan yang diungkapkan klien sehingga
mendatangi pelayanan kesehatan.
2) Keluhan saat dikaji: keluhan yang diungkapkan klien saat
dilakukan pengkajian.
c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi
2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
3) Genogram
4) Post partum sekarang
5) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi
6) Riwayat lingkungan meliputi kebersihan dan bahaya yang
terdapat di lingkungan tempat tinggal klien.
7) Aspek psikososial meliputi persepsi ibu setelah bersalin,
perubahan kehidupan sehari-hari, orang terpenting bagi ibu,
sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini dan
kesiapan mental menjadi ibu.
d. Kebutuhan dasar khusus meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola
personal hygiene, pola istirahat tidur, pola aktivitas dan latihan,
pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
e. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-
tanda vital, dan pengkajian head to toe meliputi:
1) Kepala dan rambut: kaji kebersihan,distribusi dan adanya lesi
2) Mata: kaji kelopakmata, gerakan, konjungtiva dan sclera
klien
3) Hidung: kaji kesulitan pernafasan, nafas cuping hidung dan
reaksi alergi
4) Mulut dan tenggorokan: kaji mukosa bibir, kebersihan gigi,
mulut dan tonsil
5) Telinga: kaji adanya lesi ataupun nyeri tekan
6) Leher: kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
serta bendungan vena jugularis
7) Dada dan axila: kaji kesimetrisan, mammae membesar atau
tidak, papilla menonjol atau tidak, adanya hiperpigmentasi,
dan pengeluaran ASI
8) Pernafasan: kaji jalan nafas, suara nafas serta ada atau
tidaknya otot bantu pernafasan
9) Sirkulasi jantung: kaji irama dan kelainan bunyi jantung
10) Abdomen: kaji bentuk abdomen, adanya linea dan striae, luka
bekas operasi, tanda-tanda infeksi, ukur TFU, kontraksi
bagus atau tidak, turgor kulit, nyeritekan pada abdomen,
kebersihan, distensi kandung kemih.
11) Genito urinary: kaji adanya ruftur dan efisiotomy, edema,
keadaan genitalia, warna dan bau lochea
12) Ekstremitas: kaji adanya oedema, kelemahan otot, turgor
kulit dan adanya varises
2. Analisa Data

No Hari Data Etiologi Problem


Tanggal
1. - Ds : - Pre eklamsi
Do : terdapat luka
post-sc, pasien Bayi tidak dapat lahir
tampak meringis spontan
kesakitan saat
gerak, kondisi luka Section caesarea
baik, kontraksi Gangguan
uterus baik teraba Terputusnya Rasa
bulat keras. inkontinuitas jaringan Nyaman
Pemantauan TTV sekunder akibat Nyeri
pembedahan

Merangsang area
sensorik, merasakan
nyeri saat gerak

Gangguan rasa nyaman


nyeri
2. - Ds : - Pre eklamsi
Do : saat dilakukan
pengkajian pasien Bayi tidak dapat lahir
hanya bias miring spontan
kanan miring kiri,
duduk masih Section caesarea
dibantu. Intoleransi
Terputusnya Aktivitas
inkontinuitas jaringan
sekunder akibat
pembedahan

Aktivitas bertahap

Intoleransi Aktivitas
3. - Ds : - Pre eklamsi
Do : klien tampak
kurang terawat, Bayi tidak dapat lahir
klien tidak dapat spontan
melakukan
aktivitas toilet Section caesarea
sendiri Kurangnya
Terputusnya Perawatan
inkontinuitas jaringan Diri
sekunder akibat
pembedahan

Merangsang area
sensorik, merasakan
nyeri saat gerak

Kesulitan melakukan
aktivitas personal
hygiene sendiri

Kurangnya perawatan
diri

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri 
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Kurangnya perawatan diri
4. Intervensi Keperawatan

N Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Stsndar Intervensi Keparawatan


o Keperawatan Indonesia Indonesia Indonesia
1 Gangguan Rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Relaksasi
Perasaan kursng senang, keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi :
lega, dan sempurna dalam diharapkan Nyeri status kenyamanan  Identifikasi penurunan tingkat energy,
dimensi fisik, psikospiritual, meningkat. ketidakmampuan berkonsentrasi atau
lingkungan, dan sosial gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat mobilitas dari pasien
keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Motivasi pasien untuk
diharapkan hambatan mobilitas fisik melakukan mobilitas secara bertahap
teratasi 3. Pertahankan posisi tubuh yang tepat
- 4. Berikan dukungan dan  
bantuan keluarga / orang terdekat pada
latihan gerak pasien.
5. Dorongan partisipasi pasien dalam semua
aktivitas sesuai kemampuan individual
3 Kurangnya perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kemampuan diri
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan dalam perawatan diri
masalah kurangnya perawatan diri 2. Motivasi klien untuk melakukan
dapat teratasi dengan kriteria hasil : aktivitas secara bertahap
- Pasien bisa menjaga personal 3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
hygiene kebutuhan klien
- Kekuatan tubuh pasien bisa 4. Kaji karakter dan jumlah aliran lochea
kembali normal 5. Ajarkan pasien latihan bertahap
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan normal
berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu :
a. Nyeri pasien teratasi dan pasienterlihat rileks tanpa adanya nyeri
b. Pasien bisa melakukan mobilisasi secara mandiri tanpa dibantu
orang lain
c. Pasien terlihat bersih dan persola hygiene pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. 2015. Obstetri Williams Edisi 21.
Jakarta : EGC.
Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. 2016. Arrest of Decent-Cephalopelvic
Disproportion (CPD). Jakarta : EGC
Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatn
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi (SDKI) dan Indikator Diagnostik. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Prawirohardjo,S., 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai