Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun oleh :
1. Junaidi Dolang 17061034

2. Shellina Romera 17061193

3. Helena serin 17061032

4. Margareta Kadepa 17061010

5. Gracella Manginsihi 17061173

6. Cintia Manurapon 17061181

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEP
SYOK HIPOVOLEMIK” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini
dapat selesai. kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan .

Manado, Februari 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syok adalah suatu kondisi darurat yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Keadaan ini hanya
dapat ditoleransi tubuh untuk waktu yang terbatas, selanjutnya dapat timbul kerusakan
irreversible pada organ vital. Kematian karena syok terjadi bila keadaan ini
menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel. Syok hipovolemik merujuk kepada
suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya
multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat (Smeltzer, 2001).

Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infark miokard luas
atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat infeksi yang tak terkontrol (syok
septic, tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik), respons imun yang
berlebihan (syok anafilaktik dan perdarahan masif atau luka bakar yang luas (syok
hipovolemik).
Data epidemiologis menunjukkan bahwa syok hipovolemik merupakan salah
satu penyebab kematian di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah
satu penyebab syok yang paling sering terjadi adalah kecelakaan. Menurut WHO 2010 ,
angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%, sedangkan angka kematian
akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang
kurang memadai mencapai angka 36%.
Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun
laboratorium yang jelas, yang merupakan akibat dari kurangnya perfusi jaringan. Syok
bersifat progresif dan terus memburuk jika tidak segera ditangani. Syok mempengaruhi
kerja organ-organ vital dan penanganannya memerlukan pemahaman tentang
patofisiologi syok. Tatalaksana syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan
menghilangkan faktor penyebab.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan syok hipovolemik
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi syok hipovolemik
2. Untuk mengetahui etiologi syok hipovolemik
3. Untuk mengetahui patofisiologi syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis syok hipovolemik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang syok hipovolemik
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok hipovolemik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Syok dapat didefisikan sebagai gangguan system sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok
adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah
ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok
hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat
didalam pembuluh darah. Akibatnya perfusi jaringan.

Syok hipovolemik terjadi apabila ada deficit volume darah ≥15%,


sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke
jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolism sel. Berkurangnya volume
intravaskuler dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau
kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi atau kebakaran.

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai


dengan penurunan volume intravaskuler. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan
dalam salah satu kompartemen intravaskuler dan intersisial. Volume cairan
interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravaskuler. Syok hipovolemik
terjadi jika penurunan volume intravaskuler 15% sampai 25%.

Tahap syok hipovolemik

1. Tahap I
a. Terjadi jika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b. Terjadi kompensasi dimana biasanya cardiac output dan tekanan
darah masih dapat dipertahankan
2. Tahap II
a. Terjadi apabila kehilangan darah 15-20%
b. Tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
3. Tahap III
a. Bila terjadi kehilangan darah lebih dari 25%
b. Terjadi penurunan : tekanan darah, cardiac output, PO2, perfusi
jaringan secara cepat
c. Terjadi iskemik pada organ
d. Terjadi ekstravasasi cairan

Klasifikasi

1. Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidarsi.
Derajat dehidrasi

Tanda Klinis Ringan Sedang Barat


Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, nadi Takikardi, nadi Takikardi, nadi
lemah sangat lemah, tak teraba, akral
volume kolaps, dingin, sianosis
hipotensi
ortostatik
Jaringan Lidah kering, Lidah kering, Atonia, turgor
turgor turun turgor kurang buruk
Urine Pekat Jumlah turun Oliguria
SSP Mengantuk Apatis Coma

2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagi dalam beberapa kelas:
Variable Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Sistolik >110 >100 >90 <90
(mmHg)
Nadi <100 >100 >120 >140
(X/menit)
Napas 16 16-20 21-26 >26
(X/menit)
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan <750ml 750-1500ml 1500-2000ml >2000ml
darah
<15% 15-30% 30-40% >40%

B. Etiologi
1. Absolut
a. Kehilangan darah dan seluruh komponennya
1) Trauma
2) Pembedahan
3) Perdarahan gastrointestinal
b. Kehilangan plasma
1) Luka bakar
2) Lesi luas
c. Kehilangan cairan tubuh lain
1) Muntah hebat
2) Diare berat
3) Diuresis massive
2. Relative
a. Kehilangan integritas pembuluh darah
1) Rupture limpa
2) Fraktur tulang panjang atau pelvis
3) Pankreatitis hemoragi
4) Hemothorax/ hemoperitoneum
5) Diseksi arteri
b. Peningkatan permeabilitas
1) Membrane kapiler
2) Sepsis
3) Anaphylaxis
4) Luka bakar
c. Penurunan tekanan osmotic koloid
1) Pengeluaran sodium hebat
2) Hypopituitarism
3) Cirrhosis
4) Obstruksi intestinal

C. Manisfestasi Klinis

Gejala syok hipovolemik cukup berfariasi, tergantung pada usia, kondisi


premorbid, besarnya volume cairan yang hilang dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan factor kritis respon kompensasi.
Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
(Toni Ashadi, 2014).

Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan


hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2014
adalah :

a. Kulit dingin, pucat dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah
ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan

c. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah


sistemik dan curah jatung, vasokontriksi perifer adalah factor yang esensial
dalam mempertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg

d. Oliguria : produksi urine umumnya akan berkurang pada syok hipovolemia.


Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam
D. Pathway

Kehilangan cairan eksternal : Perpindahan cairan internal :


Trauma (Multiple Vehicle Trauma) Hemoragi internal
Pembedahan Luka bakar
Muntah-muntah Asites
Diare Peritonitis
Diuresis
Diabetes Insipidus

Tubuh kekurangan cairan


dan darah

Hipovolemia Ketidakseimbangan Metabolism Anaerob


cairan
Tekanan Pengisian pembuluh O2 CO2
darah

Hipoperfusi Alveoli
Curah jantung
Nafas Cepat
TD

Nadi perifer menurun Gangguan Pertukaran Gas


Tonus Simpatik atau tidak teraba

Vasokonstriksi
Perubahan Perfusi
Pembuluh Darah Jaringan

Akral Dingin
E. Prognosis

Syok hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun gejala dan hasil
dapat bervariasi tergantung pada:
1. Jumalah volume darah yang hilang
2. Tingkat kehilangan darah
3. Cedera yang menyebabkan kehilangan
Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru
dan penyakit ginjal

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel darah putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang mempublikasikan produk SDP tak matur dalam
jumlah besar.
2. Elektrolit serum : berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : trombosit terjadi penurunan (trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengidentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia
hati/sirkulasi toksin/status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukkan
glukoneognesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan seluler dalam metabolism.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi
ketidakseimbangan/gagalan hati
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP/ bakteri penyebab infeksi. Sering kali muncul protein
dan SDM
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengidentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukkan infeksi karena perforasi
abdomen/organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard

G. Penatalaksanaan
 Prehospital
Keadaan syok hipovolemia biasanya terjadi bersamaan dengan
kecelakaan sehingga diperlukan tatalaksana prehospital untuk mencegah
timbulnya komplikasi, transfer pasien ke rumah sakit harus cepat,
tatalaksana awal di tempat kejadian harus segera dikerjakan. Pada
perdarahan eksternal yang jelas, dapat dilakukan penekanan langsung
untuk mencegah kehilangan darah yang lebih banyak
lagi. Prinsip pengelolaan dasar adalah menghentikan perdarahan dan
mengganti kehilangan volume.

 Intrahospital
A. Pemeriksaan jasmani
1. Airway dan Breathing
Tujuan: membebaskan jalan nafas dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen
untuk mempertahankan saturasi >95%. Pada pasien cedera servikal perlu
dilakukan imobilisasi. Pada pasien dengan syok hipovolemik memberikan
ventilasi tekanan positif dapat mengakibatkan terjadinya penurunan aliran balik
vena, cardiac output, dan memperburuk syok. Untuk memfasilitasi ventilasi maka
dapat diberikan oksigen yang sifat alirannya high flow. Dapat diberikan dengan
menggunakan non rebreathing mask sebanyak 10-12 L/menit.

2. Sirkulasi
Kontrol pendarahan dengan, mengendalikan pendarahan dan memperoleh akses
intravena yang cukup, kemudian menilai perfusi jaringan. Pengendalian
pendarahan, dari luka luar tekanan langsung pada tempat pendarahan (bebat
tekan). Pada pasien dengan hipotensi dengan menaikkan kakinya lebih tinggi dari
kepala dan badannya akan meningkatkan venous return. Pada pasien hipotensi
yang hamil dengan cara memiringkan posisinya ke sebelah kiri juga meningkatkan
aliran darah balik ke jantung.

3. Disability
Pemeriksaan neurologi. Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan
respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Manfaat: menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.

4. Exposure
Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta pencegahan
terjadi hipotermi pada penderita.

5. Folley catheter
Pemasangan kateter urin memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi
perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Kontraindikasi: darah pada uretra,
prostat letak tinggi, mudah bergerak.

6. Gastric cholic
Dilatasi Lambung: dekompresi Dilatasi lambung pada penderita trauma, terutama
anak-anak mengakibatkan terjadinya hipotensi dan disritmia jantung yang tidak
dapat diterangkan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada
penderita yang tidak sadar, distensi lambung menyebabkan resiko aspirasi isi
lambung. Dekompresi dilakukan dengan memasukkan selang melalui mulut atau
hidung dan memasangnya untuk mengeluarkan isi lambung.

B. Akses pembuluh darah


Harus segera didapatkan akses ke pembuluh darah. Paling baik dengan 2 kateter
intravena ukuran besar, sebelum jalur vena sentral. Kateter yang digunakan adalah
kateter pendek dan kapiler besar agar dapat memasukkan cairan dalam jumlah
besar. Tempat terbaik jalur intravena orang dewasa adalah lengan bawah. Bila
tidak memungkinkan digunakan akses pembuluh sentral atau melakukan
venaseksi. Pada anak-anak < 6 tahun, teknik  penempatan jarum intraosseus harus
dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral. Selain itu, teknik intraoseus juga
dapat dilakukan pada pasien dewasa dengan hipotensi. Jika kateter vena telah
terpasang, diambil darah untuk crossmatc, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
toksikologi, serta tes kehamilan pada wanita subur serta analisis gas darah arteri.

C. Terapi Awal Cairan


Larutan elektrolit isotonik digunakan sebagai terapi cairan awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam waktu singkat dan juga mentabilkan volume vaskuler
dengan mengganti volume darah yang hilang berikunya kedalam ruang intersisial
dan intravaskuler. Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama sedangkan
NaCl fisologis adalah pilihan kedua.

D. Tranfusi Darah
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen
dari volume darah. Pemberian darah juga tergantung respon penderita terhadap
pemberian cairan.
a. Pemberian darah packed cell vs darah biasa. Tujuan utama transfusi darah:
memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen dari volume darah. Dapat
diberikan darah biasa maupun packed cell. Pemberian cairan adekuat dapat
memperbaiki cardiac output tetapi tidak memperbaiki oksigensi sebab tidak ada
penambahan jumlah dari media transport oksigen yaitu hemoglobin. Pada
keadaan tersebut perlu dilakukan tranfusi. Beberapa indikasi pemberian
transfuse PRC adalah :
1. Jumlah perdarahan diperkirakan >30% dari volume total atau perdarahan derajat
III

2. Pasien hipotensi yang tidak berespon terhadap 2L kristaloid

3. Memperbaiki delivery oksigen

4. Pasien kritis dengan kadar hemoglobin 6-8 gr/dl. Fresh frozen plasma diberikan
apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 20-25% atau terdapat koagulopati dan
dianjurkan pada pasien yang telah mendapat 2-10 unit PRC. Transfuse platelet
diberikan apabila keadaan trombositopenia (trombosit <20.000-50.000/mm) dan
perdarahan yang terus menerus.

Komplikasi paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume yang tidak
adekuat :
1. Pendarahan yang berlanjut, perdarahan yang tidak terlihat adalah penyebab paling
umum dari respon buruk penderita terhadap cairan, dan termasuk kategori respon
sementara.
2. Kebanyakan cairan (overload ) dan pemantauan CVP (central venous pressure).
Setelah penilaian penderita dan pengelolaan awal, resiko kebanyakan cairan
diperkecil dengan memantau respon penderita terhadap resusitasi, salah satunya
dengan CVP. CVP merupakan pedoman standar untuk menilai kemampuan sisi
kanan jantung untuk menerima beban cairan.
3. Menilai masalah lain. Jika penderita tidak memberi respon terhadap terapi, maka
perlu dipertimbangkan adanya tamponade jantung, penumothoraks, masalah
ventilator, kehilangan cairan yang tidak diketahui, distensi akut lambung, infark
miokard, asidosis diabetikum, hipoadrenalisme dan syok neurogenik. Beberapa
medikasi lain yang diperlukan adalah pemberian antibiotik dan antasida atau H2
blocker. Pasien syok perdarahan memiliki resiko terjadinya sepsis akibat iskemi
pada sistem saluran cerna.

H. Pencegahan Syok Hipovolemik

a. Pencegahan primer :
1) Pemantauan ketat pasien yang beresiko mengalami defisit cairan
2) Membantu dalam penggantian cairan sebelum volume intravaskuler
menipis
3) Pemantauan tanda komplikasi dan efek samping pengobatan sedini
mungkin
4) Berikan transfusi darah pada pasien yang mengalami pendarahan masif
5) Resusitasi segera untuk pasien luka bakar
b. Pencegahan sekunder :
1) Memastikan pemberian cairan dengan aman
2) Mendeteksi dan mendokumentasikan pemberian cairan
3) Memantau efek dari pemberian cairan tersebut
4) Pemberian oksigen pada pasin yang mengalami sesak
c. Pencegahan tersier :
1) Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur.
2) Menganjurkan pasien untuk control kembali secara teratur.

A. Pengkajian

1. Primary survey

Pemeriksaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam


nyawa dan meliputi penilaian A,B,C,D,E, mencatat tanda vital awal ( baseline
recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang
harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urine dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
mengijinkan.

A Airway (bebaskan jalan napas) dengan lindungi tulang servikal

Kaji :

1) Bersihkan jalan napas


2) Ada tidaknya sumbatan jalan napas
3) Distress pernapasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan napas, muntah, edema laring
5) Sumbatan jalan napas total :
a) Pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis
b) Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara napas dan sianosis
6) Sumbatan jalan napas sebagian :
a) Px mungkin masih mampu bernapas namun kualitas
pernapasannya bisa baik atau buruk
b) Pada px pernapasannya masih baik, anjurkan untuk batuk dengan
kuat sampai benda keluar
c) Bila sumbatan partial menetap, aktifkan system emergency
d) Obstruksi partial dengan pernapasan buruk diperlakukan seperti
sumbatan jalan napas komplit. Sumbatan yang dapat disebabkan
oleh beberapa hal sehingga mengakibatkan px bernapas dengan
suara :
1) Cairan menimbulkan bunyi gurgling
2) Lidah jatuh kebelakang mengakibatkan bunyi snowing
3) Penyempitan jalan napas menimbulkan suara napas
crowing

B Breathing (adekuat pernapasan + oksigen jika ada)


1. Frekuensi napas
2. Suara napas
3. Adanya udara keluar dari jalan napas
4. Kaji :
a. Look : apakah keadaan menurun, gelisah, adanya jejas diatas
klavikula, adanya penggunaan otot tambahan
b. Listen : dengan atau tanpa alat apakah ada suara tambahan
c. Feel : perkusi ICS

C Circulation (+ kendalikan perdarahan)


1. Posisi syok
a. Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45
derajat. 300-500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral
b. Cari dan hentikan perdarahan
c. Ganti volume kehilangan darah
2. Menghentikan perdarahan (prioritas utama)
a. Tekan sumber perdarahan
b. Tekanan jari pada proksimal dari luka
c. Bebat tekanan pada seluruh eksermitas yang luka
d. Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
e. Hindari tourniquet (tourniquet = usaha terakhir)
3. Perdarahan permukaan tubuh eksermitas lakukan penekanan, gunakan
sarung tangan atau plastic sebagai pelindung
4. Perdarahan 20 cc/mnt = 1200 cc/jam
5. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah.
6. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi
Rongga perut (hati,limpa,arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis,
tulang paha(femur), kulit kepala (anak)
7. Lokasi dan estimasi perdarahan
a) Fraktur femur tertutup : 1,52 - 2 liter
b) Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter
c) Fraktur pelvis 3 liter
d) Hemothorak : 2 liter
e) Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc
f) Luka sekepal tangan : 500 cc
g) Bekuan darah sekepal : 500 cc

D Disability (pemeriksaan neurologi)

Dilakukan pemeriksaan singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,


pergerakan, mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi system saraf sentral
tidak selalu disebabkan cedera intracranial terapi mungkin mencerminkan
perfusi dan oksigenisasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat
dianggap berasal dari cedera intracranial.

Tentukan Respon

Pengkajian respon dengan cara cepat pada kegawatdaruratan pasien syok dengan
AVPU, yaitu:

 A : Alert = sadar penuh

 V : Verbal = memberikan reaksi pada suara

 P : Pain = memberikan reaksi pada rasa sakit

 U : Unresponsive = tidak bereaksi pada rangsangan apapun


E Exposure (pemeriksaan lengkap)

Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita


harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai
bagian dari mencari cedera. Bila menanjangi penderita, sangat penting
mencegah hipotermia.

F Folley catheter

Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya


hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.
Darah pada urethra atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak
tersentuh pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan
kateter urethra sebelum ada konfirmasi radiologis tentang urethra yang utuh.

G Gastric cholic (dekompresi)

Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-
anak, dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang
berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan resiko aspirasi isi lambung, ini
merupakan salah satu komplikasi yang biasa menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukan selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambu. Namun
walau penempatan pipa sudah baik, masih memungkinkan terjadi aspirasi.

2. Secondary survey

 Dilakukan setelah primary survey selesai

 Evaluasi head to toe

 Re-evaluasi pemeriksaan tanda-tanda vital

 Anamnesis
A : Alergi

M : Medikasi

P : Pass Ilness (penyakit penyerta/pregnancy)

L : Last Meal (makan terakhir)

E : Event/Enviroment related to injury

 Pemeriksaan fisik : kepala dan tengkora, maksilo fasial dan itra oral,
toraks, abdomen (termasuk punggung), perineum/rektum/vagina,
muskulo-skeletal, pemeriksaan neurologis lengkap

 Pemeriksaan lanjutan setelah ventilasi dan hemodinamika penerita dalam


keadaan stabil :

1) CT-scan

2) Pemeriksaan ronsen dengan kontras

3) Foto eksermitas

4) Endoskopi dan USG

B. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
2. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan suplay darah ke jaringan
3. Gangguan keseimbangan cairanb/d mual muntah
4. Gangguan pola eliminasi urin b/d oliguria

C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Evaluasi frekuensi


pertukaran gas keperawatan diharapkan pernafasan dan
b/d penurunan pola nafas klien kembali kedalaman. Catat
ekspansi paru normal, dengan kriteria upaya pernapasan,
hasil: contoh adanya
1. Area paru bersih dyspnea,
2. Bebas sianosis penggunaan alat
dan tanda atau bantu nafas
gejala lain 2. Tinggikan kepala
darihipoksia tempat tidur,
dengan bunyi letakkan pada
nafas sama posisi duduk tinggi
secara bilateral atau semi fowler
3. Dorong pasien
untuk
berpartisipasi
selama nafas
dalam, gunakan
alat bantu
4. Auskultasi bunyi
nafas
5. Catat respon
terhadap latihan
nafas dalam atau
pengobatan
pernafasan
lain,catat
(sebelum/sesudah
pengobatan)
2. 2. Perubahan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda
perfusi tindakan keperawatan vital, palpasi
jaringan b/d diharapkan klien dapat : nadi perifer,
penurunan 1. Klien perhatikan
suplay darah ke menunjukkan kekuatan dan
jaringan perfusi jaringan kesamaan
yang adekuat 2. Lakukan
2. Nadi dapat pengkajian
teraba neurovaskuler
3. Kulit hangat periodic
dang kering 3. Berikan tekanan
4. Sensasi normal langsung pada
sisi perdarahan
4. Kaji aliran
kapiler, warna
kulit dan
kehangatan
5. Berikan cairan
IV/ produk
darah sesuai
indikasi
6. Awasi
pemeriksaan
laboratorium,
contoh Hb/Ht
3. 3. ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Awasi tanda
gan cairan b/d tindakan keperawatan vital, CVP
mual muntah diharapkan perhatikan
menunjukkan perbaikan pengisian kapiler
keseimbagan cairan dan kekuatan
nadi perifer
2. Awasi
pemasukan dan
pengeluaran
cairan
3. Perhatikan
karakteristik dan
frekuensi
muntah juga
yang menyertai
atau pencetusnya
4. Tingkatkan
pemasukkan
cairan sampai 3-
4 liter/hari dalm
toleransi
5. Berikan
penggantian
cairan IV yang
dihitung
elektrolit,
plasma, albumin
6. Beri obat sesuai
indikasi

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan


cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang
tidak adekuat (Smeltzer, 2001).Menurut Toni Ashadi (2006), Syok hipovolemik yang
dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada kehilangan
darah atau syok hemorargik karena perdarahan, trauma yang berakibat fraktur tulang
besar, kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler.

Derajat syok ada 3 yaitu, syok ringan, syok sedang, dan syok berat. Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama
sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah: kulit dingin, pucat,
dan vena kulit kolaps, takikardi, hipotensi dan oliguri.

Jika syok terjadi bisa dilakukan primary survey dengan mengukur airway,
breathing, circulation, disability dan exposure. Diberikan posisi syok dan penghentian
perdarahan jika diperlukan.

4.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman


bagi pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara profesional. Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Toni Ashadi, (2016). Syok Hipovolemik. (online). http://wwwMedicastore.
com/med/.detail-pyk.phd?,id.

Az Rifki,(2016). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).


https://www.kalbefarma.com/file/cdk/15 penatalaksanaan

Ashadi, T. 2001. Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok Hipovolemik. Online
(terdapat pada) : http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/sek-1.htm diakses pada
tanggal 18 September 2017
Ashadi, T. 2006. Syok Hipovolemik. Online (terdapat pada) :
Http://www.Mediastore.com/med/.detail-pyk.Phd?id. diakses pada tanggal 18
September 2017

Anda mungkin juga menyukai