Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

RESUME KEPERAWATAN DENGAN

SYOK HEMORAGIK

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas

Disusun oleh:

S DIANA KUSHANDAYANI

NIM. 2014314201045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

MALANG

2020

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Syok hemoragik disebut juga syok hipovolemik adalah suatu syok yang
disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang dapat disebabkan oleh perdarahan
antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptura uteri,juga disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan seperti atonia dan laserasi serviks/vagina.

B. Etiologi
1. Kehilangan darah
a. Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka.
b. Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini di
dalam toraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
2. Kehilangan plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cedera berat atau
inflamasi peritoneal.
3. Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui
jalur gastroentestinal, urinarius atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian
yang adekuat.

C. Patofisiologi.

Respon tubuh saat kehilangan volume sirkulasi tubuh secara logis akan
segeramemindahkan volume sirkulasinya dari organ non vital dan demikian fungsi organ
vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan akut, curah
jantung dan denyut nadi akan turun akibat ‘baroreseptor’ di aortik arch dan atrium.
Volume sirkulasi turun yang mengakibatkan teraktivasinya saraf simpatis di jantung dan
organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi vasokontriksi dan redistribusi
darah dari organ – organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna, dan ginjal. Secara
bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini, dimana akan
terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan
glukokortikoroid dan beta- endhorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas
vasopressin yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula
akan melepas renin, menurunkan MAP ( Mean Arterial Pressure),dan meningkatkan
pelepasan aldosteron dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia
sering terjadi saat perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis
yang meningkat akibat pelepasan aldosteron dan growth hormone. Katekolamin dilepas
ke sirkulasi yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah
meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan
spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak
dimana pasokan aliran darah akan pertahankan secara konstan melalui MAP ( Mean
Arterial Pressure ).

Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume sirkulasi


tersebut maka secara klinis, tahap syok hemoragik dapat di bedakan menjadi 3 tahapan
yaitu :

1. Fase kompensasi. Rangsangan/refleks simpatis : respon pertama terhadap kehilangan


darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan
darah ke organ vital. Gejala klinik meliputi : pucat, takikardia, takipnea
2. Fase dekompensasi. Perdarahan lebih dari 100 ml pada pasien normal kurang atau
karena faktor – faktor yang ada.
3. Fase kerusakan jaringan dan bahaya kematian. Penanganan perdarahan yang tidak
adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kematian jaringan dengan
akibat :
a. Asidosis Metabolik : disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen.
b. Dilatasi arteriol : akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan
penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam jaringan
ekstravaskular.
c. Koagulasi intavaskular yang luas (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari
jaringan yang rusak.
d. Kegagalan jantung akibat berkurangnya darah koroner

D. Tanda dan gejala


1. Status mental
Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas, tidak
bisa tenang, takut apati, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan – kelainan ini
menunjukan adanya perkusi cerebral yang menurun.
2. Tanda – Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemia adalah adanya
pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Ini merupakan akibat
adanya peningkatan tekanan diastolik yang disebabkan oleh vasokontriksi atas
rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada batas normal sampai
terjadinya kehilangan darah 15-25%. Hipotensi postural dan hipotensi pada
keadaan berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih besar dari 15 mmHg.
b. Deyut Nadi
Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik
untuk syok. Takikardi tidak dapat ditemukan pada pasien yang diobati dengan
beta blocker.
c. Pernapasan
Takipnea adalah karakteristik dan alkalosis respiratorius sering ditemukan
pada tahap awal dari syok.
3. Kulit
a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik – bintik. Secara keseluruhan mudah
berubah menjadi pucat.
b. Vena-vena ekstremitas menunjukan tekanan yang rendah ini yang dinamakan
vena perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.
4. Gejala-gejala
Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang sangat.

E. Klasifikasi Perdarahan

Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik


I 15 % (Ringan) a. Tekanan darah dan nadi normal
b. Test Tilt
II 20 – 25 % (sedang) a. Takikardi – Takipnea
b. Tekanan nadi <30 mmHg
c. Tekanan darah sistolik rendah
d. Pengisian darah kapiler lambat
III 30 – 35% (berat) a. Kulit dingin, berkerut, pucat
b. Tekanan darah sangat rendah
c. Gelisah
d. Oliguria (<30ml/jam)
e. Asidosis metabolik (pH<7,5)
IV 40-35 % ( sangat a. Hipotensi berat
berat) b. Hanya nadi karotis yang teraba
c. Syok ireversibel

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penanganan medis adalah untuk mengembalikan volume intravaskuler,
mendistribusikan kembali volume cairan, dan mengatasi penyebab utama syok. Jika
pasien mengalami hemoragi, perdarahan dihentikan dengan cara penekanan atau operasi.
a. Penggantian cairan dan darah
i. Sedikitnya ada dua jalur IV yang terpasang pada pasien untuk memberikan
cairan obat dan atau darah.
ii. Larutan Ringer Laktat, koloid, atau natrium klorida 0,9% (saline normal
diberikan untuk mengembalikan volume intravaskuler.
iii. Produk darah digunakan hanya jika tidak ada alternatif lain atau perdarahan
banyak dan cepat.
b. Redistribusi Cairan
Mengatur posisi pasien dengan tepat akan membantu upaya redistribusi cairan –
modifikasi. Posisi trendelenburg direkomendasikan pada kasus syok hipovolemik.
Meninggikan tungkai akan mendorong pengembalian darah vena.
c. Terapi Farmakologi
1) Analgesik : morfin 10 -15 mg IV. Jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau
rusak.
2) Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV. Dapat
menurunkaan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan perfusi
jaringan.
3) Sodium bikarbonat: 100 mEq IV. Jika terdapat asidosis.
4) Vasopresor: untuk menaikan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
d. Monitoring :
1. Central venous pressure (CVP) : normal 10 – 12 cm air
2. Nadi
3. Tekanan darah
4. Produksi urin
5. Tekanan kapilar paru : normal 6-18 torr
6. Perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran

G. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di berbagai organ
sehingga dapat terjadi komplikasi – komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis
hipofise (sindroma sheehan), dan koagulasi intravaskuler diseminata (DIC).

H. Kasus Keperawatan

Pasien ny. M mengatakan keluar darah dari kemaluannya, darah keluar seperti flek
dan tidak banyak. Flek dikeluhkan sejak 6 bulan yang lalu, dan selanjutnya timbul
perdarahan semakin hari semakin banyak. Kemudian ny. M di diagnosa Ca Cervix dan
mendapatkan kemoterapi di RS Ngudi Waluyo Blitar. Pada saat ini ny. M mengalami
keluhan sesak, lemas dan perdarahan masif yang akhirnya ny. M di rujuk ke RSSA untuk
dilakukan perawatan lebih lanjut. Adapun tindakan yang sudah diberikan adalah di
berikan oksigen nasal kanul 2-4 liter/ menit, tranfusi PRC, Pasang Tampon per vagina
dan pemberian injeksi asam traneksamat 3 x gr, vitamin K 3 x 1 ampul, omz 1 x 40 mg.

Pada saat ini ny. M tampak lemah dan pucat, pakaian yang digunakan tampak kurang
rapi. Pasien bedrest di tempat tidur dengan posisi terlentang, kedua tangan tampak
sesekali memegang perut. Beberapa kali ny. M mengalami perdarahan saat sudah dirawat
di RSSA. Kesadaran pasien compos metis, pernapasan 24 x/menit, nadi 96 x/ menit,
tekanan darah 100/60 mmHg.

I. Diagnosa Keperawatan yang muncul


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
perifer
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang mutlak

J. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
a. Monitor TTV
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Catat pergerakan dada dan adanya retraksi
d. Monitor pola nafas
e. Berikan alat bantu pernafasan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
perifer
a. Monitor TTV
b. Gunakan prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien
c. Monitor adanya tromboplebitis
d. Batasi gerakan pada ekstremitas
e. Kolaborasi pemberian obat
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang mutlak.
a. Mengevaluasi TTV
b. Evaluasi kebutuhan cairan
c. Evaluasi kebutuhan nutrisi
d. Penuhi kebutuhan cairan elektrolit
e. Tingkatan asupan nutrisi pasien
K. Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. (2010). ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Gloria M. Bulechek, dkk. (2018). Nursing Intervention Clarification. Singapore:


Elsavier.

Michael, E. dkk. (1998). Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta: EGC.

https://www.researchgate.net/publication/283840151_Severe_Hemorrhage_from_Cervica
l_Cancer_Managed_with_Foley_Catheter_Balloon_Tamponade

Anda mungkin juga menyukai