Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN


PENATALAKSANAAN SENAM HIPERTENSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Stase Peminatan


Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
NASRUDIN
NIM : 21317086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
YATSI TANGERANG
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa


untuk dipresentasikan pada Stase Peminatan Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YATSI
Tangerang

Tangerang, 21 Juni 2022


Menyetujui

Pembimbing

Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Mengetahui

Kaprodi Keperawatan
Ttd & stempel

Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN SENAM
HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Nasrudin
NIM. 21317086

Telah dipertahankan di hadapan Penguji


Tangerang, 21 Juni 2022

Menyetujui

 Penguji 1 Penguji 2

Ns. Alfika Safitri, S.Kep., M.Kep Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
 

Mengetahui,
Kaprodi Keperawatan

Ns. Febi Ratnasari., S.Kep., M.Kep

ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN
SENAM HIPERTENSI

OLEH:
NASRUDIN
Program Profesi Ners
Stikes Yatsi . Jl Arya Santika , No 42 Tangeran Banten

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi bahwa jumlah lansia di dunia mengalami peningkatan dengan
jumlah 1.161.364 jiwa, dimana lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu.
Perubahan-perubahan fisologis maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan baik
fisik maupun psikologis. Salah satunya penyakit hipertensi, Hipertensi merupakan salah satu
penyakit degenerative yang banyak dijumpai di masyarakat dan sering muncul tanpa gejala.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmokologis dan nonfarmakologi. Senam
hipertensi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien hipertensi.
Tujuan karya tulis ini yaitu untuk mengetahui, memahami serta dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan kardiovaskuler dengan hipertensi yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Metode karya tulis ini
adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. dilaksanakan di rumah pasien yang
berada di daerah Rajeg Tangerang. Hasil dari karya tulis ini menunjukan penurunan tekanan darah
pada pasien yang mendapatkan terapi senam hipertensi. Kesimpulan dari asuhan keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien adalah masalah teratasi setelah mendapatan perawatan dihari ke empat
sebagian. Rekomendasi dalam karya tulis ini yaitu menjaga hidup sehat dengan senam hipertensi
yang teratur dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Hipertensi, senam hipertensi.

iii
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT Tuhan semesta alam atas karunia dan
nikmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan gangguan system kardiovaskuler
hipertensi” karyatulis ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai
gelar Ners Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten. Dengan mengucapakan Solawat dan salam
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Terima kasih yang sebesar-besar kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini. Sembah sujud atas penghargaan
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua ku yang tercinta Ayahanda Burak dan
Ibunda Nasiyah untuk doa dan bimbingan, semangat dan bantuan moril atau
materilnya.
Penulis juga menyadari sepenuhnya selama mengikuti perkuliahan di
Universitas sampai penyelesaian karya tulis Dengan demikian penulis
menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah berjasa khususnya kepada :
1. Dr. Ida Faridah, S. Kp. M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten
2. Ibu Ns. Feby Ratnasari selaku Kaprodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
3. Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Dosen Pembimbing peneliti
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
4. Ns. Alfika Safitri, S.Kep., M.Kep, selaku Penguji, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
5. Bapak dan Ibu dosen program studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten yang telah berjasa memberikan
bekal pengetahuan untuk memperkaya dan mempertajamnya.

iv
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis, mungkin saja dalam penulisan
karya tulis ini terdapat kesalahan yang penulis tidak menyadarinya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menerima umpan balik, baik
umpan balik yang membangun maupun kritik untuk perbaikan skripsi ini.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang 21 Juni 2022


Penulis,

Nasrudin

v
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ……………………………………………………………...i

Lembar Pengesahan……………………………………………………………….ii

Abstract ………………………………………………………………….……… iii

Kata Pengantar…………………………………………………………...……….iv

Daftar Isi ………………………………………………………………………....vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..…3
C. Tujuan ……………………………………………………………………..3
D. Manfaat ...……………………………………………………………...…3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Pengertian Lasia ……………………………………………………...5
2. Karakteristik Lansia …..………………………………………………5
3. Klasifikasi Lasia …..…………………………………………………..5
4. Perubahan Yang Dihadapi Lansia ..…………………………………...6
B. Tekanan Darah ( Hipertensi )
1. Pengertian Hipertensi ………………………………………………..8
2. Klasifikasi Dan Etiologi Hipertensi ……………………………...…..9
3. Patofisiologi Hipertensi …………………………………………..…11
4. Tanda dan Gejala. …………………………………………………...11
5. Penatalaksanaan …………………………………………………..…12

vi
C. Senam Hipertensi
1. Pengertian Senam Hipertensi …………………………………….….12
2. Manfaat Senam Hipertensi …………………………………………..13
3. Lamanya Senam Hipertensi……………………………...…...……...14
4. Tehnik dan Cara Senam..…………………………………………… 14

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ……………………………………………………….……19
2. Diagnosa Keperawatan...………………………………………………25
3. Perencanaan ………………………………………………………..…26
4. Pelaksanaan .…………………………………………………….……27
5. EvaluasiI …………………………………………………………...….27

BAB III TINJAUAN KASUS


1. Pengkajian ..……………………………………………………………...28
2. Analisa Data .…………………………………………………………….29
3. Diagnosa Keperawatan .…………………………………………….…..30
4. Intervensi Keperawatan ..………………………………………………..31
5. Evaluasi ..……………………………………………………..………….32

BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian ………………………………………………………………36
2. Diagnose .. ……………………………………………………… ……....36
3. Intervensi .. ……………………………………………………….…… 37
4. Implementasi dan evaluasi ..…………………………………………….38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan ………………………………………………………………41
2. Saran…………………………………………………………………… . 41
Daftar Pustaka .. ………………………………………………………………….43
Lampiran ...……………………………………………………………………….45

vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Perubahan-perubahan fisologis maupun psikososial, akan
berpotensi pada masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis..Proses menua
setiap individu tidaklah berlangsung cepat dan bersamaan, menua bukanlah
penyakit tetapi proses dimana berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Arita Murwani, 2022.).
Berdasarkan United Nations, (2019) menyatakan bahwa jumlah lansia di dunia
mengalami peningkatan dengan jumlah 1.161.364 jiwa lansia yang terdiri
jumlah usia lansia dengan 60-64 tahun ada 13.2% lansia, usia 65-84 berjumlah
9.1% lansia dan usia >80 tahun berjumlah 1.9% jiwa lansia.
Populasi lansia di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Boyolali (BPS)
tahun, (2019) menyatakan bahwa lansia berjumlah 9.60% atau sekitar 25.66 juta
lansia, dengan lansia laki – laki 47.65% dan lansia perempuan 52.35%.
Berdasarkan perkelompokan di usia lansia muda dari usia 60 – 69 tahun
berjumlah 63.82%, lansia madya dengan usia 70 – 79 tahun berjumlah 27.68%
dan lansia tua dengan usia >80 tahun berjumlah 8.50%. Tahun ini mengalami
peningkatan dari tahun 2018 yang jumlahnya 9.27% atau 24.49 juta lansia.
Prevalensi lansia tertinggi tahun 2019 menempati wilayah DIY Yogyakarta
dengan jumlah 14.50% lansia untuk wilayah kedua terdapat di Jawa Tengah
dengan jumlah 13.36% lansia dan selanjutnya terdapat di wilayah Jawa Timur
yaitu dengan jumlah 12.96% lansia. dan menurut BPS Susenas (2019,) di Jawa
Tengah jumlah populasi lansia berjumlah 13.36% jiwa, untuk lansia laki – laki
sebanyak 2.102.255 jiwa dan lansia perempuan sebanyak 2.390.185 jiwa.
Berdasarkan BPS, (2018) jumlah lansia sebanyak 143,443 jiwa dengan jumlah
laki – laki 70,212 jiwa sedangkan lansia perempuan sebanyak 73,23 jiwa.
2

Data (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, n.d.) menurut World


Health Organization (WHO) tahun, 2015 menyatakan sekitar 1,13 miliar di
dunia menyandang hipertensi, yang berarti 1 dari 3 jiwa di dunia terdiagnosis
hipertensi. WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat
setiap tahunnya 9,4 juta jiwa meninggal karena hipertensi beserta
komplikasinya. Pada tahun 2025 yang akan datang sekitar 1,5 miliar jiwa
terkena hipertensi. Sedangkan Riskesdas (2018.) menunjukkan penderita
hipertensi di Indonesia diusia ≥18 tahun dengan jumlah 34.11% jiwa. Jawa
tengah sendiri yang dinyatakan oleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah, (2018)
penderita hipertensi yang berusia ≥15 tahun tercatat sebanyak 1.377.356 jiwa
atau 15,14% penderita hipertensi. Data Kabupaten maupun kota di Jawa tengah
tertinggi hipertensi terdapat di Wilayah Batang dengan jumlah penderita
hipertensi 18,86% untuk tertinggi kedua terdapat di Wilayah Boyolali dengan
jumlah penderita 15,07% dan selanjutnya di Kota Surakarta dengan jumlah
12,25% (Dinkes Jawa Tengah, 2018).
Hipertensi sering terjadi pada siapapun khususnya pada lansia, mereka
belum mengetahui secara pasti penyebab maupun pengobatannya. Lansia selalu
mengabaikan hipertensi tersebut hal itu yang akan menyebabkan kerusakan
organ pada tubuh seperti jantung dan otak. Cara mencegah agar tidak hipertensi
yaitu dengan terapi farmakologi dengan cara pengobatan dari mulai dosis
rendah, penggunaan kombinasi obat yang tepat, merubah obat ke jenis yang
berbeda jika didapati respon obat tersebut rendah. Pengobatan yang kedua
dengan terapi non farmakologi yaitu membatasi asupan garam, memodifikasi
diet atau nutrisi, penurunan berat badan jika terjadi obesitas, dan olahraga rutin.
Hasil dari penulisan literature review Menurut Upriyani dan Priyanti (2018),
senam hipertensi mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hiperensi
apabila penderita hipertensi mau melakukannya secara teratur 40 Menit dengan
waktu 3 kali dalam 1 minggu. Senam hipertensi berpengaruh dalam
menurunkan tekanan darah dan dapat dilakukan sebagai terapi non farmakologi
dengan biaya yang murah dan juga dapat di lakukan di rumah.
3

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menerapkan pengetahuan


dan menerapakan senam hipertensi pada lansia dengan gangguan system
kardiovaksuler dengan hipertyensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang didapat bahwa pada lasia ini mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang kurang terhadap penyakit hipertensi,serta
cara bagaimana hidup sehat dan manjaga Kesehatannya, hal ini menarik untuk
penulis mengambil kasus keperawatan dengan “asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan system kardiovaskuler hipertensi dengan penatalaksanaan
senam hipertensi”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada lansia dengan senam
hipertensi pada gangguan kardiovaskuler hipertensi
2. Tujuan khusus
1) Mengkaji pasien lansia dengan hipertensi
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan hipertensi
3) Merencanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi
4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi
dengan terapi senam hipertensi
5) Mengevaluasi terapi senam hipertensi pada pasien lansia hipertensi
6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan terapi senam
hipertensi pada lansia dengan hipertensi
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi salah satu sumber data bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian khususnya mahasiswa jurusan keperawatan yang
berhubungan dengan gambaran asuhan keperawatan senam hipertensi pada
pasien lansia dengan hipertensi.
4

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perkembangan Iptek Keperawatan
Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan khususnya
pada pengembangan perawatan lansia dalam meningkatkan mutu dan
kualitas asuhan keperawatan dengan pemberian senam hipertensi pada
pasien lansia dengan hipertensi.
b. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dan informasi bagi perawat tentang asuhan
keperawatan dengan senam hipertensi pada pasien lansia dengan
hipertensi ,Selain itu perawat diharapkan dapat menjadi salah satu cara
perawat dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi
Pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Pengertian lansia
Menurut UU no 13 tentang Kesehatan: Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas (RI, 2017).
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun (Michael, 2021).
2. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam, 2011) Lansia memiliki kerakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spritural, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi mal adaptif.
3. Klasifikasi lansia
Menurut WHO (2016) klasifikasi lansia di golongkan menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan atau middleage yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun
2. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun
4. Lanjut usia tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90
tahun
6

4. Perubahan yang dihadapi lansia


a. perubahan fisik menurut (Ryan Reinardi Wijaya, 2021)
1) Penuaan kulit
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat berkurangnya
produksi kolagen. Kolagen adalah salah satu protein yang berfungsi
untuk menjaga kekenyalan kulit. Kelenjar keringat di kulit juga
dapat berkurang, menyebabkan seorang lansia lebih rentan
mengalami kulit kering
2) Fungsi jantung dan pembuluh darah
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan pembuluh darah, yang
turut memengaruhi fungsinya. Pembuluh darah arteri akan menebal
dan menjadi keras karena proses aterosklerosis. Selain itu, katup
jantung juga dapat menjadi lebih kaku. Hal ini dapat menyebabkan
daya tahan jantung berkurang saat berolahraga maupun beraktivitas.
3) Sistem pernapasan
Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang
seiring bertambahnya usia. Akibatnya, kapasitas paru dan jumlah
oksigen maksimal yang dapat dihirup akan berkurang. Demikian
pula refleks batuk yang semakin berkurang.
4) Sistem pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang
lebih sedikit. Akibatnya, tubuh lansia akan rentan terhadap infeksi
dari makanan.Sedangkan pada lidah, pengecap rasa akan bekurang
jumlahnya sehingga makanan terasa lebih hambar. Usus juga
bergerak lebih pelan sehingga Anda memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencerna makanan.
5) Fungsi ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal akan berubah. Proses
aterosklerosis juga dapat menyerang ginjal, menyebabkan
menurunnya fungsi ginjal.
7

6) Tulang dan sendi


Tulang akan mulai kehilangan strukturnya, yang mana dapat
menyebabkan osteoporosis jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan. Sendi juga mengalami penipisan dan sering meradang.
Akibatnya dapat timbul nyeri yang mengganggu pada tulang
maupun sendi.
7) Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya, mata akan sulit
melihat pada kondisi remang-remang. Kemampuan akomodasi juga
akan berkurang, sehingga lansia umumnya memerlukan bantuan
kacamata ganda untuk melihat dengan fokus. Ketajaman
penglihatan, kepekaan warna, dan persepsi kedalaman juga
berkurang.
8) Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem pendengaran di usia tua.
Mulai dari berkurangnya saraf pendengaran hingga melemahnya
struktur telinga. Pada lansia, gejala yang paling mudah dirasakan
adalah hilangnya pendengaran pada nada tinggi serta kesulitan
membedakan nada bicara.
9) System imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun (kekebalan tubuh)
akan menyebabkan lansia mudah mengalami infeksi. Selain itu,
ketika sedang terserang penyakit pun tubuh lansia pun jadi lebih sulit
untuk mempertahankan dan memulihkan diri. Maka, penting bagi
lansia untuk rutin cek kesehatan dan segera periksa ke dokter setiap
kali memiliki keluhan atau gejala penyakit apa pun.
10) Sistem syaraf
Sistem saraf dan otak juga akan mengalami perubahan. Kemampuan
intelektual, kecepatan belajar, dan psikomotor juga akan berkurang
seiring bertambahnya usia. Lansia juga akan mengalami perubahan
8

pola tidur, membutuhkan waktu tidur yang lebih sedikit tapi lebih
sering.

11) Sistem hormon


Sistem endokrin (hormon) juga akan mengalami perubahan. Hormon
seks akan berkurang (esterogen maupun testoteron). Hormon lainnya
bisa saja meningkat, berkurang, atau pun tidak terpengaruh faktor
usia. Proses penuaan juga secara tidak langsung memengaruhi risiko
peningkatan resistensi hormon, misalnya insulin. Secara umum juga
seorang lansia akan mengalami penurunan tinggi badan dikarenakan
kompresi tulang belakang dan perubahan postur tubuh. Lemak tubuh
akan semakin meningkat sementara massa otot berkurang. Demikian
pula total cairan tubuh yang umumnya berkurang.
b. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas, lingkungan, tingkat
kecerdasan, dan kenangan (memori) kemampuan belajar pada lansia
masih ada tetapi relative menurun (Maryam, 2011).
c. Perubahan psikososial
Pada masa pensiun lansia akan kehilangan sumber financial, kehilangan
status, relasi, dan pekerjaan dan merasakan atau kesadaran akan
kematian. Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam,
2011).

B. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


1. Pengertian hipertensi
Tekanan darah merupakan keadaan yang menggambarkan situasi
hemodinamika seseorang saat itu. Hemodinamika merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau
9

pertukaran zat di jaringan tubuh (Muttaqin, 2012). Tekanan puncak terjadi


saat ventrikel berkontraksi disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan
terendah yang terjadi saat jantung beristirahat disebut tekanan diastolic.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolic dengan nilai normalnya berkisar dari 100/60
mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 mmHg (Smeltzer, 2013).
Tekanan darah tinggi atau sering disebut hipertensi merupakan suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus menerus lebih dari satu periode yang dapat terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi, sehingga membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Manurung, 2016).
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg (Padila, 2013). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥190/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Manurung, 2016).

2. Klasifikasi dan Etiologi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi yang dinyatakan oleh WHO dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi AHA Whelton PK, et al.2017 High Pressure
Clinical Practice Guideline
BP Categoory SBP  DBPc
( mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Elevated 120-129 < 80
Hipertension
Stage 1 130-139 80-89
Stage 2 ≥ 140 ≥ 90
10

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi dua golongan, yakni


sebagai berikut :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial, yakni :
1) Genetik
Faktor keturunan merupakan faktor yang paling berperan dalam
terjadinya hipertensi esensial (Smeltzer, 2013). Individu yang memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi berisiko tinggi untuk mengalami
hipertensi (Udjianti, 2010).
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko
tinggi untuk mengalami hipertensi (Manurung, 2016).
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi (Manurung, 2016).
4) Berat badan
Obesitas (> 25% diatas berat badan ideal) dikatitkan dengan
berkembangnya hipertensi (Manurung, 2016).
5) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila
gaya hidup menetap .
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit
11

ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi


sekunder antara lain penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,
neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatri), kehamilan,
peningkatan volume intravascular, luka bakar, dan stress

3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noropineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan
renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler . (Aspiani, 2014).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi


12

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak


sama pada tiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum,
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut
(Aspiani, 2014):
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling dan ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging

5. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg (Muttaqin, 2014). Penatalaksanaan
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yakni secara farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi atau obat-obatan mulai diberikan apabila
penderita hipertensi memiliki risiko tinggi dan perubahan gaya hidup tidak
memadai dalam menurunkan tekanan darah (Smeltzer, 2013).
Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi sangat dianjurkan.
Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan non farmakologi dapat
mengurangi hipertensi yakni dengan teknik-teknik yang dapat mengurangi
stress, penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau,
olahraga atau latihan, relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan pada setiap terapi antihipertensi (Muttaqin, 2012).

C. Pengertian senam hipertensi


Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan
rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Totok 2017).
Berdasarkan penelitian (Siswati et al., 2021). dari Sampel penelitian
sejumlah 30 responden dengan kriteria hipertensi derajat 1 hipertensi derajat 2.
13

Teknik sampling menggunakan total sampling. Data tekanan darah diperoleh


melalui pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi digital. Hasil:
Tekanan darah sebelum intervensi 70% hipertensi derajat 1 dan 30% hipertensi
derajat 2. Data ini mengalami penurunan setelah dilakukan intervensi dengan
sebaran data 26,7 pre hipertensi, 53,3% hipertensi derajat 1, dan 20%
hipertensi derajat 2. Uji statistik Wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai
signifikan (p) = 0,000. Kesimpulan: senam hipertensi yang dilakukan secara
rutin dan sungguh- sungguh dapat berdampak positif terhadap kestabilan
tekanan darah
.
1. Manfaat senam hipertensi
Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta
membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk
menguatkan dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya seperti :
pinggang, paha, pinggul, perut dan lain lain. Meningkatkan kelenturan,
keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan
kegiatan-kegiatan dan olahraga lainnya.
Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung
bekerja secara optimal, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan
energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat
meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan volume sekuncup
yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan
tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan
terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan aktivitas
pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis
menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun,
volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena menurunan ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer
total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah..

2. Lamanya Senam Hipertensi


14

Senam hipertensi merupakan aktifitas fisik yang dilakukan berupa gerakan


senam khusus penderita hipertensi yang dilakukan dalam periode 20-30
menit dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu. Apabila dilakukan secara
rutin dan sungguh- sungguh dapat berdampak positif terhadap kestabilan
tekanan darah.(Siswati et al., 2021).

3. Teknik dan Cara Senam


a. Persiapan
1. Persiapan pasien
a. Pasien diberitahukan Tindakan senam hipertensi
b. Posisikan pasien untuk berdiri
2. Persiapan lingkungan
a. Ruangan yang tenang dan konduksi
b. Ruangan cukup dan luas
b. Pelaksanaan
1. Gerakan pemanasan
a) Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.

gambar, senam hipertyensi Gerakan pemanasan


15

b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala


dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan
8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

gambar, senam hipertyensi Gerakan pemanasan


2. Gerakan inti
a) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua
tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan
dan hindari hentakan.
16

b) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka


selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan
semampunya sambil mengatur nafas.

c) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.


Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan.
Tahan 8-10 menit hitungan lalu ganti dengan sisi lainya.
17

d) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal


dan kedua tangan diangkat keatas. Lalukan bergantian secara
perlahan dan semampunya.

e) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang


kesamping. Kedua tangan dengan jemari mengepal kearah yang
berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.

f) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut dipinggang. Tangan sisiyang lain lurus
kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan
lakukan semampunya
18

3. Gerakan pendinginan
a) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan lainya. Hitunglah 8-10 kali dan lakukan pada
sisi lainya

b) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan kesamping dengan


gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 menit hitungan lalu arahkan
tangan ke sisi lainya dan tahan dengan hitungan yang sama.
19

c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti senam hipertensi
b) Memberi pujian atas keberhasilan pasien
2) Rencana tindak lanjut
Mengajarkan pasien melaksanakan senam hipertensi minimal 30 menit
dan melakukan seminggu 3 kali.

D. Asuhan Keperawatan dengan pada Hipertensi


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pengumpulan data secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat
ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat
ini dan waktu sebelumnya (Carpenito , 2013). Pengkajian nyeri yang factual
dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, menegakkan diagnosis
keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi keperawatan yang cocok, dan
mengevaluasirespons klien terhadap terapi. Keuntungan pengkajian nyeri
bagi klien adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai suatu yang
nyata, dapat diukur, dan dapat dijelaskan serta digunakan untuk
mengevaluasi perawatan (Andarmoyo, 2013).
Tenaga kesehatan diharapkan menerapkan langkah-langkah yang
strategis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan perawat dalam pengkajian nyeri
antara lain:
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam memulai pengkajian terhadap nyeri pada klien, hal terpenting
yang perlu diperhatikan oleh perawat ialah penentuan ada tidaknya nyeri
pada klien. Perawat harus memercayai ketika pasien melaporkan adanya
ketidaknyamanan (nyeri) walaupun dalam observasi perawat tidak
ditemukannya cedera atau luka.
20

b. Faktor-faktor yang menyebabkan atau memengaruhi nyeri


Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yang bisa dikaji oleh perawat
ialah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri , perhatian, ansietas,
keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga
dan sosial.
c. Pengalaman nyeri
Pengalaman nyeri merupakan hal terpenting juga yang perlu
diperhatikan oleh perawat adalah pengalaman nyeri yang dialami oleh
klien. Hal ini akan sangat membantu bagi perawat untuk mengetahui
pada fase apa nyeri yang dirasakan oleh klien, dan apakah klien
mengetahui nyeri yang dialami. Fase tersebut antara lain fase
antisipatori, fase sensasi, dan fase akibat (aftermath).
d. Karakteristik nyeri
Untuk membantu pasien dalam mengutarakan masalah/ keluhannya
secara lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan oleh perawat untuk
mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis
symptom (Tabel 2). komponen pengkajian analisis symptom meliputi
(PQRST) :
1) P(Paliatif/Provocatif)   : yang menyebabkan timbulnya
masalah
:kualitas dan kuantitas nyeri yang
2) Q (Quality dan Quantity) 
dirasakan

3) R (Region)      : lokasi nyeri

4) S (Severity)      : keparahan

5) T (Timing)      : waktu
21

Tabel 2
Komponen Pengkajian Analisis Symptom Meliputi PQRST

Paliatif Quantity & Region Severity Timing


Quality
Provokatif atau Kualitas dan Regional/area Skala Timing atau
paliatif kuantitas terpapar atau keparahan waktu
radiasi
Sebab timbulnya Bagaimana dan Lokasi gejala Seberapa Kapan gejala
gejala dan apa saja sejauh mana gejala nyeri yang keparahan mulai timbul,
yang dapat (nyeri) dirasakan. dirasakan dirasakan Seberapa
mengurangi dan (menyebar atau (nyeri dengan sering
memperberatnya. tidak) skala berapa? gejala terasa
(1-10)
22

Kejadian awal yang Kualitas: Area: Dimana Nyeri yang Onset:


dilakukan sewaktu Bagaimana gejala gejala (nyeri) dirasakan waktu gejala
gejala (nyeri) (nyeri) dirasakan. dirasakan. pada skala terjadi dan
pertama Kuantitas: Radiasi/ area berapa? seberapa lama
kali dirasakan.Hal Sejauhmana gejala terpapar: Apakah ringan, dirasakan
yang menyebabkan (nyeri) dirasakan Apakah nyeri sedang, berat, Jenis:
nyeriseperti Posisi sekarang. Sangat merambat pada atau tak Tiba-tiba atau
atauaktivitas dirasakan. punggung atau tertahankan bertahap
tertentu yang   lengan dan (1-10) Frekuensi:
menghilangkan dan pada leher atau   Setiap jam
memperburuk gejala kaki.   atau sepanjang
nyeri.     hari.
    Mengganggu
  aktivitas tidur

Sumber: Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.


yogyakarta: Graha Ilmu.
Selain menggunakan pendekatan analisis symptom tersebut, perawat juga dapat
melakukan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan pendekatan sebagai
berikut (Andarmoyo, 2013).
a) Awitan atau durasi
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Hal-hal yang perlu ditanyakan ialah kapan nyeri mulai
dirasakan, sudah berapa lama nyeri mulai dirasakan, apakah yeri yang
dirasakan terjadi pada waktu yang sama pada setiap hari, seberapa sering
nyeri kembali kambuh.
b) Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan
lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dan
23

titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difus,
meliputi beberapa tempat, atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
c) Keparahan
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang, atau berat. Penilaian intensitas nyeri
dapat dilakukan dengan menggunakan skala numeric, skala deskriptif dan
skala analog visual. Sementara pengukuran intensitas nyeri pada anak dapat
menggunakan skala oucher.
d) Kualitas
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah apakah nyeri yang dirasakan
klien sebagai sensai remuk (crushing), berdenyut (throbbing), tajam, atau
tumpul, menusuk (pricking), terbakar, perih, berpindah-pindah, dan
sebagainya.
e) Pola nyeri
Dalam hal ini perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang
menyebabkan nyeri. Apakah nyeri terjadi setelah melakukan gerakan fisik,
minum kopi, atau berkemih. Perawat juga meminta klien
mendemonstrasikan aktivitas yang menimbulkan respons nyeri, misalnya
batuk atau membalikkan tubuh dengan cara tertentu.
f) Tindakan untuk menghilangkan nyeri
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah upaya-upaya yang dilakukan pasien
untuk mengurangi nyeri. Apakah dengan mengubah posisi, melakukan
tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok) makan, meditasi,
atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin dan kompres
hangat. Hal ini penting untuk diketahui perawat adalah apakah memang
tindakan atau upaya yang sudah dilakukan pasien dibenarkan atau tidak
dibenarkan. Aspek terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah
selama upaya yang dilakukan pasien tidak menimbulkan masalah baru pada
klien maka tindakan-tindakan yang sudah dilakukan bisa dilanjutkan dengan
modifikasi tambahan dan pemantauan dari perawat.
24

g) Gejala penyerta
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah gejala-gejala penyerta yang
sering kali menyertai nyeri. Apakah mual, nyeri kepala, pusing, keinginan
untuk miksi, konstipasi, dan gelisah.
h) Responden dan efek nyeri (fisiologis, perilaku, dan pengaruhnya terhadap
aktivitas sehari-hari)
Respons fisiologis pada klien dengan nyeri bisa meliputi respons stimulasi
simpatik seperti dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan pernapasan,
peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer (pucat,
peningkatan tekanan darah), peningkatan kadar glukosa darah, diaphoresis,
peningkatan ketegangan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas usus.
Sementara respons stimulasi parasimpatik meliputi pucat, ketegangan otot,
penurunan denyut jantung dan tekanan darah, pernapasan yang cepat dan
tidak teratur, mual dan muntah, dan kelemahan atau kelelahan.
Respons perilaku pada klien dengan nyeri bisa beragam dan sangat
tergantung dengan paparan dan toleransi klien terhadap nyerinya. Perilaku
efek nyeri pada klien meliputi vokalisasi (mengaduh, menagis, sesak napas,
mendengkur), ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka
mata atau mulut dengan lebar, menggigit bibir), gerakan tubuh (gelisah,
imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, aktivitas
melangkah yang tanggal ketika berlari atau berjalan, gerakan ritmik atau
gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh), dan interaksi sosial
(menghindari percakapan, focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan
nyeri, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian).
Pasien yang mengalami nyeri, biasanya akan mempunyai efek terhadap
aktivitas sehari-hari yang ia jalankan. Dalam hal ini perawat perlu
menanyakan beberapa hal, seperti bagaimana kemampuan klien dalam
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, apakah bisa dijalankan secara
mandiri atau memerlukan bantuan, bagaimana kemampuan klien dalam
melakukan hygiene normal (seperti mandi, berpakaian, mencuci rambut,
25

dsb), bagaimana kemampuan untuk mempertahankan hubungan seksual


yang normal, bagaimana kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan.
i) Persepsi terhadap nyeri
Perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana anggapan
klien terhadap masalah yang dihadapinya saat ini, dan bagaimana klien
menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal
lain dalam diri atau lingkungan di sekitarnya.
j) Mekanisme adaptasi terhadap nyeri
Masing-masing individu memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi dan
beradaptasi dengan nyeri yang ia rasakan. Perawat dalam hal ini perlu
mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien lakukan dalam menurunkan
nyeri yang dialami. Selain itu, perlu ditanyakan bagaimana keefektifan cara
tersebut digunakan klien saat menjalani perawatan. Apabila cara tersebut
bisa digunakan, perawat bisa memasukkan dalam rencana tindakan
keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial yang bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan dalam masalah ini ialah nyeri akut.
Nyeri akut merupakan keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa nyeri atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan
atau kurang (Carpenito, 2013).

Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut

Nyeri Akut Kategori : psikologis Subkategori : Nyeri dan kenyamanan


Definisi
26

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.

Penyebab
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
- Mengeluh nyeri - Tampak meringis
- Bersikap protetif (mis
waspada, posisi mengindari
nyeri )
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
- Tidak tersedia - Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan menurun
- Proses berpikir tergangu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- diatoresis

• Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)


• Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
• Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah ditegakkannya
diagnosa keperawatan (Andarmoyo, 2013). Pada langkah ini, perawat
menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. Perencanaan yang diberikan pada
penelitian ini yaitu pemberian terapi tehnik napas dalam untuk mengatasi
nyeri akut pada keluarga hipertensi. Menurut Nurarif & Kusuma (2015),
27

perencanaan pada keluarga hipertensi dengan nyeri akut adalah sebagai


berikut :

a. Tujuan berdasarkan Nursing Outcome Classification (NOC)


1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level
Dengan kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
4) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
b. Perencanaan berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC)
Pain Management :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan.
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri non farmakologi.
5. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
28

(Andarmoyo, 2013). Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi


adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah
direncanakan pada tahapan sebelumnya, yakni tindakan non farmakologi
pemberian tehnik napas dalam. Dan senam hipertensi untuk mengontrok
hipertensinya

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Andarmoyo,
2013). Evaluasi dari pemberian senam hipertensi untuk mengontrol
hipertensinya dan terapi tehnik napas dalam yakni pasien dan keluarga
mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
Dan control hipertensi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan


pada pasien dengan Penyakit Hipertensi, maka penulis menyajikan suatu kasus
yang penulis amati mulai tanggal 09 Juni 2022 sampai 14 Juni 2022 dengan data
pengkajian pada tanggal 09 Juni 2022 pukul 19.00 Anamnesa diperoleh dari klien
dan keluarga sebagai berikut :
1. Pengkajian
Identitas , pasien bernama Ny J ,Jenis kelamin perempuan ,berusia 67
tahun, suku sunda, agama islam, status janda, pemdidikan tidak sedolah,
pekerjaan ibu rumah tangga , alamat rumah Kp Daon Rt 05 Rw 05, Rajeg,
Tangerang.
Riwayat Kesehatan : pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit
yang serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit, Cuma sakit sakit
bisa seperti pusing, batuk pilek, demam,dan sakit lambung, akan tetapi saat ini
pasien mangatakan pusing dan terasa lemas dari pengkajian nyeri didapat P:
Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah saat beraktivitas Q: Klien
mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, R: klien mengatakan nyeri pada
kepalanya S: Skala nyeri 6T: Nyeri hilang timbul , sedangkan dalam keluarga
pasien tidak mengetahui apakah dari keluarga ada yang mempunyai penyakit
bhipertensi atau tidak.
Pemeriksaan fisik : kedaan umum baik, kesadaran Composmentis, TTV:
TD 174/84 mmHg , Nadi 109 x / menit, suhu 36 C, pernapasan 20 x/menit ,
Tinggi badan 150 cm, dan Berat badan 61 kg. sedangkan dalam pemeriksaan
khusus dari kepala leher dada/thorak abdomen dan musculoskeletal tidak
ditemukan masalah.
30

2. Analisa Data
DATA PROBLEM
DS : Nyeri akut
Klien mengatakan jika tekanan darah sedang
tinggi, nyeri kepala dan lemas.
P : Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah
saat beraktivitas
Q : Klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-
tusuk,
R : klien mengatakan nyeri pada kepalanya
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
Klien mengatakan bila sakit kepala minum
panadol 1 tab nyeri hilang dalam waktu 20 menit.
DO :
Klien tampak memegang kepala dan menahan
nyeri saat 
Tekanan darah : 174/84 mmHg
Nadi : 109x/m
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,6 C

DS : Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakitnya karena sudah tua, tidak efektif
tidak pantang makanan, minum obat akalau terasa
sakit saja
DO :
Pasien tidak teratur minum obat, terlihat obat yang
ada masih banyak,
Pasiem makan apa aja,tidak ada pantang
31

3. Diagnosa keperawatan
Dari hasil data yang ada maka didapat 2 diagnosa yaitu : Nyeri akut dan
Manajemen Kesehatan tidak efektif
4. Intervensi keperawatan
NO TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA INTERVENSI
DX HASIL
1. Tujuan: Manajemen nyeri:
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 2 x 24 jam - Identifikasi lokasi,karakteristik,
klien dapat mengontrol nyeri durasi,frekuensi,kualitas , dan
Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
- Klien dapat mengenali nyeri - Identifikasi skala nyeri
(skala, intensitas, frekuensi, dan - Identifikasi respon non verbal
tanda nyeri) - Identifikasi factor yang memperberat
- Klien mampu mengontrol nyeri dan memperingan nyeri terapeutik
(tahu penyebab nyeri, mampu - Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
menggunakan teknik non mengurangi nyeri
farmakologi untunk mengurangi - Control longkungan yang
nyeri kepala memperberat rasa nyeri
- Klien dapat mengungkapkan - Fasilitasi istirahat dan tidur
bahwa nyeri kepala berkurang
dengan menggunakan Kolaborasi :
manajemen nyeri - Kolabaroasi pemberian analgetic jika
- Klien dapat menyatakan rasa perlu
nyaman setelah nyeri kepala - Beri obat amlodipine
berkurang
- Klien dapat menggunakan
analgetik dengan tepat
DX Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
2 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
manjemen kesehatan meningkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Dengan kriteria hasil: menerima informasi
- Melakukan Tindakan untuk Terapeutik
mengurangi faktor resiko - Sediakan materi dan media
meningkat Pendidikan Kesehatan
- Menerapakn program perawatan - Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan
- Aktrivitas hidup sehari hari - Berikan kemampuan untuk bertanya
efektif memenuhi tujuan Edukasi
kesehatan - Jelaskan faktor resiko yang dapat
32

- Verbalisasi kesulitan dalam mempengaruhi Kesehatan


menjalani program perawatan - Ajarkan prilaku bersih dan sehat
menurun

5. Implementasi dan evalusi


Dx/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf
hari/tgl/
jam
1 - Mengkaji nyeri secara komprehensif
Jumat (lokasi, karakteristik, skala, durasi, S:
10/06/22 frekuensi, kualitas, intensitas) : - Pasien mengatakan
Pasien mengatakan nyeri kepaanya setelah melakukan
sudah berkurang setelah tehnik Tarik napas
beristirahat dan minum obat dalam , ia merasa
P: Pasien mengatakan nyeri lebih rileks dan
kepalanya bertambah saat nyaman
beraktivitas dan berkurang - Pasien mengatakan
setelah beristirahat nyerinya sudah mulai
Q: Pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
seperti ditusuk-tusuk - Skala nyeri 3
R: Pasien mengatakan nyeri pada O:
kepalanya - Pasien tampak relaks
S: Skala nyeri 3 dan nyaman,
T: Nyeri hilang timbul - Pasien juga mampu
- TD : 150/84 mmHg melakukan tehnik
- Nadi : 98x/m napas dalam.
- RR : 18x/m - TD : 150/84 mmHg
- Sh : 36,7 C Nadi : 98x/m RR :
18x/m Sh : 36,7 C
- Mengobservasi respon non verbal A:Masalah nyeri kepala
nyeri : Pasien masih tampak teratasi sebagian
menahan nyerinya P:Intervensi
dilanjutkan
- Memonitor faktor lingkungan yang - Kaji nyeri secara
dapat memerberat nyeri (misalnya komprehesif dengan
suhu ruangan, pencahayaan): PQRST
pasien mengatakan nyaman sama - Ajarkan klien tehnik
ruangan sendiri. nonfarmakologi
napas dalam
- Mengajarkan klien penggunaan
teknik non farmakologi (tehnik
Tarik napas dalam ): pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi tarik
33

napas dalam.

- Menganjurkan klien untuk tidur


atau istirahat yang cukup : klien
mengatakan akan beristirahat
dengan cukup dan akan menjaga
pola tidurnya

2 - Mendentifikasi kesiapan dan S:


10/06/22 kemampuan menerima informasi: - Pasien mengatakan
pasien mengatakan boleh kapan saja sedikit paham tentang
- Menyediakan materi dan media penyakitnya
Pendidikan Kesehatan O:
- Menjadwalkan Pendidikan - Pasien tampak
Kesehatan sesuai kesepakatan memperhatikan
- Menberikan kemampuan untuk penjelesan dari
bertanya perawat
- Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi Kesehatan A: masalah teratasi
- Mengajarkan prilaku bersih dan Sebagian
sehat P: lanjutkan intervesi
keperawatan :
ajarakan perilaku
hidup bersih dan
sehat ( senam
hipertensi)

Dx/hari/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


tgl/jam
1 - Mengkaji nyeri secara komprehensif
Sabtu,11 (lokasi, karakteristik, skala, durasi, S:
/06/22 frekuensi, kualitas, intensitas) : - Pasien mengatakan
Pasien mengatakan nyeri kepaanya setelah melakukan
sudah berkurang setelah beristirahat tehnik Tarik napas
dan minum obat dalam , ia merasa
P: Pasien mengatakan nyeri lebih rileks dan
kepalanya mulai berkurang nyaman
Q: Pasien mengatakan nyeri kepala - Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusuk nyerinya sudah
R: Pasien mengatakan nyeri pada mulai berkurang
kepalanya - Skala nyeri 3
S: Skala nyeri 3 O:
34

T: Nyeri hilang timbul - Pasien tampak relaks


- TD : 152/84 mmHg dan nyaman,
- Nadi : 92 x/m - Pasien juga mampu
- RR : 18x/m melakukan tehnik
- Sh : 36,2 C napas dalam.
- TD : 152/84 mmHg
- Mengobservasi respon non verbal Nadi : 92 x/m RR :
nyeri : Pasien masih tampak 18x/m Sh : 36,2 C
menahan nyerinya A : Masalah nyeri
- Mengajarkan klien penggunaan kepala teratasi
teknik non farmakologi (tehnik sebagian
Tarik napas dalam ): pasien mau P :Intervensi dilanjutkan
mengikuti tehnik relaksasi tarik - Kaji nyeri secara
napas dalam. komprehesif dengan
- Menganjurkan klien untuk tidur PQRST
atau istirahat yang cukup : klien - Ajarkan klien tehnik
mengatakan tidur semalam jam 21 nonfarmakologi
sudah tidur napas dalam
-
2 - Mendentifikasi kesiapan dan S:
11/06/22 kemampuan menerima informasi: - Pasien mengatakan
pasien mengatakan boleh kapan sedikit paham
saja tentang penyakitnya
- Menyediakan materi dan media O:
Pendidikan Kesehatan - Pasien bisa
- Menjadwalkan Pendidikan memperagakan
Kesehatan sesuai kesepakatan senam hipertensi
- Menberikan kemampuan untuk A: masalah teratasi
bertanya Sebagian
- Menjelaskan faktor resiko yang P: lanjutkan intervesi
dapat mempengaruhi Kesehatan keperawatan :
- Mengajarkan prilaku bersih dan ajarakan perilaku
sehat hidup bersih dan
sehat ( senam
hipertensi)

Dx/hari/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


35

tgl/jam
1 - Mengkaji nyeri secara komprehensif S:
Minggu, (lokasi, karakteristik, skala, durasi, - Pasien mengatakan
12/06/22 frekuensi, kualitas, intensitas) : setelah melakukan
Pasien mengatakan nyeri kepaanya tehnik Tarik napas
sudah berkurang setelah dalam , ia merasa
beristirahat dan minum obat lebih rileks dan
P: Pasien mengatakan nyeri nyaman
kepalanya mulai berkurang - Pasien mengatakan
Q: Pasien mengatakan nyeri kepala nyerinya sudah
seperti ditusuk-tusuk mulai berkurang
R: Pasien mengatakan nyeri pada - Skala nyeri 1 atau 2
kepalanya
S: Skala nyeri 3 O:
T: Nyeri hilang timbul - Pasien tampak relaks
- TD : 146/84 mmHg dan nyaman
- Nadi : 82 x/m - Pasien juga mampu
- RR : 20x/m melakukan tehnik
- Sh : 36, C napas dalam.
- TD : 146/84 mmHg
- Mengobservasi respon non verbal Nadi : 82 x/m RR :
nyeri : Pasien masih tampak 20x/m Sh : 36, C
menahan nyerinya A : Masalah nyeri
- Mengajarkan klien penggunaan kepala teratasi.
teknik non farmakologi (tehnik P : Intervensi dihentikan
Tarik napas dalam ): pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi tarik
napas dalam.
- Menganjurkan klien untuk tidur atau
istirahat yang cukup : klien
mengatakan tidur semalam jam 21
sudah tidur

2 - Mendentifikasi kesiapan dan S: Pasien mengatakan


12/06/22 kemampuan menerima informasi: sedikit paham
pasien mengatakan boleh kapan tentang penyakitnya
saja O: Pasien bisa
- Menyediakan materi dan media memperagakan
Pendidikan Kesehatan senam hipertensi
- Menjadwalkan Pendidikan Kesehatan A: masalah teratasi
sesuai kesepakatan sebagian
- Menberikan kemampuan untuk
bertanya P: lanjutkan intervesi
36

- Menjelaskan faktor resiko yang dapat keperawatan :


mempengaruhi Kesehatan ajarakan perilaku
- Mengajarkan prilaku bersih dan hidup bersih dan
sehat sehat ( senam
hipertensi)
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan antara kesenjangan dengan teori dan asuhan
keperawatan secara langsung pada Ny J dengan diagnosa medis Hipertensi meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pada pengkajian penulis menggunakan metode wawancara dengan menanyakan
identitas pasien seperti nama jenis kelamin usia serta masalah Kesehatan dan
selain wawancara penulis juga metode pemeriksaan fisik dan tanda- tanda vital hal
ini untuk mengetahui,kedaan fisikdan tekan darah pasien Pada tahap pengkajian
penulis menemukan masalah pasien mengeluh sakit kepala seperti di tusuk tusuk ,
lemas , pasien tidak pantang terhadap makan obat hiopertensi diminum kalau ada
keluahan,serta dengan tanda -tanda vital TD : 174/84 mmhg nadi 109 x/menit, RR
21 x/ menit suhu 36,6 C.

4.2 Diagnosis
Sesuai buku SDKI diagnose nyeri akut dengan gejala dan tanda mayor dengan
didapat
Subjektif
1. mengeluh nyeri
objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
sedangkan gejala dan tanda minor didapat objektifnya :
1.Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
38

3. nafsu makan berubah


4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Hal ini mempunyai kesamaan dengan rumusan masalah nyeri akut malaupun
keluhannya tidak semua ada pada pasien yang penulis ambil.
Sedangkan untuk diagnose manjemen kesehatan tidak efektif
Didapat gejala dan tanda mayornya sebagai berikut :
Subjektif :
1. Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan.
Objektif :
1. Gagal melakuakan tindakan untuk mengurangi faktor resiko.
2. Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan.
3. Aktivitas hidup sehari hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan Kesehatan
Hal ini mempunyai kesamaan dengan rumusan masalah pada pasien yang penulis
ambil.
4.3 Intervensi
Pada diagnose pertama yaitu diagnose nyeri akut berfokus pada manajemen
nyerinya seperti identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, intesitas, skala serta faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri. Serta berikan terapy nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri.
Sedangkan untuk diagnose kedua yaitu manajemen Kesehatan tidak efektif
berfokus pada edukasi Kesehatan dan Latihan fisik ( senam hipertensi ) hal ini
sesuai dengan jurnalnya (Martani et al., 2022). Senam hipertensi mampu
menurunkan tekanan darah pada penderita hiperensi apabila penderita hipertensi
mau melakukannya secara teratur 40 Menit dengan waktu 3 kali dalam 1 minggu.
senam hipertensi berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah dan dapat
dilakukan sebagai terapi non farmakologi .
39

4.4 Implemtasi dan evaluasi


Diagnosa pertama : nyeri akut implementasi yang dilakukan berupa
Mengkaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, skala, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas): Skala nyeri Mengajarkan klien penggunaan teknik non
farmakologi (tehnik Tarik napas dalam ): pasien mau mengikuti tehnik relaksasi
tarik napas dalam.

Evaluasinya
Skala nyeri
Hari 1 2 3 4
Skala 6 3 3 1

Diagnosa kedua manajemen keshatan tidak efektif , Impelentasi melakukan


senam hipertensi selama 3 kali dalam 1 minggu.

Evalusinya
    senam hipertensi
  awal pertama kedua ketiga
sistolik 174 150 152 146
diastolik 109 84 84 84
40

Hal ini sesuai dengan teori Anwari (2018), senam hipertensi merupakan
olahraga yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan
pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung. Senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat
untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,
curah jantung dan isi sekuncup bertambah. dengan demikian tekanan darah akan
meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang,
dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan
kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin
dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan
pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah
berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh-pembuluh darah,
sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan turun. Penelitian
ini juga sejalan dengan teori Mufidah(2017), senam hipertensi adalah olahraga yang
ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat
badan dan mengelola stress (faktor yang mempertinggi hipertensi).
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan


keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis Hipertensi . Maka
penulis menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien Hipertensi.

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
pasien Hipertensi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Terdapat dua masalah keperawatan yaitu :
a. Masalah nyeri yang hilang pada hari ke empat dengan Tindakan
keperawatan mengidentifikasi nyeri serta memberikan therapi
nonfarmakologi( tehnik napas dalam ) serta kolaborasi pemberian analgetic
( Panadol )
b. Masalah manajemen Kesehatan kurang efektif terhadap darah tinggi atau
hipertensi hal ini tilakukan senam hipertensi selam 3 kali dalam seminggu
dan hasil tekanan darah cenderung relative terkontrol.

5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan
lainnya..
b. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi.
43

c. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah


baiknya memeberikan informasi tentang bahaya penyakit hipertensi dan
memberikan cara yang benar untuk melakukan hidup sehat agar bisa
melakukan tindakan mandiri saat dirumah.
d. Pendidikan pegetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan
baik secara formal dan non informal khususnya pengetahuan dalam bidang
pengetahuan kesehatan.
e. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia
secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arita Murwani, W. P. (n.d.). Gerontik konsep dasar dan asuhan keperawatan home
care dan komunitas / Arita Murwani, Wiwin Priyantari | OPAC Perpustakaan
Nasional RI. Retrieved June 21, 2022, from
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=169756
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda
Nic dan Noc Jilid 1. TIM.
Manurung, N. (2016). Aplikasi asuhan keperawatan sistem kardiovaskuler / Nixson
Manurung | OPAC Perpustakaan Nasional RI. Manurung, Nixson.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1008123
Martani, R. W., Kurniasari, G., & Angkasa, M. P. (2022). PENGARUH SENAM
HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA : STUDI
LITERATURE. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 13(1), 83. https:
Maryam, R. E. M. (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan PERAWATANNYA. In
Salemba Medika. Salemba Medika.
https://books.google.com/books/about/Menengenal_Usia_Lanjut_dan_Perawat
annya.html?hl=id&id=jxpDEZ27dnwC
Michael. (2021). Makalah Tentang Kesehatan Reproduksi Lansia | My Skripsi.
Michael. https://myskripsi.netlify.app/makalah-tentang-kesehatan-reproduksi-
lansia/
Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Salemba Medika.
Ryan Reinardi Wijaya. (2021). 11 Perubahan Tubuh Lansia yang Perlu Anda
Hadapi. https://hellosehat.com/lansia/perawatan-lansia/perubahan-tubuh-
lansia/
Siswati, Maryati, H., & Praningsih, S. (2021). Senam Hipertensi Sebagai Upaya
Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Journal Of Health
Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol., 6(2), 5.
Smeltzer, S. C. . B. B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Volume
3 - Brunner dan Suddarth. EGC.
Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Nasrudin


NIM : 21317086
Pembimbing : Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Tanggal Materi Metode Masukan Pembimbing Paraf


Konsulan Bimbinga
n
6/6/2022 Pembagian Gmeet Untuk judul
judul / pemilihan dipersilahkan
judul KTI disesuaikan dengan
kasus yang ada
dilapangan

9/6//2022 Presentasi kasus Gmeet Data DS,DO harus


masing-masing sesuai dengan yang
pada saat pengkajian,
pada pengkajian nyeri
harus ada PQRST

14/6/2022 Presentasi kasus Gmeet - Bab 1 , pada


konsul bab 1 rumusan
sampai bab 3 masalah ambil
dari data pokus.
46

- Bab 2, hanya
menggunakan 3
konsep:
 Konsep
lansia
 Konsep
penyakitnya
 Tindakannya
- Bab 3 , ambil
dari pengkajian
dan di
narasikan.

21/6/2022 Konsul BAB I – Offline


BAB V /pertemuan

*bimbingan dilakukan minimal 3 kali


47

Lampiran 2
48
49
50
51
52
53
54
55

Lampiran 3

PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA

I. Identitas
Nama Klien : Ny. J
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status marital : Janda
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan sekarang : IRT
Alamat rumah : Kp Daon Rt 05 Rw 05 , Rajeg, Tangerang.

III. Riwayat kesehatan :


1. Masalah kesehatan yang pernah dialami: pasien mengatakan tidak pernah
dirawat di rs , hanya sakit biasa pusing, batuk ,pilek dan sakit lambung aja.
2. Masalah kesehatan yang dirasakan saat ini: pasien mengatakan jika tekanan
darah sedang tinggi, nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dan badan terasa
lemas.dan pasien juga mengatakan kalau sakit minum obat panadol
P: Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah saat beraktivitas
Q: Klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk,
R: klien mengatakan nyeri pada kepalanya
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
3. Masalah kesehatan keluarga/ keturunan: pasien mengatakan dalam keluarga
tidak tahu punya penyakit keturunan atau tidak.seperti HT Dan DM

IV. Keadaan Biologis


1. Pola makan: makan 3x sehari dengan Nasi putuih,lauk pakuk /daging, sayur,
pasien tidak mengenal pantang . habis 1 porsi makan.
2. Pola minum: minum air putih kurang lebih 2 liter ,kadang2 teh manis .
3. Pola tidur: Tidur malam , mulai tidur jam 21 atau 22 dan bangun jam 04
pagi, kurang lebih 6-7 jam dan tidur siang 1-2 jam .
4. Pola eliminasi (BAB/ BAK): BAB 1-2 x /hari BAK normal ,bisa 5 – 7 kali
perhari dengan 1 gelas kecil tiap BAK, tidak ada masalah /tidak ada
ganguan.
5. Rekreasi: pasien mengatakan untuk mengisi waktu luang hanya kumpul –
kumpul sama anak ,cucu, hiburan dirumah hanya menonton TV.
56

V. Pengkajian Khusus
1. Pengkajian Fungsi Kognitif (SPMQ)
N Pertanyaan Benar Salah
o
1 Jam berapa sekarang? √
Jawab :jam 20;00
2 Tahun berapakah sekarang? √
Jawab: 2022
3 Kapan Bapak/ Ibu lahir? √
Jawab: tidak tahu tahun lahirnya
4 Berapa umur bapak/ ibu sekarang? √
Jawab : .67 /68 an.
5 Dimana alamat Bapak/ Ibu sekarang? √
Jawab : kp daon ,kec Rajeg Tangerang....
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab: 3 orang.
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab: Nutrbaeti dan suaminya serta anaknya
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? √
Jawab: tidak tahu karena tidak sekolah
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang? √
Jawab: pak Jokowi
10 Coba hitung mundur dari angka 20 ke 1! √
Jawab:.
JUMLAH 8 2
Interpretasi: fyngsi intelektual utuh tidak ada
gangguan
.....................................................................................

 Fungsi intelektual utuh: salah menjawab 0-2 pertanyaan


 Kerusakan intelektual Ringan : salah menjawab 3-4 pertanyaan
 Kerusakan intelektual Sedang: salah menjawab 5-7 pertanyaan
 Kerusakan intelektual Berat: salah menjawab 8-10 pertanyaan
57

2. Pengkajian MMSE
Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
Max Klien
1 Orientasi (sekarang) 5 5 Menyebutkan dengan benar : Tahun,
Musim, Tanggal, Hari, Bulan
Orientasi (sekarang 5 5 Dimana kita sekarang berada :
ada dimana) Negara , Propinsi , Kota,
Panti ,Ruangan
2 Registrasi 5 5 Perawat menyebutkan 3 benda (misal
kursi, meja, kertas). Lalu minta klien
untuk menyebutkan kembali
3 Perhatian dan 5 3 Minta klien untuk menjawab
Kalkulasi perhitungan sederhana, misal 100-7;
93-7; 86-7, dst 
4 Mengingat kembali 5 5 Minta klien untuk mengulangi ketiga
(Recall) obyek pada aspek Registrasi tadi.
5 Bahasa 5 3 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal
jam tangan, pensil atau jendela)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut “tanpa kalau dan atau tetapi”.
Bila benar, nilai satu point.
 Pernyataan benar 2 buah : tanpa
kalau, tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah :
 ambil kertas ditangan anda
 lipat dua
 taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai dengan
perintah nilai 1 point
 Pejamkan mata anda
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
58

Nilai : 26
Intepretasi hasil
Tidak ada gangguan kognitif: 24 – 30
Gangguan kognitif sedang : 18 – 23
Gangguan kognitif berat : 0 – 17

3. Pengkajian Status Fungsional (Indeks KATZ)

Indeks KATZ Keterangan


A Mandiri (makan, eliminasi BAB/BAK, menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, mandi)
B Mandiri semua fungsi, kecuali salah satu dari fungsi diatas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu lagi fungsi
yang lain
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
lagi fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi

Interpretasi Indeks KATZ Klien: dari hasil pengamatan semua masih bisa
dilakukan secara mandiri.

4. Status Fungsional

APGAR Keluarga
No Item penilaian Selalu Kadanf Tidak
-kadang pernah
(2) (1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 B; Partneship
Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3 C; Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman- 2
59

teman) saya menerima dan mendukung


keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4 D: Affection
Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
5 E: Resolve 2
Saya puas dengan cara teman-teman
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
Jumlah 10
Analisi hasil:
Nilai : 0-3 Disfungsi keluarga sangat Tinggi
Nilai : 4-6 Disfungsi keluarga sangat sedang
Nilai : 7-10 Disfungsi keluarga sangat kurang

VI. Keadaan Psikologis dan Sosial


1. Keadaan emosi: pasien mengatakan untuk emosi masih bisa terontrol,
2. Dukungan keluarga : Pasein mengatakan anak -anaknya membantu
kebutuhan sehari hari.
3. Hubungan antar keluarga : Pasein mengatakan hubungan dengan keluarga
tidak ada masalah anak2nya baik – baik
4. Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan pasien aktif dilingkungan
tetangga dan masyarakat sekitar,

VII. Spiritual/ Kultural


1. Pelaksanaan ibadah: pasien beragama islam dan beribadah sholat 5 waktu
sehari,mengikuti pengajian dilingkungan rumahnya,
2. Keyakinan tentang kesehatan : pasien mengatakan bahwa setiap penyakit
pasti ada obatnya, dan pasien biasnya berobat ke klinik terdekat
dilingkungan rumahnya.

VIII. Pemeriksaan fisik


A. Tanda Vital
1. Keadaan umum: baik,
2. Kesadaran: Compos Mentis ( CM).Suhu: 36 C
3. Nadi : 109 x / Mnt
4. Tekanan darah: 174/84 MmHg
5. Pernafasan: 20 x/mnt
60

6. Tinggi Badan: 150 cm


7. Berat Badan: 61 kg
8. Indeks Massa Tubuh) IMT :.

B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
a. Rambut: Warna rambut putih, rambut pendek dan bersih, tidak adanya lesi
dan udem di kepala.
b. Mata: Konjungtiva anemis kiri dan kanan, kelopak mata menurun, jarak
pandang menurun
c. Hidung: hidung bersih, tidak ada polip
d. Mulut : mulut dan gigi bersih, tidak ada stomatitis, gigi sisa 7 pada rahang
bawah dan gigi atas sudah tidak ada,bibir lembab
e. Telinga: : tidak ada gangguan fungsi pendengaran, kedua daun kuping
melebar, tumbuh rambut di daun kuping.

2. Leher:
Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada tiroid
3. Dada/ thorax
tidak ada kelainan( keterangan darin klien )
4. Abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi):
a) Inspeksi : bentuk abdomen datar
c) Auskultasi: Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
d) Perkusi : Terdengar timpasi.
e) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Muskuloskeletal: Postur tubuh klien agak membungkuk, kekuatan otot
ektermitas
5 5
5 5
tidak ada nyeri sendi saat di gerakan dan fungsi otot baik
Klien berjalan tanpa alat bantu

IX. Lingkungan
Pasien tinggal didaerah pedesaan lingkungan bersih ,asri dan nyaman. Luas
bangunan rumah 10 x 8 meter, dengan 3 kamar ( 2 kamar tidur, 1 kamar tidak
dipake), sumber air dari air tanah sedangkan untuk minum beli dari air mineral,
untuk tempat sampah disamping rumah sampah dibakar.

X. Informasi penunjang
1. Diagnosa medik: Hipertensi
2. Laboratorium: Tidak diperiksa
3. Terapi medik :Terapi dari klinik Amlodipine 10 mg dan panadol
61

ANALISA DATA
Jumat 09/6/2022
DATA DIAGNOSA
DS : Nyeri akut
Klien mengatakan jika tekanan darah sedang tinggi,
nyeri kepala dan lemas.
P: Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah
saat beraktivitas
Q: Klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-
tusuk,
R: klien mengatakan nyeri pada kepalanya
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
 Klien mengatakan bila sakit kepala minum panadol
1 tab nyeri hilang dalam waktu 20 menit.

DO :
Klien tampak memegang kepala dan menahan nyeri
saat 
Nadi : 84x/m
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,6 C
Tekanan darah : 174/109 mmHg
DS : Manjemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakitnya karena sudah tua, tidak tidak efektif
pantang makanan,minum obat akalau terasa sakit
saja
DO :
Pasien tidak teratur minum obat, terlihat obat yang
ada masih banyak,
Pasiem makan apa aja,tidak ada pantang

DIAGNOSA KEPERAWATAN
10/06/2022
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX
1. Nyeri akut
2. Manjemen Kesehatan tidak efektif
62

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA INTERVENSI


DX HASIL
1. Tujuan: Manajemen nyeri:
Setelah dilakukan asuhan observasi
keperawatan selama 2 x 24 jam - Identifikasi lokasi,karakteristik,
klien dapat mengontrol nyeri durasi, frekuensi,kualitas , dan
Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
- Klien dapat mengenali nyeri - Identifikasi skala nyeri
(skala, intensitas, frekuensi, - Identifikasi respon non verbal
dan tanda nyeri) - Identifikasi factor yang memperberat
- Klien mampu mengontrol dan memperingan nyeri
nyeri (tahu penyebab nyeri, terapeutik
mampu menggunakan teknik - Berikan tehnik nonfarmakologis
non farmakologi untunk untuk mengurangi nyeri
mengurangi nyeri kepala - Control longkungan yang
- Klien dapat mengungkapkan memperberat rasa nyeri
bahwa nyeri kepala berkurang - Fasilitasi istirahat dan tidur
dengan menggunakan
manajemen nyeri Kolaborasi :
- Klien dapat menyatakan rasa - Kolabaroasi pemberian analgetic
nyaman setelah nyeri kepala jika perlu
berkurang - Beri obat amlodipine
- Klien dapat menggunakan
analgetik dengan tepat
DX Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
2 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
manjemen kesehatan meningkat - Identifikasi kesiapan dan
Dengan kriteria hasil: kemampuan menerima informasi
- Melakukan Tindakan untuk Terapeutik
mengurangi faktor resiko - Sediakan materi dan media
meningkat Pendidikan Kesehatan
- Menerapakn program - Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
perawatan meningkat sesuai kesepakatan
- Aktrivitas hidup sehari hari - Berikan kemampuan untuk bertanya
efektif memenuhi tujuan Edukasi
Kesehatan - Jelaskan faktor resiko yang dapat
- Verbalisasi kesulitan dalam mempengaruhi Kesehatan
menjalani program perawatan - Ajarkan prilaku bersih dan sehat
menurun
63

IMPLEMENTASI dan EVALUASI

Dx/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


hari/tgl/
jam
1 - Mengkaji nyeri secara
Jumat komprehensif (lokasi, S:
10/06/22 karakteristik, skala, durasi, - Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, intensitas) : setelah melakukan
Pasien mengatakan nyeri kepaanya tehnik Tarik napas
sudah berkurang setelah dalam , ia merasa
beristirahat dan minum obat lebih rileks dan
P: Pasien mengatakan nyeri nyaman
kepalanya bertambah saat - Pasien mengatakan
beraktivitas dan berkurang setelah nyerinya sudah mulai
beristirahat berkurang
Q: Pasien mengatakan nyeri kepala - Skala nyeri 3
seperti ditusuk-tusuk O:
R: Pasien mengatakan nyeri pada - Pasien tampak relaks
kepalanya dan nyaman,
S: Skala nyeri 3 - Pasien juga mampu
T: Nyeri hilang timbul melakukan tehnik
TD : 150/84 mmHg napas dalam. TD :
Nadi : 98x/m 150/84 mmHg Nadi :
RR : 18x/m 98x/m RR : 18x/m Sh
Sh : 36,7 C : 36,7 C
A : Masalah nyeri kepala
- Mengobservasi respon non verbal teratasi sebagian
nyeri : Pasien masih tampak P : Intervensi dilanjutkan
menahan nyerinya - Kaji nyeri secara
- Memonitor faktor lingkungan yang komprehesif dengan
dapat memerberat nyeri (misalnya PQRST
suhu ruangan, pencahayaan): - Ajarkan klien tehnik
pasien mengatakan nyaman sama nonfarmakologi napas
ruangan sendiri. dalam
- Mengajarkan klien penggunaan
teknik non farmakologi (tehnik
Tarik napas dalam ): pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi tarik
napas dalam.
- Menganjurkan klien untuk tidur
atau istirahat yang cukup : klien
64

mengatakan akan beristirahat


dengan cukup dan akan menjaga
pola tidurnya

2 - Mendentifikasi kesiapan dan S:


10/06/22 kemampuan menerima informasi: - Pasien mengatakan
pasien mengatakan boleh kapan sedikit paham tentang
saja penyakitnya
- Menyediakan materi dan media O:
Pendidikan Kesehatan - Pasien tampak
- Menjadwalkan Pendidikan memperhatikan
Kesehatan sesuai kesepakatan penjelesan dari
- Menberikan kemampuan untuk perawat
bertanya
- Menjelaskan faktor resiko yang A: masalah teratasi
dapat mempengaruhi Kesehatan Sebagian
- Mengajarkan prilaku bersih dan P: lanjutkan intervesi
sehat keperawatan : ajarakan
- perilaku hidup bersih dan
sehat ( senam hipertensi)

Dx/hari/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


tgl/jam
1 - Mengkaji nyeri secara S:
Sabtu,11 komprehensif (lokasi, - Pasien mengatakan
/06/22 karakteristik, skala, durasi, setelah melakukan
frekuensi, kualitas, intensitas) : tehnik Tarik napas
Pasien mengatakan nyeri dalam , ia merasa
kepaanya sudah berkurang setelah lebih rileks dan
beristirahat dan minum obat nyaman
P: Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakan
kepalanya mulai berkurang nyerinya sudah
Q: Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang
kepala seperti ditusuk-tusuk - Skala nyeri 3
R: Pasien mengatakan nyeri pada O:
kepalanya - Pasien tampak
S: Skala nyeri 3 relaks dan nyaman,
T: Nyeri hilang timbul - Pasien juga mampu
27. TD : 152/84 mmHg melakukan tehnik
28. Nadi : 92 x/m napas dalam.
29. RR : 18x/m - TD : 152/84
30. Sh : 36,2 C mmHg Nadi : 92
x/m RR : 18x/m Sh
65

- Mengobservasi respon non verbal : 36,2 C


nyeri : Pasien masih tampak A : Masalah nyeri kepala
menahan nyerinya teratasi sebagian
- Mengajarkan klien penggunaan P : Intervensi dilanjutkan
teknik non farmakologi (tehnik - Kaji nyeri secara
Tarik napas dalam ): pasien mau komprehesif
mengikuti tehnik relaksasi tarik dengan PQRST
napas dalam. - Ajarkan klien
- Menganjurkan klien untuk tidur tehnik
atau istirahat yang cukup : klien nonfarmakologi
mengatakan tidur semalam jam 21 napas dalam
sudah tidur

2 - Mendentifikasi kesiapan dan S:


11/06/22 kemampuan menerima informasi: - Pasien mengatakan
pasien mengatakan boleh kapan sedikit paham
saja tentang
- Menyediakan materi dan media penyakitnya
Pendidikan Kesehatan O:
- Menjadwalkan Pendidikan - Pasien bisa
Kesehatan sesuai kesepakatan memperagakan
- Menberikan kemampuan untuk senam hipertensi
bertanya
- Menjelaskan faktor resiko yang A: masalah teratasi
dapat mempengaruhi Kesehatan Sebagian
- Mengajarkan prilaku bersih dan P: lanjutkan intervesi
sehat keperawatan : ajarakan
- perilaku hidup bersih dan
sehat ( senam hipertensi)
-

Dx/ IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


hari/
tgl/jam
1 - Mengkaji nyeri secara komprehensif
Minggu (lokasi, karakteristik, skala, durasi, S:
,12/06/2 frekuensi, kualitas, intensitas) : Pasien - Pasien mengatakan
2 mengatakan nyeri kepaanya sudah setelah melakukan
berkurang setelah beristirahat dan tehnik Tarik napas
minum obat dalam , ia merasa
P: Pasien mengatakan nyeri kepalanya lebih rileks dan
mulai berkurang nyaman
66

Q: Pasien mengatakan nyeri kepala - Pasien mengatakan


seperti ditusuk-tusuk nyerinya sudah
R: Pasien mengatakan nyeri pada mulai berkurang
kepalanya - Skala nyeri 1 atau 2
S: Skala nyeri 3 O:
T: Nyeri hilang timbul - Pasien tampak relaks
36. TD : 146/84 mmHg dan nyaman,
37. Nadi : 82 x/m - Pasien juga mampu
38. RR : 20x/m melakukan tehnik
39. Sh : 36, C napas dalam.
- Mengobservasi respon non verbal - TD : 146/84 mmHg
nyeri : Pasien masih tampak menahan Nadi : 82 x/m RR :
nyerinya 20x/m Sh : 36, C
- Mengajarkan klien penggunaan teknik A : Masalah nyeri
non farmakologi (tehnik Tarik napas kepala teratasi.
dalam ): pasien mau mengikuti tehnik P : Intervensi
relaksasi tarik napas dalam. dihentikan
- Menganjurkan klien untuk tidur atau -
istirahat yang cukup : klien
mengatakan tidur semalam jam 21
sudah tidur

2 - Mendentifikasi kesiapan dan S:


12/06/2 kemampuan menerima informasi: - Pasien mengatakan
2 pasien mengatakan boleh kapan saja sedikit paham
- Menyediakan materi dan media tentang penyakitnya
Pendidikan Kesehatan O:
- Menjadwalkan Pendidikan Kesehatan - Pasien bisa
sesuai kesepakatan memperagakan
- Menberikan kemampuan untuk senam hipertensi
bertanya A: masalah teratasi
- Menjelaskan faktor resiko yang dapat Sebagian
mempengaruhi Kesehatan
- Mengajarkan prilaku bersih dan sehat P: lanjutkan intervesi
keperawatan : ajarakan
perilaku hidup bersih
dan sehat ( senam
hipertensi)
67

Dx/hari/tgl/jam IMPLEMENTASI Evaluasi Paraf


2 - Mendentifikasi kesiapan S:
13/06/22 dan kemampuan menerima - Pasien mengatakan
informasi: pasien sedikit paham tentang
mengatakan boleh kapan penyakitnya
saja O:
- Menyediakan materi dan - Pasien bisa
media Pendidikan memperagakan senam
Kesehatan hipertensi
- Menjadwalkan - TTV: TD 146/ 86
Pendidikan Kesehatan mmHg, Nadi, 88 x/
sesuai kesepakatan menit, RR 20 x/menit
- Menberikan kemampuan
untuk bertanya A: masalah teratasi
- Menjelaskan faktor resiko Sebagian
yang dapat mempengaruhi
Kesehatan P: lanjutkan intervesi
- Mengajarkan prilaku keperawatan : ajarakan
bersih dan sehat perilaku hidup bersih dan
- sehat ( senam hipertensi)

Anda mungkin juga menyukai