Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KISTA OVARIUM DIRUANG POLI KANDUNGAN

RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:

Elvira Mandaleta (144011020)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Laporan
Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Ovarii”, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.

Jember, 01 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. KONSEP TEORI.....................................................................................................................3
1. Definisi..................................................................................................................................3
2. Etiologi..................................................................................................................................3
3. Patofisiologi..........................................................................................................................4
4. Pathway................................................................................................................................6
5. Manifestasi Klinik................................................................................................................7
6. Komplikasi...........................................................................................................................7
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................8
8. Penatalaksanaan..................................................................................................................8
9. Proses Penyembuhan Luka.................................................................................................9
B. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................11
1. PENGKAJIAN...................................................................................................................11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................................12
3. INTERVENSI....................................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium berarti kantung berisi
cairan, biasanya berukuran kecil yang berada diindung telur (ovarium). Kista indung
telur dapat terbentuk kapan saja, pada periode masa subur sampai monepouse, juga
selama masa kehamilan (Wirandani,2014).
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda,
terutama pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul disebabkan
oleh efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas endokrin, atau akibat
dari komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi, da putaran tangkai tumor.
Kista ovarium adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan wanita pada
masa reproduksi. Dengan perkataan lain apabila seorang wanita terjadi proses ovulasi
berarti masih terjadi produksi telur tiap bulan, maka wanita tersebut masih menderita
kista ovarium antara 5-15%, sedang berdasarkan statistic, sebanyak 18% wanita pasca
menopouse masih dapat ditemukan kista ovarium. Kejadian ini meruoakan suatun hal
yang mengejutkan oleh karena kista ocarium biasanya terjadi apabila folikel atau telur
tidak telur tidak hilang setelah proses ovulasi. Pada wanita pasca menopouse jelas
terjadi ovulasi, sehingga tidak akan terjadi kehamilan ataupun hilangnya telur, akan
tetapi wanita tersebut tetap beresiko terjadinya kista ovariumn (Yatim,2010).
Pada kenyataanya, pencatatan jumlah kasus kista ovaium pasca menopouse
telah dimonitor beberapa tahun lamanya, dan telah dicatat dengan data keluarga
secara jelas. Akan tetapi penelitian akhir-akhir ini menentukan bahwa kejadian ini
lebih sering terjadi dibandingkan praduga pada masa lalu. Perlu dijelaskan bahwa
berdasarkan statistik mengenai kista ovarium, pada masa premenopouse maupun
pasca menopouse tidak akan perna akurat karena kebanyakan kasus disertai dengan
keluhan. Hal ini merupakan masalah karena apabila wanita pasca menopause tersebut
tidak desertai keluhan maka umumnya wanita tersebut tidak akan memeriksakan diri
untuk mendapatkan pengobatan (Bilotta,2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Kista Ovarium ?
2. Apa etiologi dari kista ovarium?

1
3. Bagaimana patofisiologi kista ovarium?
4. Bagaimana pathway kista ovarium?
5. Bagimana manifestasi klinis kista ovarium?
6. Bagaimana komplikasi kista ovarium?
7. Apa pemeriksaan penunjang kista ovarium?
8. Apa penatalaksanaan kista ovarium?
9. Bagaimana penyembuhan luka kista ovarium?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Kista Ovarium?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kista ovarium.
2. Untuk mengetahui etiologi dari kista ovarium.
3. Untuk mengetahui patofisiologi kista ovarium.
4. Untuk mengetahui pathway kista ovarium.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis kista ovarium.
6. Untuk mengetahui komplikasi kista ovarium.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kista ovarium.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kista ovarium.
9. Untuk mengetahui penyembuhan luka kista ovarium.
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kista ovarium.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
a. Kista ovarii adalah kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan
biasanya berukuran sedikit lebih besar (3 - 8 cm) dari folikel pra ovulasi (2,5
cm) (Sarwono Prawirohardjo,2011 : 279-280).
b. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampai menopause juga selama masa keamilan (Bilotta,K.2012).
c. Kista ovarium atau kista indung telur berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho,2010:101).

2. Etiologi
Kista ovarium belum diketahui secara jelas dan pasti, tetapi diperkirakan karena
ada kemungkinan korpus luteum gravidatatis ikut terangkat. Korpus luteum adalah
organ fisiologis lain yang berpotensi mengalami pembentukan kista dan
perdarahan, suatu folikel yang matang tidak dilepaskan sel telur sehingga menetap
dan membesar selama siklus ovulasi tumbuh atau berkembang dari folikel kista
sederhana (normal) yang dipengaruhi proses antresia folikel, korpus luteum yang
mengalami hematoma (Prawiradjo,2011)
Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi gaya hidup tidak sehat,
diantaranya:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan, makanan yang mengandung MSG
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
Faktor genetik

3
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.

3. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma)
dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan
kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama
bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel

4
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm (Yatim,2010).

5
4. Pathway

Ketidakseimbangan pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi Ovarium Abnormal

Penimbunan folikel yng terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan , gagal berinvolusi dan gagal mengabsorbsi


cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam MK : Ansietas b.d Pembedahan


jaringan ovarium Perubahan status kesehatan

Klien merasa Jaringan Terputus


nyeri di perut
bawah

MK : Nyeri Akut MK : Kerusakan Integritas


Kulit

Klien mengalami ketakutan


dalam melakukan mobilitas

MK : Ganngguan
Mobilitas Fisik

6
5. Manifestasi Klinik
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium ( Prawihardjo,2011).
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh, untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri senggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah

6. Komplikasi
a. Torsi
Karena torsi berlebihan, kista dapat terlepas sama sekali, torsi kadang-kadang
disertai rasa nyeri yang hebat dan terus-menerus. Tetapi kadang-kadang nyeri
itu hanya sebentar. Bila torsi terjadi pada ovarium kanan, gejalanya dapat
berupa apendensitis akut.
b. Ruptur dari kista

7
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh karena
trauma. Pada kedua-duanya disertai gejala sakit enek dan muntah-muntah.
Tumor yang tadinya jelas batas-batasnya sukar ditemukan.

c. Sappusari dari kista


Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri,
yaitu secara hematogen dan limfogen. Gejala-gejalanya seperti pada
peradangan biasa yaitu sakit, nyeri tekan, perut tegang, demam dan
leukositosis.
d. Perubahan keganasan
e. Pada jenis mucinosum kemungkinan terjadi keganasan lebih kecil
dibandingkan dengan jenis scrosum. Yang pertama kemungkinan itu berkisar
antara 5-10%. Pada jenis cystedenoma scrosum, perbedaan histologis yang
benigna dan maligna sukar ditentukan (Prawihardjo,2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di
layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
(Wirandani,2014).
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
d. Foto Rongent
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista
e. Pap Smear

8
Displasia seluler menunjukan kemungkinan atau adanya kanker.

8. Penatalaksanaan
1. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista fungsional
dimana setiap ovulasi, telur dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah
kantung sisa tempat telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri
biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab itu, dokter menganjurkan agar kembali
berkonsultasi setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-
betul menyusut (Billota,2012).
2. Pemberian hormone
Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi, dengan pemberian obat pil
KB (gabungan estrogen-estrogen) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesterone cyproteronasetat (Billota,2012).
3. Terapi bedah atau operasi
Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala, dan ukuran besar
kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih
menstruasi, biasanya tidak dilakukan pengobatan dengan operasi. Tetapi bila
hasil pada sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional dan kista
berukuran besar, biasanya dokter menganjurkan untuk mengangkat kista
dengan operasi. Begitu pula bila perempuan sudah menopause dan dokter
menemukan adanya kista, sering kali dokter yang bersangkutan mengangkat
kista tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian kanker ovarium jarang
ditemukan. Akan tetapi, apabila si perempuan berusia 50-70 tahun, maka
beresiko tinggi kanker (Billota,2012)

9. Proses Penyembuhan Luka


Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang
lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan
waktu granulasi jaringan (Yatim,2010).
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
a. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin
yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel

9
bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah
tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
b. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan
ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi
dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah.
Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi
jahitan diangkat pada fase ini.
c. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang
luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus
menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
d. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan
menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena
penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

10
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Bisa terjadi pada wanita usia remaja dan wanita yang telah monopouse.
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual
dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
Hygiene rambut, keadaan rambut, ada benjolan atau tidak, kesimetrisan
kepala, ada lesi atau tidak
b. Mata

11
1) Sklera                  : ikterik/tidak
2) Konjungtiva        : anemis/tidak
3) Mata                    : simetris/tidak, ada benjolan atau tidak, ada lesi atau
tidak
c. Leher
Diinspeksi apakah ada pembengkakan kelenjar tyroid, tekanan vena jugularis
d. Dada
Pernapasan (jenis pernapasan,bunyi napas,penarikan sela iga), simetris atau
tidak, adakah krepitasi
e. Abdomen
Biasanya perut nampak membuncit, Nyeri tekan pada abdomen, teraba massa
pada abdomen.
f. Ekstremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
Adanya konstipasi, susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada
klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan
mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan
tidur karena merasa nyeri.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran massa di ovarium
2. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tindakan operasi.

12
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan alat akibat operasi pada perut.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri luka operasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi jaringan post operasi.
3. INTERVENSI
Pre operasi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan pembesaran massa di ovarium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit diharapkan
nyeri yang dialami klien dapat berkurang
Kriteria Hasil:Tanda-tanda vital dalam rentang normal, kilen tidak menyerinagi lagi,
klien tampak rileks, klien mampu mengontrol nyeri, nyeri dapat
berkurang
Intervensi
1. Kaji adanya nyeri pada abdomen bawah.
R : Mengetahui lokasi nyeri yang dialami klien.
2. Berikan posisi yang nyaman sesuai kenyamanan klien.
R : Mengurangi rasa nyeri.
3. Ajarkan tekhnik distraksi relaksasi
R : Meminimalisir rasa nyeri
Diagnosa 2 : Cemas berhubungan dengan kurang informasi tindakan operasi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit
diharapkan cemas klien dapat berkurang dan terkontrol
Kriteria hasil: Cemas berkurang, klien tenang, tidak terlihat bingung
Intervensi
1. Monitor TTV.
R : Mengetahui keadaan umum klien.
2. Beri informasi tentang tindakan pre operasi & post operasi.
R : Mengurangi rasa cemas klien.
3. Gunakan pendekatan yang menenangkan
R : Klien dapat mengungkapkan semua kecemasannya
4. Ajarkan tekhnik relaksasi
R : Mengurangi kecemasan klien
5. Kaji tingkat cemas klien

13
R : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien secara dini, dapat menentukan
intervensi selanjutnya
Post operasi :
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan alat akibat
operasi pada perut.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit diharapkan
nyeri yang dialami klien dapat berkurang
Kriteria Hasil:Tanda-tanda vital dalam rentang normal, kilen tidak menyerinagi lagi,
klien tampak rileks, klien mampu mengontrol nyeri, nyeri dapat
berkurang
Intervensi
1. Kaji TTV.
R : Mengetahui perkembangan klien.
2. Atur posisi senyaman mungkin.
R : Mengurangi rasa nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi.
R : Mengurangi rasa nyeri.
4. Kaji skala nyeri.
R : Mengetahui tingkatan nyeri.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
R : Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.

Diagnosa 2 : Gangguan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka operasi.


Intervensi
1. Observasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
R : Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Libatkan keluarga dalam tindakan-tindakan keperawatan.
R : Membantu aktivitas atau kebutuhan klien.
3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
R : Bantu sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
R : Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5. Kaji skala aktivitas.
R : Mengetahui perkembangan aktivitas klien.

14
Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi jaringan post
operasi.
Intervensi
1. Pantau TTV.
R : Mengetahui keadaan umum klien.
2. Inspeksi balutan & tanda-tanda infeksi.
R : Untuk mengetahui apakah terjadi infeksi.
3. Berikan perawatan luka yang benar dan steril
R : Mengurangi terjadinya infeksi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik
R : Untuk menekan pertumbuhan bekteri yang bisa menyebabkan infeksi

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan wanita pada masa
reproduksi. Dengan perkataan lain apabila seorang wanita terjadi proses ovulasi berarti masih
terjadi produksi telur tiap bulan, maka wanita tersebut masih menderita kista ovarium antara
5-15%, sedang berdasarkan statistic, sebanyak 18% wanita pasca menopouse masih dapat
ditemukan kista ovarium. Kejadian ini meruoakan suatun hal yang mengejutkan oleh karena
kista ocarium biasanya terjadi apabila folikel atau telur tidak telur tidak hilang setelah proses
ovulasi. Pada wanita pasca menopouse jelas terjadi ovulasi, sehingga tidak akan terjadi
kehamilan ataupun hilangnya telur, akan tetapi wanita tersebut tetap beresiko terjadinya kista
ovarium.
B. Saran
Penulis mampu memahami dan menerapkan pencegahan dan pengobatan bagi penderita
yang mengalami penyakit Kista Ovarium.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Bina Pustaka : Jakarta


Wirandani, D. sensia, 2014. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi (Kista ovarium).
STIKES Kusuma Husada.

Yatim, F. 2010. Penyakit kandungan. In A. Soeroso, ed. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Bilotta,Kimberli.2012.Kapita Selekta Penyakit:Dengan Implikasi Keperawatan.Edisi 2.

Jakarta:EGC

Heardman.(2011).Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC

17

Anda mungkin juga menyukai