Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA

Disajikan Pada Materi Ajar

KEPERAWATAN MATERNITAS II

Dosen Pengajar

HJ. RUSLINAWATI,Ns.,M.Kep

Oleh:

1. ANTUNG RATNA DEWI (2114201210132)

2. ASYIAH (2114201210208)

3. CAHAYA KARTINI (2114201210144)

4. FRISCHA OCTAVIA (2114201210160)

5. JULIUS RACHMADIUS (2114201210212)

6. M. LUTHFANI H. (2114201210124)

7. MUHAIMIN JABAR (2114201210120)

8. NOVI YANTI (2114201210138)

9. RANIA MAGFIRA (2114201210129)

10. RIA OLFAH (2114201210139)

11. RITA OKTAWININGSIH (2114201210217)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat
yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam.
Karena nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan CA Payudara” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai
prosedur.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang diberikan beliau
kepada kami sebagai materi kuliah Keperawatan Maternitas II yang harus di pahami dan
di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan
perbaikan dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb

Banjarmasin, 24 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B.  Pengertian........................................................................................................................3
C.  Etiologi.............................................................................................................................4
D.  Anatomi Fisiologi............................................................................................................5
E.  Patofisiologi.....................................................................................................................6
F.  Insiden..............................................................................................................................7
G.  Manifestasi Klinis...........................................................................................................7
H.  Komplikasi......................................................................................................................8
I.  Jenis Kanker Payudara...................................................................................................8
J.   Klasifikasi Tnm Kanker Payudara..............................................................................9
K.  Pentahapan Kanker Payudara....................................................................................10
L.  Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................10
M.   Pencegahan..................................................................................................................11
N. Penatalaksanaan............................................................................................................12
BAB 2.......................................................................................................................................14
A. Pengkajian...................................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................15
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

iii
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE

A. Latar Belakang
Dalam Istilah kedokteran, Semua benjolan disebut tumor. Benjolan tersebut ada
yang jinak dan ada yang ganas. Tumor yang ganas itulah yang disebut kanker.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara,
termaksud saluran kelenjar susu dan jaringan penunjangnya (Hasdiana, dkk 2009).

Fase awal kanker payudaara adalah asimtomatik (tanpa ada gejala dan tanda).
Tanda dan gejala tingkat lanjut kanker payudara meliputi kulit cekung, retraksi,
dan deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan dan rabas khusus berdarah dari
puting. Kulit tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk atau ulserasi pada
payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit. Kanker payudara dapat tumbuh
didalam kelenjar susu, saluran susu dan jaringan lemak maupun jaringan ikat
pada payudara. Biasanya kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dann
letak terbanyak di kuadran lateral atas (Danielle, 2000)

Pencegahan kanker payudara difokuskan pada deteksi tumor stadium awal yang
biasanya berukuran kecil. SADARI merupakan salah satu metode deteksi dini
untuk menemukan kanker patudara stadium awal yang lebih efektif dilakukan
sedini mungkin. SADARI dilakukan setiap kali selesai menstruasi hari ke tujuh
sampai ke sepuluh terhitung hari pertama haid, karena pengaruh hormone estrogen
dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak
membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor maupun kelainan pada
payudara.

Di Dunia, Kematian akibat kanker payudara diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun
2,3 juta diantaranya ditemukan di Negara berkembang sedangkan jumlah penderita
baru sekitar 3,9 juta per tahun (Mansjoer, 2002). Berdasarkan data dari IARC
(International Agency For Reaserch On Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara
menempati urutan pertama dari seluruh kanker di dunia pada perempuan (inside
rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah
1
kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat
Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008). Berdasarkan data dari IARC
(International Agency For Reaserch On Cancer) pada tahun 2002 kanker payudara
menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan ( insiden rate 38
per 100.000 perempuan ) dengan kasus baru sebesar 22,7 % dan jumlah kematian
14 % per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat Komunikasi
Publik Setjen Depkes,2008) berdasarkan estimasi Globokan, internasional Agensi
For Research On Cancer (IARC) Tahun 2012,kanker payudara adalah kanker
dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3 %) dan presentasi kematian kematian
tertinggi (12,9 % ) Pada perempuan di dunia.

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9 % wanita akan


mengalami kanker payu dara . Laporan WHO tahun 2005 jumlah perempuan
penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang,700 diantaranya tinggal
dinegara berkembang termasuk Indonesia.World Health Organization (2016)
negara berkembang termaksud Indonesia. World health Organization (2016)
menyebutkan panker payudara adalah kanker yang paling umum terjadi pada
wanita dan merupakan penyebab kematian nomor lima setelah kanker paru, kanker
rahim, kanker hati, dan kanker usus. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis
kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.

Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi NTT tahun 2008,
prevelensi penyakit tumor/kanker di NTT, sebesar 3,4% (kisaran 1,4%-10,9%)
tertinggi di kabupaten Sumba Barat dan terdapat hampir di semua kabupaten/kota,
penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah dididagnosa menderita kanker.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara
adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni
mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014a). Berdasarkan data Subdit
Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI
terdapat sekitar 36.761.000 perempuan seluruh Indonesia yang berumur 30-50
tahun. Sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan
(tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014b).

Berdasarkan Data Riset Kesahatan Dasar tahun 2013, prevelensi kanker payudara
di Indonesia mencapai 0,5 per 1.000 perempuan (Kemenkes RI,2015).
2
Berdasarkan Data Sistem Rumah Sakit RSUD Prof Dr Johanes Kupang (2016),
jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap pada pasien kanker payudara adalah yang
terbanyak yaitu 12.014 orang atau 28,7% diikuti kanker serviks 5349 orang atau
12,8%. Selama tahun 2015 RSUD Johanes Kupang sudah melayani Kemoterapi
kanker sebanyak 167 pasien dimana 28% adalah kanker payudara dan kanker
serviks 17%. Pada tahun 2015, kunjungan pasien pengidap kanker 240 kali
kunjungan, meningkat di tahun 2016 menjadi 910 kunjungan dan di tahun 2017
sampai oktober sudah 860 kunjungan pasien pengidap kanker. Lebih dari 40%
semua kanker dapat dicegah bahkan beberapa jenis yang umum seperti kanker
payudara, kolerektal dan leher Rahim dapat disembuhkan jika dideteksi sejak dini.

Berdasarkan data pasien rawat inap di ruang Cempaka RSUD Prof Dr Johanes
Kupang tahun 2017 didapatkan pada bulan Maret berjumlah 11 orang, bulan
Februari 13 orang, Maret 16 orang dan bulan April 13 orang.

Peran perawat untuk merawat pasien dengan Ca mamae adalah perawat


menanjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan sehingga akan diketahui secara
pasti penyakitnya dan dapat dilakukan tindakan pasti yang tepat agar penyakit
tersebut tidak menyebar luas, menyarankan kepada pasien agar tetap tabah dan
sabar agar tidak menyerah kepada penyakitnya tersebut, perawat memberikan
informasi tentang cara menjaga kesehatan dan pola makan seimbang dan sehat,
memberikan dukungan moril bahwa semua penyakit ada obatnya.

B.  Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal
pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada
akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah
kulit (Erik T, 2005, hal : 39-40).

3
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya
dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati sama
dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut
sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat
kanker maka sel tersebut terus menerus membelah
tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk
tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak
semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen.
(Daniele gale 1996).

Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan


berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang
disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat
menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh
tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak
terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi,
tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya
yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor
ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke
seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut
kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan
pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya
timbul pada saluran atau kelenjar susu
(www.pitapink.com, situs resmi Yayasan Kanker
Payudara Jakarta, diakses tanggal 24 desember 2008).

C.  Etiologi
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang
diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi
sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang
faktor-faktor resiko akan membantu dalam

4
mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah
kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup :
- Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko
terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih
cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
-  Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena
mammae adalah organ berpasangan
- Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara
(herediter)
- Menarke dini. Resiko Ca payudara meningkat pada
wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12
tahun.
- Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran
anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia
30 tahun lebih berisiko mengalami knker payudara.
- Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia
50 tahun.
- Riwayat penyakit payudara jinak
- Kontrasepsi oral
- Masukan alkohol setiap hari
- Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan
estrogen sehingga dapat menyebabkan carcinoma
mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih
banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki
- Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor
ovarium
- Pernah mengalami radiasi didaerah dada.
- Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan
jinak atau tumor ganas mammae

5
- Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma
yang berulang-ulang iritasi yang berjalan kronis
oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi,
zat pewarna, sinar radioaktif.
- Obesitas pasca maunopause

D.  Anatomi Fisiologi


1.  Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari
alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla,
pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi
ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang
sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke
kelenjar interpektoralis.

2.  Fisiologi payudara


Payudara mengalami tiga perubahan yang
dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai
dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan


daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
6
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui.


Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel
duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior


memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997,
hal : 534-535).

E.  Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang
berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang
berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker


yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali
yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas
di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase :
1.  Fase induksi: 15-30 tahun
7
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya
kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin
memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas.
Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang
dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-
zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan
jaringan dan individu.
2.  Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi
suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.

3.  Fase invasi


Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan
menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan
sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara
beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4.  Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan
penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

F.  Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-
paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker
lambung dan kanker hati. Sementara data dari
8
pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim,
kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan
kanker nasofaring (Anaonim, 2004).

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5


juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa
kematian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian
setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-
rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,
sumber : Harianto, dkk).

G.  Manifestasi Klinis


Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di
payuidara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu,
kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,
nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting.
Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang
menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi
pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari
penyakit.

Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi


pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada daerah
bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun,
gangguan pencernaan, pusing,  penglihatan yang kabur
dan sakit kepala.

Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam


payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas
terluar dimana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Ca payudara umumnya terjadi pda payudara
9
sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi
dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan
nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan
yang terjadi pada saat menstruasi biasanya
berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca
payudara pada tahap lanjut

H.  Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah
limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak
berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan
sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila
mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong
untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang
sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan
membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan
mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan
yang menyulitkan.

I.  Jenis Kanker Payudara


1.  Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya adalah kanker yang masih
berada pada tempatnya, merupakan kanker dini
yang  belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalanya.
2.  Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi
saluran yang menuju puting susu. sekitar 90%
kanker payudara merupakan karsinoma duktal 
3.  Karsinoma lobuler

10
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, biasanya terjadi setelah menopause
4.  Karsinoma invasive
Karsinoma invasive adalah kanker yang telah
menyebar dan merusak jaringan lainnya, biasanya
terinkalisir (terbatas pada payudara) maupun
melastatik (menyebar kebagian tubuh lainnya) 
5.  Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

J.   Klasifikasi Tnm Kanker Payudara


1.  Tumor primer (T)
a.   Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b.  To : Tidak terbukti adanya tumor primer
c.   Tis :
- Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba
tumor
-  kanker intraduktal atau lobuler insitu
- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d.  T1 : Tumor < 2 cm
- T1a : Tumor < 0,5 cm
- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
- T1c : Tumor 1 – 2 cm
e.   T2 : Tumor 2 – 5 cm
f.   T3 : Tumor diatas 5 cm
g.  T4 : Tumor tanpa memandang ukuran,
penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot
interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk
otot pektoralis
- T4a : Melekat pada dinding dada
- T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange,
nodul satelit pada daerah payudara
yang sama
11
- T4c : T4a dan T4b
- T4d : karsinoma inflamatoris mastitis
karsinomatosis
2.  Nodus limfe regional (N)
a.   Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat
ditentukan
b.  N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c.   N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila
homolateral yang tidak melekat.
d.  N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila
homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.   N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria
interna homolateral
3.  Metastas jauh (M)
a.   Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b.  M0 : Tidak ada metastase jauh
c.   M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk
kelenjar subklavikula

K.  Pentahapan Kanker Payudara


Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu :
· Tahap 0 : Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada
pada tempatnya didalam payudara yang
normal
· Tahap I : Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm,
tidak mengenai nodus limfe dan tidak
terdeteksi adanya metastasis.
· Tahap II : Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm
tetapi kurang dari 5 cm dan tidak terdeteksi
adanya metastasis.
· Tahap III : Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5
cm atau tumor dengan sembarang ukuran
yang menginvasi kulit atau dinding
12
dengan nodus limfe terfiksasi positif
dalam area klavikular dan tanpa bukti
adanya metastasis.
· Tahap IV : Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran
dengan nodus limfe normal atau kankerosa
dan adanya metastasis jauh.

L.  Pemeriksaan Penunjang


1.  Laboratorium meliputi:
a.   Morfologi sel darah
b.  Laju endap darah
c.   Tes faal hati
d.  Tes tumor marker (carsino Embrionyk
Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e.   Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluar spontan dari
putting payudar, cairan kista atau cairan yang
keluar dari ekskoriasi
2.  Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar
untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan
struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang
bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
3.  Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada
daerah padat pada mammae ultrasonography berguna
untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-
kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4.  Thermography

13
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal;
dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan
cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih
tinggi.
5.  Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih
tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan
yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar
sisi tumor.
6.  Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah
tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan
massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.
7.  CT. Scan
Dipergunakan
untuk diagnosis metastasis
carsinoma payudara pada
organ lain
8.  Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah.

M.   Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita
menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk
pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
14
1.  Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah
ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua
payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak
pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan
atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
2.  Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan
kembali kedua payudara.
3.  Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke
bawah, dan periksa lagi.
4.  Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri
di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu
kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari
kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5.  Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada
umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak
jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan.

N. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

15
a.   Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan
penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan
segmental (pengangkatan jaringan yang luas
dengan kulit yang terkena) sampai
kuadranektomi (pengangkatan seperempat
payudara), pengangkatan atau pengambilan
contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak
perlu (5000-6000 rad).
b.  Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara,
semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis
minor.
c.   Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar
jaringan aksila.

d.  Mastektomi radikal


Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan
minor dibawahnya, seluruh isi aksila.
e.   Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah
dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2.  Non pembedahan
a.   Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang
tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada
metastase tulang, metastase kelenjar
limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau
regional setelah mastektomi.
b.  Kemoterapi

16
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif
pada penyakit yang lanjut.
c.   Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen,
androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600).

17
BAB 2

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN CA PAYUDARA

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000)
diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola
tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa,
prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada
keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada
jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya
mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara.
Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal,
rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12
tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia
35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut,
perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada

18
payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas
berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek).
Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4 hari.
Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan
diri, pemeliharaan rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
DO :
· Klien nampak meringis
· Klien nampak sesak
· Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
· Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
· Nyeri tekan tidak ada
· Ekspresi wajah tenang
· Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
19
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
b. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara
efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
e. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri
tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu Ditandai


dengan :
DS :
· Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
· Klien mengeluh badan terasa lemah.
· Klien tidak mau banyak bergerak.
DO :
· Klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
· Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
· Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada
keterbatasan gerak.
b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
20
c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam
gerakan dan postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Ditandai dengan :


DS :
· Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
· Ekspresi wajah tampak murung.
· Tidak mau melihat tubuhnya.
DO :
· Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria :
· Klien tampak tenang
· Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali
dan diukur.
c. Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri,
takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
d. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,
mendekati normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Ditandai dengan :


DS :
· Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
· Klien jarang bicara dengan pasien lain
21
· Klien nampak murung
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria :
· Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
· Klien dapat menerima efek pembedahan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah
b. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses
adaptasi.
c. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan :


DS :
· Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO :
· Adanya balutan pada luka operasi.
· Terpasang drainase
· Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria :
· Tidak ada tanda – tanda infeksi.
· Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga
dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
22
c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses
infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya


berhubungan dengan kurangnya informasi Ditandai dengan :
DS :
· Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO :
· Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria :
· Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
· Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
a. Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan
datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan
cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume
sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
c. Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan
meningkatkan perasaan sehat.
d. Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan
menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
e. Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada.
Anjurkan untuk Mammografi.

23
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan
terjadinya/berulangnya tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat, ditandai dengan :
DS :
· Klien mengeluh nafsu makan menurun
· Klien mengeluh lemah.
DO :
· Setengah porsi makan tidak dihabiskan
· Klien nampak lemah.
· Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
· Hb 10,7 gr %.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
· Nafsu makan meningkat
· Klien tidak lemah
· Hb normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan
dalam tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi
sedikit demi sedikit.
c. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
d. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah
tenaga.
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk
kebutuhan energi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
perencanaan dan  pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC
http://makalah-kesehatan-online,blogspot-com diaskes tgl 24 April 2022 jam13.30

25

Anda mungkin juga menyukai