Disusun Oleh :
Nadia Dwi Rohmani P17324418055
JALUM 3B
2. Syok neurogenic
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan keadaan yang terjadi karena
reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh
di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang.
Ciri khas
Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever (2010)
Kulit kering, bradikardia, kehilangan refleks, hipotensi, dan penurunan
pengaturan suhu.
Porth dan Matfin (2009)
Penurunan volume darah, gangguan fungsi jantung, denyut jantung
lambat, serta kulit tampak kering dan terasa hangat
Jumlah darah
Jumlah darah yang keluar dari syok neurogenic tergantung pada tingkat luka
Penggantian cairan
Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
3. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung
sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup,dan dapat menyebabkan
hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tetapi
dapat pula terjadi pada keadaan di mana fungsi ventrikel kiri cukup baik
Ciri khas
Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever (2010)
Kelelahan, disritmia, peningkatan preload sistemik dan paru, serta
takikardia
Porth dan Matfin (2009)
- Bibir, kuku, dan kulit tampak sianosis.
- Penurunan pengeluaran urin karena terjadi peningkatan hormon aldesteron.
- Perubahan kesadaran terjadi karena penurunan curah jantung dan penurunan
perfusi cerebral.
Penggantian cairan dan darah
- Dalam keadaan syok kardiogenik dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik
<70 mm Hg) maka norepinefrin iv dengan dosis 0,5-30 mcg/menit merupakan
pilihan (gambar). Norepinefrin iv dimulai dengan dosis 0,5-1 mcg/menit dan
dititrasi naik sampai MAP mencapai 65-70 mm Hg. Dalam keadaan syok
kardiogenik dengan hipotensi yang tidak berat (tekanan darah sistolik 70-100 mm
Hg), dopamin iv dengan dosis 5-15 mcg/kg/menit merupakan pilihan. Jika tekanan
darah sistolik telah meningkat menjadi 70-100 mm Hg tanpa tanda syok,
dobutamin iv dengan dosis 2-20 mcg/kg/menit merupakan pilihan. Penyapihan
terhadap dobutamin kadang-kadang menyebabkan hipotensi. Jika hal ini terjadi
maka dobutamin dikurangi dosisnya setiap 2 hari sebesar 2 mcg/kg/menit. Yang
perlu diperhatikan dalam pemberian inotropik dan vasokonstriktor adalah
pencapaian target MAP sebesar minimal 65 mm Hg.
- Dalam keadaan tekanan darah sistolik >100 mm Hg dan dijumpai gagal jantung
akut atau mitral regurgitasi berperan dalam patofisiologi syok kardiogenik,
vasodilator yaitu nitrogliserin iv 10-20 mcg/menit disertai ACE- inhibitor short-
acting, misalnya captopril, dosis rendah 1- 6,25 mg dapat mulai diberikan dengan
melakukan pemantauan tekanan darah dan perfusi jaringan
4. Syok endostoksik/septik
Ciri khas
Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever (2010)
Peningkatan suhu karena pirogenik, peningkatan metabolisme, denyut
jantung meningkat, edema paru, oliguria, asidosis metabolik karena
penumpukkan asam laktat.
Porth dan Matfin (2009)
Demam, takikardia, takipnea, hiperglikemia tanpa adanya penyakit
diabetes melitus, hipotensi, hipoksemia, oliguria, serta asidosis
metabolik.
Jumlah darah
Jumlah darah yang dikeluarkan banyak karena disebabkan oleh infeksi bakteri
gram negative yang sering dijumpai pada abortus, sisa plasenta.
Jumlah cairan
Berikan kombinasi antibiotika untuk mengobati infeksi aerob dan anaerob dan
teruskan sampai ibu tersebut bebas demam selama 48 jam.
Penisillin g 2 juta unit atau ampisilin 2 g I. V setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB I.V. setiap 24 jam
Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
5. Syok anafilaktik
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis dan
merupakan bagian dari syok distributifyang ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata
akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi
darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian pada beberapa pasien. Syok
anafilaktik merupakan kasus kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk menggambarkan 4
anafilaksis secara keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi tanpa
adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas merupakan gejala utamanya.
Ciri khas
Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever (2010)
Hipotensi, mengalami gangguan pernapasan, merasa cemas, dyspnea,
dan edema.
Porth dan Matfin (2009)
Keram pada bagian perut, merasa ketakutan atau cemas, kulit terasa
terbakar, gatal, mengalami batuk, sesak dada, kesulitan bernapas
Pengganti cairan Dan darah
Pada keadaan anafilaksis berat antihistamin dapat diberikan intravena. Untuk
AH2 seperti simetidin (300mg) atau ranitidun (150mg) harus diencerkan
dengan 20 ml NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 5 menit. Bila penderita
mendapatkan terapi teofilin pemakaian simetidin harus dihindari sebagai
gantunya dipakai ranitidin. Anti histamine yang juga dapat diberikan adalah
dipenhidramin intravena 50 mg secara pelan-pelan (5-10 menit), diulang tiap 6
jam selama 48 jam.