sisa metabolism dapat dibuang sementara molekul atau ion yang diharapkan dapat
masuk ke dalam darah (misalnya HCO3-). Air dapat bergerak melalui membrane
ultrafiltrasi juga digunakan sebagai alat untuk klirens solute melalui konveksi.
(Oxford)
Prinsip dalam hemodialysis, yaitu darah dikeluarkan dari tubuh pasien, diberi
tubuh pasien. Di dalam dialyzer, darah dan dialisat (yang mengalir dengan arah
a. Ruptured dialyzer
b. Clotting dialyzer
c. Emboli udara
d. Hard Water Syndrome
b. Hipotensi
c. Nyeri dada
d. Kejang-kejang
f. Gatal-gatal
konsentrasi acid
Gangguan softener (Hard Water Hiperkalsemia akut, sakit kepala, hipertensi
Komplikasi terkait hemodialysis yang sering dialami pasien, yaitu hipotensi (20-
30%), kram otot (5-20%), mual muntah (5-15%), sakit kepala (5%), nyeri dada (2-
5%), gatal-gatal (5%), serta febris sampai menggigil kurang dari 1%. (Enday,
Daugirdas).
Berikutnya akan dibahas mengenai 2 (dua) komplikasi yang sangat penting, yaitu
Hipotensi
Definisi
mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau lebih yang disertai
takikardi) atau penurunan mean arterial pressure (MAP) 10 mmHg atau lebih dari
nilai MAP sebelum hemodialysis, yang disertai gejala klinis. (Panduan Tindakan
Keperawatan)
sering menguap, berkeringat, gelisah, kram, pusing, pada kondisi lebih berbahaya
dapat terjadi angina, aritmia, penurunan kesadaran, kejang dan cardiac arrest.
(Bradshaw, NKF)
lain
Hipotensi intradialitik dapat terjadi dengan pola klinis sebagai berikut: (Bradshaw,
Sulowicz)
dipengaruhi oleh berat badan kering yang ditentukan untuk pasien. Ketika volume
yang tidak stabil. Hal ini menjelaskan timbulnya hipotensi pada pasien yang
badan kering bervariasi pada setiap pasien dan dapat berfluktuasi akibat penyakit
dan yang jarang terjadi sebagaimana dijelaskan berikut ini: (Enday, Daugirdas)
berlebihan
menentu)
- Dialisat asetat
hematocrit
- Anemia
2. Etiologi jarang
a. Kardiovaskular
- Tamponade jantung
- Infark miokard
b. Septikemia
c. Perdarahan tersembunyi
- Hemolisis
- Emboli udara
Penggunaan dialisat dengan konsentrasi Natrium yang lebih tinggi (>140 mEq/L)
merupakan alat yang efektif untuk memastikan vascular refilling yang adekuat
dan telah terbukti merupakan terapi dengan efikasi terbaik untuk hipotensi yang
episodic. Pada umumnya konsentrasi Natrium yang tinggi digunakan pada awal
hemodialysis dan dikurangi secara progresif menjadi level isotonic atau bahkan
cepat turun akibat dibuangnya urea dan molekul kecil lainnya. Kemudian pada
tinggi pada awal prosedur, ketika volume cairan interstitial cukup banyak untuk
Selama prosedur hemodialysis, terjadi penurunan aliran darah pada kulit dan otot
besar pasien dapat mentolerir suhu dialisat yang sedikit lebih rendah, sehingga
clotting dialyzer adalah darah yang membeku dan berada pada dialyzer bagian
adalah Qb atau blood flow yang rendah, hematocrit yang tinggi, ultrafiltration rate
yang tinggi, resirkulasi dari akses dialysis, infus lipid intradialitik, priming tidak
adekuat, transfusi darah dan produk darah, serta penggunaan drip chambers
saat darah berhubungan dengan udara dalam drip chambers. Trombus yang
ekstrakorporeal. (Daugirdas)
terlihat, yaitu:
clotting terjadi pada bagian venous blood chamber atau bagian distalnya,
Pemberian Antikoagulan
ekstrakorporeal. Pada pasien dengan resiko perdarahan terutama pasien usia lanjut
1. Discontinuous heparinization
2. Continuous heparinization
a. Gastritis erosive
b. Hematom subdural
c. Perikarditis
e. Pasca operasi
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Hipotensi
sedapat mungkin.
kiri.
kering.
a. Hentikan ultrafiltrasi
di kemudian hari.
tubuh pasien.
b. Tekan tombol by pass pada layar, tutup semua klem yang ada
hubungkan areteri line, vena line dan Hansen conector dengan dialyzer
Pastikan dialyzer terisi penuh dengan NaCl 0,9% dan sudah bebas dari
g. Alat-alat dirapikan.
h. Mencuci tangan.
Tindakan Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, 2010.
7. Steddon, S., Ashman, N., Chesser, A., Cunningham, J., Oxford Handbook
Oxford, 2014.
2015.