Oleh :
Hengky Syaputra, S.Kep
NIM. 2021207209100
Oleh :
Hengky Syaputra, S.Kep
NIM. 2021207209100
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
MENGETAHUI,
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Diketahui Oleh :
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang Menyatakan
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena dengan limpahan rahmat,
karunia, dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners
yang berjudul " Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Hipertensi yang Mengalami Masalah Ansietas Melalui Inovasi
Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung
Barat Tahun 2022 "
Karya Ilmiah Akhir ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat penulis
untuk memperoieh gelar Ners di Program Studi Profesi Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Penulis menyadari ketidaksempumaan dan keterbatasan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis. Dalam hal penyelesaian karya
ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan saran.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan materil maupun
spiritual.
3. Dekan dan staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
4. Ns. Rita Sari, S.Kep sebagai Kaprodi Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
5. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Pembimbing
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
keperawatan.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin
Hengky Syaputra
vii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 9
C. Tujuan …………………………………………………………………….. 10
D. Manfaat …………………………………………………………………… 10
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian…………………………………………….. 126
B. Analisis Asuhan Keperawatan………………………………………….. 126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………... 135
B. Saran………………………………………………………………………. 135
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. xi
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Hipertensi…………………………………………. 27
Tabel 2.2 Indeks KATZ…………………………………………………………… 40
Tabel 2.3 Short Portable Mental Status Quesioner……………………………….. 40
Tabel 2.4 Skor Norton…………………………………………………………… 42
Tabel 2.5 MMSE…………………………………………………………………. 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Latihan Otot Progresif Gerakan 1 dan 2……………………………… 71
Gambar 2.2 Latihan Otot Progresif Gerakan 3……………………………………. 72
Gambar 2.3 Latihan Otot Progresif Gerakan 4…………………………………….. 73
Gambar 2.4 Latihan Otot Progresif Gerakan 5…………………………………….. 75
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2012).
Seseorang yang telah mencapai umur lebih dari 60 tahun dimana melewati
kehidupan.
2018 jumlah warga yang berusia 65 tahun melebihi jumlah warga berusia
dibawah lima tahun, ada sekitar 705 juta orang berusia lebih dari 65 tahun dan
yang berusia 0-4 tahun berkisar 680 juta jiwa (SindoNews.com, 2019).
sekitar 142 juta jiwa. Diperkirakan pada tahun 2050 diperkirakan populasi
lansia meningkat tiga kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah lansia
sekitar 5,3 juta (7,4%) dari populasi, pada tahun 2010 jumlah lansia 24 juta
(9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia
mencapai 28,8 juta (11,34%) dari total populasi (P2PTM, 2019). Dari data-data
2
menunjukan bahwa jumlah lansia didunia akan terus bertambah seiring waktu
jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta (9,7%) pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa
(12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan
persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan
untuk penyakit tidak menular antara lain hipertensi, masalah gigi, penyakit
sendi, maslah mulut, diabetes militus, penyakit jantung dan stroke dan penyakit
menular antara lain seperti ISPA, diare dan pneumonia (Biro Komunikasi dan
jiwa yaitu depresi, demensia, gangguan cemas dan sulit tidur (P2PTM, 2019).
Pada lansia terdapat beberapa penyakit yang dialami berupa penyakit tidak
pada usia lanjut mempunyai presentase yang tinggi, pada usia diatas 65 tahun
3
dalam Raihan & Dewi, (2014) usia lebih dari 45 tahun mempunyai risiko besar
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan
tekanan darah sistolik meningkat. Selain itu, tekanan darah diastolik juga akan
meningkat karena dinding pembuluh darah yang tidak lagi fleksibel (Kozier et
mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari
total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari
ketiga dengan prevalensi sebesar 25% diikuti oleh Eropa 23%, Pasifik Barat
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di dunia terkena
prevalensi hipertensi dialami lansia dengan umur lebih dari 75 tahun dengan
(69,5), untuk umur 65-74 tahun (63,2) serta 55-64 tahun (55,2) (Riskesdas,
diikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16%
daerah paling tinggi kejadian hipertensi dimana usia 75 tahun merupakan usia
Secara teori hipertensi adalah kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90
kelainan adrenal , kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas dll.
lebih sering pada wanita dari pada laki-laki (Benard. 2008 Dalam Duryanto,
penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan
gelisah, takut, tidak tentram dan bisa disetai dengan gangguan fisik.
Kecemasan pada para lansia bisa diartikan adanya respon emosional yang
psikologis, dan juga sosial yang dihadapi pada lanjut usia. Para lansia juga
alami.
dilakukan oleh Ridwan, dkk (2017) sebagian besar lansia dengan hipertensi
32,7%, sedangkan pada usia didapatkan kecemasan berat pada umur 70-79
tahun, untuk kecemasan sedang pada umur 60-64 tahun sedangkan kecemasan
riangan pada umur 65-69 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
hipertensi dengan usia lebih dari 60 tahun banyak yang mengalami kecemasan
ringan.
Menurut Ana Budi Keliat (dalam Livana PH dkk, 2016) respons dari
keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi klien, dimana ansietas
dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas dalam, distraksi, teknik lima
jari dan kegiatan spiritual. Menurut National Center for Complementary and
aman atau rendah efek samping terutama pada klien dengan kecemasan. (Weni
sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan kecemasan dan salah satu
dialami oleh klien dengan kecemasan dan juga untuk menurunkan tekanan
darah yang tinggi yakni melalui teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR)
tensi, mengatasi kecemasan, insomnia serta nyeri (Putra, 2020). Banyak tekni
dan peregangan sekelompok otot dalam keadaan rileks. Teknik ini digunakan
relaksasi progresif pada pagi dan sore hari selama 45 menit dimana evaluasi
dilakukan setelah 7 hari pelaksanaan terapi, agar pencapaian hasil terapi yang
maksimal dilakukan 2 kali sehari secara rutin pagi dan malam hari selama satu
posisi yang nyaman dan sikap yang baik didapatkan hasil adanya penurunan
yang intervensi yang mendapatkan terapi relaksasi otot progresif dari pada
kelompok kontrol.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Endar Sulis Tyani (2015) rata-rata
diberikan relaksasi otot progresif adalah 146,53 mmHg dan 88,20 mmHg,
sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol
adalah 160,87 mmHg dan 98,87 mmHg. Hasil uji statistik diperoleh p value =
0,000 lebih kecil dari pada nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
sangan efektif terhadap penurunan tekanan darah hal ini bisa dilihat dari
kecemasan lansia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif adalah 2,43,
adalah 1,70dapat dilihat adanya nilai p 0,000 (p< 0,05) dimana terdapat
Pekon Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2022”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam karya ilmiah ini adalah agar mahasiswa mampu :
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam
dengan hipertensi
2. Manfaat Aplikatif
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat digunakan pada lansia
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua
akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia
kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
12
13
(Kholifah, 2016).
memasuki lansia.
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
atas”.
yaitu usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun
dan usia sangat tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun.
14
c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus
dari umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase
prasenium dari umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai
kematian.
dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old
2. Proses Penuaan
terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya
et.al, 2016).
a. Teori Biologis
pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi.
patologis.
needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling
manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia
dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang
c. Teori Kultural
kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum
orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan
sampai tua.
d. Teori Sosial
aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori
e. Teori Genetika
anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan
g. Teori Menua
2006).
lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social.
pergaulan.
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
e. Lingkungan
f. Stress
18
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi
2) Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
3) Sistem Muskuloskeletal
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament dan
4) Sistem Kardiovaskuler
5) Sistem Respirasi
7) Sistem Perkemihan
8) Sistem Saraf
sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat
21
berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient).
7) Kebijaksanaan (Wisdom).
8) Kinerja (Performance).
9) Motivasi
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
d. Perubahan Spiritual
e. Perubahan Psikososial
ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap sampai sangat
tua.
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
kedukaanya.
marit.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
persisten pada pembuluh darah arteri, yang tekanan darah sistolik sama
dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan
tekanan darah tinggi yang tekanan sistoliknya 140 mmHg dan tekanan
tetapi juga menderita penyakit lainnya seperti saraf, ginjal, dan pembuluh
lain. Gejalanya adalah sakit kepala atau tengkuk terasa berat. Vertigo,
2. Jenis-jenis Hipertensi
a. Hipertensi primer
b. Hipertensi sekunder
glukosa, wajah bulat seperti bulan, punuk kerbau. Selain itu, penyakt
3. Etiologi Hipertensi
2) Jenis kelamin dan usia Untuk laki-laki berusia 35-50 tahun dan
hipertensi
hipertensi.
4) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan
b. Hipertensi sekunder
diantaranya yaitu:
3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
fungsi ginjal.
8) Kehamilan
9) Luka bakar
11) Merokok.
4. Klasifikasi Hipertensi
diastolik adalah:
28
1) Tekanan darah yang normal yaitu apabila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang dari atau sama dengan 90
mmHg.
besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau
5. Manifestasi Klinis
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti arterial tidak akan pernah
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaktis
8) Kesadaran menurun
yaitu:
1) Riwayat keluarga
2) Usia
tahun.
3) Jenis kelamin
4) Ras/etnik
etnik.
antara lain:
1) Merokok
dan akan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
3) Konsumsi Alkohol
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa mempompa darah lebih kuat
bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y.,
2018).
32
hipertensi.
7. Komplikasi hipertensi
a. Stroke
darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang
terbentuknya aneurisma.
33
b. Infark miokardium
infark.
c. Gagal ginjal
protein keluar melalui urin dan terjadi tekanan osmotik koloid plasma
d. Ensefalopi
8. Patofisiologi
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. EKG
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
10. Penatalaksanaan
mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
a. Pengaturan diet Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup
sehat atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan
dianjurkan:
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
c. Olahraga
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
data obyektif (data yang perawat dapatkan melalui observasi dan hasil
adalah :
dengan identitas klien seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, dan
alamat klien. Kemudian data jumlah keturunan klien seperti jumlah anak
dan cucu klien. Selanjutnya data terkait nama suami/istri dan umurnya.
b. Riwayat Keluhan
1) Keluhan utama
Adanya keluhan nyeri dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan
c. Pemeriksaan Fisik
lanjut usia
g) Mengkaji rasa sakit atau nyeri : Palliatif (P), Quality (Q), Regio
40
2) System kardiovaskuler :
3) System gastrointestinal :
4) Sistem genitourinarius :
5) Sistem kulit :
d. Psikologis :
saat ini dan harapannya yang akan datang, kegagalan lansia yang
e. Sosial Ekonomi :
lansia,
f. Spiritual :
g. Psikososial :
bagaimana fokus diri, serta perhatian dan rasa kasih kasih saying yang
dirasakan.
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari,
kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
lansia
Interpretasi hasil:
1) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas Sangat Agak Terbatas Tidak terbatas
penuh terbatas
Kelembapan Lembab Sangat Kadang lembab Jarang Lembab
konstan lembab
Aktifitas Di tempat Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
tidur
Mobilisasi Imobil Sangat Kadang Tidak Terbatas
penuh terbatas terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Sempurna
Adekuat
Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna
cubitan Resiko Masalah
Total skor
Keterangan :
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut ( bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien
bisa mengambil kertas, melipat jadi
dua, dan menaruh di bawah sesuai
perintah. klien dapat menulis satu
kalimat.
Total Nilai 29
p. Pengkajian Keseimbangan
2. Diagnosis Keperawatan
(SDKI, 2017).
Hipertensi, yaitu :
a. Anietas (D.0080)
1) Definisi
2) Penyebab :
46
a) Krisis situasional
c) Krisis maturasional
j) Penyalahgunaan zat
Subjektif
a) Merasa binggung
c) Sulit berkonsentrasi
Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
Subjektif
47
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
Objektif
d) Diaphoresis
e) Tremor
g) Suara bergetar
i) Sering berkemih
b) Penyakit akut
c) Hospitalisasi
d) Rencana operasi
1) Definisi
secara mandiri
2) Penyebab
b) Perubahan metabolisme
c) Ketidakbugaran fisik
f) Kekakuan sendi
g) Kontraktur
h) Nyeri
Subjektif :
Objektif
Subjektif
Objektif
• Sendi kaku
• Gerakan terbatas
• Fisik lemah
• Trauma
• Fraktur
• Osteoarthritis
• Keganasan
1) Definisi
2) Penyebab
d) Gangguan imunitas
50
g) Tekanan emosional
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif :
Subjektif ;
Objektif :
Anoreksia
b) Infeksi
e) Tumor
1) Definisi
2) Penyebab
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
Subyektif
a) Kelelahan
Obyektif
20%
4) Kondisi klinik
a) Gangguan muskuloskeletal
c) Aritmia
d) Gangguan metabolic
52
1) Defenisi
terjatuh
2) Faktor Resiko
b) Riwayat jatuh
c) Gangguan penglihatan
d) Gangguan keseimbangan
e) Gangguan pendengaran
a) Osteoporosis
b) Demensia
c) Anemia
d) Imobilisasi
e) Stroke
1) Definisi
diri.
53
2) Penyebab
Gangguan musculoskeletal
Ganguan neuromuskuler
Kelemahan
Penurunan motivasi/minat
Subjektif :
Objektif :
secara mandiri
a) Depresi
b) Arthritis
c) Demensia
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas
(SIKI, 2018).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
jika perlu
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
56
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan Prosedur
Tindakan
2. Anjurkan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
dapat dilakukan (mis. Duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat tidur)
3 Nyeri Kronik Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan pemenuhan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kebutuhan pasien tercukupi frekuensi, kualitas nyeri
dengan ekspektasi Nyeri Akut 2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan kriteria 3. Identifikasi 23actor yang
hasil: memperberat dan memperingan nyeri
1. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
2. Meringis dapat menurun untuk mengurangi rasa nyeri
3. Gelisah menurun Edukasi
4. Tekanan darah membaik 1. Menjelaskan penyebab, periode dan
58
pemicu nyeri
2. Menjelaskan strategi mengatasi nyeri
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan 3x24 jam Observasi
Respon fisiologis terhadap 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktifitas yang membutuhkan mengakibatkan kelelahan
tenaga dapat meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
dengan kriteria hasil 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Kemudahan dalam melakukan 4. Monitor lokasi dan
aktifitas sehari- hari meningkat ketidaknyamanan selama
2. Kekuatan tubuh bagian atas melakukan aktivitas
meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian bawah Terapeutik
meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
4. Keluhan lelah menurun rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan).
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif (ROM)
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan.
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
59
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh
3x24 jam Risiko jatuh Observasi
menurun dengan kriteria 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
hasil : (mis.usia >65 tahun, gangguan
1. Jatuh dari tempat tidur keseimbangan, gangguan penglihatan,
menurun neuropati, dst)
2. Jatuh saat berdiri menurun 2. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
3. Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala
4. Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruang pada anggota
keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan
perawat/keluarga
60
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
dibutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
6 Defisit Setalah dilakukan Perawatan Diri
Perawatan Diri tindakan keperawatan 3x24 Observasi
diharapkan perawatan diri 1. Identifikasi kebutuhan alat bantu
klien membaik, dengan perawatan diri
kriteria hasil : Terapeutik
1. Kemampuan mandi meningkat, 1. Siapkan keperluan pribadi (sabun
2. Mempertahankan kebersihan mandi, sikat gigi, bedak, lotion
diri meningkat 2. Damping melakukan perawatan diri
hingga mandiri
Edukasi
1. Anjurkan klien melakukan perawatan diri
secara rutin dan sesuai dengan
kemampuaan.
61
4. Implementasi Keperawatan
baik dan benar, memahami standar oprasional procedure yang benar, dan
5. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
operasional prosedur
3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang berfokus pada respon klien setelah
dilakukan.
Konsep Ansietas
1. Definisi
berasal dari Bahasa Latin angustus yang artinya kaku dan ango / anci yang
berasal dari Bahasa Latin yaitu anxius, yang berarti penyempitan atau
perasaan curiga bahwa sesuatu buruk akan terjadi. Senada dengan itu, Gail
kekhawatiran yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Dari bebrapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
nyaman, 22 perasaan khawatir dan perasaan tidak mampu serta tidak pasti
2. Etiologi
kecemasan yaitu :
a. Faktor Predisposisi
menghasilkan kecemasa.
b. Faktor Prepitasi
budaya.
bergetar, tangan yang dingin dan lembab, pening atau pingsan, dan wajah
terasa memerah
66
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) menyebutkan gejala dan
1) Subjektif
Merasa binggung
Sulit berkonsentrasi
2) Objektif
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
1) Subjektif
Mengeluh pusing
Anoreksia
Palpitasi
67
2) Objektif
Diaphoresis
Tremor
Suara bergetar
Sering berkemih
a. Trait Anxiety
b. State Anxiety
pada tubuh dengan adanya respon tegang dan khawatir yang dirasakan.
68
a. Kecemasan Neurosis
ketakitan terhadap hukuman yang mungkin terjadi atas suatu insting yang
dipuaskan.
b. Kecemasan Moral
c. Kecemasan Realistik
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
banyak area.
c. Ansietas Berat
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
d. Tingkat Panik
1. Pengertian
adalah suatu metode yang terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok
otot serta memfokuskan pada perasaan rileks (Solehati dan Kosasih, 2015).
70
diberikan kepada klien dengan menegangkan otot – otot tertentu dan kemudian
timbul akibat stress dalam sehari-hari. Relaksai ini bisa digunakan agar
Salah satu pengelolaan diri yang didasari pada sistem syaraf simpatis
dan para simpatis. Pada saat seseorang mengalami kecemasan syaraf yang
bekerja lebih dominan yaitu sistem syaraf simpatis, sedangkan saat keadaan
relaks yang bekerja adalah sistem saraf para simpatis. Dimana saraf simpatis
dan para simpatis yang kerjanya saling berlawanan, ketika otot – otot
dirilekskan dapat menormalkan kembali fungsi – fungsi organ tubuh. Selain itu
72
Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi di
otak dan susunan saraf tulang belakang. Endorphin bekerja mengikat reseptor
yang ada di sistem limbik, sistem limbic adalah bagian dari otak yang dikaitkan
dengan suasana hati dan emosi. Setelah seseorang melakukan relaksasi dapat
a. Persiapan
3) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
merasakan relaks
73
c) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
yang dialami.
menghadap ke langit-langit.
Gambar 2.1
Latihan otot progresif gerakan 1 dan 2 (otot tangan)
Gambar 2.2
74
Gambar 2.3
Latihan otot progresif Gerakan 4 (Otot-otot Bahu)
a) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
Gambar 2.4
Latihan Otot progresif Gerakan 5-8 ( Otot wajah, Rahang, dan
Sekitar Mulut)
76
punggung atas.
b) Punggung dilengkungkan.
Gambar 2.5
Latihan Otot Progresif Gerakan 9-12 (Otot Leher, Punggung,
dan Dada)
sebanyak-banyaknya.
manusia. Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia
akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk kecemasan
ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya dalam surah al-Fajr ayat
26-30,
Terjemahan
“dan tidak ada seorangpun yang mengikat seperti ikatannya, Hai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
surge-Ku.”
tanpa diiringi dengan tawakal kepada Allah Swt. Sehingga makin lama
penderita terus menerus mengkhawatirkan segala macam hal yang belum tentu
kecemasan yang patologis ini terjadi karena jiwa otonom yang mendominasi
80
sadar yang mendominasi berubah menjadi jiwa otonom yang isinya berupa
sadarnya percaya bahwa ancaman (stressor) masih tetap ada, dan mengganggu
Apabila karena sesuatu stressor yang dianggap berat oleh individu itu
mengontrol keseluruhan jiwa otonom, maka aka nada jiwa otonom yang
sehingga dirasakan sebagai suatu keadaan yang tidak nyaman. ‘Jiwa otonom’
ini merupakan unsur jiwa yang ada pada setiap orang, dalam keadaan sehat
‘mekanisme pertahanan mental’, pada orang sehat jiwa otonom tidak dominan
karena Allah, dilaksanakan dengan benar, tekun, disertai perasaan hati yang
senang serta tawakal menerima nasib takdir ketentuan Allah, maka insya Allah
apa adanya.
serta merangsang signal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan
yang efektif diberikan pada kelompok perlakuan. Hasil uji statistik Mann-
kelompok perlakuan dan kontrol dan didapatkan nilai p = 0.002 (p < 0,05)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harmono Rudi tahun 2020 yang
relaksasi otot progresif selam 15 menit setiap latihan, sehari dua kali dan
sebelum dan sesudah pada hari ke II, IV, dan VI. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah latihan relaksasi otot progresif ada penurunan tekanan darah
tekanan darah diastolik latihan relaksasi otot progresif ini tidak menurunkan
Kanker Denpasar “ Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker
yang berada di rumah singgah sebanyak 22 orang yang dibagi kedalam dua
dilakukan selama tiga hari pada pagi dan sore hari. Data pada kelompok
sebanyak 6 kali (3 hari setiap pagi dan 9 sore) didapatkan data tidak ada
kontrol didapatkan hasil tidak ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
Penderita Asma” Dari hasil penelitian didapatkan bahwa teknik relaksasi otot
progresif yang diberikan dapat membantu mengurangi tingkat stres dan gejala
stres yang dirasakan oleh kedua subjek yang mempunyai penyakit asma.
gaya hidup secara bersama sama mempengaruhi tingkat kecemasan pada lansia
40%.
Menurut teori Liana, 2015 dalam Sari (2018) mengemukakan salah satu
ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-
titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang
84
semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak kemudian di proses dengan
cepat dan diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami
membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan melakukan teknik relaksasi untuk
perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu cara
relaksasi otot tertentu. Meregangkan otot agar menjadi rileks adalah sebuah
paradoks yang jitu. Ketika kita stres atau marah, otot-otot kita bersiap untuk
bagi klien-klien saya. Robert (2007) Keadaan rileks adalah keadaan saat
seorang atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang, yaitu tidak bergelora
atau tegang. Keadaan tidak bergelora tidak berarti merendahnya gairah untuk
maupun pasif.. Prosedur aktif artinya kegiatan dilakukan sendiri secara aktif.
Teknik relaksasi pertama kali dikembangkan oleh Edmund Jacobsen pada awal
emosional seperti terkejut terhadap suara keras. Pada tahun 1938, Jacobsen
seseorang dapat diubah menjadi rileks pada otot-ototnya. Sekaligus juga latihan
ini mengurangi reaksi emosi yang bergelora, baik pada sistem saraf pusat
maupun pada sistem saraf otonom. Latihan ini dapat meningkatkan perasaan
mengobati berbagai penyakit ruhani dan jasmani. Tentu saja syaratnya harus
yakin dan tidak tergesa-gesa. Sebagaimana telah terbukti nyata dalam realita
kehidupan manusia semenjak zaman Nabi Saw. hingga hari ini, dimana
dengan Alquran ini. Dalam Alquran kata penyembuhan (syafa dan segala
yaitu pada surat alNahl [16]: 69, surat al-Isrâ’ [17]: 82, surat Fushilât [41]:
44, dan surat Yunûs [10]: 57. Firman Allah dalam QS Al-Isra (17) ayat 82,
berbunyi :
Terjemahnya :
“82. Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan
Pada surat al-Isrâ’ [17]: 82, syifâ’ dimaknakan sebagai penawar. Menurut
dari ayat tersebut adalah “wa nunazzilu min haza al-jins allazi huwa Alquran
2015).
BAB III
LAPORAN KASUS
b. Pengkajian
Keluhan Utama : Cemas
Riwayat Keluhan : Klien mengatakan merasa khawatir dengan
Utama kondisi dirinya. Klien mengatakan nyeri
kepala yang semakin sering muncul
membuat dirinya semakin cemas dan stres.
Nyeri yang dirasakan sejak beberapa bulan
yang lalu.
P : Nyeri dirasakan ketika bergerak
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : Nyeri pada pinggang dan bahu
S : Skala nyeri 6 (sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul dengan
durasi 1-3 menit Klien juga mengatakan sulit
untuk memulai tidur dan tidak ada nafsu
makan.
1) Fisik
wawancara
Pandangan lanjut usia : Klien mengatakan mengalami
tentang kesehatannya masalah pada penglihatannya,
pendengaran dan pergerakannya.
Kegiatan yang mampu : Klien mengatakan masih mampu
dilakukan lanjut usia berpakaian, makan, mandi, dan
BAK/BAB sendiri, walaupun dengan
88
89
Pemeriksaan Fisik
1) Temperatur : 37,0oC.
Tempat Pengukuran : Axilla
6) Tingkat orientasi
Waktu : Klien lupa tahun dan bulan berapa
karena tidak ada kalender di
kamarnya tetapi klien mengingat
tanggal dan hari apa saat dilakukan
pengkajian.
Tempat : Klien mengetahui tempatnya berada
sekarang Orang : Klien mampu
mengenali orang-orang yang berada
disekitarnya
7) Memori (Ingatan) :
Klien tidak mampu mengingat
memori jangka panjang dengan baik,
namun masih mampu mengingat
memori jangka pendek
8) Tidur
Kuantitas (Lama tidur)
Malam :
Klien mengatakan sejak 5 bulan
terakhir terkadang tidak tidur karena
nyeri yang dirasakan pada lututnya.
Sebelum sakit klien tidur 4-6 jam
Setelah sakit klien tidur 1-2 jam
91
5) Kifosis : Tidak
6) Hemiparesis : Tidak
Klien mengalami kelemahan pada
kedua sisi tubuh namun kelemahan
yang berat pada sisi kiri tubuh
b. Psikologis
Pengenalan masalah- : Klien mengatakan khawatir dengan
masalah utama penyakitnya yang tidak kunjung
sembuh, klien mengatakan ingin
sehat dan segera kembali ke
rumahnya
f. Status Fungsional
1) Indeks KATZ
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, ke kamar
kecil, kontinen, mandi dan berpindah tempat
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-
hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas dalam hidup sehari-
hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Analisis hasil :
97
Score No
+ - Pertanyaan Jawab
1 Tanggal berapa hari ini ? 09
1 Hari apa sekarang ini ? (hari, tanggal, tahun) Senin
1 Apa nama tempat ini ? Gunung Kemala
4aBerapa nomor telpon anda ?
Penilaian :
Kesalahan 0 – 2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3 – 4 fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8 – 10 fungsi intelektual berat
No Pertanyaan Ya T
d
>10 : Depresi k
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ? 1 0
2 Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan 1 0
Minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kosong dengan kehidupan yang 1 0
dijalani Saat ini?
4 Apakah anda sering bosan ? 1 0
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? 0 1
6 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? 0 1
7 Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu ? 0 1
8 Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 0
9 Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam 1 0
hari, Daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru ?
10 Apakah anda memiliki banyak masalah dengan daya ingat 1 0
Dibandingkan kebanyakan orang
11 Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup 1 0
sekarang ini?
12 Apakah anda merasa saya sangat tidak berharga/ berguna? 1 0
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1
14 Apakah anda merasa tidak memiliki harapan? 1 0
15 Apakah anda berpikir keadaan orang lain lebih baik 1 0
daripada anda?
Skor : Depresi 11
SKA
Penilaian :
0 – 5 : Normal
6 – 10 : Kemungkinan depresi
>10 : Depresi
Keterangan :
Tingkat risiko Nilai mps Tindakan
Tidak berisiko 0 -24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan intervensi
Pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi
Pencegahan jatuh risiko tinggi
r
n
a
h
2 1 0
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat √
kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga √
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan
saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman- √
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga √
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman- √
teman saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
Skor : Fungsi sosial baik 4
101
Penilaian :
0–5 : fungsi sosial kurang
6 – 10 : fungsi sosial baik
6) Barthel Indeks
Dengan
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 5 √10 Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : 1/2 porsi
jenis : ikan, sayur
dan bubur
2 Minum 5 √10 Frekuensi : sering
minum
Jumlah : >6 gelas
jenis :air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke √5-10 15 Klien merangkak
Tempat tidur dan sebaliknya dengan berpengangan
pada kursi
4 Personal toilet (cuci muka, 0 √5 Frekuensi : 5x/sehari
menyisir rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 √10 Klien mandiri dalam
(membuka pakaian, menyeka melakukan personal
tubuh, menyiram) hygiene
6 Mandi 5 √15 Frekuensi : 3x/sehari
7 Jalan di permukaan datar 0 √5 Mandiri dengan
menggunakan tongkat
8 Naik turun tangga 5 √10 -
9 Mengenakan pakaian 5 √10 Mandiri
10 Kontrol bowel (bab) 5 √10 Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : -
11 Kontrol bladder (bak) 5 √10 Frekuensi : >5x/hari
Warna : kekuningan
12 Olahraga/latihan 5 10 -
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 -
Luang
Keterangan :
130 : Mandiri
60-125 : Ketergantungan sebagian (95)
55 : Ketergantungan total
102
Kesadaran :
a) Komposmentis
b) Apatis
c) Sopor
d) Koma
Aktifitas :
a) Ambulan
b) Ambulan dengan bantuan
c) Hanya bisa duduk
d) Tiduran
Mobilitas :
a) Bergerak bebas
b) Sedikit terbatas
c) Sangat terbatas
d) Tidak bisa bergerak
Inkontine
n
a) Tidak
b) Kadang-kadang
c) Sering inkontinesia urine
d) Inkontinensia alvi & urin
Interpretasi :
15-20 : Kecil sekali/tak terjadi (15)
12-20 : Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemingkinan besar terjadi
103
pengurangan 5. Berhenti
setelah mendapat nilai
75. (nilai 1 setip jawaban
benar)
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no.2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
poin untuk masing- masing
obyek.
.Kasur
Gelas
Kursi
5 Bahasa (9) Tunjukkan pada klien suatu
menamai bendadan tanyakan namanya
pada klien.
□ (misal jam tangan)
2 2 □ (missal pensil)
Klien dapat menyebut nama
benda seperti pulpen dan
kacamata dengan memegang
benda tersebut
Pengulangan Minta klien untuk mengulang
1 1 kata berikut : “tak ada jika, dan,
atau,tetapi.” Bila benar, nilai
satu poin.
□ pernyataan benar 2 buah
(contoh : tak ada, tetapi)
Pemahaman Minta klien untuk mengikuti
3 3 perintah berikut yang tediri
dari 3 langkah : ambil kertas di
tangan anda, lipat dua, dan
taruh di lantai.”
□ Ambil kertas di tangan anda
□ Lipat dua
□ Taruh di lantai
Mem Perintahkan pada klien untuk
baca 1 1 hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
□ “tutup mata anda”
Menu 1 0 Perintahkan pada klien untuk
lis menulis satu kalimat dan
menyalingambar.
□ tulis satu kalimat
Menggambar 1 1 Perintahkan klien untuk
menggambar, gambar dibawa
ini :
Interprestasi Hasil
105
Interpretasi hasil
0-5 = resiko jatuh rendah
6-10 = resiko jatuh sedang
11-15 = resiko jatuh tinggi
107
3. Analisa Data
S : 36,4 ̊C P : 22 x/I
3. DS : Gangguan Gangguan
2. Klien mengatakan nyeri pada lutut, Muskuloskeletal Mobilitas Fisik
pinggang dan bahunya sehingga
kesulitan untuk bergerak. Penurunan
3. Klien juga mengeluh lututnya Kekuatan otot
bengkak dan nyeri.
4. Klien mengatakan tidak mampu
Kekakuan sendi
berjalan berdiri
5. klien merangkak dan berpegangan
pada kursi ketika ingin ke toilet atau Nyeri Kronik
berpindah tempat.
6. Klien mengatakan nyeri ketika Gangguan
bergerak sehingga hanya mampu Mobilitas Fisik
mengangkat sedikit kedua tangan
dan kakinya secara perlahan
DO :
1. Kekuatan otot : 4 2
4 2
2. Lutut sebelah kiri klien tampak
bengkak
3. Klien mengalami kontraktur pada
lutut kirinya
4. Otot lemah
5. Gerakan sendi terbatas
6. Klien nampak ke toilet dengan cara
merangkak dengan pelan-pelan
sambil berpegangan pada kursi
7. TTV :
8. TD : 160/80 mmhg N : 88 x/i S :
36,4 ̊C P : 22 x/i
109
4. DS : Gangguan Defisit
1. Klien mengatakan mandi 2x sehari Muskuloskeletal Perawatan
2. Klien mengatakan mampu mandi, Diri
berpakaian, makan, dan Penurunan
BAB/BAK secara mandiri Kekuatan
3. Klien mengalami kelemahan pada otot
kedua sisi tubuh namun
kelemahan yang berat pada sisi Kekakuan sendi
kiri tubuh
DO : Kelemahan
1. Kuku klien tampak panjang dan
kotor Defisit
2. Pakaian klien berbau pesing Perawatan Diri
3. Sprei klien berbau pesing
4. Klien BAK dengan cara bungkuk
5. Faktor Risiko : Gangguan Risiko Jatuh
1. Usia ≥ 65 tahun Muskuloskelet
2. Riwayat Jatuh al
3. Penggunaan alat bantu jalan
4. Lingkungan lantai licin Kekuatan
dapat membahayakan klien otot
5. Gangguan muskuloskeletal menurun
6. Gangguan penglihatan
Pergerakan
terbatas
Risiko jatuh
4. Diagnosa Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas
(SIKI, 2018).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
113
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulasi
keperwatan 3 x 24 jam maka Observasi
diharapkan mobilitas fisik meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau
dengan kriteria hasil : keluhan fisik lainnya
1. Pergerkan ektremitas atas 2. Identifikasi toleransi fisik dalam
dan bawah meningkat melakukan pergerakan
2. Rentang gerak ROM meningkat 3. Monitor frekuensi dan tekanan darah
sebelum dan sesudah melakukan
114
mobilisasi
4. Monitor keadaan umum klien
selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan Prosedur
Tindakan
2. Anjurkan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
dapat dilakukan (mis. Duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat tidur)
3 Nyeri Kronik Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
pemenuhan kebutuhan pasien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tercukupi dengan ekspektasi Nyeri frekuensi, kualitas nyeri
Akut menurun dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi 23actor yang
menurun memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis dapat menurun Terapeutik
3. Gelisah menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
115
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Pencegahan Jatuh
Risiko jatuh menurun dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
1. Jatuh dari tempat tidur (mis.usia >65 tahun, gangguan
menurun keseimbangan, gangguan penglihatan,
2. Jatuh saat berdiri menurun neuropati, dst)
2. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
3. Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala
4. Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruang pada anggota
keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
117
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
dibutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
118
A: Ansietas teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- latih tehnik relaksasi otot progresif
3 Ansietas b.d Minggu,24/04/2022 Reduksi Ansietas Minggu,24/04/2022
Kondisi 08.00 WIB 1. Memonitor TTV S:
kesehatan tak Hasil : TD 140/90 mmHg, - Klien mengatakan merasa senang
kunjung baik 2. Memonitor tanda ansietas verbal dihargai
08.00 WIB dan non verbal - Klien merasa sedikit tenang setelah
Hasil : klien tampak tenang melakukan teknik relaksasi otot
3. Melakukan teknik relaksasi otot progresi
progresif
08.30 WIB
120
A: Ansietas teratasi
P : pertahankan intervensi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- latih tehnik relaksasi otot progresif
121
Fisik b/d keluhan fisik lainnya Klien mengatakan bahwa kakinya masih
penurunan Hasil : klien mengeluh lemah dan sulit digerakkan,
fumgsi otot sulit bergerak
08.00 WIB b. Mengkaji toleransi fisik melakukan O:
pergerakan - Klien nampak mengeluh sambil
Hasil : klien hanya mampu memijit-mijit kakinya.
menggerakkan ekstremitas atas - Ekstremitas bawah klien nampak
08.30 WIB masih di tekuk dan miring serta sulit
c. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai diluruskan K
mobilisasi - Kekuatan otot 3,3,1,1
Hasil : TD :140/80 mmHg, N :
08.40 WIB 64x/i A:
d. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi - gangguan mobilitas fisik belum teratasi
dengan alat bantu
Hasil : klien mobilisasi P : lanjutkan intervensi
menggunakan bantuan pegangan - Kaji adanya nyeri atau keluhan fisik
bed, handuk dan bantal dengan lainnya
mengeset - Kaji toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
penurunan Hasil : klien mengeluh lemah masih sulit digerakkan namun sudah
fumgsi otot 08.00 WIB b. Mengkaji toleransi fisik melakukan dapat melakukan pergerakan dan
pergerakan kegiatan lebih baik
Hasil : klien hanya mampu
menggerakkan ekstremitas atas O:
08.30 WIB c. Memonitor frekuensi jantung dan - Klien nampak mengeluh
tekanan darah sebelum memulai sambilmemijit-mijit kakinya.
mobilisasi - Ekstremitas bawah klien sudah bisa
Hasil : TD :140/80 mmHg, N : diluruskan dengan bantuan perawat
08.40 WIB
64x/i
d. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi A :
dengan alat bantu - Gangguan mobilitas fisik belum
Hasil : klien mobilisasi teratasi
menggunakan bantuan rostur
P : lanjutkan intervensi
- Kaji adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Kaji toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
efektif b.d sebelum dan setelah mengubah - Klien mengatakan tangannya agak
penurunan posisi mudah digerakkan dari pada
aliran arteri Hasil : status oksigenasi klien baik sebelumnya
dan atau vena dan tidak sesak
10.05 WIB b. Menempatkan objek yang sering O:
digunakan dalam jangkauan - Ekstremitas bawah klien sudah mulai
Hasil : objek yang sering meningkat pergerakannya, kekuatan
digunakan diposisikan di tepi bed otot 4,4,1,1
10.10 WIB c. Imobilisasi dan topang bagian A:
tubuh yang cedera dengan tepat - Perfusi perifer tidak efektif belum
Hasil : bokong klien di topang teratasi
menggunakan handuk dan
ekstremitas bawah P : lanjutkan intervensi
ditopang
10.30 WIB menggunakan bantal - Pengaturan posisi
d. Memotivasi melakukan ROM aktif - Tempatkan objek yang sering
dan pasif digunakan dalam jangkauan
Hasil : klien melakukan rom aktif - Imobilisasi dan topang bagian tubuh
pada ekstremitas atas dan diberikan yang cedera dengan tepat\
rom pasif pada ekstremitas bawah - Motivasi melakukan ROM aktif dan
klien pasif
5 Perfusi Sabtu, 23/04/2022 Sabtu, 23/04/2022 (12: 40)
perifer tidak 10.00 WIB a. Menempatkan objek yang sering S :
efektif b.d digunakan dalam jangkauan - Klien mengatakan kram pada
penurunan Hasil : objek yang sering ekstremitas bawah
aliran arteri digunakan diposisikan di tepi bed
dan atau vena 10.10 WIB b. Imobilisasi dan topang bagian O :
tubuh yang cedera dengan tepat - Ekstremitas bawah klien sudah dapat
Hasil : bokong klien di topang di ubah posisi dan diluruskan namun
125
mandiri
d. Menggunakan alat bantu berjalan A : Risiko jatuh belum teratasi
Hasil : klien berjalan menggunakan
bantuan rostur P : lanjutkan intervensi
e. Menganjurkan memanggil perawat - Pencegahan Jatuh
jika butuh bantuan - Kaji risiko jatuh sekali setiap shift
Hasil : klien selalu memanggil - Monitor kemampuan berpindah dari
bantuan bed ke rostur
f. Menganjurkan konsentrasi untuk - Pastikan roda rostur selalu terkunci
menjaga keseimbangan tubuh - Anjurkan memanggil perawat jika
Hasil : klien mendengarkan dan butuh bantuan
mengerti - Anjurkan konsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
127
B. Data Senjang
PEMBAHASAN
Study kasus terhadap lansia Ny. S ini penulis lakukan pada tanggal 22
Canggu Kabupaten Lampung Barat. Pekon ini masuk dalam Wilayah Kerja
Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat. Puskesmas Liwa terdiri dari poli
umum, poli anak, poli KB, poli KIA, poli imunisasi, poli pengobatan dan
tindakan, poli gigi, poli gizi, ruang apotik serta ruang laboratorium. Walaupun
Poli khusus lansia belum ada di Puskesmas Liwa, akan tetapi posyandu lansia
1. Analisis Pengkajian
cemas karena penyakit yang tak kunjung sembuh, TD : 160/90 mmHg, klien
tampak gelisah. Ansietas adalah suatu hal yang membuat anda tegang,
samping itu juga dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
126
129
2020. Hasil uji chi kuadrat diperoleh nilai p value = 0,001 (<0,05) yang
Nilai OR= 11,09 artinya responden yang terkena stres mempunyai risiko
yang tidak terkena stres. Bahkan dalam Islam terdapat anjuran agar kita
dengan berdzikir dan bertawakal jiwa kita akan menjadi tenang, aman, dan
tentram sehingga kita dapat terhindar dari berbagai faktor yang dapat
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
RI, 2010). Ayat di atas menggambarkan keadaan manusia yang taat. Ayat
bangkit dari kuburnya: hai jiwa yang tenang lagi merasa aman dan tentram
karena banyak berzikir dan mengingat Allah kembalilah, yakni wafat dan
dengan hati yang rela, yakni puas dengan ganjaran Ilahi, lagi diridhai oleh
2. Analisis Diagnosa
tahun 2017 dituliskan bahwa cemas yaitu Kondisi emosi dan pengalaman
subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
tumbuh kembang.
131
penyakitnya yang tak kunjung sembuh, klien merasa lesu, klien mengatakan
3. Analisis Intervensi
progresif (PPNI, 2018). Sejalan dengan hasil penelitian Astuti dan Ruhyana
otak kemudian di proses dengan cepat dan diteruskan menuju saraf pada
tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang
hasil tensi klien 160/90 mmHg, kemudian memonitor tanda ansietas dengan
yang pernah digunakan untuk mengurangi cemas dengan hasil klien hanya
respons terhadap terapi relaksasi dengan hasil : klien merasa tenang setelah
melakukan terapi teknik relaksasi otot progresif. Hal ini sesuai dengan teori
133
pada seseorang karena teknik relaksasi otot progresif memberikan efek yang
ini hanya melibatkan sistem otot tanpa memerlukan alat lain dan dapat
dilakukan ketika dalam keadaan istirahat yaitu saat menonton tv atau duduk
latihan, sehari dua kali dan dilakukan selama 6 hari. Kedua kelompok
dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pada hari ke II,
IV, dan VI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah latihan relaksasi
otot progresif ada penurunan tekanan darah sistolik sebesar 16,65 mmHg
adalah teknik relaksasi otot progresif. Relaksasi otot atau relaksasi progresif
adalah suatu metode yang terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok
pasien kanker yang berada di rumah singgah sebanyak 22 orang yang dibagi
menit yang dilakukan selama tiga hari pada pagi dan sore hari. Data pada
progresif sebanyak 6 kali (3 hari setiap pagi dan 9 sore) didapatkan data
Salah satu pengelolaan diri yang didasari pada sistem syaraf simpatis
dan para simpatis. Pada saat seseorang mengalami kecemasan syaraf yang
bekerja lebih dominan yaitu sistem syaraf simpatis, sedangkan saat keadaan
relaks yang bekerja adalah sistem saraf para simpatis. Dimana saraf simpatis
dan para simpatis yang kerjanya saling berlawanan, ketika otot – otot
Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi di
reseptor yang ada di sistem limbik, sistem limbic adalah bagian dari otak
yang dikaitkan dengan suasana hati dan emosi. Setelah seseorang melakukan
Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari
kesembuhan dari sebuah penyakit adalah adanya jaminan dari Allah Ta’ala
Terjemahnya:
mempraktikkannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
perawatan diri
B. Saran
Karya akhir ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi perawat dalam
farmakologi
135
138
Karya akhir ini menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan para
Adrianti, Hebert. 2019. Modul Workhsop Biologi Abdimas. Jawa Barat: CV Jejak
Aini,
Lela & Reskita, Reza. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan: Program
Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia. Volume 9,
Nomor 2. Aji, S. B.,
Armiyati, Y., & Sn, S. A. (2015). Efektifitas Antara Relaksasi Autogenik Dan
Slow Deep Breathing Relaxation Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Orif Di Rsud Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan (JIKK), 002.
Cahyanti, E. I., Anugrahanti, W., & Wibowo. (2019). Asuhan Keperawatan Pada
Klien Gastritis Dengan Masalah Nyeri Akut
Muttaqin, Arif. 2008 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem muskuloskeletal Jakarta: Salemba Medika.
Purwati, E. Dkk. (2019). Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri
Post Sectio Caesarea. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No
1, page 35-43
Pratiwi, A., Susanti, E. T., & Astuti, W. T. (2020). Penerapan Teknik Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Skala Nyeri Pada Sdr . D Dengan Paska Open
Reduction Internal Fixation ( ORIF ). Jurnal Keperawatan Karya
Bhakti, 6(1), 1–7
Rejeki, S., Trimuliani, S., Machmudah, M., & Khayati, N. (2020). Therapeutic
effect of Al-Quran murattal (surah yusuf) on blood pressure level in
pregnant women with preeclampsia. South East Asia Nursing
Research, 2(1), 27. https://doi.org/10.26714/seanr.2.1.2020. 27-32
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI
2. Gerakan 1:
1) Genggam tangan kiri sambil
membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat
sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan,
klien dipandu untuk merasakan
relaks selama 10 detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini
dilakukan dua kali sehingga
klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan
otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan
pada tangan kanan.
3. Gerakan 2:
Tekuk kedua lengan ke belakang
pada pergelangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit.
4. Gerakan 3:
1) Genggam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan.
2) Kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang.
5. Gerakan 4:
1) Angkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
2) Fokuskan perhatian gerakan
pada kontras ketegangan yang
terjadi di bahu, punggung atas
dan leher.
6. Gerakan 5 dan 6:
1) Gerakan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
2) Tutup keras-keras mata sehingga
dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
7. Gerakan 7:
Katupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.
8. Gerakan 8:
Bibir dimoncongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
9. Gerakan 9:
1) Gerakan diawali dengan otot
leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian
depan.
2) Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat.
3) Tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan
ketgangan di bagian belakang
leher dan punggung atas.
10. Gerakan 10:
1) Gerakan membawa kepala ke
muka.
2) Benamkan dagu ke dada,
sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher
bagian muka.
C. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan responden
2. Lakukan kontrak pertemuan
selanjutnya
3. Akhiri dengan salam