Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN KATETER URINE


DI RUANG TERATAI B
RSUD SALEWANGAN MAROS

Nama : TN.
Umur : 84 tahun
Alamat :
Diagnosa Medik : TB Paru
N0 RM :

1. Diagnosa Keperawatan

Data Fokus :
Ds :
 Klien mengatakan merasa ingin kencing tapi tidak bisa keluar.
 Klien mengatankan tidak nyaman dan merasa nyeri karena sudah 2
minggu kencing tidak keluar.
 Klien mengeluh nyeri pada area perut kuadran kiri bawah.
Do :
 Pasien tampak sulit untuk berkemih
 Paien tampak lemah
 Pasien tampak kelelahan
 Kandung kemih terabah penuh
 Pasien tampak gelisah
 Ttv :
Td : 120/70 mmhg
RR : 28 x/menit
2. Dasar Pemikiran
Skroke merupakan kehilangan fungsi otot yang di akibatkan oleh berhentinya
suplay darah ke bagian otot. Salah satu akibat dari berhentinya suplai darah
ke otot ini adalah gangguan fungsi fegetative yang mengakibatkan kelemahan
otot spinkter. Hal ini bisa membuat klien inkontinensia urine ztzu sebaliknya
retensi urin. Retensi urine merupakan ketidakmampuan untuk melakukan
urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut
sehingga kandung kemih teraba penuh dan terasa nyeri.
3. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Melakukan pemasangan kateter urine pada klien
4. Prinsip Tindakan
a. Definisi
Melakukan pemasangan kateter urine
b. Tujuan
1. Menghilangkan distensi kantung kemih
2. Sebagai penatalaksanaan kantung kemih inkompeten
3. Untuk mendapatkan spesimen urine steril
4. Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak
mampu untuk di kosongkan secara lengkap
5. Membantu mengeluarkan urine pada klien yang mengalami gangguan
hemodinamik.
c. Indikasi
1. Obstruksi pada aliran (missal pembesaran prostat)
2. Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur di sekelilingnya mulai
pembedahan.
3. Retensi urine yang berat.
4. Raum kulit, ulkus, luka iritasi akibat kontak dengan urine.
5. Penderita penyakit terminal yang merasa nyeri ketika linen tempat tidur
di ganti.
d. Kontra indikasi
1. Terdapat pembengkakan uretra
2. Terdapat keluaran dari ureter
e. Pra interaksi
1. Membaca program terapi keperawatan
2. Mengecek identitas pasien
3. Menyiapkan peralatan
 Sarung tangan stril
 Sarung tangan bersih
 Satu duk steril
 Satu duk lubang
 Larutan pembersih antiseptic
 Kapas
 Pinset
 Kateter
 Spuit yang sudah terisi aquadest
 Selang drainase steril dan kantong penampung urine
 Plaster
 Selimut mandi
 Pelumas
 Perlak pengalas
 Kantong sampah atau bengkok
4. Mencuci tangan
5. Siapkan klien. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
dan keluarga.
6. Jaga privacy klien.
7. Posisi perawat menghadap klien, berada di sebelah kiri tempat tidur
(apabila tangan dominan adalah tangan kanan, maka berdiri di sebelah
kanan).
8. Bantu klien pada posisi dorsal rekumben (terlentang dengan lutu
fleksi). Minta klien untuk merilekskan pahanya sehingga memudahkan
rotasi eksternal. Bila klien tidak dapat mengabdusikan tungkainya pada
sendi panggul (missal arthritis sendi), baringkan klien pada posisi
miring (Sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul.
9. Selimuti bagian ekstremitas bawah klien.
10. Memasang perlak pengalas dan pispot.
11. Kenakan sarung tangan bersih dan cuci area perinatal dengan sabun
dan air hanyat menggunakan waslap sesuai kebutuhan dan keringkan
dengan handuk.
12. Angkat pispot dan perlak pengalas.
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
14. Buka kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap setril.
15. Gunakan sarung tangan steril.
16. Ambil duk steril dan biarkan tidak melipat. Pastikan bahwa duk ini tidak
menyentuh permukaan yang terkontaminasi
17. Letakkan duk di atas tempat tidur di antara paha klien. Sisipkan tepi
duk tepat di bawah pantat klien, perhatikan utuk tidak menyentuh
permukaan terkontaminasi dengan tangan yang telah menggunakan
sarung tangan.
18. Tutupkan duk berlubang di atas perineum klien, memajankan labia dan
berhati-hati untuk tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
19. Letakkan bak instrument steril dan isinya di atas duk steril di antara
paha klien.
20. Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptic dan tuangkan
isinya ke kassa.
21. Berikan pelumas pada dasar ujung kateter 2,5 cm sampai 5 cm.
22. Dengan tangan non dominan, hati-hati regangkan labia untuk
pemajanan sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan non
dominan pada posisi ini sepanjang prosedur.
23. Dengan tangan dominan, ambil kassa yang sudah diberi larutan
antiseptic dengan pinset dan bersihkan area perineal. Usap dari depan
ke belakang dari klitoris ke arah anus.
24. Gunakan bola kapas bersih baru untuk tiap usapan, Sepanjang dekat
dengan lipatan labia, sepanjang area yang jauh dari lipatan labia dan
pada meatus.
25. Dengan tangan dominan, ambil kateter 7,5 cm sampai 10 cm dan dari
ujung. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urin (urine
bag).
26. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara tarik napas
dalam dan dengan perlahan memasukkan kateter melalui meatus.
27. Dorong kateter sekitar 5 sampai 7,5 cm pada orang dewasa. Urine
yang nampak keluar menandakan bahwa ujung kateter sudah berada
di dalam kandung kemih atau uretra bawah.
28. Dengan tangan non dominan, hubungkan spuit ke port injeksi pada
ujung kateter.
29. Perlahan injeksikan aquabidest.
30. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung.
31. Plester kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non-
alergik.
32. Lepaskan sarung tangan dan rapikan peralatan.
33. Bantu klien ke posisi nyaman.
34. Cuci tangan.
f. Orientasi
1. Memperkenalkan diri dengan salam terapeutik dan validasi data :
nama pasien, keluahan, data lain terkait
2. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
3. Meminta persetujuan tindakan kepada pasien
4. Membuat kontrak dan kesehatan untuk pelaksanaan tindakan
g. Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Ucapkan salam terapeutik
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien
4. Tutup tirai dan pintu kamar pasien
5. Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur pasien
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5. Analisa Tindakan
Pada dasarnya, tindakan pemasangan kateter urine yang dilakukan pada
klien sesuai dengan teori yang ada. Namun, terdapat prosedur yang tidak
dilakukan karena keterbatasan alat seperti duk steril, duk berlubang dan
selimut mandi. Selain itu, tindakan pemasangan kateter hanya dilakukan
dengan satu prinsip saja, yaitu steril. Di dalam teori, pemasangan kateter
dilakukan dengan menggunakan dua prinsip, yaitu bersih dan steril. Prinsip
yang pertama kali digunakan adalah prinsip bersih, yaitu ketika melakukan
perineal hygiene sebelum pemasangan kateter. Prinsip steril kemudian
digunakan selama pemasangan kateter. Meskipun tidak terdapat prosedur
perineal hygiene, area genitalia tetap dibersihkan dengan kassa yang sudah
diberi larutan desinfektan.
6. Bahaya dan pencegahan
Bahaya :
Prinsip steril yang tidak terjaga selama pemasangan kateter akan
meningkatkan resiko masuknya bakteri dan mikroorganisme lainnya masuk ke
dalam saluran kemih dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Selain itu,
pemasangan kateter yang tidak dilakukan dengan lembut dan hati-hati akan
menyebabkan luka di saluran kemih dan area genitalia.
Pencegahan :

7. Hasil yang didapatkan dan maknanya


S : pasien mengatakan perutnya lebih nyaman dari sebelumnya
O : pasien tampak releks
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Kaji vital sign
Kaji keadaan umum tiap 2 jam
8. Tindakan keperawatan lain
a. Pemberian posisi semi fowler ( 45o)
b. Pemberian therapy nebulier dengan combivent 2,5 ml dan pulmicort 0,5
mg
c. Pemberian obat
d. Pemasangan infuse
9. Evaluasi Diri

Anda mungkin juga menyukai