Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESAREA

Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Profesi Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Sulastri, S.Kep., M.Kes

Pembimbing Klinik : Wiwik Nur Hidayati S.Kep.,Ns

Disusun Oleh :

Salsabila Khoirun Nisa’ J230225076

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim
dalam keadaan untuh serta berat janin diatas 500 gram (Sagita, 2019)
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta melalui
tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh (Ratnawati,
2016).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti, 2014). Sectio caesarea adalah suatu
pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada pada dinding abdomen dan
uterus (Hartanti, 2014).

B. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait


1. Otot Perut
Otot perut terdiri dari otot dinding perut anterior dan otot dinding perut lateral.
Otot dinding perut anterior dan lateral (rektus abdominis) meluas dari bagian depan
margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa
pita fibrosa dan berada dalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang
membentang pada garis tengah dari proceccus xipoidius sternum ke simpisis pubis
memisahkan kedua musculus rectus abdominalis. Otot dinding perut posterior
adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas
diatas crista iliaca.
2. Fasia
Dibawah kulit fasia superfisialis dibagi sebagai lapisan lemak yang dangkal,
camper’s fasia dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada
otot-otot perut menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk
pesawat antara scarpa’s fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas
paha bagian atas perut. Dibawah lapisan terdalam otot, maka otot abdomen
transverses, terletak fasia transversalis. Fasia transversalis dipisahkan dari
peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan
ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.
C. Etiologi
Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio caesarea adalah rupture
uteri iminen, perdarahan anterpartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indiaksi dari
janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4000 gram. Dari bebrapa faktor
Sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyenbab Sectio caesarea sebagai
berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal.
2. PEB (Pre-Eklamsia Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan
perinatal.
3. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm si atas 37 minggu.
4. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
5. Kelainan letak janin
a. Kelainan pada letak kepala
Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepela
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
a. Presentasi muka, letaknya kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Prsentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan
defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
D. Patofisiologi
Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamasi, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (Ratnawati, 2016).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri (Ratnawati, 2016).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan masalah nyeri dan terdapat luka post operasi, yang mana bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi (Ratnawati, 2016).
Pathways Sectio Caesarea
Indikasi Ibu: (1) Panggul sempit Indikasi Janin: (1) Kelainan
absolut; (2) Tumor jalan lahir; letak; (2) gawat janin.
(3) Stenosis serviks/vagina; (4)
Plasenra previa; (5) Disproporsi
sefalopelvik; (6) Ruptura uteri.

Sectio caesarea

Dilakukan anestesi Dilakukan insisi

Terjadi immobilasi Terputusnya jaringan,


pembuluh darah, dan

Intoleransi syaraf
Aktivitas
Terdapat luka post operasi Keluarnya histamin
Post dee entry dan prostaglandin

Resiko Nyeri Akut


Infeksi
Gambar : Pathways Sectio Caesarea (Ratnawati, 2016)

E. Tanda dan Gejala


Menurut Martowirjo (2018), tanda dan gejala pada klien dengan post Sectio
caesareaantra lain :
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan, 600-800 ml
2. Terpasang kateter, urin jernih dan pucat
3. Abdomen lunak dan tidak ada distensi
4. Bising usus tidak ada
5. Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru
6. Balutan abdomen tampak sedikit noda
7. Aliran lochia sedangkan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

F. Penatalaksanaan
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanaan Sectio caesarea adalah sebagai berikut :
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Nola kadar Hb rendah, diberikan tranfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air the.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi: miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya. Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah
menjadi posisi semifowler. Selanjtnya selama berturut-turut, pasien dianjurkan
belajar duduk, berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari
ke-5 pasca operasi.
4. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam leboh lama lagi tergantung dengan jenis operasi dan
keadaan pasien.
5. Pemberian obat-obatan
Obat yang dapat diberikan melalui supositoria, obat yang diberikan ketopropen
sup 2x24 jam, melalui oral obat yang dapat diberikan tramadol atau paracetamol
tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidine setiap 6jam bila perlu.
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila badah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.

G. Kemungkinan Data Fokus


1. Wawancara
a. Identitas
Klien Data ini meliputi: nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat Sectio Caesarea sebelumnya,panggul
sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga
mempengaruhi penyalit sekarang, seperti penyakit DM,jantung,hipertensi,
Hepatitis, abortus dan penyakit kelamin.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
e. Riwayat Menstruasi
Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun, siklus 28-30 hari, lamanya 5-7
hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari, dan kemungkinan ada keluhan waktu
haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah.
f. Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia
berapa,lama menikah, berapa kali menikah,status pernikahan saat ini.
g. Riwayat Persalinan
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan,lama persalinan,jenis anak,
keadaan anak.
h. Riwayat Keluarga Berencana
Dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah mengikuti program KB,
jenis kontrasepsi, apakah ada keluhan dan masalah dalam penggunaan
kontrasepsi.
i. Riwayat Sosial Ekonomi
Sectio Caesarea bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namum pada
umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini
diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki
j. Pola Fungsi Kesehatan
1) Makan : Frekuensi, jenis makanan, jumlah, pantangan, dan makanan
kesukaan.
2) Minum : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman, dan minuman kesukaan.
3) Istirahat : Siang, malam, dan keluhan
4) Personal hygienie : Mandi, sikat gigi, ganti baju, ganti celana dalam dan
bra, potong kuku, dan keramas.
5) Aktivitas: Ditempat dan dirumah
2. Pemeriksaan fisik head toe to
a. Keadaan Umum : Untuk mengetahui keadaan ibu apakah baik, cukup atau
kurang.
b. Tanda-Tanda Vital : Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan
darah turun,nadi cepat,pernafasan meningkat,suhu tubuh turun.
c. Pernapasan Frekuensi pernapasan meningkat
d. Status hidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membran mukosa (kering atau
lembab), dan oliguria
e. Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia, atau
terjadinya hipotensi ortostatik
f. Keadaan abdomen yang meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif
merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri
tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murphy dan
tanda Mc.Burney’s.
g. Genitourinaria Seperti nyeri kostovertebral dan nyeri suprapubik
h. Eliminasi Seperti perubahan pada konsistensi feces, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih
i. Seksualitas Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik
j. Aktivitas istirahat Istiahat kurang, terjadi kelemahan tekanan darah sistol
menurun, dan denyut nadi meningkat (>100 kali per menit)
k. Keamanan Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam
koma
l. Keadaan janin yang meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus
uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Hemoglobin
b. Hematocrit
c. Leukosit
d. Trombosit
e. Kecepatan Pembekuan CT/BT
H. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

1 S: Agen pencedera Nyeri akut


- Pasien mengeluh nyeri fisik
P : nyeri saat digunakan
bergerak
Q: seperti tersayat-sayat
R: area perut bagian bawah
kuadran 3,4 sekitar tempat
operasi
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul

O : Pasien tampak menahan sakit

2 S: Efek prosedur Risiko infeksi


- Pasien mengatakan nyeri invasive
pada luka didaerah operasi
SC
- Dolor: Ya
- Kalor: -
- Tumor: -
- Rubor: -
O:

- Panjang luka ±10cm


- Tidak ada pus yang keluar
- Tidak ada kemerahan sekitar
luka
3 S: Imobilitas Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan merasa
lemah
- Pasien mengatakan takut jika
untuk digerakkan
- Pasien mengatakan
aktivitasnya masih dibantu
oleh keluarga
- Pasien mengatakan masih
belum bisa beraktivitas
seperti biasa
O:

- Gerakan pasien terbatas


- Tampak luka post operasi
sectio caesarea ±10cm
- TD: 120/80 mmHg
- Suhu : 36,5oC
- Nadi : 85x/menit
- RR: 20x/menit
- SpO2 : 99%

I. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi: SC)
2. (D.0142) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive
3. (D.0056) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 (D.0077) Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri - Untuk


Nyeri akut (L.08063) (I.08238) mengetahui
b.d agen Tupan: kontrol nyeri lokasi,
pencedera pasien meningkat Observasi: karakteristik,
fisik Tupen: Setelah - Identifikasi durasi, frekuensi,
(prosedur dilakukan tindakan lokasi, kualitas dan
operasi: SC) keperawatan 3x24 jam karakteristik, instensitas nyeri
diharapkan control durasi, - Untuk
nyeri pasien frekuensi, mengetahui skala
meningkat dengan kualitas, dan nyeli yang
kriteria hasil: intensitas nyeri dialami pasien
1. Melaporkan - Identifikasi - Untuk
nyeri cukup skala nyeri mengetahui
terkontrol - Identifikasi faktor apa saja
meningkat (4) faktor yang yang
2. Kemampuan memperberat memperberat dan
mengenali dan memperingan
nyeri meringankan nyeri pada pasien
meningkat (5) nyeri - Memberikan
3. Kemampuan Terapeutik: teknik
menggunakan nonfarmakologis
teknik non- Berikan teknik (relaksasi napas
farmakakologis nonfarmakologis dalam) dapat
meningkat (5) untuk mengurangi membantu
4. Keluhan nyeri rasa nyeri (relaksasi mengurangi rasa
cukup nafas dalam) nyeri
menurun (4) - Mengajarkan
Edukasi:
5. Penggunaan teknik
analgesic Ajarkan teknik nonfarmakologis
cukup nonfarmakologis supaya pasien
menurun (4) untuk mengurangi dapat melakukan
rasa nyeri teknik tersebut
pada saat
Kolaborasi: merasakan nyeri
- Pemberian
Kolaborasi pemberian
analgetik dapat
analgetik
membantu
mengurangi
tingkat nyeri
yang dirasakan
oleh pasien
(D.0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi - Untuk
Risiko (L.14137) (I.14539) mengetahui tanda
2 infeksi b.d Tupan: tingkat infeksi Observasi : dan gejala infeksi
efek pasien menurun Monitor tanda dan - Untuk
prosedur Tupen: Setelah gejala infeksi local mempercepat
invasive dilakukan tindakan dan sistemik proses
keperawatan 3x24 jam Terapeutik: penyembuhan
diharapkan tingkat - Berikan luka dan
infeksi menurun perawatan kulit mencegah
dengan kriteria hasil: pada area terjadinya infeksi
1. Kebersihan edema - Untuk mencegah
tangan - Cuci tangan adanya infeksi
meningkat (5) sebelum dan nosocomial
2. Kebersihan sesudah kontak antara pasien dan
badan dengan pasien perawat
meningkat (5) dan lingkungan - Menjelaskan
3. Nyeri menurun pasien tanda dan gejala
(5) Edukasi: infeksi supaya
- Jelaskan tanda pasien
dan gejala memahami
infeksi tanda-tanda
- Ajarkan cuci adanya infeksi
tangan dengan - Mengajarkan
benar cuci tangan
- Anjurkan dengan benar
meningkatkan supaya pasien
asupan nutrisi dapat melakukan
- Anjurkan teknik cuci
meningkatkan tangan dengan
asupan cairan benar
Kolaborasi: - Mengajarkan
Kolaborasi pemberian untuk
antibiotik, jika perlu meningkatkan
asupan nutrisi
dan cairan
supaya pasien
memahami
pentingnya
nutrisi dan cairan
untuk proses
penyembuhan
luka post operasi
- Pemberian
antibiotic supaya
dapat menurkan
tingkat nyeri dan
mencegah risiko
infeksi yang
tinggi
3 (D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi - Untuk
Intoleransi (L.05047) (I.05178) mengetahui
aktivitas b.d Tupan: toleransi Observasi : gangguan fungsi
imobilitas aktivitas pasien - Identifikasi tubuha yang
meningkat gangguan fungsi menyebabkan
Tupen: Setelah tubuh yang kelelahan
dilakukan tindakan mengakibatkan
keperawatan 3x24 jam kelelahan - Untuk
diharapkan toleransi - Monitor lokasi mengetahui
aktivitas meningkat dan lokasi yang
dengan kriteria hasil: ketidaknyamana kurang nyaman
1. Kemudahan n selama selama
dalam melakukan beraktivitas
melakukan aktivitas
aktivitas Terapeutik: - Untuk
sehari-hari - Lakukan mengetahui
meningkat (5) pengendalian tingkat nyeri
2. Mobilitas nyeri sebelum sebelum
meningkat (5) memulai latihan memulai latihan
3. Perasaan - Lakukan latihan
lemah rentang gerak - Memberikan
menurun (5) pasif atau aktif latihan rentang
Edukasi: gerak aktif atau
- Anjurkan tirah pasif agar pasien
baring perlahan-lahan
- Anjurkan dalam
melakukan melakukan
aktivitas secara aktivitas karena
bertahap masih
merasakan nyeri

- Untuk
memberikan
penjelasan
kepada pasien
bahwa tirah
baring perlu
dilakukan agar
tubuh tidak
merasakan kaku

- Memberikan
penjelasan
kepada pasien
untuk
beraktivitas
secara bertahap
agar nyeri tidak
semakin

A. Daftar Pustaka
Dian Nurani, Femmy Keintjem, dan Fredrika Nancy Losu (2015). “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesarea”. Jurnal Ilmiah Bidan Volume 3 Nomo 1. Januari-Juni 2015 ISSN :
2339-1731
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Ratnawati, Agustina Dwi. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan Pemberian Teknik
Relaksasi Benson Pada Ibu Post Sectio Caesarea Dengan Masalah Nyeri
Akut Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto. Karya Ilmiah Akhir Ners. Diakses tanggal 11 April 2018.
<http:// http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/36/1/AGUSTINA%20DWI
%20RATNAWATI%20NIM.%20A31500816.compressed.pdf>
Susilo Rini dan Indri Heri Susanti. (2018). “Penurunan Nyeri Pasa Ibu Post Sectio
Caesaria Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding”.
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmi-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, Agustus
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M

POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESAREA DI BANGSAL MAWAR 3.1 RSUD


IBU FATMAWATI SOEKARNO SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Profesi Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Sulastri, S.Kep., M.Kes

Pembimbing Klinik : Wiwik Nur Hidayati S.Kep.,Ns

Disusun Oleh :

Salsabila Khoirun Nisa’ J230225076


PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023

Tanggal pengkajian 28 Desember 2022 pukul 08.00 WIB


A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. M
Tanggal/jam masuk RS : 27 Desember 2022 Pukul 21.00 WIB
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Joglo,Banjarsari Surakarta
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. CM : 00015xxx

B. Keluhan Utama
Pasien post SC G2P1A0 hari ke-1 mengatakan nyeri dibagian perut bagian bawah
kuadran 3,4, nyeri seperti tersayat-sayat, skala nyeri 4 dan nyeri yang dirasa hilang
timbul akibat luka jahitan setelah post operasi section caesarea.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny.M masuk melalui UGD RSUD Ibu Fatmawati Soekarno Surakarta pada
tanggal 27 Desember 2022 pukul 21.00 WIB. Pasien datang bersama suami dengan
keluhan G2P1A0 dengan umur kehamilan 40 minggu 1 hari. Pada saat melakukan
pengkajian pada hari Rabu, 28 Desember 2022, pasien post operasi sectio caesarea
hari pertama dengan mengeluh nyeri dibagian perut kuadran bawah akibat luka
jahitan post operasi sectio caesarea, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 4, pasien
mengatakan nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nyeri saat digunakan miring
kanan-kiri, Bayi pasien dirawat di ruangan yang sama dengan pasien dan berat badan
lahir 3500 gram. Pasien terpasang infus RL 20 tpm pada tangan sebelah kiri. Hasil
pengkajian tanda-tanda vital yaitu tekanan darah : 130/80 mmHg, suhu : 36,5oC,
nadi : 82x/menit, RR: 20x/menit dan SpO2 : 99%.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya pernah melakukan operasi section caesarea 7 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan anggota keluarga tidak memiliki riwayat penyakit apapun

F. Riwayat Kehamilan/Persalinan/Post Natal


No Tanggal Usia Jenis Tempat Penolon Jenis BB/PB
Lahir Kehamilan Persalinan Bersalin g Kelamin

1. 5 Mei 40 minggu Sectio Rumah Dokter Perempuan 3500 gr/


2015 Caesarea sakit 40 cm

2. 28 40 minggu Sectio Rumah Dokter Laki-laki 3500 gr/


Desember 1 hari Caesarea sakit 48 cm
2022

G. Riwayat Imunisasi
Pasien mengatakan sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 1 kali.
H. Riwayat KB
Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan alat KB IUD.
I. Riwayat Kesehatan Reproduksi
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari
Dismenorhoe :-
J. Riwayat Pernikahan, Kehamilan, Persalinan
1. Riwayat Pernikahan
Menikah : 1x
Dengan suami sekarang : 8 tahun
2. Riwayat Kehamilan
HPHT : 20 Maret 2022
HPL : 27 Desember 2022
Usia Kehamilan : 40 minggu 1 hari
Keluhan : Trimester 1 : mual muntah
Trimester 2 : -
Trimester 3 : -
Periksa : Bidan Desa
Kontraksi sering : -
Pergerakan janin 24 jam terakhir : ada
3. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
Anak : Ke 2
BB/PB : 3500 gram/48 cm
Apgar Score :8
Perdarahan : Tidak ada
K. Riwayat Sosial, Ekonomi, Spiritual
1. Keadaan emosi : Tenang
2. Ekspresi emosi : Datar
3. Kontak mata : Ya
4. Hubungan pasien dengan anggota keluarga : Baik
5. Tinggal bersama : Suami
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Penghasilan : >2 juta
L. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kesadaran : Compos Mentis
BB/TB : 60 kg/155cm
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Suhu : 36,4oC
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
1. Kepala
a. Rambut : berwarna hitam keputihan, tidak ada rambut rontok, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan.
b. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
nyeri tekan, sclera tidak ikterik.
c. Telinga : simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada nyeri
tekan, telinga bersih.
d. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
e. Mulut dan Gigi : tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa
bibir lembab, lidah tampak bersih.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
3. Thorak
a. Payudara : simetris kiri dan kanan, tampak bersih, areola
hiperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, asi keluar sedikit, putting susu
menonjol, tidak ada pembendungan pada payudara.
b. Paru-Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler
c. Jantung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : redup
Auskultasi : suara irama jantung teratur
4. Abdomen
Inspeksi : ada luka bekas operasi sectio caesarea di perut bagian bawah
kuadran 3,4 sepanjang ±10 cm, tidak ada pus yang keluar
Auskultasi : bising usus normal yaitu 25x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada luka post operasi sectio caesarea
TFU : 33 cm
5. Ekstremitas
Atas : terpasang infus ditangan kiri, simetris kiri dan kanan
Bawah : simetris kiri dan kanan, adanya edema pada kedua kaki
ditandai dengan piting edema > 2detik, tidak ada kelainan
6. Genetalia
a. Lochea : rubra
Jumlah : 100 cc
Warna : merah
Bau : amis
b. Perineum : utuh
7. Integument
Kulit berwarna kuning langsat, terpasang infus di tangan sebelah kiri.
M. Hasil pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 28 Desember 2022
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL TES SATUAN
NORMAL

HEMATOLOGI
HEMA 2

- Hemoglobin 11.44 12.6-16 g/dL


- Hematokrit 38.3 35 -47 %

- Leukosit 9.30 4-10.5 10 3/uL
- Trombosit 212 150-400 103/uL
- Eritrosit 4.04 4-5 106/uL
- MCV 83.5 80 -100 fL
- MCH 33.4 26-34 pg
- MCHC 34.10 32-36 g/dL
Diff Count
- Basofil 0.35 0-0.75 %
- Eusinofil 1.65 1-3 %
- Netrofil 71.14 54-62 %
- Limfosit
22.38 25-33 %
- Monosit
HEMOSTASIS 5.92 3-7 %

Waktu Pembekuan (CT) 4 2-6 Menit


1 1-3 Menit
Waktu Perdarahan (BT)

KIMIA KLINIK
mg/Dl
Glukosa Sewaktu 103 <140
N. Terapi
Jenis Obat Dosis Kegunaan Rute Frekuensi

RL 20 tpm 500cc Mengembalikan IV 24jam


cairan tubuh setelah
kehilangan darah
yang signifikan

Anbacim 1gram/8jam untuk mengobati IV 8 jam


infeksi saluran
napas atas dan
bawah, saluran
kemih dan kelamin,
kulit dan jaringan
lunak

Santagesik 500mg/8jam untuk mengatasi IV 8 jam


nyeri akut atau
kronik berat seperti
nyeri pasca operasi

Cefadroxil 3x1 obat antibiotik Oral 8 jam


untuk mengatasi
infeksi bakteri

Albuforce 2x1 suplemen yang Oral 12 jam


dapat membantu
mempercepat
proses
penyembuhan
penyakit.

Asam Mefenamat 3x1 untuk meredakan Oral 8 jam


nyeri dan memberi
rasa nyaman

O. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

1 S: Agen pencedera Nyeri akut


- Pasien mengeluh nyeri fisik
P : nyeri saat bergerak
Q: seperti tersayat-sayat
R: area perut bagian bawah
kuadran 3,4 sekitar tempat
operasi
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul

O : Pasien tampak menahan sakit

2 S: Efek prosedur Risiko infeksi


- Pasien mengatakan nyeri invasive
pada luka didaerah operasi
SC
- Dolor: Ya
- Kalor: -
- Tumor: -
- Rubor: -
O:

- Panjang luka ±10cm


- Tidak ada pus yang keluar
- Tidak ada kulit kemerahan
sekitar luka
3 S: Imobilitas Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan merasa
lemah
- Pasien mengatakan takut jika
untuk digerakkan
- Pasien mengatakan
aktivitasnya masih dibantu
oleh keluarga
- Pasien mengatakan masih
belum bisa beraktivitas
seperti biasa
O:

- Gerakan pasien terbatas


- Tampak luka post operasi
sectio caesarea ±10cm
- TD: 130/80 mmHg
- Suhu : 36,5oC
- Nadi : 82x/menit
- RR: 20x/menit
- SpO2 : 99%

P. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi: SC)
2. (D.0142) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive
3. (D.0056) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
Q. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n

1 (D.0077) Kontrol Nyeri Manajemen


Nyeri - Untuk
Nyeri akut b.d (L.08063) (I.08238) mengetahui
agen Tupan: kontrol lokasi,
Observasi: karakteristik,
pencedera nyeri pasien
durasi, frekuensi,
fisik meningkat - Identifikasi kualitas dan
(prosedur Tupen: Setelah lokasi, instensitas nyeri
operasi: SC) dilakukan karakteristik, - Untuk
tindakan durasi, mengetahui skala
keperawatan 2x24 frekuensi, nyeli yang
kualitas, dan dialami pasien
jam diharapkan
intensitas nyeri - Untuk
control nyeri
- Identifikasi mengetahui
pasien meningkat skala nyeri faktor apa saja
dengan kriteria
- Identifikasi yang
hasil: faktor yang memperberat dan
- Melaporkan memperberat memperingan
nyeri cukup dan nyeri pada pasien
terkontrol meringankan - Memberikan
meningkat (4) nyeri teknik
- Kemampuan Terapeutik: nonfarmakologis
mengenali (relaksasi napas
nyeri Berikan teknik dalam) dapat
nonfarmakologis
meningkat (5) membantu
- Kemampuan untuk mengurangi mengurangi rasa
menggunakanrasa nyeri (relaksasi nyeri
teknik non-
nafas dalam) - Mengajarkan
farmakakologis teknik
meningkat (5)
Edukasi: nonfarmakologis
- Keluhan nyeri supaya pasien
cukup Ajarkan teknik dapat melakukan
menurun (4)nonfarmakologis teknik tersebut
untuk mengurangi pada saat
merasakan nyeri
rasa nyeri
- Pemberian
Kolaborasi: analgetik dapat
membantu
Kolaborasi pemberian mengurangi
tingkat nyeri
analgetik
yang dirasakan
oleh pasien
(D.0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi - Untuk
Risiko infeksi (L.14137) (I.14539) mengetahui tanda
2 b.d efek Tupan: tingkat Observasi : dan gejala infeksi
Monitor tanda dan - Untuk
prosedur infeksi pasien gejala infeksi local mempercepat
invasive menurun dan sistemik proses
Tupen: Setelah Terapeutik: penyembuhan
- Berikan luka dan
dilakukan
perawatan kulit mencegah
tindakan pada area terjadinya infeksi
keperawatan 2x24 edema - Untuk mencegah
jam diharapkan - Cuci tangan adanya infeksi
tingkat infeksi sebelum dan nosocomial
menurun dengan sesudah kontak antara pasien dan
kriteria hasil: dengan pasien perawat
dan lingkungan - Menjelaskan
- Kebersihan
pasien tanda dan gejala
tangan
Edukasi: infeksi supaya
meningkat (5)
- Jelaskan tanda pasien
- Kebersihan
dan gejala memahami
badan
infeksi tanda-tanda
meningkat (5)
- Ajarkan cuci adanya infeksi
- Nyeri menurun
tangan dengan - Mengajarkan
(5)
benar cuci tangan
- Anjurkan dengan benar
meningkatkan supaya pasien
asupan nutrisi dapat melakukan
- Anjurkan teknik cuci
meningkatkan tangan dengan
asupan cairan benar
Kolaborasi: - Mengajarkan
Kolaborasi pemberian untuk
antibiotik, jika perlu meningkatkan
asupan nutrisi
dan cairan
supaya pasien
memahami
pentingnya
nutrisi dan cairan
untuk proses
penyembuhan
luka post operasi
- Pemberian
antibiotic supaya
dapat menurkan
tingkat nyeri dan
mencegah risiko
infeksi yang
tinggi
3 (D.0056) Toleransi Manajemen Energi - Untuk
Intoleransi Aktivitas (I.05178) mengetahui
aktivitas b.d (L.05047) Observasi : gangguan fungsi
- Identifikasi tubuha yang
imobilitas Tupan: toleransi
gangguan fungsi menyebabkan
aktivitas pasien tubuh yang kelelahan
meningkat mengakibatkan
Tupen: Setelah kelelahan - Untuk
- Monitor lokasi mengetahui
dilakukan
dan lokasi yang
tindakan ketidaknyamanan kurang nyaman
keperawatan 2x24 selama selama
jam diharapkan melakukan beraktivitas
toleransi aktivitas aktivitas
meningkat dengan Terapeutik: - Untuk
kriteria hasil: - Lakukan mengetahui
pengendalian tingkat nyeri
- Kemudahan
nyeri sebelum sebelum
dalam
memulai latihan memulai latihan
melakukan
- Lakukan latihan
aktivitas
rentang gerak - Memberikan
sehari-hari
pasif atau aktif latihan rentang
meningkat (5)
Edukasi: gerak aktif atau
- Mobilitas
- Anjurkan tirah pasif agar pasien
meningkat (5)
baring perlahan-lahan
- Perasaan
- Anjurkan dalam
lemah
melakukan melakukan
menurun (5)
aktivitas secara aktivitas karena
bertahap masih
merasakan nyeri

- Untuk
memberikan
penjelasan
kepada pasien
bahwa tirah
baring perlu
dilakukan agar
tubuh tidak
merasakan kaku

- Memberikan
penjelasan
kepada pasien
untuk
beraktivitas
secara bertahap
agar nyeri tidak
semakin

R. Catatan Perkembangan
Tanggal/ No. TTd & Nama
Dx Implementasi Evaluasi
jam Terang
Kep
28/12/20 1 - Mengidentifikasi S:
Pukul lokasi, karakteristik, - pasien mengatakan masih
16.00 durasi, frekuensi, merasakan nyeri pada
kualitas dan area jahitan post operasi Salsab
WIB
intensitas nyeri sectio caesarea
- Memonitor kondisi - Pengkajian nyeri : ila
pasien P : nyeri saat bergerak
- Memberikan teknik Q: seperti tertusuk-tusuk
nonfarmakologis
R: area sekitar tempat
untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi operasi
nafas dalam) S: skala nyeri berkurang
- Memberikan terapi dari 4 ke 3
injeksi santagesic T: hilang timbul
O:
- Pasien nampak menahan
nyeri
- Pasien nampak
memegangi perut sekitar
area post operasi sectio
caesarea
- TD: 130/80 mmHg
- Suhu : 36,2oC
- Nadi : 82x/menit
- RR: 20x/menit
- SpO2 : 99%
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
(Kolaborasi pemberian
analgetik)

28/12/20 2 - Memonitor tanda S: pasien mengatakan kadang


22 Pukul dan gejala infeksi masih merasa gatal diarea
17.00 local dan sistemik luka post operasi sectio
- Memberikan Salsab
WIB caesarea
perawatan kulit pada ila
area jahitan O:

- luka tampak tidak ada pus


- panjang jahitan ±10 cm
- tidak ada kemerahan di
sekitar luka
A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
(Ajarkan cuci tangan dengan
benar)
28/12/20 3 - Memonitor keadaan S:
22 Pukul umum pasien - pasien mengatakan masih
19.00 - Memonitor lokasi takut untuk bergerak
dan sifat - pasien mengatakan dalam Salsab
WIB
ketidaknyamanan beraktivitas masih terbatas ila
selama bergerak atau karena masih merasakan
beraktivitas nyeri
- Melakukan latihan O:
rentang gerak pasif
atau aktif - keadaan umum pasien
masih lemah
- pasien tampak menahan
nyeri ketika akan bergerak
atau beraktivitas
A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
(latihan rentang gerak pasif
atau aktif)

29/12/20 1 - Mengajarkan teknik S: pasien mengatakan nyeri


22 pukul nonfarmakologis meningkat jika digunakan
21.00 untuk mengurangi untuk beraktivitas atau
rasa nyeri Salsab
WIB bergerak
- Memberikan terapi ila
injeksi santagesic O: pasien tampak kooperatif
dan anbacim A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

29/12/20 2 - Menjelaskan tanda S:


22 pukul dan gejala infeksi - pasien mengatakan sudah
21.00 - Mengajarkan teknik mengerti tentang keadaan
cuci tangan yang luka jahitan post operasi Salsab
WIB
benar sectio caesarea ila
- pasien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik
cuci tangan yang benar
O: pasien tampak kooperatif
A: masalah belum
P: lanjutkan intervensi

29/12/20 3 Menganjurkan S: pasien mengatakan sudah


22 pukul melakukan latihan mulai bisa melakukan
22.00 rentang gerak pasif dan aktivitas secara perlahan
aktif secara bertahap Salsab
WIB O: pasien tampak mulai
bangun dari tempat tidur dan ila
berlatih berjalan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

30/12/20 1 Memberikan terapi obat S:


22 Pukul santagesik 2 ml melalui - pasien mengatakan nyeri
16.00 IV, anbacim melalui IV sudah berkurang
WIB Pengkajian nyeri : Salsab
P : nyeri saat bergerak ila
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: area sekitar tempat
operasi
S: skala nyeri berkurang
dari 3 ke 2
T: hilang timbul
O:
- Pasien nampak tenang
- TD: 120/80 mmHg
- Suhu : 36,4oC
- Nadi : 82x/menit
- RR: 20x/menit
- SpO2 : 99%
A: Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

30/12/20 2 Memonitor keadaan S: pasien mengatakan balutan


22 Pukul luka jahitan post operasi bekas luka post operasi sectio
17.00 sectio caesarea caesarea sudah bersih
WIB O: luka post operasi sectio Salsab
caesarea tampak bersih dan ila
tidak kemerahan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

30/12/20 3 Menganjurkan pasien S: pasien mengatakan sudah


22 Pukul untuk melakukan mulai bisa melakukan
17.30 aktivitas secara bertahap aktivitas secara perlahan
WIB O: pasien tampak mulai Salsab
berlatih berjalan ila
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

S. Discharge Planning
Dx Kep Discharge Planning

Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)
(prosedur operasi: SC) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
(D.0077) 2. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Risiko infeksi b.d efek prosedur Edukasi Pencegahan Infeksi (I.12406)
invasive 1. Periksa kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
(D.0142) 2. Siapkan materi, media tentang faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi dan pencegahan
risiko infeksi di rumah sakit maupun dirumah
3. Ajarkan cara mencuci tangan benar sebelum
atau sesudah melakukan kegiatan
4. Ajarkan cara memeriksa tanda tanda infeksi
Intoleransi aktivitas b.d imobilitas Edukasi Mobilisasi (I. 12394)
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(D.0056) menerima informasi
2. Monitor kemajuan pasien/keluarga dalam
melakukan mobilisasi
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan
mobilisiasi (rentang gerak)

Anda mungkin juga menyukai