Anda di halaman 1dari 29

KEPERWATAN MATERNITAS

PENGKAJIAN DAN PROMOSI KESEHATAN


Dosen Pengampu : Ns. Putu Wahyu Sri Juniatari J Sandy S.Kep.,M.Kep

Disususn oleh :
Kelompok 1

1. I Kadek Agus Duwik Peranata (21089014001)


2. Ni Wayan Puji Padma Sari (21089014002)
3. Luh Sintiani (21089014003)
4. Ni Putu Dewi Sukmawati (21089014005)
5. Putu Indah Wijayanti (21089014006)
6. Ni Made Ayu Laksmi Dewi (21089014007)
7. Ketut Devi Fitriani (21089014008)
8. Ni Nyoman Bariningsih (21089014009)
9. Luh Oktaviani (21089014010)
10. Kadek Rany Melyanti Insani (21089014011)
11. Putu Metriani (21089014012)
12. Habib Munzir Almuzawa (21089014013)
13. Kadek Rostia Sari (21089014014)
14. Komang Adi Nataliana (21089014015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah untuk mata kuliah Keperwatan Maternitas dengan judul “Pengkajian Dan
Promosi Kesehatan”.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu ibu Ns. Putu Wahyu Sri Juniatari J Sandy
S.Kep.,M.Kep. Selaku dosen mata kuliah Keperwatan Maternitas, Dan Untuk
Menambah Ilmu, Serta Wawasan saya Mengenai “Pengkajian Dan Promosi Kesehatan”.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai beberapa hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.
Meski begitu, tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
perbaikan pada makalah selanjutnya. Harapan kami, semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Buleleng, 1 Oktober 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...….. 1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………...… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
2.1 Pengkajian Dan Promosi Kesehatan……………………..………………3
2.2 Deteksi dini Masalah Kanker leher rahim (Kanker Serviks)…..………. 3
2.3 Deteksi dini Masalah Kanker payudara wanita………………….…….. 11
2.4 Deteksi dini Masalah Kanker payudara pria……………………..…….. 20
2.5 Alat kontrasepsi/KB……………………………………………….……. 22
2.6 Tujuan dan manfaat dari alat kontrasepsi/KB…………………………... 24
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. 25
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 25
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial. Bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau semua aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya (Rohan dan Siyoto, 2013). Kesehatan reproduksi menjadi cukup
misterius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan, selain rawan penyakit, juga
berhubungan dengan kehidupan soaialnya, misalnya kekurangan pendidikan yang
cukup, kawin muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan,
masalah kesehatan kerja, menopause dan masalah gizi ( Manuaba, 2005).
Kesehatan merupakan komponen penting kesehatan bagi pria dan wanita,
tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Masalah reproduksi itu sendiri banyak
sekali jenis dan macamnya di antaranya adalah kanker rahim (kanker serviks)
,kanker payudara,dll. Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita
pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada
akhirnya menyebabkan kanker. Salah satu kanker yang menyebabkan kematian
nomor dua pada wanita adalah kanker serviks. Rendahnya tentang deteksi dini
atau skrining kanker serviks merupakan salah satu alasan semakin
berkembangnya kanker serviks. Masih banyak wanita di Indonesia yang kurang
mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker serviks karena
tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang (Bagus,
2009).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu Pengkajian Dan Promosi Kesehatan?
2. Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker leher rahim (Kanker Serviks) ?
3. Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker payudara wanita ?
4. Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker payudara pria ?
5. Apa itu Alat kontrasepsi/KB ?
6. Tujuan dan manfaat dari alat kontrasepsi/KB ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu Pengkajian Dan Promosi Kesehatan
2. Untuk mengetahui Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker leher rahim
(Kanker Serviks)
3. Untuk mengetahui Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker payudara wanita
4. Untuk mengetahui Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker payudara pria
5. Untuk mengetahui Apa itu Alat kontrasepsi/KB
6. Untuk mengetahui Tujuan dan manfaat dari alat kontrasepsi/KB

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Dan Promosi Kesehatan
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses dan upaya untuk dapat
mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi
terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas
adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan.
Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi profesional
kesehatan yang peduli tentang membangun masyarakat yang sehat, ada dua alasan
dalam melakukan pengkajian kesehatan komunitas, yaitu sebagai informasi yang
dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai pemberdayaan.
2.2 Deteksi dini Masalah Kanker leher rahim (Kanker Serviks)
A. Pengertian
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang
berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks dapat berasal dari sel – sel di
leher rahim, tetapi dapat pula tumbuh dari sel–sel mulut rahim ataupun
keduanya. Kanker serviks adalah kanker ataupun keganasan yang terjadi di
leher rahim yang merupakan organ reproduksi perempuan yang merupakan
pintu masuk ke arah vagina disebabkan oleh sebagian besar Human Papilloma
Virus. Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim
adalah tumbuhnya sel – sel tidak normal pada rahim. Sel –sel yang tidak
normal ini berubah menjadi kanker. Kanker leher rahim adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan
liang senggama (vagina) (Smart, 2010).
B. Penyebab Penyakit
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus
(HPV). Virus papilloma manusia ini merupakan virus yang menyerang kulit
dan membran mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks disebabkan

3
oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher rahim. Disebut
papilloma karena virus ini sering menimbulkan warts atau kutil. Penyebab
dominan kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang
menyerang leher rahim. Proses infeksi HPV memerlukan waktu yang cukup
lama sehingga menjadi kanker serviks, yaitu 10-20 tahun.
Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor risiko pada kanker serviks antara lain :
a. Usia saat berhubungan seksual pertama kali
b. Usia dari kehamilan pertama
c. Jumlah pasangan seksual
d. Jumlah kehamilan
e. Faktor pasangan pria (pria berisiko tinggi)
f. Penyakit menular seksual
C. Tanda Dan Gejala Kanker Serviks
Seseorang yang terkena infeksi HPV tidak lantas demam seperti terkena
virus influenza. Masa inkubasi untuk perkembangn gejala klinis infeksi HPV
sangat bervariasi. Kutil akan timbul beberapa bulan setelah 9 terinfeksi HPV,
efek dari virus HPV akan terasa setelah berdiam diri pada serviks selama 10-20
tahun. Gejala fisik serangan penyakit ini secara umum hanya dapat dirasakan
oleh penderita usia lanjut. Berikut gejala umum yang sering muncul dan dialami
oleh penderita kanker serviks stadium lanjut :
a. Keputihan tidak normal atau berlebih.
b. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi.
d. Penurunan berat badan drastis.
e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita
keluhan nyeri panggul.
f. Serta dijumpai juga hambatan dalam berkemih dan pembesaran ginjal
D. Faktor Resiko Kanker Serviks
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks
antara lain:

4
a. Usia
Perempuan yang rawan mengidap penyakit kanker serviks adalah mereka
yang berusia 35-50 tahun, terutama ada wanita yang telah melakukan
hubungan seksual sebelum usia 20 tahun. Risiko terjadinya kanker serviks
lebih besar dua kali lipat pada wanita yang melakukan hubungan seksual
sebelum usia 20 tahun.
b. Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker serviks. Peningkatan
kanker serviks dua kali lebih banyak adalah ras Afrika-Amerika
dibandingkan dengan ras Asia-Amerika.
c. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human Papilloma Virus. Jenis
virus yang paling banyak menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16
dan 18 yang sebagian besar 70% mengakibatkan kanker leher rahim.
d. Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena infeksi HPV.
Seseorang yang melakukan diet ketat dan jarang maupun kurangnya
mengkonsumsi vitamin A, C, dan E setiap harinya akan menurunkan
kekebalan tubuh sehingga akan mudah terinfeksi.
e. Wanita Perokok
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak penelitian yang
menyatakan hubungan kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker serviks. Dalam penelitian yang dilakukan di Karolinska
Institute di Swedia yang dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada
tahun 2001. Zat nikotin serta racun yang masuk kedalam darah melalui asap
rokok dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi Cervical
Neoplasia atau tumbuhnya sel yang abnormal pada leher rahim.
f. Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan risiko terkena
kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum
mencapai kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia 20-

5
35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan
lebih berisiko tinggi terkena infeksi HPV.
g. Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan risiko terkena
kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum
mencapai kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia 20-
35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan
lebih berisiko tinggi terkena infeksi HPV.
h. Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena kanker serviks.
Kelahiran yang berulang kali akan mengakibatkan trauma pada serviks.
Terjadinya perubahan hormon pada wanita selama kehamilan ketiga akan
mengakibatkan wanita lebih mudah terkena infeksi HPV. Ketika hamil
wanita memiliki imunitas yang rendah sehingga memudahkan masuknya
HPV kedalam tubuh yang berujung pada pertumbuhan kanker.
i. Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
penggunaan pembalut pada saat menstruasi dan tidak sering diganti berisiko
3 kali lebih besar menderita kanker serviks, serta penggunan sabun dengan
pH > 4 berisiko 4 kali lebih besar menderita kanker serviks.
j. Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan mengalami
kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang adekuat termasuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga deteksi dini dan skrining
untuk mendeteksi infeksi HPV menjadi kurang dan terapi pencegahan akan
terhambat apabila terkena kanker serviks.
E. Stadium Kanker Serviks
Menurut Diananda (2007) pembagian stadium pada kanker serviks adalah
sebagai berikut :
A. Stadium I :

6
Kanker banyak terbatas pada daerah mulut dan leher rahim (serviks). Pada
stadium ini dibagi menjadi dua. Pada stadium I-A baru didapati karsinoma
mikro invasif di mulut rahim. Pada stadium I-B kanker sudah mengenai
leher rahim.
B. Stadium II :
Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan sepertiga vagina. Pada
stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan–jaringan di seputar rahim
(parametrium).
C. Stadium III :
Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding. Stadium III-B kanker
mencapai ginjal.
C. Stadium IV :
Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ – organ terdekat seperti anus,
kandung kemih, ginjal, dan lain–lain.
Pada stadium IV-B, kanker sudah menyebar ke organ–organ jauh seperti
hati, paru–paru, hingga otak.
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada kanker serviks bisa dilakukan dengan mendeteksi sel kanker
secara dini dengan:
a. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Metode pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengoleskan serviks atau leher rahim dengan asam asetat.
Kemudian, pada serviks diamati apakah terdapat kelainan seperti area
berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, dapat dianggap tidak
terdapat inspeksi pada serviks. Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk
deteksi dini.
b. Pap smear Metode tes pap smear yang umum, yaitu dokter menggunakan
sikat untuk mengambil sedikit sampel sel – sel serviks. Kemudian sel – sel
tersebut akan dianalisis di laboratorium. Tes itu dapat menyikapi apakah
terdapat infeksi, radang, atau sel–sel abnormal.

7
c. Thin Prep Metode thin prep lebih akurat dibandingkan pap smear. Jika pap
smear hanya mengambil sebagian dari sel–sel serviks, metode thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks. Hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
d. Kolposkopi Prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi.
Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak
normal pada serviks. Jika ada yang tidak normal, biopsi (pengambilan
sejumlah kecil jaringan dari tubuh) dilakukan dan pengobatan untuk kanker
serviks segera dimulai.
e. Test DNA-HPV Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari Human
Papilloma Virus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat mengidentifikasi
apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks yang hadir
(Rahayu, 2015).
G. Komplikasi
“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa
disebabkan oleh karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari stadium
lanjut.
a. Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker
1) Menopause dini Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui
operasi atau karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi.
Gejala yang timbul akibat kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi
berhenti atau tidak keluar, menurunnya libido, sensasi rasa panas dan
berkeringat berlebihan meski di malam hari, dan osteoporosis.
2) Penyempitan vagina Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks
sering kali menyebabkan penyempitan vagina
3) Limfedema atau penumpukan cairan Limfedema adalah pembengkakan
yang umumnya muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik
yang terhalang. Sistem limfatik berfungsi untuk membuang cairan
berlebihan dari dalam jaringan tubuh. Gannguan pada sistem ini
menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah
yang menyebabkan pembengkakan.

8
4) Dampak emosional Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek
samping pengobatan bisa memicu terjadinya depresi.
5) Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih, putus harapan, dan tidak
menikmati hal-hal yang biasanya disukai.
b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut
1) Nyeri akibat penyebaran kanker Nyeri akan muncul ketika kanker sudah
menyebar ke saraf, tulang, atau otot.
2) Pendarahan berlebihan Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker
menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih.
3) Penggumpalan darah setelah pengobatan Kanker bisa membuat darah
menjadi lebih kental dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko
penggumpalan darah meningkat setelah menjalani kemoteapi dan
istirahat pasca operasi.
4) Produksi cairan vagina yang tidak normal Cairan vagina bisa berbau
tidak sedap akibat kanker serviks stadium lanjut
5) Gagal ginjal Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter,
menyebabkan terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal sehingga
urin terkumpul di ginjal (hidronefrosis). Hidronefrosis parah bisa
merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.
6) Fistula Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal
antara dua bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks terbentuk
antara kandung kemih dan vagina, sehingga mengakibatkan urin keluar
melalui vagina.
H. Pencegahan Kanker Serviks
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan No. 796/MENKES/SK/VII tahun
2010 tentang pencegahan kanker payudara dan kanker leher rahim. Terdapat tiga
pencegahan kanker serviks, yaitu :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yang diberikan seperti promosi kesehatan dan proteksi
spesifik. Pencegahan primer bermaksud untuk menurunkan risiko, dapat
dilakukan dengan cara pemberian edukasi terhadap bahaya kanker serviks,

9
perilaku hidup sehat, perilaku seksual yang aman serta pemberian vaksin
HPV. Pendekatan seperti ini sangat memberikan peluang yang besar serta
cost effective namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Apabila
seseorang memiliki persepsi yang baik tentang kesehatan, maka orang itu
akan berusaha menghindari atau meminimalkan segala sesuatu yang akan
berpeluang untuk terjadinya penyakit, setidaknya ia akan mencoba untuk
berperilaku mendukung dalam peningkatan derajat kesehatan dengan cara
pencegahan secara dini (Notoatmodjo, 2007)
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini, dan terapi dini.
Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear,
Koloskopi, Thin Prep, dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya peningkatan penyembuhan, survival
rate, kualitas hidup dalam terapi kanker. Terapi ditujukan pada
penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi.
d. Pemberian vaksin HPV
Untuk mencegah terinfeksinya HPV dan juga dapat mencegah terjadinya
kanker serviks. Pencegahan dan skrining kanker serviks pada negara
berkembang masih sangat rendah, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: demografi, pengetahuan, sikap serta faktor aksesibilitas,
sehingga program vaksinasi kanker serviks belum menjadi prioritas
pemerintah, karena mahalnya vaksin HPV.
I. Peran Perawat Dalam Pencegahan Kanker Serviks
1. Memberikan Layanan On-Call
Pasca operasi pasien kanker mengalami keterbatasan gerak dan melakukan
aktifitas sehari-hari.Selain itu kondisi pasien kanker dalam masa perawatan
umumnya tidak stabil.Oleh sebab itu dalam keadaan darurat biasanya pasien
atau keluarga akan memanggil perawat untuk segera datang membantu.
2. Memantau kondisi dan asupan nutrisi pasien

10
Selama proses pengobatan dan perawatan, pasien kanker memerlukan
perhatian khusus, seperti gejala penyakit yang datang mendadak, asupan gizi
pasien serta kondisi kesehatan mental pasien.Maka dari itu peran perawat
pada pasien kanker tidak hanya merawat akan tetapi memastikan asupan gizi
juga terpenuhi.
3. Memberikan Arahan dan Saran Untuk Pasien Kanker
Perawat tidak hanya bertugas menjaga kondisi penderita kanker.Akan tetapi
juga menjadi pendidik keluarga serta caregiver agar keadaan penderita
kanker dapat tetap terkontrol walaupun ada di rumah.
4. Memberikan Dukungan
Peran perawat pada pasien kanker selanjutnya adalah sebagai motivator yang
bertugas membangun kembali semangat penderita kanker untuk bisa
sembuh.Dengan cara menjadi pendukung baik secara emosional atau
spiritual bagi penderita dan keluarga.
5. Penyedia Fasilitas
Kemudian peran perawat pada pasien kanker selanjutnya adalah memberikan
lingkungan nyaman dengan memberikan fasilitas serta alat-alat yang
memadai dengan profesionalitasnya. Hal tersebut dilakukan karena perawat
harus terus memantau perkembangan penderita kanker secara berkala.

2.3 Deteksi dini Masalah Kanker payudara wanita


A. PengertianKanker payudara wanita
Kanker payudara merupakan suatu jenis tumor ganas yang berkembang pada
sel-sel payudara.
B. Penyebab Penyakit
Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada
payudara. Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen
yang diturunkan secara genetik. Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang
dapat meningkatkan kemungkinan kondisi ini telah diidentifikasi. Yang paling
terkenal adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2
(BRCA2), keduanya secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ini dan
ovarium.

11
C. Tanda dan gejala Kanker payudara wanita
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda
awal yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan pada
payudara. Kebanyakan 90% ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan tetapi
ditemukan secara kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan
payudara sendiri (sadari), karena itu yayasan kanker menekankan pentingnya
melakukan sadari.Pada stadium lanjut biasanya ditemukan :
1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
2) Ada benjolan pada payudara yang teraba dengan tangan sendiri.
3) Luka yang lama pada payudara dan tidak smebuh dengan pengobatan.
4) Eksim yang lama pada puting susu dan sekitarnya, dan tidak sembuh
dengan pengobatan.
5) Perdarahan pada puting susu.
6) Puting susu tertarik ke dalam atau kulit terlihat seperti kulit jeruk.
7) Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara
D. Faktor resiko Kanker payudara wanita
1) Faktor Genetik
a. Riwayat Keluarga Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker
payudara atau kanker indung telur maka dapat meningkatkan risiko.
Risiko akan semakin meningkat ketika kanker payudara dialami anggota
keluarga langsung (ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan),
apalagi jika kanker tersebut menyerang saat mereka di bawah usia 50
tahun.
b. Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 pada pemeriksaan
genetik terhadap darah. Kondisi ini secara bermakna meningkatkan
peluang perempuan atau pria terkena kanker payudara.
2) Faktor Hormon

12
a. Riwayat Kehamilan Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30
tahun mempunyai risiko lebih rendah mengalami kanker payudara
dibanding perempuan yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak
memilki anak sama sekali.
b. Riwayat Menyusui Risiko kanker payudara akan menurun jika
perempuan sering menyusui dan dalam jangka waktu yang lama.
c. Riwayat Haid Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal
(sebelum usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55
tahun memiliki risiko tinggi.
d. Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon, pil
KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat jika
penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.
3) Faktor Diet
a. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara
menyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya saja
diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor risiko
kanker payudara, sedangkan diet yang mengandung omega 3 (ikan),
buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan
vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko.
b. Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur
hormonal.
4) Faktor Lingkungan
a. Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia
sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang
mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
b. Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada
lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan
kejadian kanker payudara.

13
E. Stadium Kanker payudara wanita
1. Kanker payudara stadium 0
Stadium 0 digunakan untuk menggambarkan kanker payudara non-invasif
atau carcinoma in situ. Artinya, sel kanker atau sel abnormal nonkanker
belum berkembang serta belum menyebar ke jaringan sehat di dekatnya dan
ke luar payudara. Jenis kanker payudara yang sering terjadi pada stadium ini,
yaitu ductal carcinoma in situ/karsinoma duktal in situ (DCIS). Selain itu,
dua kemungkinan jenis karsinoma in situ lainnya, yaitu LCIS (karsinoma
lobular in situ) dan penyakit paget atau penyakit pada puting susu.
Karsinoma duktal in situ adalah jenis kanker yang sangat dini dan sangat
bisa disembuhkan. Namun, jika tidak segera diobati, kanker bisa menyebar
ke jaringan payudara di sekitarnya.
2. Stadium I
Stadium I merupakan tahap paling awal dari kanker payudara yang
berpotensi menyebar (invasif). Pada tahap ini, ukuran tumor masih sangat
kecil ukuran kurang dari 2 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening. Akan tetapi, sel kanker telah menyebar ke luar lokasi asli dan
merambat ke jaringan payudara sehat di sekitarnya.
Tumor yang cenderung kecil pada tahap ini membuat kanker payudara masih
cukup sulit dideteksi. Namun, melakukan deteksi dini dengan pemeriksaan
payudara sendiri dan skrining rutin sangat penting sehingga kemunculannya
bisa didiagnosis lebih awal. Kanker payudara pada stadium I pun masih
sangat bisa disembuhkan..
3. Stadium II
Stadium II dikenal juga dengan kanker payudara invasif. Pada stadium ini
masih tergolong stadium awal. Pada stadium II, ukuran tumor sudah lebih
besar daripada stadium sebelumnya dengan ukuran 2-5 cm. Sel kanker pun
sudah menyebar ke kelenjar getah bening, walau masih di area yang
terdekat, tetapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lebih jauh. Angka
harapan hidup kanker payudara stadium II bisa mencapai 80 % dalam 5 lima
tahun pengobatan.

14
4. Stadium III
Stadium III disebut juga dengan kanker payudara stadium lanjut lokal.
Artinya, tumor ganas atau benjolan yang ditemukan bisa lebih besar dengan
ukuran lebih dari 5 cm, belum menginfiltrasi jaringan sekitar payudara dan
sudah ada penyebaran ke kelenjar getah bening ketiak. Namun,
penyebarannya ini belum sampai ke organ tubuh lainnya.
Kanker stadium III ini secara umum dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Stadium IIIA
Kondisi stadium IIIA biasanya adalah kondisi dimana tumor masih dapat
dilakukan reseksi/operasi.
2) Stadium IIIB dan IIIC
Pada kanker payudara stadium IIIB, ini ukurannya > 5 cm dimana sudah
ada infiltrasi di jaringan sekitar daerah puting dan kulit payudara,
sehingga tumor tidak bisa dilakukan reseksi / operasi. Perlu dilakukan
kemoterapi terlebih dahulu disebut sebagai kemoterapi neoadjuvant.
Setelah itu dilakukan penilaian respon, apabila respon baik terapi dapat
dilanjukan dengan pembedahan (mastektomi radikal). Setelah operasi,
dapat dilakukan pengobatan selanjutnya seperti kemoterapi, terapi
radiasi, terapi hormon, atau terapi target.
5. Stadium IV
Kanker payudara stadium IV disebut juga dengan kanker payudara
metastasis. Sel kanker umumnya sudah berkembang cukup lama di payudara
sampai akhirnya bisa dikategorikan pada tahapan ini. Kanker payudara
stadium IV merupakan tahap paling akhir dan merupakan kondisi serius
yang mengancam jiwa. Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari
payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya ke organ tubuh lain, seperti
paru-paru, kelenjar getah bening yang jauh dari payudara, kulit, tulang, hati,
atau otak. Penyebaran ini bisa ke satu atau lebih dari organ-organ tubuh
tersebut. Gejala kanker payudara metastasis umumnya berbeda. Selain gejala
kanker payudara pada umumnya, pasien pada tahap ini pun kerap merasakan
gejala di bagian tubuh lain, tergantung pada organ mana yang telah terpapar.

15
Bila sudah menyebar ke tulang, penderita kanker payudara tahap ini
mungkin akan merasakan nyeri di bagian tulang tertentu bahkan bisa sampai
menyebabkan patah tulang/ fraktur. Jika ke paru-paru, Anda mungkin akan
merasakan batuk atau sesak napas, sedangkan jika ke hati Anda mungkin
akan merasakan mual, nafsu makan berkurang, sampai perut bengkak dan
timbul keluhan kuning.
F. Pemeriksaan
Berikut langkah-langkah deteksi mandiri (sadari) yang bisa dilakukan:
a. Atur Posisi. Tes ini lebih baik dilakukan sambil berbaring daripada berdiri
untuk melakukan palpasi.
b. Persiapan. Letakkan tangan kanan di atas kepala. Berbaring telentang dan
angkat lengan sehingga jaringan payudara dapat melebar ke dinding dada
agar mencapai ketipisan yang optimal.
c. Gunakan tiga jari (telunjuk, jari tengah, dan jari manis) tangan kiri. Lakukan
gerakan kecil dan memutar pada payudara sebelah kanan. Lakukan gerakan
sambil bergerak ke atas dan ke bawah payudara dari tulang rusuk ke tulang
selangka, dan ketiak ke sternum.
d. Saat memijat, ubah tekanan pada setiap tempat untuk memeriksa kedalaman
jaringan yang berbeda. Gunakan tekanan ringan pada permukaan, tekanan
sedang pada daerah yang lebih dalam (sekitar ¼ hingga ½ inci lebih dalam),
serta tekanan yang lebih besar untuk daerah dada dan tulang rusuk. Ulangi
gerakan ini pada payudara yang lain. Benjolan, bengkak, atau perubahan
bentuk payudara apapun harus segera diperiksakan ke dokter.
e. Berdirilah di depan cermin dan tekan kuat pinggul, sedangkan tumit berada
di telapak tangan. Gerakan ini bertujuan untuk mengencangkan otot-otot
dada agar kelainan pada payudara semakin mudah terlihat. Lihatlah
perubahan kulit atau puting, termasuk bentuk, kontur, ukuran, warna, atau
tekstur kulit (seperti sisik, luka, ruam, cekungan, atau kerutan pada kulit).
Angkat setiap lengan sedikit demi sedikit agar memudahkan untuk
merasakan ada atau tidaknya benjolan kelenjar getah bening di daerah
ketiak.

16
G. Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi adalah menyebarkan sel-sel abnormal ini ke
anggota tubuh lain. Kondisi ini biasanya terjadi ketika pengidapnya memasuki
stadium yang lebih parah. Organ – organ yang menjadi penyebaran kanker
payudara :
1. Tulang
Ketika sel kanker menyebar ke tulang, maka tak menutup kemungkinan
bisa menyebabkan beberapa bagian struktur tulang pecah tanpa membentuk
tulang baru. Dampaknya, tulang cenderung lemah dan rentan terhadap patah
tulang. Penyebaran sel kanker ke bagian tulang ini bisa membuat
pengidapnya merasakan nyeri tulang, tulang menjadi lemah dan mudah
patah, hingga kelumpuhan. Tak cuma itu, ada pula gejala lain yang mungkin
timbul seperti hiperkalsemia. Kondisi ini merupakan tingginya kadar
kalsium di dalam plasma darah yang ditandai dengan munculnya rasa mual,
mudah mengantuk, hilangnya nafsu makan, rasa haus, dan sembelit.
2. Paru-Paru
Komplikasi kanker payudara juga bisa menyebar ke paru-paru. Kalau sudah
begini, maka pengidapnya akan lebih lemah dan rentan sakit. Alasannya
jelas, tubuh akan kesulitan untuk melawan bakteri dan infeksi, sehingga ia
rentan mengidap pneumonia (infeksi paru-paru). Bagaimana dengan
gejalanya? Umumnya sesak napas, efusi pleura (penumpukan cairan di
lapisan paru-paru), batuk berkepanjangan, dan nyeri dada.
3. Kelenjar Getah Bening
Umumnya, kelenjar getah bening merupakan area pertama yang biasanya
terkena penyebaran kanker payudara. Tepatnya, kelenjar getah bening yang
berada di bawah lengan, di dalam payudara, dan di dekat tulang
selangka. Penyebaran ini bisa terjadi sejak kanker payudara berada di
stadium IB. Pada stadium ini, beberapa sel kanker, mungkin dalam jumlah
kecil sudah masuk ke dalam kelenjar getah bening. Gejala yang ditimbulkan,
antara lain adanya benjolan pada ketiak atau area tulang selangka.

17
H. Pencegahan Kanker Payudara Wanita
Mencegah kanker payudara dengan menghindari faktor-faktor tersebut dengan
melakukan beberapa hal di bawah ini:
a. Menjaga berat badan tetap ideal
Wanita yang mengalami obesitas setelah masa menopause memiliki risiko
terkena kanker payudara 20–40% lebih tinggi dibanding wanita dengan berat
badan normal.
b. Mengonsumsi makanan sehat
Pola makan sehat dengan mengutamakan asupan buah, sayuran, kacang-
kacangan termasuk kacang kedelai, minyak sehat, dan antioksidan yang
tinggi, dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara.Wanita yang
sudah terkena kanker payudara pun hidupnya dapat lebih berkualitas jika
menghindari makanan berlemak.
c. Rajin berolahraga
Aktif secara fisik dapat menurunkan risiko kanker payudara. Sebaliknya,
risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang sudah bertahun-tahun
tidak pernah melatih fisiknya lagi.Standar untuk
melakukan olahraga intensitas sedang, seperti bersepeda dan jalan cepat,
adalah selama 2 jam 30 menit per minggu.
d. Berhenti merokok
Mantan perokok memiliki risiko terkena kanker payudara sebesar 6–9%
lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah merokok sama
sekali.Kondisi yang lebih buruk bisa Anda alami jika masih aktif merokok,
yaitu 7–13% lebih berisiko untuk terkena kanker payudara.
e. Membatasi minuman beralkohol
Mengonsumsi minuman beralkohol satu gelas tiap hari dapat meningkatkan
risiko terkena kanker payudara sebesar 7–12%. Potensi terkena kanker
payudara akan lebih tinggi jika biasa minum minuman beralkohol lebih dari
segelas per hari.Hal ini dapat terjadi karena ada kaitan antara tingkat alkohol
dengan perubahan jumlah hormon di dalam darah.

18
f. Menyusui bayi secara teratur
Menyusui bayi dapat membantu menurunkan risiko kanker payudara hingga
16%. Sejauh ini belum diketahui pasti mengapa menyusui dapat mencegah
kanker payudara. Namun, diduga menyusui dapat membantu keseimbangan
hormon, mencegah paparan zat pemicu kanker, dan menghindari kerusakan
sel payudara.
g. Membatasi terapi hormon
Terapi hormon biasa dilakukan oleh wanita terkait dengan masa menopause.
Terapi menggunakan hormon estrogen dan progesteron ini biasanya bersifat
jangka panjang. Oleh karena itulah, terapi ini berisiko meningkatkan kanker
payudara. Apabila Anda benar-benar membutuhkan terapi hormon,
konsultasikan kepada dokter agar kadar hormon tersebut dapat dikurangi.
h. Menghindari paparan radiasi
Wanita yang pernah menjalani pengobatan dengan terapi radiasi di dada
sebelum usia 30 tahun lebih berisiko menderita kanker payudara. Oleh
karena itu, menghindari paparan radiasi sangat penting untuk dilakukan
sebagai salah satu cara mencegah kanker payudara.Hal paling umum untuk
mengenali adanya perubahan pada payudara adalah dengan melakukan
pemeriksaan secara mandiri yang disebut SADARI, yaitu dengan meraba
payudara sendiri untuk mendeteksi adanya kelainan. Jangan malas
melakukannya karena pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi kanker
payudara sejak dini.
i. Peran perawat dalam pencegahan kanker payudara wanita
Adapun tugas dan peran perawat pada pasien kanker antara lain :

1. Memberikan Layanan On-Call

Pasca operasi pasien kanker mengalami keterbatasan gerak dan


melakukan aktifitas sehari-hari.Selain itu kondisi pasien kanker dalam
masa perawatan umumnya tidak stabil.Oleh sebab itu dalam keadaan
darurat biasanya pasien atau keluarga akan memanggil perawat untuk
segera datang membantu.

19
2. Memantau kondisi dan asupan nutrisi pasien

Selama proses pengobatan dan perawatan, pasien kanker memerlukan


perhatian khusus, seperti gejala penyakit yang datang mendadak, asupan
gizi pasien serta kondisi kesehatan mental pasien.Maka dari itu peran
perawat pada pasien kanker tidak hanya merawat akan tetapi memastikan
asupan gizi juga terpenuhi.

3. Memberikan Arahan dan Saran Untuk Pasien Kanker


Perawat tidak hanya bertugas menjaga kondisi penderita kanker.Akan
tetapi juga menjadi pendidik keluarga serta caregiver agar keadaan
penderita kanker dapat tetap terkontrol walaupun ada di rumah.

4. Memberikan Dukungan

Peran perawat pada pasien kanker selanjutnya adalah sebagai motivator


yang bertugas membangun kembali semangat penderita kanker untuk
bisa sembuh. Dengan cara menjadi pendukung baik secara emosional
atau spiritual bagi penderita dan keluarga. Kebutuhan pasien tidak hanya
secara fisik, tetapi juga kebutuhan emosi atau psikis. Contoh dari
kebutuhan spiritual adalah diakui, dihargai, berkomunikasi dengan orang
lain, bebas mengekspresikan perasaan serta kebutuhannya, tetap
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, mempunyai privasi dan
keyakinannya.Sedangkan emosional meliputi motivasi dan semangat
untuk sembuh serta membangun kembali percaya diri penderita kanker.

5. Penyedia Fasilitas
Kemudian peran perawat pada pasien kanker selanjutnya
adalah memberikan lingkungan nyaman dengan memberikan fasilitas
serta alat-alat yang memadai dengan profesionalitasnya.

2.4 Bagaimana Deteksi dini Masalah Kanker payudara pria


A. Penyebab penyakit
Penyebab kanker payudara memang belum diketahui secara pasti. Para pakar
memperkirakan bahwa sekitar lima sampai sepuluh persen angka kejadian
kanker payudara dikaitkan dengan mutasi gen yang diturunkan secara

20
genetik.Walaupun bentuk payudara pria tidak sama sama seperti wanita, tetapi
pria tetap memiliki risiko mengalami kanker payudara. Pada tubuh pria tetap
memiliki jaringan payudara, meski perkembangannya tidak sebanyak pada
wanita. Jaringan inilah yang kemudian berisiko terserang kanker dan bisa
menimbulkan gejala penyakit. Kanker payudara pada pria bisa berkembang
pada jaringan kecil yang berada di belakang puting.Kebanyakan kasus kanker
payudara pada pria baru diketahui pada tahap yang sudah lanjut. Hal ini
disebabkan karena banyak pria yang tidak tahu mengenai ciri-ciri kanker
payudara pada tubuhnya. Beberapa pria juga mendiamkan dan tidak segera
menemui dokter ketika terdapat gejala, seperti adanya benjolan pada payudara.
B. Tanda dan gejala Kanker payudara pria
1. Benjolan atau Pembengkakan pada Payudara
Bila kamu menyadari ada benjolan atau penebalan di jaringan payudara,
hal itu harus dicurigai. Benjolan yang menjadi gejala kanker payudara pada
pria biasanya tidak terasa nyeri. Namun, pada beberapa kasus, nyeri
payudara bisa terjadi.
2. Perubahan pada Kulit Payudara
Perubahan pada kulit yang menutupi payudara, seperti kemerahan,
bersisik, berlesung atau tertarik ke dalam juga bisa menjadi gejala kanker
payudara.
3. Perubahan pada Puting
Selain pada kulit, kanker payudara juga bisa menyebabkan perubahan pada
puting, seperti kemerahan, bersisik atau tertarik ke dalam.
4. Keluar Cairan dari Puting
Baik darah ataupun cairan putih seperti susu, apa pun yang keluar dari
puting payudara perlu dicurigai.
5. Pembesaran Kelenjar Getah Bening
Kanker payudara terkadang bisa menyebar ke kelenjar getah bening di
ketiak atau di sekitar tulang selangka, yang juga bisa menyebabkan
benjolan atau pembengkakan di sana. Gejala kanker payudara pada pria ini
bisa terjadi bahkan sebelum tumor cukup besar untuk dirasakan.

21
C. Faktor Resiko Kanker Payudara Pria
Faktor yang juga bisa meningkatkan risiko seorang pria untuk terkena kanker
payudara, antara lain:
a. Usia. Risiko kanker payudara bisa meningkat seiring berjalannya usia.
Penyakit tersebut biasanya ditemukan setelah usia 50 tahun.
b. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. Pria yang memiliki anggota
keluarga dekat yang pernah mengidap kanker payudara lebih berisiko untuk
terkena penyakit tersebut.
c. Pernah menjalani terapi hormon. Obat-obatan yang mengandung estrogen
(hormon yang membantu mengembangkan dan mempertahankan
karakteristik seks wanita) yang digunakan untuk mengobati kanker prostat di
masa lalu, bisa meningkatkan risiko kanker payudara pada pria.
d. Mengalami kelainan bawaan. Seperti sindrom Klinefelter atau kondisi testis
yang tidak turun ke dalam buah zakar.
e. Mengidap penyakit hati. Sirosis (jaringan parut) hati bisa menurunkan kadar
androgen dan meningkatkan kadar estrogen pada pria, sehingga
meningkatkan risiko kanker payudara.
f. Kegemukan atau obesitas. Pria yang berusia tua dan kelebihan berat badan
atau memiliki obesitas berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara
daripada pria dengan berat badan normal.
D. Komplikasi
Jika tidak ditangani dapat menyebapkan :
1. Kanker prostat
2. Kanker Paru-Paru
3. Kanker Kolorektal
4. Kanker Esofagus
2.5 Definisi Alat kontrasepsi/KB ?
KB menurut UU No. 10 Tahun 1992 (tentang perkembengan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera ) adalah upa peningkatan keperdulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan ( PUP ), Pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga

22
kecil, bahagia dan kesejahteraan. Program KB adalah bagian yang terpadu dalam
program pembangunan nasuinal yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat mencapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. Perencanaa
jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat
kontrasepsi. Alat kontrasepsi merupakan alat atau obat yang salah satunya upaya
mencegah kehamilan atau tidak ingin menambah keturunan. Cara kerja alat
kontrasepsi yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan membuat
rongga dinding rahim yang tidak siap menerima pembuahan dan menghalangi
bertemunya sel telur dan sel sperma (Kasim & Muchtar, 2019 ).
Jenis - Jenis alat kontrasepsi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Pil ( biasa dan menyusui ), memiliki manfaat tidak mengganggu hubungan
seksual dan mudah di hentikan setiap saat
2. Suntik KB ( 1 dan 3 bulan ), jenis alat kontrasepsi ini bisa dibilang sangat
efektif ( 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun pertama
penggunaan suntik KB.
3. Implan ( susuk), kontrasepsi ini digunakan di lengan atas bawah kulit dan
sering digunakan pada tangan kiri.
4. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), AKDR adalah alat kontrasepsi yang
digunakan di dallam rahim. Efek sampingnya sangat kecil dan mempunyai
keuntungan efektivitas dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan kesuburan
akan kembali setelah AKDR diangkat.
5. Kondom, kontrasepsi ini yang terbuat dari berbagai bahan di antara lateks (
karet), plastik ( vinil) atau bahan alami ( produksi hewani ) yang dipasang
pada penis atau vagina saat berhubungan seksual, kondom juga terdiri dari
kondom wanita dan kondom pria.
6. Tubektomi, krontrasepsi ini adalah prosedur bedah mini untuk memotong, atau
mengikat atau memasang cincin pada saluran tuba fallopi untuk untuk
menghantikan fertilisasi ( kesuburan) seorang perempuan.
7. Vesektomi, adalah operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah transportasi
sperma pada testis dan penis. Vasektomi merupakan prosedur yang sangat

23
efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan karena bersifat permanen. Dalam
kondisi normal, sperma diproduksi dalam testis.
2.6 Tujuan Dan Manfaat Dari Alat Kontrasepsi/KB
a. Tujuan alat Kontrasepsi/KB, pasangan yang menggunakan KB tentunya
memiliki tujuan masing-masing, KB tidak hanya dilakukan untuk menekan
jumlah kelahiran. Tujuan KB terbagi mejadi 2 bagian, yaitu:
a) Tujuan umum, Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
b) Tujuan khusus
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.
b. Manfaat alat kontrasepsi/KB
1) Menghindari kasus kehamilan yang tidak diinginkan
2) Membantu tumbuh kembang anak
3) Meningkatkan kualitas keluarga

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial. Bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau semua aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya (Rohan dan Siyoto, 2013). Kesehatan merupakan komponen
penting kesehatan bagi pria dan wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita.
Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah
meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan
kanker. Salah satu kanker yang menyebabkan kematian nomor dua pada wanita
adalah kanker serviks. Rendahnya tentang deteksi dini atau skrining kanker
serviks merupakan salah satu alasan semakin berkembangnya kanker serviks.
3.2 Saran
Harapan kami semoga materi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang
khususnya mahasiswa keperawatan. Sangat penting untuk mempelajari,
mengetahui dan juga memahami tentang pengkajian dan promosi kesehatan,
deteksi dini masalah kanker leher rahim (kanker serviks), deteksi dini masalah
kanker payudara wanita, deteksi dini masalah kanker payudara pria, alat
kontrasepsi/kb dan apa tujuan dan manfaat dari alat kontrasepsi/kb, khususnya
bagi mahasiswa keperawatan yang akan melakukan pelayanan, eduksi, promosi,
begitu juga asuhan keperawatan kepada masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA
Modifikasi dari Erfina, Afiyanti, Rachmawati, (2010); Hughes (2009); Taylor &
Basen-Engquist, (2004, dalam Puspasari, Trisyani, Widiasih, 2013)
Hormone therapy for breast cancer – Mayo Clinic. (2021). Retrieved 21 July 2021, from
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/hormone-therapy-for-breast
cancer/about/pac-2038494.
Karya Mulya Sari, Kegiatan Pelayanan KB, (2017); Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN).
American Cancer Society, (2022) ; Ciri-Ciri Kanker Payudara, Hormone Therapy for
Breast Cancer in Men.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/6737/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.p
df
http://repository.unimus.ac.id/1966/4/BAB%20II.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai