Tingkat : 2A
Anggota :
Ny.X (52 tahun) mengalami pusing hebat saat mencuci pakaian, tiba-tiba pasien
terjatuh, bicara pelo, badan sebelah kanan mengalami kesemutan dan baal, berangsur-angsur
ekstremitas dekstra mengalami parese dan penurunan kesadaran. Lima jam kemudian pasien
di bawa ke RS, saat pengkajian kondisi pasien adalah : tingkat kesadaran somnolen, GCS
E2M5V afasia, tekanan darah : 140/90 mmHg, Nadi: 70x/menit, frekuensi pernafasan :
32x/menit, suhu : 39,5 C, tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), tanda laseque (+), tanda
kernig (+). Nerves kranial; paresis nerves V dekstra, VII dekstra, IX-X, dan XII dekstra.
Motorik : kekuatan otot ekstremitas atas 1/5, ekstremitas bawah 1/5. Reflek babinski +/+.
Fungsi syaraf otonom; inkontinensia alvi (+), terpasang kateter. Hasil pemeriksaan CT-Scan;
perdarahan di pons lakunar infark basal ganglia kiri. Hasil pemeriksaan laboratorium;
Hb:13,6, Ht; 40, leukosit: 8.800, trombosit: 277.000, MCV: 83, MCH: 28, MCHC: 34,
ureum: 27, kreatinin: 0,9, GDS: 131, kalium: 4, klorida: 111, natrium: 135. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi sejak sekitar sejak sekitar 4 tahun yang lalu, pasien berobat
kepuskesmas, tidak teratur, berobat jika ada keluhan, jenis obat tidak tahu. Tidak ada riwayat
sesak napas, batuk (-) dan TBC (-), riwayat DM (-), penyakit jantung (-). Dalam keluarga
pasien terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi dan stroke, yaitu ibu, dan adik
pasien. ibu pasien telah meninggal karena stroke sudah lebih dari 5 tahun.
Arterisklerosis
Nyeri
Hipoksia
Bicara pelo
4. Perdarahan
5. Perdarahan
Aliran darah keotak terhambat
Hipoksia
Penurunan kesadaran
6. Menekan hipotalamus
Meningkatnya termoregulasi
Suhu meningkat
7. Bisa menyebabkan stroke karena aktivitas berat yang meningkatkan pembuluh darah
akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di otak terjadi pecahnya pembuluh
darah dan terjadilah stroke.
Perdarahan
Sesak nafas
Terletak dibagian sisi kanan kiri menghubungkan tulang belakang leher dengan bahu
Berawal dari pola hidup yang kurang sehat (konsumsi kolesterol) akan berakibat
penimbunan plak di pembuluh darah yang disebut Arterisklerosis akan menyebabkan tekanan
darah dengan permukaan pembuluh darah dan tekanan darah akan meningkat. Aliran O2 ke
otak menjadi terhambat maka akan mengganggu metabolisme sel diotak dan akan terjadi
metabolisme anaerob dan terjadi peningkatan asam laktat yang akan merangsang reseptor
nyeri dan mengakibatkan pusing (nyeri). Peningktan tekanan darah diotak (aktifitas yang
berat) mengalami pecahnya pembuluh darah diotak kemudian darah keluar (perdarahan) yang
menyebabkan TIK meningkat dan akan mengalami nyeri (pusing). Dari pecahnya pembuluh
darah diotak akan menekan otak depan (diensefalon) yang merangsang tidak sampai ke otot
diafragma dan otot diafragma akan terganggu kembang kempisnya dari situ kadar oksigen
dalam tubuh akan menurun dan akan menyebabkan sesak nafas. Setelah itu perdarahan
(pecahnya pembuluh dara) aliran darahnya akan terganggu yang keotak atau terhambat
karena terhambat maka akan mengalami hipoksia dan metabolisme sel diotak akan
mengalami gangguan dan terjadi penurunan kesadaran.
1. Sherwood Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sel. Jakarta : EGC
2. Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
3. Syaifuddin. 2011. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika
4. Sylvia, Price. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
5. Willson dan Ross. 2014. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Elseiver.
A. DEFINISI
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan
neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada
pembuluh darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh
atau penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan
kelainan perkembangan (Price, 1995).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan
salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas
dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidenya.
(Bussan, 2007).
Secara garis besar stroke di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Stroke karena perdarahan (haemorragic)
Pada Stroke Iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atheroklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang
telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien
atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena
pecahnya pembuluh darah di otak terdiri dari perdarahan intraserebral,
perdarahan subarakhnoid.
2. Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)
Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan
merusaknya. Hampir 70% kasus stroke ini terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak
terhambat atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis
serebri, emboli serebri.
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
Penglihatan ganda.
Pusing.
Bicara tidak jelas (rero)
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
Ketidak keseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
C. ETIOLOGI
Seperti yang sudah disinggung di atas, stroke terjadi karena adanya penghambatan
atau penyumbatan aliran sel-sel darah merah yang menuju ke jaringan otak, sehingga
pembuluh darah otak menjadi tersumbat (ischemic stroke) atau pecah (haemorhagic
stroke). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak kita
sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang di alirkan oleh
arteri(pembuluh nadi).
Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir dalam pembuluh-
pembuluh darah menuju sel-sel otak. Apabila aliran darah atau aliran oksigen dan
nutrisi itu terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.
Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan
asupan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut
dapat terlepas dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat dapat
menyumbat aliran darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi.
Itulah yang menjadi penyebab mendasar bagi terciptanya stroke.
Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Haemorhagic stroke dapat
juga terjadi pada mereka yang tidak pada penderita hipertensi.
Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan
darah yang secara tiba-tiba, misalnya karena konsumsi makanan ataupun faktor
emosional.
Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah
tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati.
Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak
yang berada disekitarnya. Walaupun terjadinya lebih jarang dibandingkan dengan
ischemic stroke, yaitu hanya sekitar 20% dari total kasus stroke, namun haemorrhagic
stroke memiliki tingkat bahaya yang lebih serius dibandingkan dengan ischemic
stroke.
Namun, stroke juga bisa disebabkan turunan atau diturunkan secara genetik, dan itu
berarti bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Denagn demikian, ada
kemungkinan seseorang yang terkena penyakit stroke akan meningkat jika ada kakak
atau adik yang menderita penyakit yang disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak itu.
Ahli syaraf di Lampung, dr. Ruth Mariva, Sp.S, menjelaskan bahwa penyakit stroke
dapat diturunkan secara genetik melelui “autosomal dominan” akibat mutasi gen pada
kromosom 19 yang dikenal dengan penyakit CADASIL(Cerebral Autosomal
Arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy). Menurutnya,
kelainan terjadi pada dinding pembuluh darah kecil, terutama di otak yang sudah
terjadi sejak usia dewasa.
D. KOMPLIKASI
Aritmia (detak jantung tidak beraturan) dan infark miokardial (kematian sel-sel
jantung)
Pneumonia dan edema paru
Disfagia (kesulitan menelan) dan aspirasi
Trombosis vena
Infeksi saluran kencing, tidak dapat menahan kencing (inkontinensia urine), dan
tidak dapat melakukan kegiatan seksual (disfungsi seksual)
Perdarahan di saluran cerna
Mudah jatuh sehingga mengalami patah tulang
Depresi
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Doenges,(2000) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit
stroke adalah:
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Fungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia
otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
1. Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke
hemoragik harus bed rest 2-3 minggu.
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : bentuk normochepalik
2. Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urinw
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
h. Pemeriksaan neurologi
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
G. PENATALAKSANAAN STROKE
Dalam tatalaksana stroke waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat
jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan di gawat darurat
untuk stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal berikut:
1. Stabilisasi pasien
2. Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks
3. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin
H. PATOFISIOLOGI STROKE
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang ireversibel terjadi setelah tujuh
sampai sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area
otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang
disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan
pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi
energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan
konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi
menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel.
Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel
melalui masuknya Na+ dan Ca+2 .Pembengkakan sel, pelepasan mediator
vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-
kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah
dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area
iskemik(penumbra).
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering
terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit
sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis.
Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan
sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect. Penyumbatan arteri
serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat
kehilangan girus presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan bicara (akibat
kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus
kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominant ke korteks motorik kanan
terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis
karena kerusakan dari system limbic. Penyumbatan pada arteri serebri posterior
menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual primer) dan kebutaan
pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus
temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat
menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior.
Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna
(hemiparesis) dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada
cabang arteri komunikans posterior di thalamus terutama akan menyebabkan defisit
sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua ekstremitas
(tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris
dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons dan medulla
oblongata3,4,5. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan :
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus), mulut yang jatuh (saraf fasial), strabismus (saraf okulomotorik,
saraf abdusencs).