Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATERNITAS

KISTA OVARIUM

Disusun oleh :

1. Yulianita Rahma 20.005


2. Aura Rahma Faiza 20.008
3. Dian Suci Aryani 20.012
4. Jasmine Alya Sukma 20.021
5. Salfasabila Gufena 20.041
6. Santi Mia Andani 20.042
7. Siti Fatimah 20.045
8. Solla Rita Anjelli 20.047

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA JAKARTA

Jl. Alternatif Cibubur Km. 1 Gd B Rs Meilia, Cibubur

Telp/FAX : 021-8455-2090
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Komunitas Lanjutan tentang Posyandu
Balita dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns.
Ahmad Fahri, M.Kep pada mata kuliah Komunitas Lanjutan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Posyandu Balita dalam keperawatan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ahmad Fahri, M.Kep, selaku Dosen
pada mata kuliah Komunitas Lanjutan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada penulis-penulis artikel yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Depok, 10 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………….…..….i
Daftar Isi…………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 Pengertian....................................................................................................3
2.2 Tujuan..........................................................................................................3
2.3 Manfaat........................................................................................................4
2.4 Sasaran........................................................................................................5
2.5 Program Posyandu Balita.................................................................6
2.6 Bentuk Kegiatan...............................................................................6
2.7 Hal yang Berkontribusi Ketidakberhasilan Posyandu......................8
2.8 Peran Kader....................................................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................13
B Saran 13
Daftar Pustaka………………......................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang
terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam ginekologi yang dapat
terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause juga selama kehamilan (Nugroho,
2012).
Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per 100.000 wanita per
tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan per tahun, dan di perkirakan
menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer Society,2009). Penderita kista ovarium di
Malaysia pada tahun 2008 terdata 428 kasus, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia
dan 60% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun
2009 terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70%
diantaranya wanita karier yang telah berumah tangga (Siringo, 2013).
Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang umum dialami oleh
wanita berusia 20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa kista ovarium fungsional, kistadenoma,
kista teratoma, fibroma, endometrioma (kista coklat) dan kehamilan tuboovarium (kehamilan
ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut adalah kista fungsional. Kista fungsional
termasuk kista di kopus luteum dan folikel biasanya lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang
dengan sendirinya dalam 1 sampai 2 bulan. Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali
menjalani pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa ovarium yang tidak
menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan nyeri persisten atau
menunjukkan karakteristik mencurigakan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Reeder,
2013).
Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan
pribadinya. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu proses keganasan atau pun kondisi yang
lebih berbahaya, seperti kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista
ovarium, baik neoplastik jinak (benigna) maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan
tindakan operasi. Untuk itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal
yang sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien (Arif, Purwanti, Soelistiono, 2016).
Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila dibiarkan kista bisa bermutasi dan
berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama dibiarkan kista akan semakin membesar dan
menggangu kesehatan (Mumpuni dan Andang, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
Kista Ovarium

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Khusus
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif Kista Ovarium.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan post operatif Kista
Ovarium
2) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien post operatif
dengan Kista Ovarium
3) Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan post opertif Kista
Ovarium
4) Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista
Ovarium
5) Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista
Ovarium
6) Mampu melakukan pendokumentasian pada pasien dengan post opertif Kista Ovarium

ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada indung telur
perempuan. Biasanya berupa kantongbkecil yang berbeda dengan penyakit kanker yang berisi
cairan atau setengah cairan (Menurut Saydam (2012).
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan, yang
tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau cairan coklat kental seperti
darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi (Dewi,
2010).
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material
cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
2.2 Gejala
 Sering buang air kecil
 Nyeri saat buang air besar dan melakukan hubungan seksual
 Pusing
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Perut kembung
 Perubahan siklus menstruasi
 Nyeri payudara
 Mudah kenyang padahal hanya makan sedikit
 Nyeri panggul sebelum atau selama menstruasi dan menyebar sampai ke punggung
bawah dan paha
2.3 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Salah satu pemicu kista ovarium adalah faktor
hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah
sebagai berikut :
a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan kista ovarium
bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45 tahun (Manuaba, 2009). Menurut
penelitian Azhar (2014), kista ovarium di Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium paling
banyak terjadi pada wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %).
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seseorang wanita
memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita terkena kista ovarium adalah sebesar
1,6%. Apabila wanita tersebut memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista,
risikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada
terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor pemicu
seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen
yang dapat memicu timbulnya sel kanker.
c. Faktor Reproduksi
Universitas Sumatera Utara 19 Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak
reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan)
yang rendah dan infertilitas, serta menarche dini dan menopause terlambat meningkatkan resiko
untuk berkembang menjadi kista ovarium (Rasjidi, 2009).
Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia dini
(menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda (< 12 tahun) merupakan faktor risiko
berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik , rata-rata anak
perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga
merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).
Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak, biasanya mereka
menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada
wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena
kista ovarium (Henderson, 2005).

ii
Berdasarkan penelitian Pratama (2012), Kista Ovarium di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau tahun 2008 - 2012, penderita kista ovarium banyak terjadi pada wanita dengan paritas < 2
ada sebanyak 36 orang (50,1 %). Penderita kista ovarium berdasarkan riwayat menarche paling
banyak terjadi pada wanita menarche dini sebesar 42 orang (58,3%).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron,
misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh
yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin
atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin
termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin). Individu yang
mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista
(Kurniawati, dkk. 2009).
e. Faktor Lingkungan
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi
cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan
pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian
akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat
yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga
akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
2.4 Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium.
Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar
hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke
hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal tersebut
tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh
tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal
dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur.
Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut
dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada
seorang wanita (Manuaba, 2010)
2.5 Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri pada perut bagian bawah.
d. Nyeri saat berhubungan badan.
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan dengan :
1. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
3. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Universitas Sumatera Utara 24
4. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125. Kadar CA-
125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada proses keganasan.
Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi
proses keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).
5. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2008).

ii
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Deskripisi Kasus
Ny.AP (Participan 1) berusia 25 tahun datang kepoliklinik Syakira RS Reksodiwiryo
Padang untuk melakukan kontrol ulang atas tindakan operasi pengangkatan kista ovarium.
Asuhan keperawatan pada participan 1 dilakukan pada tanggal 6-10 juni 2017. Ny.A berusia 43
tahun datang kepoliklinik Syakira untuk kontrol ulang atas tindakan operasi kista ovarium.

B. Pengkajian
1) Identitas pasien:
 Nama: Ny.AP
 Umur: 25 tahun
 Alamat: Jl.Parak Gadang no 26 Padang
 Pekerjaan: -
 No.RM: -
 Tanggal Masuk: 6 juni 2017
 Tanggal Pengkajian: 7 juni 2017
 Diagnosa medis: Kista ovarium

2) Riwayat kesehatan sekarang


Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 3 bulan lalu, Siklus menstruasi
tidak teratur serta keluar darah berwarna merah segar diluar siklus menstruasi.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 juni 2017 klien sudah dilakukan operasi atas
indikasi kista ovarium.klien mengatakan sedikit nyeri pada luka bekas operasi, luka bekas
operasi sudah mulai mengering.klien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui penyebab
klien menderita kista ovarium dan belum mengetahui mengenai penyakit kista ovarium
3) Riwayat kesehatan dahulu
Ny.AP mengatakan pernah dirawat sebelumnya diruang kebidanan RS Rekodiwiryo Padang
selama 5 harI

ii
4) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
klien serta riwayat penyakit dm,hipertensi dan penyakit menular

5) Riwayat onkologi
Ny.AP mengatakan haid pertama pada umur 12 tahun, siklus haid tidak teratur, lamanya
haid 6 hari. klien mengatakan 3 kali ganti pembalut saat haid. warna darah saat haid merah
pekat

6) Riwayat obstetri
Klien sudah memiliki 1 orang anak dengan persalinan spontan pada tahun 2013, berat bayi
2300 gram, klien pernah ikut KB selama 1 tahun dengan metode suntik

7) ADL
Ny.AP sebelum sakit makan 3 kali sehari namun mempunyai kebiasaan makan makanan
cepat saji seperti mie. Saat ini klien sudah makan makan yang berserat dan tinggi protein.
Pola tidur
Tidur siang tidak teratur, tidur malam teratur dengan jumlah jam tidur ±6 jam. Masalah tidur
tidak ada pada malam hari.
BAB & BAK
Kebiasaan BAK lebih 5 kali sehari dengan jumlah lebih kurang 250 cc, warna kuning, tidak
ada masalah BAK. Kebiasaan BAB 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan dengan konsistensi
lembek, tidak ada masalah BAB

8) Pemeriksaan fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos
mentis, GCS 15, hasil pengukuran TD: 110/70 mmHg, suhu: 36,6oC (36,5oC-37,5oC), nadi 80
kali permenit, pernafasan 20 kali permenit (normal 16- 20 kali peremenit).
Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat lesi, mata simteris kiri dan
kanan, konjutiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung tampak kotor dan tidak ada lesi serta tidak
ada kelainan. Mukosa bibir tampak kering, telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan,
tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak teraba pembesaran vena jugularis.
Pemeriksaan thoraks, simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada, saat di palpasi
fremitus kiri dan kanan sama, saat diperkusi terdengar sonor, saat di auskultasi terdengar
vesikuler. Pemeriksaan jantung ditemukan ictus cordis tidak terlihat,irama jantung regular.
Pada pemeriksaan abdomen tampak luka bekas operasi, terdapat nyeri tekan, saat perkusi
terdengar timpani,saat auskuktasi terdengar bising usus positif.
Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembap, warna merah muda, tidak ada edema,akral
teraba hangat, capillary refil kembali dalam dua detik

9) Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Mei 2017, hemoglobin 10,0gr/dl (normal 12-16
gr/dl)

10) Analisa data


Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmpampuan
pengambilan keputusan
DS:
1. Ny.AP mengatakan tidak ada pantangan makan
2. Ny.AP mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
DO:
1. Ny.AP tampak kurang mengerti dengan penyakitnya
2. Ny.AP tampak kurang berminat untuk mencari bantuan kesehatan

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


DS:
1. Ny.AP mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakitnya
2. Ny.AP mengatakan baru memeriksakan penyakitnya setelah merasakan nyeri hebat
DO :
1. Klien tampak belum paham dengan penyakitnya
2. Klien tampak bingung saat ditanya tentang penyakitnya

ii
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yang lebih baik
DS :
1. Klien mengatakan keinginan untuk menghindari faktor terjadi kista
2. Klien menyatakan keinginan untuk melakukan penanganan gejala kista ovarium
DO :
1. Klien tampak memiliki keinginan untuk melakukan pengangan penyakitnya
2. Klien tampakingin menghindari faktor resiko penyakitnya terjadi lagi

11) Diagnosa keperawatan


Berdasarkan hasil pengkajian, masalah yang muncul pada partisipan I adalah :
1. ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan dengan
ketidakmampuan pengambilan keputusan
2. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

12) Intervensi keperawatan


Jam, DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI PARAF
Hari/tanggal KRITERIA HASIL
I. Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor
pemeliharaan penegakkan diagnosa I internal atau eksternal
kesehatan yang dilakukan selama yang dapat
berhubungan dengan 5x pertemuan dengan meningkatkan atau
ketidak mampuan tujuan agar klien mengurangi motivasi
pengambilan mampu meningkatkan untuk berperilaku hidup
keputusan pengetahuan gaya sehat
hidup sehat 2. Tentukan
pengetahuan kesehatan
dan gaya hidup perilaku
saat ini pada individu,
keluarga atau kelompok,
3. Rumuskan tujuan
dalam program
pendidikan kesehatan,
4. Hindari penggunanaan
teknik menakut-nakuti
sebagai strategi untuk
memotivasi orang agar
mengubah perilaku
kesehatan atau gaya
hidup,
5. Libatkan individu,
keluarga dan kelompok
dalam rencana
implementasi gaya hidup
atau modifikasi perilaku
kesehatan,
6. tekankan pentingnya
pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga dan
lain-lain bagi individu,
keluarga, kelompok.

II. Defisiensi Rencana Keperawatan 1. kaji pengetahuan klien


pengetahuan untuk diagnosa II yang tentang penyakitnya,
berhubungan dengan dilakukan selama 5x 2. jelaskan tentang
kurang informasi pertemuan dengan proses penyakitnya,
tujuan agar 3. jelaskan tentang
memanajemen proses penyakit (tanda
penyakit. dan gejala),
4. identifikasi
Kriteria Hasil : kemungkinan penyebab
menjelaskan kembali penyakit,
tentang penyakit, 5. jelaskan kondisi
mengenal kebutuhan tentang klien
perawatan, dan 6. jelaskan tentang
pengobatan tanpa program pengobatan
cemas alternative dan
pengobatan non
alternative ,
7. diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin digunakan
untuk mencegah
komplikasi,
8. diskusikan tentang
terapi dan pilihannya,
9. eksplorasi
kemungkinan sumber
yang bisa
digunakan/mendukung ,
10. menginstruksikan
kapan harus ke
pelayanan
11. tanyakan kembali

ii
pengetahuan klien
tentang penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan.

III. kesiapan Rencana Keperawatan 1. berpartisipasi dalam


meningkatkan untuk diagnosa III menetapkan tujuan diet
manajemen yang dilakukan selama yang bisa dicapai dengan
kesehatan 5x pertemuan professional kesehatan
2. memilih porsi yang
sesuai dengan diet yang
ditentukan,
3. menghindari makanan
dan minuman yang tidak
diperbolehkan dalam
diet,
4.mengikuti rekomendasi
Dalam tahap diet,
5. rencana makanan
sesuai dengan diet yang
ditentukan

13) Implementasi keperawatan


Tanggal Jam IMPLEMENTASI PARAF
Mengidentifikasi faktor internal atau eksternal yang
dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
berperilaku hidup sehat

Memberikan pengetahuan tentang cara berprilaku


hidup sehat

Melibatkan individu, keluarga dalam memodifikasi


perilaku kesehatan

Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya

Menjelaskan tentang proses penyakit

Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin


digunakan untuk mencegah komplikasi

Menginstruksikan kapan harus ke pelayanan

Mengikutsertakan klien dalam menetapkan tujuan diet


yang bisa dicapai
Memilih porsi yang sesuai dengan diet yang ditentukan

Menganjurkan menghindari makanan – makanan yang


memakai penyedap, makanan cepat saji, minuman
bersoda

Menganjurkan mengikuti rekomendasi dalam tahap diet

14) Evaluasi
Jam, DIAGNOSA EVALUASI
hari/tanggal
I. Ketidak efektifan pemeliharaan S : Ny. AP mengatakan tidak ada
kesehatan berhubungan dengan ketidak pantangan makan
mampuan pengambilan keputusan O : klien sudah mampu
meningkatkan pengetahuan
tentang gaya hidup sehat
A : masalah dapat teratasi pada
hari keempat
P : intervensi tidak perlu
dilanjutkan
II. Defisiensi pengetahuan berhubungan S : Ny. AP mengatakan tidak
dengan kurang informasi mengetahui mengenai
penyakitnya
O : klien mengatakan telah
mengetahui tentang tanda dan
gejala penyakitnya
A : masalah dapat teratasi pada
hari ke lima
P : intervensi tidak perlu
dilanjutkan
III. kesiapan meningkatkan manajemen S : Klien menyatakan keinginan
kesehatan untuk melakukan penanganan
gejala kista ovarium
O : klien dapat meningkatkan
manajemen kesehatan
A : masalah dapat teratasi pada
hari ke lima
P : intervensi tidak perlu
dilanjutkan

ii
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus di atas dan setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dapat disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang dilakukan pada partisipan didapat
partisipan I dengan usia 25 tahun (masa reproduktif) dan partisipan II pada usia 43 tahun
(pre menopause). Riwayat kesehatan pada kedua partisipan sama-sama mengeluh nyeri pada
abdomen bawah, namun pada siklus mentruasi berbeda. Partisipan I siklus menstruasi tidak
teratur dan siklus menstruasi partisipan II teratur.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit kista ovarium post operatif
sebanyak delapan diagnosa. Berdasarkan kasus, diagnosa yang muncul ada tiga.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa kasus: Kaji
pengetahuan klien tentang penyakitnya, jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala)
identifikasi kemungkinan penyebab, jelaskan kondisi tentang klien, jelaskan tentang
program pengobatan alternative dan pengobatan, diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, diskusikan tentang terapi dan pilihannya,
eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/mendukung, instruksikan kapan harus
ke pelayanan, tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan dilakukan selama lima hari.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosis pertama yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan pengambilan keputusan, evaluasi keperawatan dapat teratasi pada hari
keempat dengan kriteria hasil klien sudah mampu meningkatkan pengetahuan tentang gaya
hidup sehat.
Diagnosis kedua yaitu defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
evaluasi keperawatan dapat teratasi pada hari kelima dengan kriteria hasil : klien
mengatakan telah mengetahui tentang tanda dan gejala penyakitnya.
Diagnosis ketiga yaitu kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan, evaluasi dapat
teratasi pada hari kelima dengan kriteri hasil klien sudah mampu meningkatkan manajemen
kesehatan.

B. Saran
1. Bagi Direktur RS Reksodiwiryo Padang Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan
motivasi kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal
agar dapat meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Petugas kesehatan Saran peneliti bagi petugas ruangan agar memberikan pengetahuan
secara optimal serta mengajarkan partisipan cara pencegahan penyakit.
3. Peneliti selanjutnya Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami pasien khususnya dan mampu bekerja sama dengan baik dengan
petugas kesehatan agar implementasi keperawatan yang dijalankan dapat terlaksana
dengan baik

ii

Anda mungkin juga menyukai