SYOK HIPOVOLEMIK
Disusun oleh :
1. Junaidi Dolang 17061034
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEP
SYOK HIPOVOLEMIK” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini
dapat selesai. kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan .
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infark miokard luas
atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat infeksi yang tak terkontrol (syok
septic, tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik), respons imun yang
berlebihan (syok anafilaktik dan perdarahan masif atau luka bakar yang luas (syok
hipovolemik).
Data epidemiologis menunjukkan bahwa syok hipovolemik merupakan salah
satu penyebab kematian di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah
satu penyebab syok yang paling sering terjadi adalah kecelakaan. Menurut WHO 2010 ,
angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%, sedangkan angka kematian
akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang
kurang memadai mencapai angka 36%.
Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun
laboratorium yang jelas, yang merupakan akibat dari kurangnya perfusi jaringan. Syok
bersifat progresif dan terus memburuk jika tidak segera ditangani. Syok mempengaruhi
kerja organ-organ vital dan penanganannya memerlukan pemahaman tentang
patofisiologi syok. Tatalaksana syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan
menghilangkan faktor penyebab.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan syok hipovolemik
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi syok hipovolemik
2. Untuk mengetahui etiologi syok hipovolemik
3. Untuk mengetahui patofisiologi syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis syok hipovolemik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang syok hipovolemik
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok hipovolemik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Syok dapat didefisikan sebagai gangguan system sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok
adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah
ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok
hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat
didalam pembuluh darah. Akibatnya perfusi jaringan.
1. Tahap I
a. Terjadi jika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b. Terjadi kompensasi dimana biasanya cardiac output dan tekanan
darah masih dapat dipertahankan
2. Tahap II
a. Terjadi apabila kehilangan darah 15-20%
b. Tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
3. Tahap III
a. Bila terjadi kehilangan darah lebih dari 25%
b. Terjadi penurunan : tekanan darah, cardiac output, PO2, perfusi
jaringan secara cepat
c. Terjadi iskemik pada organ
d. Terjadi ekstravasasi cairan
Klasifikasi
1. Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidarsi.
Derajat dehidrasi
2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagi dalam beberapa kelas:
Variable Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Sistolik >110 >100 >90 <90
(mmHg)
Nadi <100 >100 >120 >140
(X/menit)
Napas 16 16-20 21-26 >26
(X/menit)
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan <750ml 750-1500ml 1500-2000ml >2000ml
darah
<15% 15-30% 30-40% >40%
B. Etiologi
1. Absolut
a. Kehilangan darah dan seluruh komponennya
1) Trauma
2) Pembedahan
3) Perdarahan gastrointestinal
b. Kehilangan plasma
1) Luka bakar
2) Lesi luas
c. Kehilangan cairan tubuh lain
1) Muntah hebat
2) Diare berat
3) Diuresis massive
2. Relative
a. Kehilangan integritas pembuluh darah
1) Rupture limpa
2) Fraktur tulang panjang atau pelvis
3) Pankreatitis hemoragi
4) Hemothorax/ hemoperitoneum
5) Diseksi arteri
b. Peningkatan permeabilitas
1) Membrane kapiler
2) Sepsis
3) Anaphylaxis
4) Luka bakar
c. Penurunan tekanan osmotic koloid
1) Pengeluaran sodium hebat
2) Hypopituitarism
3) Cirrhosis
4) Obstruksi intestinal
C. Manisfestasi Klinis
a. Kulit dingin, pucat dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah
ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan
Hipoperfusi Alveoli
Curah jantung
Nafas Cepat
TD
Vasokonstriksi
Perubahan Perfusi
Pembuluh Darah Jaringan
Akral Dingin
E. Prognosis
Syok hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun gejala dan hasil
dapat bervariasi tergantung pada:
1. Jumalah volume darah yang hilang
2. Tingkat kehilangan darah
3. Cedera yang menyebabkan kehilangan
Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru
dan penyakit ginjal
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel darah putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang mempublikasikan produk SDP tak matur dalam
jumlah besar.
2. Elektrolit serum : berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : trombosit terjadi penurunan (trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengidentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia
hati/sirkulasi toksin/status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukkan
glukoneognesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan seluler dalam metabolism.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi
ketidakseimbangan/gagalan hati
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP/ bakteri penyebab infeksi. Sering kali muncul protein
dan SDM
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengidentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukkan infeksi karena perforasi
abdomen/organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard
G. Penatalaksanaan
Prehospital
Keadaan syok hipovolemia biasanya terjadi bersamaan dengan
kecelakaan sehingga diperlukan tatalaksana prehospital untuk mencegah
timbulnya komplikasi, transfer pasien ke rumah sakit harus cepat,
tatalaksana awal di tempat kejadian harus segera dikerjakan. Pada
perdarahan eksternal yang jelas, dapat dilakukan penekanan langsung
untuk mencegah kehilangan darah yang lebih banyak
lagi. Prinsip pengelolaan dasar adalah menghentikan perdarahan dan
mengganti kehilangan volume.
Intrahospital
A. Pemeriksaan jasmani
1. Airway dan Breathing
Tujuan: membebaskan jalan nafas dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen
untuk mempertahankan saturasi >95%. Pada pasien cedera servikal perlu
dilakukan imobilisasi. Pada pasien dengan syok hipovolemik memberikan
ventilasi tekanan positif dapat mengakibatkan terjadinya penurunan aliran balik
vena, cardiac output, dan memperburuk syok. Untuk memfasilitasi ventilasi maka
dapat diberikan oksigen yang sifat alirannya high flow. Dapat diberikan dengan
menggunakan non rebreathing mask sebanyak 10-12 L/menit.
2. Sirkulasi
Kontrol pendarahan dengan, mengendalikan pendarahan dan memperoleh akses
intravena yang cukup, kemudian menilai perfusi jaringan. Pengendalian
pendarahan, dari luka luar tekanan langsung pada tempat pendarahan (bebat
tekan). Pada pasien dengan hipotensi dengan menaikkan kakinya lebih tinggi dari
kepala dan badannya akan meningkatkan venous return. Pada pasien hipotensi
yang hamil dengan cara memiringkan posisinya ke sebelah kiri juga meningkatkan
aliran darah balik ke jantung.
3. Disability
Pemeriksaan neurologi. Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan
respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Manfaat: menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.
4. Exposure
Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta pencegahan
terjadi hipotermi pada penderita.
5. Folley catheter
Pemasangan kateter urin memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi
perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Kontraindikasi: darah pada uretra,
prostat letak tinggi, mudah bergerak.
6. Gastric cholic
Dilatasi Lambung: dekompresi Dilatasi lambung pada penderita trauma, terutama
anak-anak mengakibatkan terjadinya hipotensi dan disritmia jantung yang tidak
dapat diterangkan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada
penderita yang tidak sadar, distensi lambung menyebabkan resiko aspirasi isi
lambung. Dekompresi dilakukan dengan memasukkan selang melalui mulut atau
hidung dan memasangnya untuk mengeluarkan isi lambung.
D. Tranfusi Darah
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen
dari volume darah. Pemberian darah juga tergantung respon penderita terhadap
pemberian cairan.
a. Pemberian darah packed cell vs darah biasa. Tujuan utama transfusi darah:
memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen dari volume darah. Dapat
diberikan darah biasa maupun packed cell. Pemberian cairan adekuat dapat
memperbaiki cardiac output tetapi tidak memperbaiki oksigensi sebab tidak ada
penambahan jumlah dari media transport oksigen yaitu hemoglobin. Pada
keadaan tersebut perlu dilakukan tranfusi. Beberapa indikasi pemberian
transfuse PRC adalah :
1. Jumlah perdarahan diperkirakan >30% dari volume total atau perdarahan derajat
III
4. Pasien kritis dengan kadar hemoglobin 6-8 gr/dl. Fresh frozen plasma diberikan
apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 20-25% atau terdapat koagulopati dan
dianjurkan pada pasien yang telah mendapat 2-10 unit PRC. Transfuse platelet
diberikan apabila keadaan trombositopenia (trombosit <20.000-50.000/mm) dan
perdarahan yang terus menerus.
Komplikasi paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume yang tidak
adekuat :
1. Pendarahan yang berlanjut, perdarahan yang tidak terlihat adalah penyebab paling
umum dari respon buruk penderita terhadap cairan, dan termasuk kategori respon
sementara.
2. Kebanyakan cairan (overload ) dan pemantauan CVP (central venous pressure).
Setelah penilaian penderita dan pengelolaan awal, resiko kebanyakan cairan
diperkecil dengan memantau respon penderita terhadap resusitasi, salah satunya
dengan CVP. CVP merupakan pedoman standar untuk menilai kemampuan sisi
kanan jantung untuk menerima beban cairan.
3. Menilai masalah lain. Jika penderita tidak memberi respon terhadap terapi, maka
perlu dipertimbangkan adanya tamponade jantung, penumothoraks, masalah
ventilator, kehilangan cairan yang tidak diketahui, distensi akut lambung, infark
miokard, asidosis diabetikum, hipoadrenalisme dan syok neurogenik. Beberapa
medikasi lain yang diperlukan adalah pemberian antibiotik dan antasida atau H2
blocker. Pasien syok perdarahan memiliki resiko terjadinya sepsis akibat iskemi
pada sistem saluran cerna.
a. Pencegahan primer :
1) Pemantauan ketat pasien yang beresiko mengalami defisit cairan
2) Membantu dalam penggantian cairan sebelum volume intravaskuler
menipis
3) Pemantauan tanda komplikasi dan efek samping pengobatan sedini
mungkin
4) Berikan transfusi darah pada pasien yang mengalami pendarahan masif
5) Resusitasi segera untuk pasien luka bakar
b. Pencegahan sekunder :
1) Memastikan pemberian cairan dengan aman
2) Mendeteksi dan mendokumentasikan pemberian cairan
3) Memantau efek dari pemberian cairan tersebut
4) Pemberian oksigen pada pasin yang mengalami sesak
c. Pencegahan tersier :
1) Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur.
2) Menganjurkan pasien untuk control kembali secara teratur.
A. Pengkajian
1. Primary survey
Kaji :
Tentukan Respon
Pengkajian respon dengan cara cepat pada kegawatdaruratan pasien syok dengan
AVPU, yaitu:
F Folley catheter
Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-
anak, dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang
berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan resiko aspirasi isi lambung, ini
merupakan salah satu komplikasi yang biasa menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukan selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambu. Namun
walau penempatan pipa sudah baik, masih memungkinkan terjadi aspirasi.
2. Secondary survey
Anamnesis
A : Alergi
M : Medikasi
Pemeriksaan fisik : kepala dan tengkora, maksilo fasial dan itra oral,
toraks, abdomen (termasuk punggung), perineum/rektum/vagina,
muskulo-skeletal, pemeriksaan neurologis lengkap
1) CT-scan
3) Foto eksermitas
B. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
2. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan suplay darah ke jaringan
3. Gangguan keseimbangan cairanb/d mual muntah
4. Gangguan pola eliminasi urin b/d oliguria
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Derajat syok ada 3 yaitu, syok ringan, syok sedang, dan syok berat. Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama
sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah: kulit dingin, pucat,
dan vena kulit kolaps, takikardi, hipotensi dan oliguri.
Jika syok terjadi bisa dilakukan primary survey dengan mengukur airway,
breathing, circulation, disability dan exposure. Diberikan posisi syok dan penghentian
perdarahan jika diperlukan.
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Toni Ashadi, (2016). Syok Hipovolemik. (online). http://wwwMedicastore.
com/med/.detail-pyk.phd?,id.
Ashadi, T. 2001. Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok Hipovolemik. Online
(terdapat pada) : http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/sek-1.htm diakses pada
tanggal 18 September 2017
Ashadi, T. 2006. Syok Hipovolemik. Online (terdapat pada) :
Http://www.Mediastore.com/med/.detail-pyk.Phd?id. diakses pada tanggal 18
September 2017