Anda di halaman 1dari 81

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI POSISI SEMI


FOWLER 45 DERAJAT TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
Tn.H DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF )
DIRUANGAN ICU RSUD ACHMAD MOCHTAR 2016

Disusun oleh :

ATIKA HILMIYATI, S.Kep


1503149010008

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2016
KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI POSISI SEMI


FOWLER 45 DERAJAT TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
Tn.H DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF )
DIRUANGAN ICU RSUD ACHMAD MOCHTAR 2016

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

Diajukan untuk memperoleh gelar Ners (Ns)


Pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

Disusun oleh :

ATIKA HILMIYATI, S.Kep


1503149010008

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Atika Hilmiyati, S.Kep


NIM : 1503149010008
Tanda Tangan :

Tanggal : 23 Agustus 2016


PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Ilmiah Akhir ini telah disetujui

Tanggal 23 Agustus 2016

Oleh :

Pembimbing Akademik

(Reny Chaidir, S.Kp, M.Kep)

Mengetahui

Ketua Program Profesi Ners Keperawatan

(Ns. Ade Sriwahyuni, S.Kep, MNS)


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis
ilmiah ini dengan judul asuhan keperawatan pemberian terapi posisi semi fowler
45 derajat terhadap kualitas tidur pada Tn. H dengan Congsetive Heart Failure
(CHF) di ruang ICU RSUD Achmad Mochtar 2016.

Penulisan karya ilimiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners Keperawatan
STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya
tulis ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulisi untuk menyelesaikan karya tulis
ilimaih ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Marlina Andriani, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yarsi Sumbar Bukittinggi.
2. Ibu Ns. Ade Sriwahyuni, S.Kep, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Sumbar Bukittinggi.
3. Ibu Reny Chaidir, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan karya ilimiah ini.
4. Bapak/ Ibu Dosen beserta staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Sumbar Bukittinggi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan serta nasehat selama penulis
menjalani pendidikan.
5. Para staf dan pegawai RSUD Achmad Mochtar terutama di ruangan ICU
RSUD Achmad Mochtar yang telah memberikan izin melakukan pengambilan
kasus pada karya ilmiah penulis.
6. Teristimewa peneliti ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan saudara
peneliti yang selalu memberikan motivasi, semangat dan do’a dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini diberkahi oleh Allah SWT
dan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa
mendatang.

Bukittinggi, 23 Agustus 2016

Penulis

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Stikes Yarsi Sumbar Bukittingi, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Atika Hilmiyati, S.Kep
NIM : 1503149010008
Program Studi : Profesi Ners
Jenis karya : Laporan Akhir Profesi Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Stikes Yarsi Sumbar Bukittingi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Asuhan keperawatan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap
kualitas tidur pada Tn.. H dengan Congestive Heart Failure (CHF)
di ruang rsud achmad mochtar 2016”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Stikes Yarsi Sumbar Bukittingi berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Laporan Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bukittinggi
Pada tanggal : 23 Agustus 2016
Yang menyatakan

(Atika Hilmiyati, S.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YARSI SUMATERA BARAT BUKITTINGGI

ATIKA HILMIYATI, S.Kep


KARYA TULIS ILMIAH, 26 Agustus 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI POSISI SEMI
FOWLER 45 DERAJAT TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA Tn. H
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DIRUANG ICU RSUD
ACHMAD MOCHTAR 2013

xiii + 60 HALAMAN + 4 TABEL + 2 LAMPIRAN

ABSTRAK

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi yang sangat


serius. dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna
mencukupi kebutuhan sel- sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat.
Yang sering terjadi pada orang lanjut usia , dan ini merupakan kondisi gawat
darurat yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas, pemberian terapi dengan
posisi semi fowler 45 derajat dengan pasien Congestive Heart Failure
merupakan penatalaksanaan yang tepat dan cepat untuk membantu mengatasi
masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskuler. Penatalaksanaan sangat
diperlukan dalam pengelolaan kasus-kasus Congestive Heart Failure (CHF))
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Tujuan umum dari penulisan ini
adalah mampu menerapkan asuhan keperawatan pemberian terapi posisi semi
fowler 45 derajat terhadap kualitas tidur pada Tn. H dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di ruang ICU.
Seorang pasien laki-laki, umur 41 tahun, berat badan 50 kg masuk ke
ruang ICU Achmad Mochtar dengan keluhan utama sesak nafas, nyeri dada dan
keluhan tambahan , mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, frekuensi
pernafasan 38x/menit, terdapat retraksi suprasternal, interkosta, dan epigastrium.
Hasil pemeriksaan laboratorium; analisis gas darah pH : 7.499, pCO2 : 41,9
mmHg, base excess -8,8 mmol/L dan buffer base -8,8 mmol/L. Pada pasien ini
dilakukan manajemen airway, koreksi terhadap cairan, dan elektrolit. Dengan
diagnosis yang cepat dan tepat, serta penanganan yang tepat dapat mengurangi
resiko edema serebri bahkan kematian.

Kata kunci : Posisi semi fowler, Congestive Heart Failure (CHF),

penatalaksanaan.

Kepustakaan : 14 ( 2002 -2014 )

Nurses Professional Program of The Healthy Science College Of Yarsi


Bukittinggi West Sumatera

ATIKA HILMIYATI, S.Kep


Nurse Scientific Paper, 26 Agustus 2013

Nursing care of giving semi fowler position therapy for sleeping quality of Mr.
H with CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) at ICU RSUD ACHMAD
MOCHTAR 2016

xiii + 60 pages + 4 Tables + 2 appendix

ABSTRACT

Congestive Heart Failure (CHF) was a serious condition where heart


have failed to pump blood to complete body cells with adequate nutrient and
oxygen. This condition often happened to elderly and it was a critical condition
that increase morbility and mortality. Giving semi fowler position therapy for
Congestive Heart Failure patient was appropriate and fast management to
prevent breathing and cardiovascular problem. The aim of this study is able to
apply nursing care of giving semi fowler position therapy for sleeping quality of
Mr. H with Congestive Heart Failure (CHF) at ICU room.
A man and 41 years old, his weight is 50 kg enter ICU Achmad Moctar
with breathless, chest pain, nausea and vomit. At physical examination was found
bad general condition, compos mentis, respiration rate was 38 times per minute,
suprasternal retraksion, intercostals and epigastrium. Laboratorium result was
pH : 7.499, pCO2 : 41,9 mmHg, base excess -8,8 mmol/L dan buffer base -8,8
mmol/L. For this patient was done airway manajement, fluid and electrolit
correction. With fast and appropriate diagnosis and appropriate management will
decrease risk of cerebral edema and death.

Keywords : Congestive Heart Failure (CHF), management, semi fowler

position

Reading list : 14 ( 2002 -2014 )

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................vi
ABSTRAK ........................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1............................................................................................................ Kons
ep Dasar
2.1.1 Pengertian Congestive Heart Failure (CHF).......................................9
2.1.2 Klasifikasi Congstive Heart Failure (CHF)........................................10
2.1.3 Etiologi Congestive Heart Failure (CHF) (KAD)..............................11
2.1.4 Tanda dan Gejala Congestive Heart Failure (CHF)............................12
2.1.5 Anatomi Fisiologi...............................................................................13
2.1.6 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)..................................15
2.1.7 Woc.....................................................................................................17
2.1.8 Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF).....................................18
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang .....................................................................18
2.1.10 Penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF)............................18
2.1.11 Penanganan ......................................................................................19
2.1.12 Pemeriksaan diagnostic Congestive Heart Failure (CHF)................20
2.2............................................................................................................ Asuh
an Keperawatan Teoritis......................................................................................21
2.2.1 Pengkajian primary survey......................................................................21
2.2.2 Pengkajian Secondary Survey.................................................................21
2.3............................................................................................................ Diag
nosa Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)...........................................26
2.4............................................................................................................ Hubu
ngan Pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat...........................................27
2.5............................................................................................................ Inter
vensi keperawatan................................................................................................29

BAB III ASKEP KASUS


3.1 Pengkajian .................................................................................................34
3.1.1 Primary Survey..................................................................................34
3.1.2 Secondary Survey..............................................................................35
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................40
3.2 Analisa data................................................................................................41
3.3 Diagnosa Keperawatan...............................................................................43
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................44
3.5 Implementasi keperawatan........................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Asuhan keperawatan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap
kualitas tidur pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).........51
4.1.1 Diagnosa keperawatan......................................................................53
4.1.2 Intervensi keperawatan.......................................................................54
4.1.3 Implementasi......................................................................................56
4.1.4 Evaluasi..............................................................................................57
4.1.5 Dokumentasi......................................................................................58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................59
5.2 Saran.............................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsul

Lampiran 2 : Evidenbesa
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rencana Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)............... 29

Tabel 1.2 analisa data....................................................................................... 41

Tabel 1.3 Rencana Asuhan Keperawatan........................................................ 44

Tabel 1.4 implementasi keperawatan............................................................... 47


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Congestive Heart Failure ( CHF ) merupakan salah satu masalah

kesehatan dalam sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus

meningkat. Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000

warga Amerika menderita Congestive Heart Failure (CHF). Menurut

American Heart Association ( AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada

5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung ( Padila,

2012)

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi yang

serius.dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna

mencukupi kebutuhan sel- sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara

adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna

menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau

mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu

memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang

melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal

sering merespons dengan menahan air dan garam.hal ini akan

mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti

tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh pasien menjadi

bengkak. (congestive) (Udjianti, 2010)

Penyebab gagal jantung dapat dibagi menjadi dua, meliputi penyakit

pada miokard (antara lain: penyakit jantung koroner, kardiomiopati,


miokarditis), dan gangguan mekanis pada miokard (antara lain:

hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta) (Kabo, 2012). Penyebab

pemicu kardiovaskular ini dapat digunakan untuk menilai kemungkinan

morbiditas kardiovaskuar (Aaronson & Ward, 2010).

Penderita gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) di

Indonesia pada tahun 2012 menurut data dari Departemen Kesehatan

mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani rawa inap di rumah sakit.

Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita Congestive Heart

Failure ( CHF ) dan menjalani rawat inap Selain itu, penyakit yang paling

sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung (

readmission ), walaupun pengobatan dengan rawat jalan telah diberikan

secara optimal) bahwa sekitar 44% pasien Medicare yang dirawat dengan

diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) akan dirawat kembali pada 6

bulan kemudian, Hal serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein ( 2007)

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Congestive Heart Failure

(CHF) ditemukan keletihan, kegelisahan, kecemasan ,kekacauan mental,

pusing, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas

dingin dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan

organ yang rendah. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan

hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari penyakit dasar dan

komplikasi yang terjadi. Seperti adanya peninggian enzim creatine kinase

(CK) pada infark miokard, atau kultur darah positif pada endokarditis.

Hampir semua penderita ditemukan adanya peningkatan jumlah sel- sel


darah merah, dan penurunan PO2 dan asidosis pada analisis gas darah

akibat kekurangan oksigen (PERKI, 2010)

Gangguan kebutuhan dasar pada pasien Congestive Heart Failure

(CHF) akan menimbulkan masalah keperawatan, salah satunya adalah

gangguan kebutuhan istirahat atau gangguan pola tidur berhubungan

dengan nocturia ( banyak kencing ) atau perubahan posisi tidur yang

menyebabkan sesak nafas (Bare, 2002). Tindakan yang tepat dapat

mengatasi gangguan tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)

gagal jantung karena sesak nafas saat berbaring adalah dengan

mempertahankan tirah baring dengan memberi posisi semi fowler 45

derajat (Melanie, 2014)

Penatalaksanaan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)

dengan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap kualitas

tidur dengan cara Posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan

dada setinggi 45 – 90 derajat tanpa fleksi lutut. Tujuan dari pemberian

posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) untuk

membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskuler,

dan melakukan aktivitas tertentu seperti makan, membaca, menonton

televisi), sedangkan kualitas tidur aspek penting dari tidur yang meliputi

lama tertidur, waktu bangun dan kenyenyakkan dalam tidur. Pasien yang

sakit sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada

pasien yang sehat. Sifat alamiah dari penyakit akan mengurangi pasien

mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Kualitas tidur yang buruk

pada pasien dengan gangguan penyakit jantung dapat disebabkan oleh


dyspnea, dan batuk. Bahwa posisi semi fowler akan mempengaruhi

keadaan curah jantung pasien gagal jantung. Bahwa posisi kepala

dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan

mempertahankan curah jantung sehingga sesak nafas berkurang dan pada

akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien. Dalam posisi semi

fowler 45 derajat akan lebih membantu menurunkan konsumsi oksigen

dan meningkatkan ekspansi paru- paru maksimal serta mengatasi

keusakan pertukaran gas yang behubungan dengan perubahan membrane

alveolus. Dengan posisi semi fowler 45 derajat, sesak nafas berkurang

dan sekaligus akan meningkatkan durasi tidur pasien. Pengaturan posisi

semi fowler dengan meninggikan punggung bahu dan kepala

memungkinkan rongga dada dapat berkembang secara luas dan

pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan asupan

oksigen membaik sehingga proses respirasi kembali normal. Secara teori

posisi tubuh saat berpengaruh terhadap perubahan denyut nadi dan

tekanan darah, hal ini karena efek gaya gravitasi bumi. Pada saat

berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah

peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi

dan tidak terlalu memompa. (Juli, 2004)

Penelitian Talwar (2008), tindakan memberikan posisi semi fowler

45 derajat untuk menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan

ekspansi paru yang maksimal, serta untuk mengatasi kerusakan

pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membrane kapiler

alveolus. Penelitian Israel (2008), Posisi semi fowler 45 derajat akan


mempengaruhi keadaan curah jantung pasien gagal jantung bahwa posisi

kepala dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan

mempertahankan curah jantung sehingga sesak nafas berkurang yang

pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien.

Penelitian Dochterman dan Bulechek (2002), Congestive Heart

Failure (CHF) diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan alasan yang paling umum

bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit ( usia 65 –75 tahun mencapai

persentase sekitar 75 % pasien yang dirawat dengan Congestive Heart

Failure (CHF) Resiko kematian yang diakibatkan oleh Congestive Heart

Failure ( CHF ) adalah sekitar 510 % pertahun pada kasus gagal jantung

ringan, dan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat sebagian

besar lansia yang didiagnosis menderita Congestive Heart Failure (CHF)

tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun.

Data dari ruangan ICU Rumah Sakit Achmad Mochtar

Bukittinggi, tercatat sebanyak 42 kasus Congestive Heart Failure (CHF)

yang terjadi pada tahun 2016. Berdasarkan informasi yang didapatkan

dari perawat di ruangan ICU Rumah sakit Achmad Mochtar Bukittinggi .

Bahwa tindakan yang diberikan kepada pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF) sudah sesuai dengan protap yang ada, dalam melakukan

asuhan keperawatan melalui 5 proses keperawatan yaitu pengkajian,

menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan, melakukan

implementasi keperawatan dan evaluasi serta pendokumentasian

keperawatan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengambil judul

asuhan keperawatan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat

terhadap kualitas tidur pada Tn. H dengan Congestive Heart Failure

(CHF) di ruang ICU RSUD Achmad Mochtar 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah

pada karya tulis ilmiah adalah : Bagaimana Asuhan Keperawatan

Pemeberian Terapi Posisi Semi Fowler 45 Derajat Terhadap Kualitas Tidur

Pada pada Tn. H dengan Congestive Heart Failure (CHF) di ruang ICU

RSUD Achmad Mochtar 2016.


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan Pemberian Terapi Posisi Semi Fowler 45 Derajat

Terhadap Kualitas Tidur Pada Tn.H dengan Congestive Heart Failure

(CHF) di ruang ICU RSUD Achmad Mochtar 2016.


1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mengetahui konsep dasar tentang Congestive Heart

Failure (CHF) Defenisi, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi dan

WOC, manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksanaan.


1.3.2.2 Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan

Congestive Heart Failure (CHF) pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM

Bukittinggi.
1.3.2.3 Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan

analisa data dari pengkajian klien dengan Congestive Heart Failure

(CHF) pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM Bukittinggi.


1.3.2.4 Mampu menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah

yang ditemukan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)

pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM Bukittinggi


1.3.2.5 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan secara nyata

sesuai dengan masalah yang diprioritaskan pada Congestive Heart

Failure (CHF) pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM Bukittinggi.


1.3.2.6 Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan dan didokumentasikan pada Congestive Heart Failure

(CHF) pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM Bukittinggi.


1.3.2.7 Mampu menganalisa jurnal pemberian terapi posisi semi fowler

45 derajat terhadap kualitas tidur pada pasien Congestive Heart

Failure (CHF) pada Tn. H di Ruangan ICU RSAM Bukittinggi.


1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Profesi
Dapat dijadikan bahan masukan bagi rumah sakit dalam melaksanakan

Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Posisi Semi Fowler 45

Derajat Terhadap Kualitas Tidur Pada pasien dengan Congestive

Heart Failure (CHF). Sehingga rumah sakit dapat menambahkan dan

membuat SOP tentang tindakan keperawatan peningkatan kualitas

tidur pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)

1.4.2 Bagi Teori


Memberikan kontribusi laporan kasus sebagai bentuk laporan aplikasi

hasil riset. dalam menyikapi pasien dengan Congestive Heart Failure

(CHF), sehingga dapat digunakan sebagai sumber bagi praktek

mahasiswa keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Congestive Heart Failure (CHF
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung

mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan

sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan

peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak

untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku

dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang

singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air

dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa

organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh

klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis

berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa

darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/


kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara

abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2012).

2.1.2 Klasifikasi

2.1.2.1 Gagal jantung akut –kronik

1. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan

penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini

dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.

2. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit

jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi

retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan

hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.

2.1.2.2 Gagal Jantung Kanan- Kiri

1. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah

secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan

kelainan pada katub aorta/mitral

2. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat

gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang

terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites,

hepatomegali, efusi pleura, dll.

2.1.2.3 Gagal Jantung Sistolik-Diastolik


1. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga

ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output

menurun dan ventrikel hipertrofi

2. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah

akibatnya stroke volume cardiac output turun.

2.2 Etiologi

2.2.1 Penyebab gagal jantung kongestif yaitu:

1. Kelainan otot jantung

2. Aterosklerosis koroner

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

4. Peradangan dan penyakit miokardium

5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, tamponade

perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV

6. Faktor sistemik seperti demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia.

Di negara – negara berkembang , penyebab tersering adalah

penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak

berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik). Penyebab paling

sering adalah kardiomiopati alkoholik, miokarditis viral (termasuk infeksi

HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab pasti (kardiomiopati

idiopatik). Hipertensi tetap merupakan penyebab gagal jantung kongestif

yang penting. Selain itu penyakit katup jantung juga merupakan penyebab

gagal jantung, namun saat ini agak jarang penyakit katup jantung
menyebabkan gagal jantung. Stenosis aorta masih tetap merupakan

penyebab yang sering dan dapat diperbaiki.

2.3 Manifestasi Klinis

2.3.1 Peningkatan volume intravaskular.

2.3.2 Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat

turunnya curah jantung.

2.3.3 Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang

menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;

dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.

2.3.4 Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan

tekanan vena sistemik.

2.3.5 Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung

terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat

perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.

2.3.6 Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume

intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin

ginjal).Sumber: Niken Jayanthi (2011)


2.3.7 CHF Kronik

Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas

bawah, kelemahan, heaptomegali,ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas

barat, kulit kehitaman.

2.3.8 CHF Akut

Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restletness, nafas pendek,

bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi

vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing

bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin

noutput,delirium,sakit,kepala.

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam

4 kelainan fungsional :

Timbul sesak pada aktifitas fisik berat, timbul sesak pada aktifitas

fisik sedang, timbul sesak pada aktifitas fisik ringan, timbul sesak pada

aktifitas fisik sangat ringan / istirahat.

2.4 Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung, bentuk

dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya

menyerupai otot polos yaitu di luar kesadaran.

1. Bentuk

Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis

cordis. Disebelah bawah agak runang disebut apex cordis.


2. Letak

Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol),

sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan

pangkalnya dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla

mammae. Pada tempat itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut

Ictus Cordis.

3. Ukuran

Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.

4. Lapisan

Endokardium :Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup

jantung. Miokardium :Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk

berkontraksi. Perikardium :lapisan bagian luar yang berdekatan dengan

pericardium viseralis. Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah

untuk memompa darah sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa

kiri dan pompa kanan. Pompa jantung kiri: peredaran darah yang

mengalirkan darah ke seluruh tubuh dimulai dari ventrikel kiri-aorta-arteri-

arteriola-kapiler-venula-vena cava superior dan inferior-atrium kanan.

Pompa jantung kanan: peredaran darah kecil yang mengalirkan darah ke


pulmonal, dimulai dari ventrikel kanan-arteri pulmonalis-4 vena

pulmonalis-atrium kiri.

Gerakan jantung terdapat dua jenis, yaitu konstriksi (sistol) dan

relaksasi (diastole) dari kedua atrium, terjadi serentak yang disebut sistol

atrial dan diastole atrial. Konstriksi ventrikel kira-kira 0,3 detik dan tahap

dilatasi selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek, sedang

konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong dari vantrikel

kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh

untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama,

tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru dimana

tekanannya lebih rendah.

Gambar 1.1

2.5 Patofisiologis
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada

gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan

pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang

menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu

ventrikel.

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap

peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary

meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan

kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada

jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongestif sistemik dan

edema.

Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema

dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katup-katup

trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat

disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis atau

perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang

terjadi sekunder akibat dilatasi ruang. Sebagai respon terhadap gagal

jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya

aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi

sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga

respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini,

pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan


menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.

Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi

semakin luring efektif..


2.6 Komplikasi

Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis

darah, syok kardiogenik, akibat disfungsi nyata, toksisitas digitalis akibat

pemakaian obat-obatan digitalis

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeiksaan foto torax, dapat mengarah kekardiomegali, coakan

vaskuler paru menggambarkan kronialosasi garis kerley A/B, impiltrasi

prekardial kedua paru dan efusi fleura, fungsi elektrokardiomiografi (EKG)

untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard dan aritmia,

pemeriksaan Hb, elektrolit, elektrokardiomiografi, angiopati, fungsi ginjal

dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan

oksigen O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas.


2.8.2 Memperbaiki kontraktilitas otot jantung : Mengatasi keadaan yang

repersibel, termasuk tirotoksikosis miksidema dan aritmia, Digitalisasi.


2.8.3 Dosis digitalisasi : Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4-6

dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x 0,5 mg selama 24 jam. Digoksin

IV 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.


2.8.4 Dosisi penunjang untuk gagal jantung :
2.8.5 Digoksin 0,25 mg sehari, untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis

disesuaikan dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang

berat : digoksin : 1- 1,5 mg IV perlahan- lahan. Cedilanid 0,4- 0,8 mg IV

perlahan – lahan.
2.8.6 Menurunkan beban jantung : menurunkan beban awal dengan diet rendah

garam, deuretik dan vasodilator. Menurunkan beban akhir dengan dilator

arteriol.
2.9 Penanganan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi

beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama

dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari

beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai

ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Rejimen

penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik

yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan

menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat

dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .

Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal

yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung.

Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak

perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui

bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap

latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat

menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin

diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan

gejala.

2.10 Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.


Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark

miokard menunjukkan adanya aneurisme ventricular.

2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan

dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan

pergerakan dinding.

4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan

stenosis katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat

kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan

ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas

3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis


3.1.1 Pengkajian primary survey
1. Airway dan Breathing
Oksigenasi / ventilasi : Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama.

Jika pasien dengan kesadaran/koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi


dan ventilasi. Pada pasien tersebut sementara saluran napas dapat

dipertahankan oleh penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang oksigen

melalui masker Hudson atau non-rebreather masker jika ditunjukkan.

Masukkan tabung nasogastrik dan biarkan drainase jika pasien muntah atau

jika pasien telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran

harus dimonitor di semua treatment DKA.


2. Circulation
Riwayat Hipertensi, MCI akut, gagal jantung kronik sebelumnya, penyakit

katub jantung, anemia, syok dan lain-lain. Tekanan darah, nadi, frekuensi

jantung, nadi afical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,

perubahan dalam denyut nadi jugularis, warna kulit kebiruan punggung,

kuku pucat dan sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krekels atau

ronchi odema.
3. Pengkajian Secondary Survey
Biodata : terdiri dari nama, umur tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
4. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang : datang dengan dada terasa berat seperti

memakai baju ketat, palpitasi atau berdebar- debar, paroxysmal Nocturnal

Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk

(hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah, tidak nafsu makan,

mual, dan muntah, letargi (kelesuan) atau fatique (kelelahan), insomnia, kaki

bengkak dan berat badan bertambah, jumlah urine menurun, serangan timbul

mendadak/ sering kambuh.


5. Riwayat penyakit dahulu : mungkin klien telah menderita penyakit sejak

beberapa lama dengan atau tanpa menjalani program pengobatan. Penyakit

paru, gangguan kardiovaskuler serta penyakit neurologis serta infeksi atau

adanya luka dapat memperberat kondisi klinis.


6. Riwayat penyakit keluarga : penyakit jantung dikenal sebagai penyakit yang

diturunkan (herediter) walaupun gejala tidak selalu muncul pada setiap

keturunan atau timbul sejak kecil (kongenital). Genogram mungkin

diperlukan untuk menguatkan diagnosis.


7. Status metabolik : Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi

atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-

faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain.


3.1.2 Pemeriksaan Fisik :
1. Kesadaran bisa CM, letargi atau koma.
2. Keadaan umum (Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun).
3. Sistem pernafasan (nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler

pada lapang paru).


4. Sistem integument (turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir kering).
5. Sistem kardiovaskuler (hipertensi, Ortostatik hipotensi/sistole turun 20

mmHg atau lebih saat berdiri).


6. Sistem gastrointestinal (nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia).
7. Sistem neurologi (sakit kepala, kesadaran menurun).
8. Sistem penglihatan (penglihatan kabur).
9. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, gelisah, dispnea

saat aktivitas atau aktivitas, perubahan status mental, tanda- tanda vital

berubah saat beraktivitas.


Tanda : Gelisah, perubahan status mental misal : Letargi/disorientasi, tanda

vital berubah pada aktivitas.


10. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, MCI, gagal jantung kronik,penyakit

katub jantung, anemia, dan syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,

abdomen.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang

menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas,

kering, dan kemerahan, bola mata cekung.


11. Integritas/ Ego
Gejala : Ansietas, Stress, marah, takut, dan mudah tersinggung.
Tanda : berbagai manifestasi perilaku misal : ansietas, marah, ketakutan,

dan mudah tersinggung.


12. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam

hari, diare/ konstipasi.


Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi

oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin berkabut, bau busuk

(infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan menurun,

hiperaktif (diare).
13. Nutrisi/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, Mual/muntah, penambahan berat badan

signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam, penggunaan

diuretic distensi abdomen, oedema umum dan lain- lain.


Tanda : penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serat

edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).


14. Neurosensori
Gejala : Kelemahan Pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah

tersinggung.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).

Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam

menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)


15. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada akut – kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
16. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa

bantal, batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,

penggunaan bantuan pernafasan.


Tanda : pernafasan takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot asesori

pernafasan, batuk keringsputum mungkin bersemu darah, bunyi nafas

mungkin tidak terdengarkegelisahan, letargi, warna kulit pucat dan sianosis.


17. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada pria,

kesulitan orgasme pada wanita.


18. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : menggunakan/ lupa menggunakan obat – obat jantung, misalnya :

penyekat saluran kalsium.


Tanda : bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
19. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengetahuan

diet, pengobatan, perawatan diri.

3.2 Diagnosa Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)


3.2.1 Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah

jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau

emboli.
3.2.2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,

hepatomegali, splenomegal.
3.2.3 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret.
3.2.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.


3.2.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnue akibat

turunnya curah jantung.

3.3 Hubungan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap

kualitas tidur dengan Congestive Heart Failure (CHF)

positioning merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk

memberi posisi tubuh dalam meningkatkan kesajahteraan atau kenyaman

fisik dan psikologis ( Dochterman dan Bulechek, 2002 ).

Menurut juli (2004), bahwa posisi tidur pasien mempengaruhi keadaan

curah jantung pasien gagal jantung. Hal ini menyebutkan bahwa posisi

kepala dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan


mempertahankan curah jantung sehingga sesak nafas berkurang yang pada

akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien. Posisi Semi fowler

adalah Posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan dada setinggi 45 –

90 derajat tanpa fleksi lutut. Tujuan dari pemberian posisi semi fowler pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) mampu membantu mengatasi

masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskuler, dan melakukan aktivitas

tertentu (makan, membaca, menonton televisi).

Kualitas tidur adalah aspek penting dari tidur yang meliputi

lama tertidur, waktu bangun dan kenyenyakkan dalam tidur. Pasien yang

sakit sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada

pasien yang sehat. Sifat alamiah dari penyakit akan mengurangi pasien

mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Kualitas tidur yang buruk pada

pasien dengan gangguan penyakit jantung dapat disebabkan oleh dyspnea,

dan batuk. Bahwa posisi semi fowler akan mempengaruhi keadaan curah

jantung pasien gagal jantung. Bahwa posisi kepala dielevasikan dengan

tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung

sehingga sesak nafas berkurang dan pada akhirnya akan mengoptimalkan

kualitas tidur pasien. Dalam posisi semi fowler 45 derajat akan lebih

membantu menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-

paru maksimal serta mengatasi keusakan pertukaran gas yang behubungan

dengan perubahan membrane alveolus. Dengan posisi semi fowler 45

derajat, sesak nafas berkurang dan sekaligus akan meningkatkan durasi tidur

pasien. Pengaturan posisi semi fowler dengan meninggikan punggung bahu

dan kepala memungkinkan rongga dada dapat berkembang secara luas dan
pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan asupan

oksigen membaik sehingga proses respirasi kembali normal. Secara teori

posisi tubuh saat berpengaruh terhadap perubahan denyut nadi dan tekanan

darah, hal ini karena efek gaya gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya

gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut

horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu

memompa.
3.4
Rencana Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)

Tabel 1.1 Rencana Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


O KEPERAWATAN

1 Penurunan perfusi jaringan NOC: NIC :


berhubungan dengan menurunnya  Circulation Peripheral sensation management
curah jantung, hipoksemia jaringan,  Tissue prefusion : cerrebral ( manajemen sensasi perifer )
asidosis kemungkinan thrombus atau 
emboli. Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
 Mendemonstrasikan status sirkulasi tekanan tertentu yang hanya peka
systole dan diastole dalam rentang yang terhadap pans/dingin/tajam/
diharapkan, tidak ada ortostatik hipertensi, tidak tumpul
ada tanda- tanda peningkatan tekanan 2. Monitor adanya paretese
intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg) 3. Instruksikan keluarga untuk
 Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang mengobservasi kulit jika ada
ditandai dengan : berkomunikasi dengan jelas lesi atau laserasi
dan sesuai dengan kemampuan, menunjukkan 4. Gunakan sarung tangan untuk
perhatian, konsentrasi, dan orientasi. Memproses proteksi
informasi, membuat keputusan dengan benar. 5. Batasi gerakan pada kepala,
 Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang leher, dan punggung
utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada 6. Monitor kemampuan BAB
gerakan – gerakan involunter. 7. Diskusikan penyebab
perubahan sensasi
2 NOC : NIC :
Pola nafas tidak efektif berhubungan  Respiratory status : Ventilation Airway Management
dengan penurunan volume paru,  Respiratory status : Airway patency 1. Posisikan pasien untuk
hepatomegali, splenomegal.  Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil : 2. Pasang mayo bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas 3. Keluarkan sekret dengan batuk
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu atau suction
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas 4. Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak ada pursed lips) adanya suara tambahan
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak 5. Berikan pelembab udara Kassa
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi basah NaCl Lembab
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara 6. Atur intake untuk cairan
nafas abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
 Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan 7. Monitor respirasi dan status O2
darah, nadi, pernafasan) Terapi oksigen
8. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
9. Pertahankan jalan nafas yang
paten
10. Monitor aliran oksigen
11. Pertahankan posisi pasien
12. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
13. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15. Monitor kualitas dari nadi
16. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
17. Monitor pola pernapasan
abnormal
18. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
19. Monitor sianosis perifer
20. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
3 Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC : NIC :
berhubungan dengan penumpukan  Respiratory status : ventilation
secret.  Respiratoy status : Airway patency Aiway management
 Aspiration control 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan 3. Identifikasi pasien perlunya
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, pemasangan alat jalan nafas
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada buatan
pursed lips) 4. Pasang mayo bila perlu
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien 5. Lakukan fisioterapi dada jika
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi perlu
pernafasan dalam rentang normal,tidak ada 6. Keluarkan secret dengan batuk
suara nafas abnormal) atau suction
 Mampu mengidentifikasi dan mencegah 7. Auskultasi suara nafas, catat
faktor yang dapat menghambat jalan nafas. adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11. Atur intake atau cairan
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2

4 Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan berhubungan dengan intake  Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
yang tidak adekuat  Nutritional Status : nutrient Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan menentukan jumlah kalori dan
tujuan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien untuk
 Mampu mengidentifikas i kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin
 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari
C
menelan
5. Yakinkan diet yang dimakan
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
6. Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
7. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Nutrition Monitoring
8. BB pasien dalam batas normal
9. Monitor adanya penurunan berat
badan
10. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
11. Monitor turgor kulit
12. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
13. Monitor mual dan muntah
14. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
15. Monitor makanan kesukaan
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan NOC : NIC :
dengan kelelahan dispneu akibat  Self Care : ADLs Manajemen energy
turunnya curah jantung.  Toleransi aktivitas 1. Observasi adanya pembatasan
 Konservasi energi klien dalam melakukan
KH : aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai 2. Kaji adanya faktor yang
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR menyebabkan kelelahan
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) 3. Monitor nutrisi dan sumber
secara mandiri energi yang adekuat
 Keseimbangan aktivitas dan istirahat 4. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
7. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
9. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
10. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.H DENGAN Congestive Heart


Failure (CHF) DI RUANG ICU RSUD

ACHMAD MOCHTAR 2016

3.1 Pengkajian
3.1 Primary Survey
3.1.1 Airway
Tidak terdapat secret, batuk tidak berdahak, tidak ada muntah. Lidah
tidak jatuh ke belakang, terdengar bunyi nafas mengi, dan tidak ada
bunyi snoring.
3.1.2 Breathing
Klien tampak sesak napas, pernafasan = 38 x/menit, klien terpasang
kanul nasal 3 liter/menit pernafasan cuping hidung (+), pernafasan
kussmaul, retraksi suprasternal (+), retraksi interkosta (+), retraksi
epigastrium (+), tampak pernafasan cepat dan dalam, pergerakan
dinding dada simetris. Tidak ada tampak jejas pada bagian thoraks dan
luka terbuka tidak ada. Perkusi dada sonor, auskultasi thoraks
vesikuler, tidak ditemukan ronkhi terdengar mengi, terdengar bunyi
jantung gallop tidak ditemukan bunyi jantung murmur.
3.1.3 Circulation
Tekanan darah = 120/60 mmHg, nadi = 110 x/menit, membran
mukosa pucat dan kering, akral dingin, capillary refil time < 3 detik,
dan tidak ada sianosis. tidak ada mual dan muntah.
3.1.4 Disability
GCS = 15 (E4M5V6), reflek pupil +/+, ukuran pupil 2 mm, pupil
isokor, respon mata ada, respon motorik normal. Tingkat kesadaran
compos mentis, skala nyeri = 8. Kekuatan otot:
5555 5555

5555 5555

3.1.5 Exposure
Turgor kulit klien kering, nyeri pada dada.
3.1.6 Secondary Survey
3.1.6.1 Data demografi
Nama : Tn. H
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : laki – laki
Tempat/Tanggal Lahir : Dusun rimba Kec. Tandun , 12-06-1975
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun rimba sari Kec.Tandun
Tanggal masuk :1- 08 -2016
Tanggal pengkajian :1- 08 -2016
Diagnosa medis : Congestive Heart Failure (CHF)
Sumber Informasi : Istri
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Ny. N
Umur : 41 Tahun
Pendidikan : S1 S.Pd
Pekerjaan : Guru
Alamat : Dusun rimba sari Kec. Tandun
Hubungan : Istri

3.1.6.2 Alasan masuk ke rumah sakit :


Tn.H mengatakan masuk ke rumah sakit karena nafas sesak sejak 2 hari
yang lalu, dan nyeri pada dada.

3.1.6.3 Keluhan utama :


Tn.H mengatakan nafas sesak sejak 2 hri yang lalu dan dada berdebar-
debar mual dan muntah.
3.1.6.4 Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nafas sesak, nyeri pada dada terasa ditusuk- tusuk,
dada berdebar- debar, dan badan terasa letih, tidur kurang karena
menahan rasa sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit
dan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang di alaminya saat ini
ataupun penyakit lainnya seperti asma, hipertensi,ginjal dll.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada keluarga lain yang menderita penyakit
yang sama dengan Tn.H. keluarga juga mengatakan tidak memiliki
penyakit hipertensi, jantung, DM, asma penyakit keturunan dan
penyakit menular lainnya.

3.1.6.5 Aktivitas Sehari-Hari


1. Pola nutrisi
Tn. H mengatakan tidak ada kesulitan menelan, nafsu makan Tn. H
tidak ada masalah, setiap makanan yang diberikan di rumah sakit yakni
diit MB, Tn. H selalu menghabiskan makananya,Tn. H tidak ada
terpasang alat bantu, klien makan 3x sehari dengan 1 porsi.
2. Pola eliminasi
Tn. H mengatakan BAB lancar 1 kali sehari dengan warna kuning dan
BAK dengan frekuensi 5-6 kali sehari berwarna kuning dan tidak
mengalami kesulitan. Tn. H mengatakan sudah 2 hari tidak BAB, Tn.
H dipasang kateter untuk dapat mengontrol intake dan output cairan
Tn. H, dan membantu ADLs Tn. H karena mengalami kelemahan
Jumlah urine pada saat di ICU RSAM ± 500 - 900 cc (N : 600 – 1600)
berwarna kuning.
3. Pola tidur dan istirahat
Tn. H mengatakan tidak ada mengalami kesulitan tidur. Tn. H tidur
selama di rumah sakit atau sebelum di rumah sakit 7-8 jam. Tn. H tidak
memiliki kebiasaan sebelum tidur.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan Tn. H seorang wiraswasta keluhan Tn. H
saat beraktivitas tidak ada dan Tn. H tidak ada melakukan aktivitas olah
rag rutin Saat sakit Tn. H hanya terbaring di tempat tidur dan
pemenuhan ADLs dibantu oleh keluarga dan perawat kesadaran Tn. H
compos mentis. Tn. H mengeluhkan saat beraktivias nafas sesak,terasa
nyeri pada dada dan badan terasa lemah.

5. Riwayat Keluarga
1) Genogram

Keterangan :
= Laki-laki = Keturunan

= Perempuan = Pasien
= Tinggal serumah = Meninggal

= Garis perkawinan

2) Penyakit yang dialami oleh keluarga lain.


Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama seperti yang dialami Tn. H penyakit keturunan lainnya.
Keluarga juga tidak tahu dan tidak memahami penyakit yang diderita
oleh Tn. H sehingga tidak terkajinya apakah ada keluarga memiliki
riwayat penyakit yang sama.

3.1.6.6 Keadaan umum


Kesadaran : compos mentis, respon normal, GCS = 15
KU : tampak sakit berat
Vital Sign : Tekanan darah = 120/60 mmHg, nadi = 110 x/menit,
pernafasan = 38x/menit, Suhu = 37,6
3.1.6.7 Kepala
Inspeksi: kepala tampak bersih, tidak ada lesi, rambut hitam.
Masalah : tidak ada
3.1.6.8 Mata
Inspeksi: Bentuk simetris kiri dan kanan, Konjungtiva tidak anemis, tidak
adanya sekresi, Sklera tidak ikterik, Pupil isokor, tidak tampak
pembengkakan dan perdarahan, tidak ada edema palpebra.
Palpasi: Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
Masalah : Tidak ada
3.1.6.9 Telinga
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan.
Palpasi: tidak ada massa
Fungsi pendengaran : normal, dengan merespon suara dengan baik
Masalah : Tidak ada
3.1.6.10 Hidung dan Sinus
Inspeksi: adanya pernapasan cuping hidung, pernafasan kussmaul, tidak
adanya sekret.
Palpasi: tidak ada massa dan nyeri tekan
Masalah : Pola napas tidak efektif

3.1.6.11 Membran mukosa


Inspeksi : Warna pucat dan kering, warna lidah pucat, Gusi merah muda,
mulut kotor, stomatitis tidak ada, secret tidak ada. Muntah tidak ada, Gigi
lengkap dan tidak ada kesulitan dalam menelan.
Masalah : tidak ada
3.1.6.12 Leher
Inspeksi: Tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak jejas.
Palpasi: Pembengkakan kelenjar tidak ada, Getah bening kelenjar tiroid
tidak teraba, refleks menelan ada.
Masalah : Tidak ada
3.1.6.13 Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, Tulang rusuk dan sternum
normal, retraksi suprasternal (+), retraksi interkosta (+), retraksi
epigastrium (+), tampak pernafasan cepat dan dalam, pergerakan dinding
dada simetris.
Palapasi : tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : perkusi sonor pada lapang paru
Auskultasi : terdengar mengi suara vesikuler, Frekuensi pernapasan =
38x/menit.
Masalah : Pola napas tidak efektif
3.1.6.14 Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba normal ± 2 jari berada di RIC 5
Perkusi jantung: batas jantung normal/dullness ada siantar ICS 2-7
Auskultasi : terdengar bunyi gallop tidak ditemukan bunyi jantung
murmur.
3.1.6.15 Abdomen
Inspeksi : bentuk abomen datar semitris kiri dan kanan, umbilikus normal,
turgor kulit jelek.
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas.
Perkusi : tympani
Masalah : tidak ada
3.1.6.16 Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan, klien terpasang kateter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Masalah : tidak ada
3.1.6.17 Ekstremitas
Inspeksi: Gerakan tangan dan kaki lemah. tangan kanan terpasang infuse
Ecosol GS 5 % Glucose 21 tts/menit.
Palpasi : capilary refil time (CRT) < 3 detik, akral dingin, respon motorik
normal.
Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
Masalah : Intoleransi aktivitas

3.1.7 Pemeriksaan Penunjang


3.1.7.1 Laboratorium :
1. Hasil pemeriksaan labor kimia klinik II didapatkan hasil :
Kalium : 3,64 mEg/l (N: 3,5-5,5), Natrium 141,1 mEg/l (N:135-147),
Khlorida : 105,4 mEg/l (N:100-106).
2. Hasil pemeriksaan labor Hematologi didapatkan hasil : HGB 14,2

g/dL (N:13,0-16,0), RBC 4,63 [ /uL ] (N:4,5-5,5), HCT 42,2 % (N:


40,0-48,0), WBC 11,64 [10³/uL] (N: 5,0-10,0), PLT 367 + [10³/uL]
(N:150-400).
3. Hasil pemeriksaan labor AGD didapatkan hasil : pH : 7.499, pCO2 :
41,9 mmHg pO2 : 214 mmHg, SO2% : 88,4, Hct : 40 %, Hb : 13,4 g/dl
base excess -8,8 mmol/L dan buffer base -8,8 mmol/L.
4. Pengobatan yang telah diberikan :Pemasangan Infus Ecosol GS 5% 21
tetes/menit ditangan kanan, Cepefim 2 x 1, Fluxum 1 x o,6, obat oral
tanapres 1 x 2,5 mg, spironolacton 1x 25 mg, urdafalk 2 x 1,CPG 1 x 75
mg, diperzolam 1 x 0,5 mg.

3.2 ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Hiperventilasi Pola napas tidak
- Klien mengatakan nafas efektif
sesak
- Klien mengatakan mudah Fungsi pompa jantung
lelah kiri menurun
- Klien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari saat tidur.
- Klien mengatakan sakit Darah menumpuk di
kepala jantung kanan
- Klien mengatakan
penglihatan kabur

DO : Darah menumpuk di
- Tampak sesak napas pembuluh darah
- RR = 38 x/menit pulmo
- Pernafasan kussmaul
- pasien terpasang kanul
nasal 3 liter/menit
- pernapasan cuping Permeabilitas
hidung pembuluh darah
- tampak pernafasan cepat pulmo meningkat
dan dalam
- kelemahan
- takikardi
Perpindahan cairan ke
ektrasel

Edema paru pola nafas


inefektif

2. Ds : Curah jantung Nyeri Akut


- Klien mengatakan nyeri menurun
pada dada dan ulu hati.
- Klien mengatakan saat
batuk dan beraktivitas Hipertrofi ventrikel
berat dada terasa nyeri.
- klien mengeluh sakit
kepala
Pemendekan miokard
Do :
- Tekanan darah = 120/60
mmHg, nadi = 110 x /
Aliran darah ke
menit
- Membran mukosa pucat jantung dan otak
dan kering menurun
- Nyeri pada dada
- Skala nyeri : 7 Curah jantung
- Wajah meringis dan menurun
palpitasi
Penurunan suplai O2
Ke miokardium

3. DS : Curah jantung Intoleransi


- Klien mengeluhkan menurun
aktivitas
tenaganya lemah,lelah
- Klien mengeluh nafas
sesak saat beraktivitas Aliran darah menurun
- Klien mengeluhkan
nafsu makan menurun

DO : Suplai nutrisi dan


- Klien tampak lemah oksigen menurun
- Klien mengeluh nyeri
pada dada dan ulu hati.
- Klien dianjurkan
Kelemahan
istirahat
- Klien di bantuan dalam
pemenuhan ADLs
- BP = 120/60 mmHg. HR
= 110 x/ menit, S = 37,6

4. DS : Pola makan tidak Ketidakseimbang


- Klien mengeluh teratur,obat-obatan,
mengalami peningkatan an nutrisi kurang
nikotin, alcohol,dan
rasa haus stress dari kebutuhan
- Klien mengeluh nyeri
abdomen tubuh
- Klien mengeluh mual Berkurangnya
dan muntah pemasukan makanan

DO :
- Klien masih dipuasakan Kekosongan lambung
- Penurunan BB saat sakit
2 kg
- Membran mukosa kering Erosi pada lambung
dan pucat (gesekan dinding
- HGB 14,2 g/Dl (N :13,0- lambung )
16,0)
- RBC 4,63 [ /uL]
Produksi HCL
(N:4,5-5,5) meningkat
- HCT 42,2 % (N: 40,0-
48,0)
Asam lambung (reflek
muntah)

Intake makanan tidak


adekuat

3.3 Diagnosa Keperawatan


3.3.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,
hepatomegali,splenomegal.
3.3.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
3.3.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnue akibat
turunnya curah jantung.
3.3.4 Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 1.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
NO
keperawatan Intervensi
kriteria hasil
1. Pola napas tidak NOC: NIC :
efektif berhubungan  Respiratory Airway
dengan penurunan status: Management
volume paru Ventilation 1. Posisik
hepatomegali  Respiratory an pasien untuk
splenomegal status: memaksimalkan
Airway ventilasi.
patency 2. Identifi
Kriteria kasi pasien
Hasil : perlunya
 Menunjukan pemasangan alat
suara napas jalan napas buatan,
yang bersih, pasang OPA bila
tidak ada perlu.
sianosis, dan 3. Auskul
dyspnea tasi suara napas,
(mampu catat adanya suara
mengeluarka tambahan.
n sputum, 4. Monito
mampu r respirasi dan
bernapas status
dengan
mudah) 5. Dukun
 Menunjukan g untuk bernapas
jalan napas pelan, dalam,
yang paten berbalik, dan
(klien tidak batuk.
merasa Terapi Oksigen
tercekik, 6. Jaga
irama napas, kepatenan jalan
frekuensi napas.
pernapasan 7. Sediak
dalam an peralatan
rentang oksigen, system
normal, tidak humidifikasi.
ada suara 8. Pantau
abnormal) posisi peralatan
yang menyalurkan
 Saturasi oksigen pada
dalam batas pasien.
normal 9. Secara
 Mampu teratur pantau
mengidentifi jumlah oksigen
kasi dan yang diberikan
mencegah pada pasien sesuai
faktor yang dengan indikasi.
dapat 10. Pantau
menghambat kecemasan pasien
jalan napas terkait terapi
oksigen.
11. Monito
r posisi
pemasangan alat
oksigen.
2. Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan agen cidera  Pain level Manajemen
biologis  Pain control Nyeri
Kriteria Hasil :
1. L
 Mampu
akukan pengkajian
mengontrol
nyeri secara
nyeri (tahu
komprehensif
penyebab
termasuk lokasi,
nyeri,
karakteristik,
mampu
durasi, frekuensi,
menggunaka
kualitas dan faktor
n teknik non
presipitasi.
farmakologi
2. O
untuk
bservasi reaksi
mengurangi
non verbal dari
nyeri)
ketidaknyamanan.
 Melaporkan
3. K
bahwa nyeri
aji tipe dan
berkurang
sumber nyeri
dengan
untuk menentukan
menggunaka
intervensi.
n
4. A
manajemen
jarkan tentang
nyeri
teknik non
 Mampu farmakologi.
mengenali 5. T
nyeri ingkatkan istirahat
 Menyatakan 6. K
rasa nyaman olaborasikan
setelah nyeri dengan dokter jika
berkurang keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil.
Analgetic
Administrati
on
7. C
ek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan
frekuensi.
8. P
ilih analgetik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih
dari satu.
9. M
onitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik pertama
kali.
10. B
erikan analgetik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat.

3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan  Self Care : Manajemen
kelelahan atau dispnue akibat ADLs energy
turunnya curah jantung.  Toleransi 11. Observasi
aktivitas adanya
 Konservasi pembatasan
energi klien dalam
Kriteria melakukan
hasil : aktivitas
 Berpartisipas 12. Kaji adanya
i dalam faktor yang
aktivitas menyebabkan
fisik tanpa kelelahan
disertai 13. Monitor nutrisi
peningkatan dan sumber
tekanan energi yang
darah, nadi adekuat
dan RR 14. Monitor pasien
 Mampu akan adanya
melakukan kelelahan fisik
aktivitas dan emosi secara
sehari hari berlebihan
(ADLs) 15. Monitor respon
secara kardivaskuler
mandiri terhadap
 Keseimbang aktivitas
an aktivitas (takikardi,
dan istirahat disritmia, sesak
nafas,
diaporesis,
pucat, perubahan
hemodinamik)
16. Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
17. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
progran terapi
yang tepat.
18. Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
19. Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
20. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas

4 Ketidakseimbangan NOC: NIC :


nutrisi kurang dari - Nutritional Manajemen
kebutuhan tubuh status: nutrisi
berhubungan dengan Adequacy of 1. Kaji adanya
intake yang tidak nutrient alergi makanan
adekuat - Nutritional 2. Kolaborasi
Status : food dengan ahli gizi
and Fluid untuk
Intake menentukan
- Weight jumlah kalori dan
Control nutrisi yang
KH : dibutuhkan pasien
 Albumin 3. Yakinkan diet
serum yang dimakan
 Pre albumin mengandung
serum tinggi serat untuk
 Hematokrit mencegah
 Hemoglobin konstipasi
 Total iron 4. Monitor
binding adanya penurunan
capacity BB dan gula
Jumlah darah
limfosit 5. Monitor turgor
kulit
6. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
total protein, Hb
dan kadar Ht
7. Monitor mual
dan muntah
8. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
9. Monitor intake
nuntrisi
10. Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi
selama makan
Anjurkan banyak
minum
3.5 Implementasi keperawatan
Tabel 1.4 implementasi keperawatan
HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PAR
TANGGA KEPERAWA AF
L TAN
Senin, Pola napas 10.0 1. M S:
1 - 08 - tidak 0 emposisikan pasien  Klien
2016 efektif wib untuk mengeluh
berhubung memaksimalkan nafasnya
an dengan ventilasi. masih
penurunan 2. M terasa
volume engauskultasi suara sesak
paru napas, catat adanya  Klien
hepatomeg suara tambahan. mengeluh
ali, 3. M sakit
splenomeg emonitor respirasi kepala
al dan status  Klien
mngeluh
4. M penglihat
endukung untuk an kabur
bernapas pelan,  Klien
dalam, berbalik, dan mengeluh
batuk. kan sering
5. M terbangun
enjaga kepatenan pada
jalan napas. malam
6. M hari
enyediakan
peralatan oksigen, O:
system
 Klien
humidifikasi.
terpasang
7. M
masker
emantau posisi
kanul
peralatan yang
nasal 3
menyalurkan L/i
oksigen pada pasien.  frekuensi
8. M pernapasa
emantau secara n 34
teratur jumlah x/menit
oksigen yang  Pernapasa
diberikan pada n cuping
pasien sesuai hidung
dengan indikasi. (+), napas
9. M dalam dan
emantau kecemasan tidak
pasien terkait terapi teratur
oksigen. (+).
10. M  Takikardi
emonitor posisi
pemasangan alat A : Masalah
oksigen. belum
teratasi

P : Intervensi
no. 2-9
dilanjutka
n
Selasa , Nyeri 10 1. M S:
2 -08 - berhubung 00 elakukan  Klien
2016 an dengan wi pengkajian nyeri mengeluh
agen cidera b secara nyeri
biologis komprehensif pada dada
termasuk lokasi, dan ulu
karakteristik, hatinya
durasi, frekuensi, sudah
kualitas dan faktor berkurang
presipitasi.  Klien
2. M mengeluh
engobservasi reaksi batuk dan
non verbal dari beraktivit
ketidaknyamanan. as berat
3. M dada
engkaji tipe dan terasa
sumber nyeri untuk nyeri
menentukan  Klien
intervensi. mengeluh
4. M sakit
engajarkan tentang kepala
teknik non
farmakologi. O:
5. M  Skala
eningkatkan nyeri = 7
istirahat  Klien
6. M tampak
engkalaborasikan meringis
dengan dokter jika dan
keluhan dan palpitasi
tindakan nyeri tidak  Klien
berhasil. tampak
7. M mukosa
encek instruksi pucat dan
dokter tentang jenis kering
obat, dosis dan  Klien
frekuensi. mendapat
8. M kan
emilih analgetik injeksi
yang diperlukan keterolac
atau kombinasi dari 1 ampul
analgetik ketika
pemberian lebih A: Masalah
dari satu. belum
9. M teratasi
emonitor vital sign
sebelum dan P: Intervensi
sesudah pemberian no. 1-9
analgetik pertama dilanjutkan
kali.
10. M
emberikan analgetik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat..
Rabu, Intoleransi 091. Mengobservasi S:
3 -08- aktivitas 30 adanya  Klien
2016 berhubung wi pembatasan klien mengeluh
an dengan b dalam melakukan tenaganya
kelelahan aktivitas masih
atau 2. Mengkaji adanya lemah,
dispnue faktor yang dan lelah
akibat menyebabkan  Klien
turunnya kelelahan mengeluh
curah 3. Memonitor nafas
jantung. nutrisi dan sesak saat
sumber energi beraktivit
yang adekuat as
4. Memonitor pasien  Klien
akan adanya mengeluh
kelelahan fisik nafsu
dan emosi secara makan
berlebihan menurun
5. Memonitor respon
kardiovaskuler O:
terhadap aktivitas  klien
(takikardi, dianjurka
disritmia, sesak n banyak
nafas, diaporesis, istrahat
pucat, perubahan  Klien
hemodinamik) hanya
6. Memonitor pola beraktivit
tidur dan lamanya as
tidur/istirahat ditempat
pasien tidur
7. Mengkalaborasika  Membant
n dengan Tenaga u dalam
Rehabilitasi pemenuha
Medik dalam n ADLs
merencanakan klien
progran terapi  Peningkat
yang tepat. an
8. Membantu klien pernafasa
untuk n : 34 x/i
mengidentifikasi  Klien
aktivitas yang tampak
mampu dilakukan istirahat
9. Membantu untuk  Klien
mendapatkan alat sangat
bantuan aktivitas bergantun
seperti kursi roda, g dengan
krek perawat
10. Membantu dan
pasien/keluarga keluarga
untuk dalam
mengidentifikasi penuhan
kekurangan dalam ADLs
beraktivitas
A: masalah
belum
teratasi

P:implement
asi 1- 10
dilanjutk
an
Rabu, Ketidaksei 12.1. Mengkaji S:
3 – 08 mbangan 00 adanya alergi  Klien
2016 nutrisi wi makanan mengeluh
kurang dari b 2. Mengkalaborasi mengala
kebutuhan kan dengan ahli mi
tubuh gizi untuk penuruna
berhubung menentukan jumlah n nafsu
an dengan kalori dan nutrisi makan sjk
intake yang yang dibutuhkan 3 hari
tidak pasien yang lalu
adekuat 3. Meyakinkan diet  Klien
yang dimakan mengeluh
mengandung tinggi mengala
serat untuk mi
mencegah peningkat
konstipasi an rasa
4. Memonitor haus
adanya penurunan  Klien
BB dan gula darah mengeluh
5. Memonitor nyeri
turgor kulit abdomen
6. Memonitor  Klien
kekeringan, rambut mengeluh
kusam, total mual dan
protein, Hb dan muntah
kadar Ht O:
7. Memonitor  Tidak ada
mual dan muntah alergi
8. Memonitor makanan
pucat, kemerahan,  Penuruan
dan kekeringan an BB
jaringan saat sakit
konjungtiva 2 kg
9. Memonitor  Turgor
intake nuntrisi kulit klien
10. Mengatur posisi tampak
semi fowler atau kering
fowler tinggi
 Rambut
selama makan
klien
Anjurkan banyak
tampak
minum
hitam
 Tidak ada
mual dan
muntah
 Membran
mukosa
kering
dan pucat

A: masalah
belum
teratasi
P:
implementasi
1-8
dilanjutk
an

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Keperawatan pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat

terhadap kualitas tidur Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure

(CHF)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan pemberian

terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap kualitas tidur di ruang ICU

RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi. Pada tanggal 01 agustus 2016

pada jam 10.00 s/d 11.30 Wib. Maka selanjutnya pada BAB IV ini penulis

akan membahas tentang perbedaan dan kesamaan antara teoritis dengan

kenyataan kasus yang ditemukan pada saat melakukan Asuhan Keperawatan

pada Tn. H dengan Pemberian terapi posisi semi fowler 45 derajat terhadap

kualitas tidur dengan pasien Congestive Heart Failure (CHF) dilapangan.


4.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran atau dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien baik fisik, mental, social dan lingkungan

(Dermawan,2012).
Selama melakukan pengkajian, dalam memberikan asuhan

keperawatan penulis tidak begitu mengalami kesulitan dalam pengumpulan

data karena terjadi komunikasi yang baik antara penulis dengan keluarga

klien.

Pada kasus ini ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan

pustaka disebutkan pada pemeriksaan fisik pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF) ditemukan keletihan, kegelisahan, kecemasan ,kekacauan

mental, pusing, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas,

ekstremitas dingin dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan

dan organ yang rendah. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan

hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari penyakit dasar dan

komplikasi yang terjadi. Seperti adanya peninggian enzim creatine kinase

(CK) pada infark miokard, atau kultur darah positif pada endokarditis.

Hampir semua penderita ditemukan adanya peningkatan jumlah sel- sel

darah merah, dan penurunan PO2 dan asidosis pada analisis gas darah akibat

kekurangan oksigen (PERKI, 2010)

Pada kasus Tn. H ditemukan pemeriksaan fisik klien tampak sesak

napas, pernafasan = 38 x/menit, klien terpasang kanul nasal 3 liter/menit

pernafasan cuping hidung (+), pernafasan kussmaul, retraksi suprasternal


(+), retraksi interkosta (+), retraksi epigastrium (+), tampak pernafasan cepat

dan dalam, pergerakan dinding dada simetris. Tidak ada tampak jejas pada

bagian thoraks dan luka terbuka tidak ada. Perkusi dada sonor, auskultasi

thoraks vesikuler, tidak ditemukan ronkhi terdengar mengi, bunyi jantung

gallop tidak ditemukan bunyi jantung murmur. pH : 7.499, pCO2 : 41,9

mmHg, pO2 : 214 mmHg, Tekanan darah = 120/60 mmHg, nadi = 110

x/menit, membran mukosa pucat dan kering, akral dingin, capillary refil

time < 3 detik, tidak sianosis. Mual dan muntah.


Ditemukan juga kasus yang sama pada jurnal penelitian yang

dilakukan oleh Malanie (2014) tentang Congestive Heart Failure (CHF)

dengan pemberian terapi posisi semi fowler tidur 45 derajat terhadap

kualitas tidur. Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan keadaan umum

tampak sakit berat, tidak ada sianosis pada ujung kaki dan bibir. Kesadaran

compos mentis, tekanan darah 130/80mmHg, frekuensi nadi 124x/menit,

frekuensi pernafasan 54x/menit, pernafasan cuping hidung (+), retraksi

suprasternal (+), retraksi interkosta (+), retraksi epigastrium (+), tampak

pernafasan cepat dan dalam, pergerakan dinding dada simetris, tidak

ditemukan ronkhi dan mengi, bunyi jantung gallop tidak ditemukan bunyi

jantung murmur, perut datar, lemas, hepar dan klien tidak teraba, bising usus

8x/menit, ekstremitas akral dingin.


4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respon actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat

mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Alasan untuk

merumuskan diagnose keperawatan setelah menganalisis data pengkajian

adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien dan


keluarganya untuk memberikan arah asuhan keperawatan ( Potter and Perry,

2005)
Pada kasus Congestive Heart Failure (CHF) sesuai dengan tinjauan

pustaka pada BAB II menurut Nanda (2006), terdapat 5 diagnosa yang

mungkin muncul menurut Nanda (2006), yaitu : Perfusi jaringan

berhubungam dengan menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,

asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli, pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegal,

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelelahan atau dispneu akibat turunnya curah jantung.


Pada kasus Tn. H penulis mengangkat diagnosa Nanda (2006), yaitu :

pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,

hepatomegali, splenomegal, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispneu

akibat turunnya curah jantung, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


Perbedaan pada kasus dan tinjauan pustaka pada BAB II adalah nyeri

karena dari pengkajian yang didapatkan pada kasus Tn. H adalah dari salah

satu keluhannya nyeri. Diagnosa yang lainnya pada kasus sama dengan

diagnosa pada tinjauan teori.


4.1.3 Intervensi keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan

dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan

dari semua tindakan keperawatan. Intervensi atau rencana yang akan


dilakukan disesuaikan dengan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan

dapat dilakukan dengan SMART (Spesifik, Measurable, Acceptance,

Rasional, dan Timing) ( Dermawan, 2012).


Menurut Nanda (2006) untuk mengatasi masalah dari diagnosa pola

napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,

hepatomegali, splenomegal penulis mengobservasi keadaan umum pasien,

dan melakukan TTV. Memberikan oksigen secara adekuat dan memastikan

kepatenan oksigen. Intervensi ini merupakan terapi keperawatan

berdasarkan teori keperawatan Florence Nightingale (Modern Nursing),

karena dalam teori ini bertujuan memberikan kondisi alamiah yang baik

bagi pasien sehingga dapat mengatasi masalah.


Pada diagnosa nyeri akut berhubungan agen cidera biologis penulis

melakukan pengkajian secara komprensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, mengobservasi reaksi non

verbal dari ketidaknyamanan, Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi, mengajarkan tentang teknik non farmakologi, meningkatkan

istirahat . Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

dan monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama

kali.
Diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau

dispneu turunnya curah jantung, penulis merencanakan tindakan

keperawatan membantu klien dalam pemenuhan ADLs dan mengajarkan

keluarga untuk membantu klien dalam pemenuhan ADLs. Selanjutnya pada

diagnosa ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan brhubungan

dengan intake yang tidak adekuat penulis merencankan tindakan


keperawatan mengkaji adanya penurunan BB dan gula darah, mengkaji

turgor kulit, kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht, mual

dan muntah, pucat, kemerahan, kekeringan jaringan konjungtiva dan

menganjurkan banyak minum


4.1.4 Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan (Dermawan,

2012). Dalam hal ini penulis berusaha menerapkan implementasi sesuai

dengan intervensi yang sudah direncanakan. Namun tidak semua intervensi

bisa terlaksana. Implementasi ini berlandaskan pada teori keperawatan

Lydia E.Hall (Core,Care, and Cure Model) dimana kesembuhan pasien itu

berdasarkan adanya kerjasama yang sinergis antara keperawatan dan tim

kesehatan lain diantaranya adalah dokter, perawat, dan tim kesehatan lain.
Implementasi dilakukan pada tanggal 1 agustus 2016 pada jam 10.00

- 11.30 WIB. Untuk mengatasi kasus ini sudah dilakukan implementasi

pasien Congestive Heart Failure (CHF), pasien yang mengalami sesak

nafas, pernafasan kussmaul, pernafasan 38 kali/ menit perawatan

difokuskan pada kegawatdaruratannya yang pertama pola napas tidak efektif

berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegal,

klien diberikan terapi oksigen dengan menggunakan kanul nasal 3

liter/menit.
Diagnosa nyeri: akut berhubungan dengan agen cidera biologis dan

diberikan injeksi keterolac 1x1 amp. Diagnosa Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelelahann atau dispneu akibat turunnya curah jantung


tindakan keperawatan yang telah diberikan membantu klien dalam

pemenuhan.
4.1.5 Evaluasi
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

perilaku klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis

diseuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana

tindakan dapat dilaksanakan dengan subjektif, objektif, analisa, planning

( Dermawan, 2012)
Diagnosa yang pertama, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume

paru,hepatomegali, splenomegal belum teratasi. Hal ini dikarenakan Kriteria

hasil yang diharapkan belum tercapai tercapai yaitu menunjukan suara

napas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dyspnea (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernapas dengan mudah) ,menunjukan jalan napas yang

paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam

rentang normal, tidak ada suara abnormal),saturasi dalam batas normal.


Diagnosa yang kedua, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan

Nyeri: akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Hal ini dikarenakan

Kriteria hasil yang diharapkan sebagian belum tercapai tercapai yaitu

mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri,

Tn. H menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam

rentang normal pada Tn. H didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg.


Diagnosa yang ketiga, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispneu akibat


turunnya curah jantung belum teratasi. Hal ini dikarenakan Kriteria hasil

yang diharapkan belum tercapai tercapai yaitu berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR, mampu

melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri, keseimbangan

aktivitas dan istirahat


Diagnosa yang keempat, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat belum teratasi. Hal ini dikarenakan Kriteria hasil

yang diharapkan belum tercapai.


4.1.6 Dokumentasi
Selanjutnya tahap terakhir adalah melakukakan dokumentasi pada

lembar asuhan keperawatan pasien terhadap data yang didapat, intervensi

dan implementasi yang sudah dilakukan serta evaluasi dari hasil

implementasi sudah ditulis dengan sistematika yang benar oleh perawat.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi yang

serius.dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna

mencukupi kebutuhan sel- sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara

adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna

menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau

mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu

memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang

melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal

sering merespons dengan menahan air dan garam.hal ini akan mengakibatkan

bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau

organ lainnya sehingga tubuh pasien menjadi bengkak. (congestive)

(Udjianti, 2010)
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Congestive Heart Failure

(CHF) ditemukan keletihan, kegelisahan, kecemasan ,kekacauan mental,

pusing, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas

dingin dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ

yang rendah. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan hasil

pemeriksaan laboratorium tergantung dari penyakit dasar dan komplikasi

yang terjadi. Seperti adanya peninggian enzim creatine kinase (CK) pada

infark miokard, atau kultur darah positif pada endokarditis. Hampir semua

penderita ditemukan adanya peningkatan jumlah sel- sel darah merah, dan
penurunan PO2 dan asidosis pada analisis gas darah akibat kekurangan

oksigen (PERKI, 2010)

Menurut Juli (2004) diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sangat

diperlukan dalam pengelolaan kasus-kasus Congestive Heart Failure (CHF)

untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas, maka penulisan akan membahas

tentang penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF). Adapun

penatalaksana pada Congestive Heart Failure CHF) : dengan pemberian terapi

posisi semi fowler 45 derajat terhadap kualitas tidur dengan tujuan untuk

membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskuler, dan

melakukan aktivitas tertentu seperti makan, membaca, menonton televisi),

hasil pengkajian pada kasus Tn. H dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

volume paru hepatomegali,splenomegal, Nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau

dispnue akibat turunnya curah jantung, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembuatan karya ilmiah ini diharapkan dapat:
5.2.1 Memotivasi tenaga kesehatan lainnya untuk dapat memberikan

penyuluhan mengenai penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF)

dengan cepat dan benar.


5.2.2 SSebagai bahan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang terbaik untuk pasien dengan Congestive Heart Failure

(CHF)
5.2.3 Sebagai bahan pertimbangan untuk penulis lainnya agar dapat lebih

dikembangkan
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari -
Desember 2006. Semarang: UNDIP

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3, EGC, Jakarta

Djammudin, Sahrul.2009. Askep Gangguan system Kardiovaskular.


Available at:
http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-gangguan-sistem
kardiovaskuler.html

Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care,


available at: www.Us.Elsevierhealth.com

Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam


http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada 6 Februari 2012)

Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Malanie, R. 2014. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur
dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby,


USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-
2006, Philadelphia USA

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai