Disusun Oleh :
NASRUDIN
NIM : 21317086
Pembimbing
Mengetahui
Kaprodi Keperawatan
Ttd & stempel
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Nasrudin
NIM. 21317086
Menyetujui
Penguji 1 Penguji 2
Ns. Alfika Safitri, S.Kep., M.Kep Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Mengetahui,
Kaprodi Keperawatan
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN
SENAM HIPERTENSI
OLEH:
NASRUDIN
Program Profesi Ners
Stikes Yatsi . Jl Arya Santika , No 42 Tangeran Banten
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi bahwa jumlah lansia di dunia mengalami peningkatan dengan
jumlah 1.161.364 jiwa, dimana lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu.
Perubahan-perubahan fisologis maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan baik
fisik maupun psikologis. Salah satunya penyakit hipertensi, Hipertensi merupakan salah satu
penyakit degenerative yang banyak dijumpai di masyarakat dan sering muncul tanpa gejala.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmokologis dan nonfarmakologi. Senam
hipertensi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien hipertensi.
Tujuan karya tulis ini yaitu untuk mengetahui, memahami serta dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan kardiovaskuler dengan hipertensi yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Metode karya tulis ini
adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. dilaksanakan di rumah pasien yang
berada di daerah Rajeg Tangerang. Hasil dari karya tulis ini menunjukan penurunan tekanan darah
pada pasien yang mendapatkan terapi senam hipertensi. Kesimpulan dari asuhan keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien adalah masalah teratasi setelah mendapatan perawatan dihari ke empat
sebagian. Rekomendasi dalam karya tulis ini yaitu menjaga hidup sehat dengan senam hipertensi
yang teratur dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT Tuhan semesta alam atas karunia dan
nikmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan gangguan system kardiovaskuler
hipertensi” karyatulis ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai
gelar Ners Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten. Dengan mengucapakan Solawat dan salam
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Terima kasih yang sebesar-besar kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini. Sembah sujud atas penghargaan
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua ku yang tercinta Ayahanda Burak dan
Ibunda Nasiyah untuk doa dan bimbingan, semangat dan bantuan moril atau
materilnya.
Penulis juga menyadari sepenuhnya selama mengikuti perkuliahan di
Universitas sampai penyelesaian karya tulis Dengan demikian penulis
menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah berjasa khususnya kepada :
1. Dr. Ida Faridah, S. Kp. M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten
2. Ibu Ns. Feby Ratnasari selaku Kaprodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
3. Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Dosen Pembimbing peneliti
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
4. Ns. Alfika Safitri, S.Kep., M.Kep, selaku Penguji, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten.
5. Bapak dan Ibu dosen program studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang-Banten yang telah berjasa memberikan
bekal pengetahuan untuk memperkaya dan mempertajamnya.
iv
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis, mungkin saja dalam penulisan
karya tulis ini terdapat kesalahan yang penulis tidak menyadarinya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menerima umpan balik, baik
umpan balik yang membangun maupun kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Nasrudin
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan……………………………………………………………….ii
Kata Pengantar…………………………………………………………...……….iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Lansia
1. Pengertian Lasia ……………………………………………………...5
2. Karakteristik Lansia …..………………………………………………5
3. Klasifikasi Lasia …..…………………………………………………..5
4. Perubahan Yang Dihadapi Lansia ..…………………………………...6
B. Tekanan Darah ( Hipertensi )
1. Pengertian Hipertensi ………………………………………………..8
2. Klasifikasi Dan Etiologi Hipertensi ……………………………...…..9
3. Patofisiologi Hipertensi …………………………………………..…11
4. Tanda dan Gejala. …………………………………………………...11
5. Penatalaksanaan …………………………………………………..…12
vi
C. Senam Hipertensi
1. Pengertian Senam Hipertensi …………………………………….….12
2. Manfaat Senam Hipertensi …………………………………………..13
3. Lamanya Senam Hipertensi……………………………...…...……...14
4. Tehnik dan Cara Senam..…………………………………………… 14
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ……………………………………………………….……19
2. Diagnosa Keperawatan...………………………………………………25
3. Perencanaan ………………………………………………………..…26
4. Pelaksanaan .…………………………………………………….……27
5. EvaluasiI …………………………………………………………...….27
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian ………………………………………………………………36
2. Diagnose .. ……………………………………………………… ……....36
3. Intervensi .. ……………………………………………………….…… 37
4. Implementasi dan evaluasi ..…………………………………………….38
vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Perubahan-perubahan fisologis maupun psikososial, akan
berpotensi pada masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis..Proses menua
setiap individu tidaklah berlangsung cepat dan bersamaan, menua bukanlah
penyakit tetapi proses dimana berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Arita Murwani, 2022.).
Berdasarkan United Nations, (2019) menyatakan bahwa jumlah lansia di dunia
mengalami peningkatan dengan jumlah 1.161.364 jiwa lansia yang terdiri
jumlah usia lansia dengan 60-64 tahun ada 13.2% lansia, usia 65-84 berjumlah
9.1% lansia dan usia >80 tahun berjumlah 1.9% jiwa lansia.
Populasi lansia di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Boyolali (BPS)
tahun, (2019) menyatakan bahwa lansia berjumlah 9.60% atau sekitar 25.66 juta
lansia, dengan lansia laki – laki 47.65% dan lansia perempuan 52.35%.
Berdasarkan perkelompokan di usia lansia muda dari usia 60 – 69 tahun
berjumlah 63.82%, lansia madya dengan usia 70 – 79 tahun berjumlah 27.68%
dan lansia tua dengan usia >80 tahun berjumlah 8.50%. Tahun ini mengalami
peningkatan dari tahun 2018 yang jumlahnya 9.27% atau 24.49 juta lansia.
Prevalensi lansia tertinggi tahun 2019 menempati wilayah DIY Yogyakarta
dengan jumlah 14.50% lansia untuk wilayah kedua terdapat di Jawa Tengah
dengan jumlah 13.36% lansia dan selanjutnya terdapat di wilayah Jawa Timur
yaitu dengan jumlah 12.96% lansia. dan menurut BPS Susenas (2019,) di Jawa
Tengah jumlah populasi lansia berjumlah 13.36% jiwa, untuk lansia laki – laki
sebanyak 2.102.255 jiwa dan lansia perempuan sebanyak 2.390.185 jiwa.
Berdasarkan BPS, (2018) jumlah lansia sebanyak 143,443 jiwa dengan jumlah
laki – laki 70,212 jiwa sedangkan lansia perempuan sebanyak 73,23 jiwa.
2
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perkembangan Iptek Keperawatan
Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan khususnya
pada pengembangan perawatan lansia dalam meningkatkan mutu dan
kualitas asuhan keperawatan dengan pemberian senam hipertensi pada
pasien lansia dengan hipertensi.
b. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dan informasi bagi perawat tentang asuhan
keperawatan dengan senam hipertensi pada pasien lansia dengan
hipertensi ,Selain itu perawat diharapkan dapat menjadi salah satu cara
perawat dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi
Pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian lansia
Menurut UU no 13 tentang Kesehatan: Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas (RI, 2017).
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun (Michael, 2021).
2. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam, 2011) Lansia memiliki kerakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spritural, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi mal adaptif.
3. Klasifikasi lansia
Menurut WHO (2016) klasifikasi lansia di golongkan menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan atau middleage yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun
2. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun
4. Lanjut usia tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90
tahun
6
pola tidur, membutuhkan waktu tidur yang lebih sedikit tapi lebih
sering.
3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noropineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan
renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler . (Aspiani, 2014).
5. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg (Muttaqin, 2014). Penatalaksanaan
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yakni secara farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi atau obat-obatan mulai diberikan apabila
penderita hipertensi memiliki risiko tinggi dan perubahan gaya hidup tidak
memadai dalam menurunkan tekanan darah (Smeltzer, 2013).
Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi sangat dianjurkan.
Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan non farmakologi dapat
mengurangi hipertensi yakni dengan teknik-teknik yang dapat mengurangi
stress, penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau,
olahraga atau latihan, relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan pada setiap terapi antihipertensi (Muttaqin, 2012).
f) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut dipinggang. Tangan sisiyang lain lurus
kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan
lakukan semampunya
18
3. Gerakan pendinginan
a) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan lainya. Hitunglah 8-10 kali dan lakukan pada
sisi lainya
c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti senam hipertensi
b) Memberi pujian atas keberhasilan pasien
2) Rencana tindak lanjut
Mengajarkan pasien melaksanakan senam hipertensi minimal 30 menit
dan melakukan seminggu 3 kali.
4) S (Severity) : keparahan
5) T (Timing) : waktu
21
Tabel 2
Komponen Pengkajian Analisis Symptom Meliputi PQRST
titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difus,
meliputi beberapa tempat, atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
c) Keparahan
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang, atau berat. Penilaian intensitas nyeri
dapat dilakukan dengan menggunakan skala numeric, skala deskriptif dan
skala analog visual. Sementara pengukuran intensitas nyeri pada anak dapat
menggunakan skala oucher.
d) Kualitas
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah apakah nyeri yang dirasakan
klien sebagai sensai remuk (crushing), berdenyut (throbbing), tajam, atau
tumpul, menusuk (pricking), terbakar, perih, berpindah-pindah, dan
sebagainya.
e) Pola nyeri
Dalam hal ini perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang
menyebabkan nyeri. Apakah nyeri terjadi setelah melakukan gerakan fisik,
minum kopi, atau berkemih. Perawat juga meminta klien
mendemonstrasikan aktivitas yang menimbulkan respons nyeri, misalnya
batuk atau membalikkan tubuh dengan cara tertentu.
f) Tindakan untuk menghilangkan nyeri
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah upaya-upaya yang dilakukan pasien
untuk mengurangi nyeri. Apakah dengan mengubah posisi, melakukan
tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok) makan, meditasi,
atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin dan kompres
hangat. Hal ini penting untuk diketahui perawat adalah apakah memang
tindakan atau upaya yang sudah dilakukan pasien dibenarkan atau tidak
dibenarkan. Aspek terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah
selama upaya yang dilakukan pasien tidak menimbulkan masalah baru pada
klien maka tindakan-tindakan yang sudah dilakukan bisa dilanjutkan dengan
modifikasi tambahan dan pemantauan dari perawat.
24
g) Gejala penyerta
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah gejala-gejala penyerta yang
sering kali menyertai nyeri. Apakah mual, nyeri kepala, pusing, keinginan
untuk miksi, konstipasi, dan gelisah.
h) Responden dan efek nyeri (fisiologis, perilaku, dan pengaruhnya terhadap
aktivitas sehari-hari)
Respons fisiologis pada klien dengan nyeri bisa meliputi respons stimulasi
simpatik seperti dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan pernapasan,
peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer (pucat,
peningkatan tekanan darah), peningkatan kadar glukosa darah, diaphoresis,
peningkatan ketegangan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas usus.
Sementara respons stimulasi parasimpatik meliputi pucat, ketegangan otot,
penurunan denyut jantung dan tekanan darah, pernapasan yang cepat dan
tidak teratur, mual dan muntah, dan kelemahan atau kelelahan.
Respons perilaku pada klien dengan nyeri bisa beragam dan sangat
tergantung dengan paparan dan toleransi klien terhadap nyerinya. Perilaku
efek nyeri pada klien meliputi vokalisasi (mengaduh, menagis, sesak napas,
mendengkur), ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka
mata atau mulut dengan lebar, menggigit bibir), gerakan tubuh (gelisah,
imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, aktivitas
melangkah yang tanggal ketika berlari atau berjalan, gerakan ritmik atau
gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh), dan interaksi sosial
(menghindari percakapan, focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan
nyeri, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian).
Pasien yang mengalami nyeri, biasanya akan mempunyai efek terhadap
aktivitas sehari-hari yang ia jalankan. Dalam hal ini perawat perlu
menanyakan beberapa hal, seperti bagaimana kemampuan klien dalam
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, apakah bisa dijalankan secara
mandiri atau memerlukan bantuan, bagaimana kemampuan klien dalam
melakukan hygiene normal (seperti mandi, berpakaian, mencuci rambut,
25
Penyebab
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
- Mengeluh nyeri - Tampak meringis
- Bersikap protetif (mis
waspada, posisi mengindari
nyeri )
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
- Tidak tersedia - Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan menurun
- Proses berpikir tergangu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- diatoresis
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah ditegakkannya
diagnosa keperawatan (Andarmoyo, 2013). Pada langkah ini, perawat
menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. Perencanaan yang diberikan pada
penelitian ini yaitu pemberian terapi tehnik napas dalam untuk mengatasi
nyeri akut pada keluarga hipertensi. Menurut Nurarif & Kusuma (2015),
27
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
28
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Andarmoyo,
2013). Evaluasi dari pemberian senam hipertensi untuk mengontrol
hipertensinya dan terapi tehnik napas dalam yakni pasien dan keluarga
mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
Dan control hipertensi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Analisa Data
DATA PROBLEM
DS : Nyeri akut
Klien mengatakan jika tekanan darah sedang
tinggi, nyeri kepala dan lemas.
P : Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah
saat beraktivitas
Q : Klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-
tusuk,
R : klien mengatakan nyeri pada kepalanya
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
Klien mengatakan bila sakit kepala minum
panadol 1 tab nyeri hilang dalam waktu 20 menit.
DO :
Klien tampak memegang kepala dan menahan
nyeri saat
Tekanan darah : 174/84 mmHg
Nadi : 109x/m
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,6 C
DS : Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakitnya karena sudah tua, tidak efektif
tidak pantang makanan, minum obat akalau terasa
sakit saja
DO :
Pasien tidak teratur minum obat, terlihat obat yang
ada masih banyak,
Pasiem makan apa aja,tidak ada pantang
31
3. Diagnosa keperawatan
Dari hasil data yang ada maka didapat 2 diagnosa yaitu : Nyeri akut dan
Manajemen Kesehatan tidak efektif
4. Intervensi keperawatan
NO TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA INTERVENSI
DX HASIL
1. Tujuan: Manajemen nyeri:
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 2 x 24 jam - Identifikasi lokasi,karakteristik,
klien dapat mengontrol nyeri durasi,frekuensi,kualitas , dan
Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
- Klien dapat mengenali nyeri - Identifikasi skala nyeri
(skala, intensitas, frekuensi, dan - Identifikasi respon non verbal
tanda nyeri) - Identifikasi factor yang memperberat
- Klien mampu mengontrol nyeri dan memperingan nyeri terapeutik
(tahu penyebab nyeri, mampu - Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
menggunakan teknik non mengurangi nyeri
farmakologi untunk mengurangi - Control longkungan yang
nyeri kepala memperberat rasa nyeri
- Klien dapat mengungkapkan - Fasilitasi istirahat dan tidur
bahwa nyeri kepala berkurang
dengan menggunakan Kolaborasi :
manajemen nyeri - Kolabaroasi pemberian analgetic jika
- Klien dapat menyatakan rasa perlu
nyaman setelah nyeri kepala - Beri obat amlodipine
berkurang
- Klien dapat menggunakan
analgetik dengan tepat
DX Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
2 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
manjemen kesehatan meningkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Dengan kriteria hasil: menerima informasi
- Melakukan Tindakan untuk Terapeutik
mengurangi faktor resiko - Sediakan materi dan media
meningkat Pendidikan Kesehatan
- Menerapakn program perawatan - Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan
- Aktrivitas hidup sehari hari - Berikan kemampuan untuk bertanya
efektif memenuhi tujuan Edukasi
kesehatan - Jelaskan faktor resiko yang dapat
32
napas dalam.
tgl/jam
1 - Mengkaji nyeri secara komprehensif S:
Minggu, (lokasi, karakteristik, skala, durasi, - Pasien mengatakan
12/06/22 frekuensi, kualitas, intensitas) : setelah melakukan
Pasien mengatakan nyeri kepaanya tehnik Tarik napas
sudah berkurang setelah dalam , ia merasa
beristirahat dan minum obat lebih rileks dan
P: Pasien mengatakan nyeri nyaman
kepalanya mulai berkurang - Pasien mengatakan
Q: Pasien mengatakan nyeri kepala nyerinya sudah
seperti ditusuk-tusuk mulai berkurang
R: Pasien mengatakan nyeri pada - Skala nyeri 1 atau 2
kepalanya
S: Skala nyeri 3 O:
T: Nyeri hilang timbul - Pasien tampak relaks
- TD : 146/84 mmHg dan nyaman
- Nadi : 82 x/m - Pasien juga mampu
- RR : 20x/m melakukan tehnik
- Sh : 36, C napas dalam.
- TD : 146/84 mmHg
- Mengobservasi respon non verbal Nadi : 82 x/m RR :
nyeri : Pasien masih tampak 20x/m Sh : 36, C
menahan nyerinya A : Masalah nyeri
- Mengajarkan klien penggunaan kepala teratasi.
teknik non farmakologi (tehnik P : Intervensi dihentikan
Tarik napas dalam ): pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi tarik
napas dalam.
- Menganjurkan klien untuk tidur atau
istirahat yang cukup : klien
mengatakan tidur semalam jam 21
sudah tidur
Pada bab ini akan dijelaskan antara kesenjangan dengan teori dan asuhan
keperawatan secara langsung pada Ny J dengan diagnosa medis Hipertensi meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian penulis menggunakan metode wawancara dengan menanyakan
identitas pasien seperti nama jenis kelamin usia serta masalah Kesehatan dan
selain wawancara penulis juga metode pemeriksaan fisik dan tanda- tanda vital hal
ini untuk mengetahui,kedaan fisikdan tekan darah pasien Pada tahap pengkajian
penulis menemukan masalah pasien mengeluh sakit kepala seperti di tusuk tusuk ,
lemas , pasien tidak pantang terhadap makan obat hiopertensi diminum kalau ada
keluahan,serta dengan tanda -tanda vital TD : 174/84 mmhg nadi 109 x/menit, RR
21 x/ menit suhu 36,6 C.
4.2 Diagnosis
Sesuai buku SDKI diagnose nyeri akut dengan gejala dan tanda mayor dengan
didapat
Subjektif
1. mengeluh nyeri
objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
sedangkan gejala dan tanda minor didapat objektifnya :
1.Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
38
Evaluasinya
Skala nyeri
Hari 1 2 3 4
Skala 6 3 3 1
Evalusinya
senam hipertensi
awal pertama kedua ketiga
sistolik 174 150 152 146
diastolik 109 84 84 84
40
Hal ini sesuai dengan teori Anwari (2018), senam hipertensi merupakan
olahraga yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan
pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung. Senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat
untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,
curah jantung dan isi sekuncup bertambah. dengan demikian tekanan darah akan
meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang,
dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan
kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin
dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan
pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah
berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh-pembuluh darah,
sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan turun. Penelitian
ini juga sejalan dengan teori Mufidah(2017), senam hipertensi adalah olahraga yang
ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat
badan dan mengelola stress (faktor yang mempertinggi hipertensi).
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
pasien Hipertensi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Terdapat dua masalah keperawatan yaitu :
a. Masalah nyeri yang hilang pada hari ke empat dengan Tindakan
keperawatan mengidentifikasi nyeri serta memberikan therapi
nonfarmakologi( tehnik napas dalam ) serta kolaborasi pemberian analgetic
( Panadol )
b. Masalah manajemen Kesehatan kurang efektif terhadap darah tinggi atau
hipertensi hal ini tilakukan senam hipertensi selam 3 kali dalam seminggu
dan hasil tekanan darah cenderung relative terkontrol.
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan
lainnya..
b. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi.
43
Arita Murwani, W. P. (n.d.). Gerontik konsep dasar dan asuhan keperawatan home
care dan komunitas / Arita Murwani, Wiwin Priyantari | OPAC Perpustakaan
Nasional RI. Retrieved June 21, 2022, from
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=169756
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda
Nic dan Noc Jilid 1. TIM.
Manurung, N. (2016). Aplikasi asuhan keperawatan sistem kardiovaskuler / Nixson
Manurung | OPAC Perpustakaan Nasional RI. Manurung, Nixson.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1008123
Martani, R. W., Kurniasari, G., & Angkasa, M. P. (2022). PENGARUH SENAM
HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA : STUDI
LITERATURE. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 13(1), 83. https:
Maryam, R. E. M. (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan PERAWATANNYA. In
Salemba Medika. Salemba Medika.
https://books.google.com/books/about/Menengenal_Usia_Lanjut_dan_Perawat
annya.html?hl=id&id=jxpDEZ27dnwC
Michael. (2021). Makalah Tentang Kesehatan Reproduksi Lansia | My Skripsi.
Michael. https://myskripsi.netlify.app/makalah-tentang-kesehatan-reproduksi-
lansia/
Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Salemba Medika.
Ryan Reinardi Wijaya. (2021). 11 Perubahan Tubuh Lansia yang Perlu Anda
Hadapi. https://hellosehat.com/lansia/perawatan-lansia/perubahan-tubuh-
lansia/
Siswati, Maryati, H., & Praningsih, S. (2021). Senam Hipertensi Sebagai Upaya
Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Journal Of Health
Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol., 6(2), 5.
Smeltzer, S. C. . B. B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Volume
3 - Brunner dan Suddarth. EGC.
Lampiran 1
- Bab 2, hanya
menggunakan 3
konsep:
Konsep
lansia
Konsep
penyakitnya
Tindakannya
- Bab 3 , ambil
dari pengkajian
dan di
narasikan.
Lampiran 2
48
49
50
51
52
53
54
55
Lampiran 3
I. Identitas
Nama Klien : Ny. J
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status marital : Janda
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan sekarang : IRT
Alamat rumah : Kp Daon Rt 05 Rw 05 , Rajeg, Tangerang.
V. Pengkajian Khusus
1. Pengkajian Fungsi Kognitif (SPMQ)
N Pertanyaan Benar Salah
o
1 Jam berapa sekarang? √
Jawab :jam 20;00
2 Tahun berapakah sekarang? √
Jawab: 2022
3 Kapan Bapak/ Ibu lahir? √
Jawab: tidak tahu tahun lahirnya
4 Berapa umur bapak/ ibu sekarang? √
Jawab : .67 /68 an.
5 Dimana alamat Bapak/ Ibu sekarang? √
Jawab : kp daon ,kec Rajeg Tangerang....
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab: 3 orang.
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab: Nutrbaeti dan suaminya serta anaknya
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? √
Jawab: tidak tahu karena tidak sekolah
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang? √
Jawab: pak Jokowi
10 Coba hitung mundur dari angka 20 ke 1! √
Jawab:.
JUMLAH 8 2
Interpretasi: fyngsi intelektual utuh tidak ada
gangguan
.....................................................................................
2. Pengkajian MMSE
Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
Max Klien
1 Orientasi (sekarang) 5 5 Menyebutkan dengan benar : Tahun,
Musim, Tanggal, Hari, Bulan
Orientasi (sekarang 5 5 Dimana kita sekarang berada :
ada dimana) Negara , Propinsi , Kota,
Panti ,Ruangan
2 Registrasi 5 5 Perawat menyebutkan 3 benda (misal
kursi, meja, kertas). Lalu minta klien
untuk menyebutkan kembali
3 Perhatian dan 5 3 Minta klien untuk menjawab
Kalkulasi perhitungan sederhana, misal 100-7;
93-7; 86-7, dst
4 Mengingat kembali 5 5 Minta klien untuk mengulangi ketiga
(Recall) obyek pada aspek Registrasi tadi.
5 Bahasa 5 3 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal
jam tangan, pensil atau jendela)
Nilai : 26
Intepretasi hasil
Tidak ada gangguan kognitif: 24 – 30
Gangguan kognitif sedang : 18 – 23
Gangguan kognitif berat : 0 – 17
Interpretasi Indeks KATZ Klien: dari hasil pengamatan semua masih bisa
dilakukan secara mandiri.
4. Status Fungsional
APGAR Keluarga
No Item penilaian Selalu Kadanf Tidak
-kadang pernah
(2) (1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 B; Partneship
Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3 C; Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman- 2
59
B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
a. Rambut: Warna rambut putih, rambut pendek dan bersih, tidak adanya lesi
dan udem di kepala.
b. Mata: Konjungtiva anemis kiri dan kanan, kelopak mata menurun, jarak
pandang menurun
c. Hidung: hidung bersih, tidak ada polip
d. Mulut : mulut dan gigi bersih, tidak ada stomatitis, gigi sisa 7 pada rahang
bawah dan gigi atas sudah tidak ada,bibir lembab
e. Telinga: : tidak ada gangguan fungsi pendengaran, kedua daun kuping
melebar, tumbuh rambut di daun kuping.
2. Leher:
Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada tiroid
3. Dada/ thorax
tidak ada kelainan( keterangan darin klien )
4. Abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi):
a) Inspeksi : bentuk abdomen datar
c) Auskultasi: Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
d) Perkusi : Terdengar timpasi.
e) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Muskuloskeletal: Postur tubuh klien agak membungkuk, kekuatan otot
ektermitas
5 5
5 5
tidak ada nyeri sendi saat di gerakan dan fungsi otot baik
Klien berjalan tanpa alat bantu
IX. Lingkungan
Pasien tinggal didaerah pedesaan lingkungan bersih ,asri dan nyaman. Luas
bangunan rumah 10 x 8 meter, dengan 3 kamar ( 2 kamar tidur, 1 kamar tidak
dipake), sumber air dari air tanah sedangkan untuk minum beli dari air mineral,
untuk tempat sampah disamping rumah sampah dibakar.
X. Informasi penunjang
1. Diagnosa medik: Hipertensi
2. Laboratorium: Tidak diperiksa
3. Terapi medik :Terapi dari klinik Amlodipine 10 mg dan panadol
61
ANALISA DATA
Jumat 09/6/2022
DATA DIAGNOSA
DS : Nyeri akut
Klien mengatakan jika tekanan darah sedang tinggi,
nyeri kepala dan lemas.
P: Klien mengatakan nyeri kepalanya bertambah
saat beraktivitas
Q: Klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-
tusuk,
R: klien mengatakan nyeri pada kepalanya
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
Klien mengatakan bila sakit kepala minum panadol
1 tab nyeri hilang dalam waktu 20 menit.
DO :
Klien tampak memegang kepala dan menahan nyeri
saat
Nadi : 84x/m
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,6 C
Tekanan darah : 174/109 mmHg
DS : Manjemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakitnya karena sudah tua, tidak tidak efektif
pantang makanan,minum obat akalau terasa sakit
saja
DO :
Pasien tidak teratur minum obat, terlihat obat yang
ada masih banyak,
Pasiem makan apa aja,tidak ada pantang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
10/06/2022
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX
1. Nyeri akut
2. Manjemen Kesehatan tidak efektif
62
INTERVENSI KEPERAWATAN