Anda di halaman 1dari 8

RESUME

SYOK HEMORAGIK

Disusun oleh:

Nama : Rindiana

Nim : 113121056

ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR 2021/2022
SHOK HEMORAGIK
A. Definisi Syok hemoragik
Syok hemoragik disebut juga syok hipovolemik adalah suatu syok yang disebabkan
oleh perdarahan yang banyak yang dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum seperti
plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptura uteri,juga disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan seperti atonia dan laserasi serviks/vagina.
B. Etiologi
1. Kehilangan darah
a. Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka.
b. Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini di
dalam toraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
2. Kehilangan plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cedera berat atau
inflamasi peritoneal.
3. Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui
jalur gastroentestinal, urinarius atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian
yang adekuat
C. Patofisiologi.
Respon tubuh saat kehilangan volume sirkulasi tubuh secara logis akan segera
memindahkan volume sirkulasinya dari organ non vital dan demikian fungsi organ vital
terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan akut, curah jantung
dan denyut nadi akan turun akibat ‘baroreseptor’ di aortik arch dan atrium. Volume
sirkulasi turun yang mengakibatkan teraktivasinya saraf simpatis di jantung dan organ
lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi vasokontriksi dan redistribusi darah
dari organ – organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan
sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini, dimana akan terjadi
pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan glukokortikoroid dan
beta- endhorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas vasopressin yang akan
meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula akan melepas renin,
menurunkan MAP ( Mean Arterial Pressure),dan meningkatkan pelepasan aldosteron
dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat
perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat
akibat pelepasan aldosteron dan growth hormone. Katekolamin dilepas ke sirkulasi yang
akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah meningkat. Secara
keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti
kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan
aliran darah akan pertahankan secara konstan melalui MAP ( Mean Arterial Pressure ).
Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume sirkulasi tersebut
maka secara klinis, tahap syok hemoragik dapat di bedakan menjadi 3 tahapan yaitu :
1. Fase kompensasi. Rangsangan/refleks simpatis : respon pertama terhadap kehilangan
darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan
darah ke organ vital. Gejala klinik meliputi : pucat, takikardia, takipnea.
2. Fase dekompensasi. Perdarahan lebih dari 100 ml pada pasien normal kurang atau
karena faktor – faktor yang ada.
3. Fase kerusakan jaringan dan bahaya kematian. Penanganan perdarahan yang tidak
adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kematian jaringan dengan
akibat :
a. Asidosis Metabolik : disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen.
b. Dilatasi arteriol : akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya
menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke
dalam jaringan ekstravaskular.
c. Koagulasi intavaskular yang luas (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari
jaringan yang rusak.
d. Kegagalan jantung akibat berkurangnya darah koroner
D. Tanda dan gejala
1. Status mental
Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas,
tidak bisa tenang, takut apati, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan – kelainan
ini menunjukan adanya perkusi cerebral yang menurun.
2. Tanda – Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemia adalah adanya
pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Ini merupakan akibat
adanya peningkatan tekanan diastolik yang disebabkan oleh vasokontriksi atas
rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada batas normal sampai
terjadinya kehilangan darah 15-25%. Hipotensi postural dan hipotensi pada
keadaan berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih besar dari 15 mmHg.
a. Deyut Nadi
Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik
untuk syok. Takikardi tidak dapat ditemukan pada pasien yang diobati dengan
beta blocker.
b. Pernapasan
Takipnea adalah karakteristik dan alkalosis respiratorius sering ditemukan
pada tahap awal dari syok.
3. Kulit
a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik – bintik. Secara keseluruhan
mudah berubah menjadi pucat.
b. Vena-vena ekstremitas menunjukan tekanan yang rendah ini yang dinamakan
vena perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.
4. Gejala-gejala
Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang sangat.
E. Klasifikasi Perdarahan
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
I 15 % (Ringan) a. Tekanan darah dan nadi normal
b. Test Tilt
II 20 – 25 % (sedang) a. Takikardi – Takipnea
b. Tekanan nadi <30 mmHg
c. Tekanan darah sistolik rendah
d. Pengisian darah kapiler lambat
III 30 – 35% (berat) a. Kulit dingin, berkerut, pucat
b. Tekanan darah sangat rendah
c. Gelisah
d. Oliguria (<30ml/jam)
e. Asidosis metabolik (pH<7,5)
IV 40-35 % ( sangat a. Hipotensi berat
berat) b. Hanya nadi karotis yang teraba
c. Syok ireversibel
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penanganan medis adalah untuk mengembalikan volume intravaskuler,
mendistribusikan kembali volume cairan, dan mengatasi penyebab utama syok. Jika
pasien mengalami hemoragi, perdarahan dihentikan dengan cara penekanan atau operasi.
1. Penggantian cairan dan darah
a. Sedikitnya ada dua jalur IV yang terpasang pada pasien untuk memberikan cairan
obat dan atau darah.
b. Larutan Ringer Laktat, koloid, atau natrium klorida 0,9% (saline normal diberikan
untuk mengembalikan volume intravaskuler
c. Produk darah digunakan hanya jika tidak ada alternatif lain atau perdarahan
banyak dan cepat.
2. Redistribusi Cairan
Mengatur posisi pasien dengan tepat akan membantu upaya redistribusi cairan –
modifikasi. Posisi trendelenburg direkomendasikan pada kasus syok hipovolemik.
Meninggikan tungkai akan mendorong pengembalian darah vena.
3. Terapi Farmakologi
a. Analgesik : morfin 10 -15 mg IV. Jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau
rusak.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV. Dapat
menurunkaan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan perfusi
jaringan.
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq IV. Jika terdapat asidosis.
d. Vasopresor: untuk menaikan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
4. Monitoring :
a. Central venous pressure (CVP) : normal 10 – 12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
e. Tekanan kapilar paru : normal 6-18 torr
f. Perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran
G. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusa jaringan di berbagai organ
sehingga dapat terjadi komplikasi – komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis
hipofise (sindroma sheehan), dan koagulasi intravaskuler diseminata (DIC).
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
perifer
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang mutlak
I. Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
a. Monitor TTV
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Catat pergerakan dada dan adanya retraksi
d. Monitor pola nafas
e. Berikan alat bantu pernafasan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
perifer
a. Monitor TTV
b. Gunakan prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien
c. Monitor adanya tromboplebitis
d. Batasi gerakan pada ekstremitas
e. Kolaborasi pemberian obat
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang mutlak.
a. Mengevaluasi TTV
b. Evaluasi kebutuhan cairan
c. Evaluasi kebutuhan nutrisi
d. Penuhi kebutuhan cairan elektrolit
e. Tingkatan asupan nutrisi pasien

Anda mungkin juga menyukai