Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIA

Di Susun Oleh:

Gebril Fayza Geo Vanny

(1440120018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

KRIKILAN- GLENMORE- BANYUWANGI

2022
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah
tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan.
Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok hipovolemik merupakan
suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat didalam pembuluh darah.
akibatnya perfusi jaringan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga
menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan
penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat
diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya karena
oligemia, hemoragi, atau kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen
intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air
tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu
kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira
3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%.

Tahap Syok Hipovolemik


1 Tahap I :
a. terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b. Terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih
dapat Dipertahankan

2. Tahap II:
a. terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
b. tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
3. Tahap III
a. bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
b. terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara
cepat
c. terjadi iskemik pada organ
d. terjadi ekstravasasi cairan

B. Klasifikasi

1.      Kehilangan cairan


Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi. Derajat
dehidrasi:
Tanda klinis Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, nadi Takikardi, nadi sangat Takikardi, nadi
lemah lemah, volume kolaps, tak teraba, akral
hipotensi ortostatik dingin, sianosis
Jaringan Lidah kering, Lidah keriput, turgor Atonia, turgor
turgor turun kurang buruk
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma

2.     Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa kelas:
Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 <90
Nadi (x/mnt) <100 >100 >120 >140
Napas (x/mnt) 16 16-20 21-26 >26
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan darah <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
<15% 15-30% 30-40% >40%

C. Etiologi

1. Absolut
a. kehilangan darah dan seluruh komponennya
1) trauma
2) pembedahan
3) perdarahan gastrointestinal
b. kehilangan plasma
1) luka bakar
2) lesi luas
c. kehilangan cairantubuh lain
1) muntah hebat
2) diare berat
3) diuresis massive

2. Relatif
a. kehilangan integritas pembuluh darah
1) Ruptur limpa
2) Fraktur tulang panjang Atau pelvis
3) Pankreatitis hemoragi
4) Hemothorax / hemoperitoneum
5) Diseksi arteri
b. peningkatan permeabilitas
1) membran kapiler
2) sepsis
3) anaphylaxis
4) luka bakar
c. penurunan tekanan osmotik koloid
1) pengeluaran sodium hebat
2) hypopituitarism
3) cirrhosis
4) obstruksi intestinal

D. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem
fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem
neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat
dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga
melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur
pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang
selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.
Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan
darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh
baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak,
jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi
renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di
paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya
membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot
polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan
retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari
posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh
baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh
osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air
dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle

E. Tanda Dan Gejala


Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni
Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam
beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2.  Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3.  Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4.  Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sel Darahh Puti : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi sebelumnya, dikuti
oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 – 30.000 ) dengan peningkatan pita
( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
2. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan ( trombositopenia )
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati /
sirkulasi toksin / status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis
dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi
karena kegagalan mekanismekompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan
SDM.
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi
abdomen / organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia
yang menyerupai infark miokard.

G. PATHWAY

Hipovolemia absolut Hipovolemia relatif


(Seperti: Infeksi Virus Dengue)

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Mengaktivasi sistem komplemen

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

Melepaskan histamin
Permeabilitas membran meningkat
Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi

 Kekurangan volume cairan

Berkurangnya volume sirkulasi

Sroke volume menurun


Cardiac output menurun

 Penurunan curah jantung


II. Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat dari
klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul Hidayat,
2021).
a. Identitas Mengkaji biodata pasien yang berisikan nama klien dan nama penanggung
jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah, pendidikan
terakhir, tanggal masuk RS, agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor register, dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan
pengkajian yang menyebabkan pasien berobat (Aziz Alimul Hidayat, 2021). Pasien
yang mengalami syok hipovolemik akan terjadi penurunan kesadaran, lemas, adanya
perdarahan aktif, mual muntah dan diare (Dewi & Rahayu, 2010).
c. Pengkajian Primer Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang
dilakukan pada primary survey antara lain (Maria Imaculata, 2020):
1) Airway Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
2) Breathing Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing dan
kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume
darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4) Disability Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala
syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut, atau
punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
5) Exposure Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah
pasien mengalami cidera tertentu.
d. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu dikaji pada
riwayat penyakit diantaranya:
a) Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang pernah dialami
pasien sebelum masuk rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit pasien saat
dilakukan pengkajian.
c) Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
2) Tanda-tanda vital pasien Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui
kondisi pasien meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan
(frekuensi, irama, kedalaman dan pola pernafasan) dan suhu tubuh (Dewi & Rahayu,
2010).
3) Pengkajian fisik Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021)
meliputipemeriksaan pada :
a) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah
pembesaran pada leher, ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, mukosa bibir, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
c) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah
suara nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing.
d) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, bising usus, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f) Sistem urinary Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
g) Sistem musculoskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h) Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi, dan kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada pasien dengan syok hipovolemik di
ruang IGD yaitu hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan /atau intraselular, dengan factor penyebab yaitu kehilangan cairan aktif
dan kekurangan intake cairan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme


pengaturan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3. Rencana Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan

1 Defisit Volume NOC: NIC :


 Fluid balance Fluid management
Cairan
 Hydration  Timbang
 Nutritional Status : popok/pembalut jika
Food and Fluid Intake diperlukan
Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan
 Mempertahankan urine intake dan output
output sesuai dengan yang akurat
usia dan BB, BJ urine  Monitor status hidrasi
normal, HT normal ( kelembaban
 Tekanan darah, nadi, membran mukosa,
suhu tubuh dalam nadi adekuat, tekanan
batas normal darah ortostatik ),
 Tidak ada tanda tanda jika diperlukan
dehidrasi, Elastisitas  Monitor hasil lAb
turgor kulit baik, yang sesuai dengan
membran mukosa retensi cairan (BUN ,
lembab, tidak ada rasa Hmt , osmolalitas
haus yang berlebihan urin )
 Monitor vital sign
 Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan diuretik
sesuai interuksi
 Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

2 Penurunan kardiak NOC: Cardiac care: akut


Setelah dilakukan intervensi - Evaluasi adanya nyeri
output
keperawatan pada klien dada
selama 5x24 jam - Auskultasi suara
- Klien dapat memiliki jantung
pompa jantung efektif, - Evaluasi adanya
- status sirkulasi, perfusi krackels
jaringan & status tanda - Monitor status
vital yang normal. neurology
Kriteria Hasil: - Monitor intake/output,
- menunjukkan kardiak urine output
output adekuat yang - Ciptakan lingkungan
ditunjukkan dg TD, nadi, yang kondusif untuk
ritme normal, nadi perifer istirahat
kuat, melakukan aktivitas
tanpa dipsnea dan nyeri Cirkulatory care;
- bebas dari efek samping - evaluasi nadi dan
obat yang digunakan edema perifer
- monitor kulit dan
ekstrimitas
- monitor tanda-tanda
vital
- pindah posisi klien
setiap 2 jam jika
diperlukan
- ajarkan ROM selama
bedrest
- monitor pemenuhan
cairan
4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Aziz Alimut Hidayat, 2021).
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Menurut Hidayat (2021) evaluasi
keperawatan dibagi menjadi: a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif
merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada
saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan. b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
Daftar Pustaka

Asuhan keperawatan pada pasien shock hypovolemik, dilihat 18 Februari 2013.darurat/


_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hypovolemik.pdf
Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit
Buku Kedikteran EGC, Jakarta.
Johnson & Mass,1997, Nursing Outcomes Classifications, Second edition, By Mosby-
Year book.inc, Newyork
McCloskey & Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA
Rab, tabrani. 2000. Pengatasan Shock. Jakarta. EGC.
Syok Hipovolemik. http://forum.blogbeken.com/kedokteran/syok-hipovolemik/. 18
Februari 2013

Anda mungkin juga menyukai