Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM REPRODUKSI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Maternitas II

Dosen Pengampu : Enung Tati Amalia S.Pd.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

Dechandra Putra C1AA21032

Intan Ajizah Kusuma D. C1AA21053

Neng Sapitria C1AA21098

Risda Amelia C1AA21125

Siti Aisyah Azzahra C1AA21152


Siti Azizah C1AA21155

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan
Rahmat – Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Maternitas II
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sistem Reproduksi ” ini dengan tepat
waktu. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan memenuhi
kriteria tugas yang diberikan.

Pada proses pengerjaan tugas makalah ini kami mendapatkan berbagai


hambatan – hambatan, namun dengan kerja sama kelompok sehingga dapat
menyelesaikannya dengan cukup baik. Semoga dengan pembuatan tugas makalah
ini dapat menjadi nilai tambah dalam Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II.

Tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, begitu pun dengan
penulisan makalahnya. Oleh karena itu, kami menerima kritik positif daripembaca
sebagai perbaikan bagi penulisan makalah kami. Semoga tugas makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Sukabumi, 30 Agustus 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Sistem Reproduksi ................................................................... 3

2.2 Diagnosa keperawatan pada gangguan system reproduksi ........................ 4

2.3 Perencanaan/implementasi/evaluasi keperawatan pada gangguan system


reproduksi .................................................................................................. 5
2.4 Dokumentasi asuhan keperawatan ............................................................. 7

2.5 Sistem layanan Kesehatan untuk pasien dengan gangguan system


reproduksi (Rujukan PMO, gakin, jamkesmas) ......................................... 8
2.6 Pengkajian dan promosi Kesehatan wanita .............................................. 12

2.7 Upaya upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada system
reproduksi ................................................................................................ 17
BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19

1.2 Saran ........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ
reproduksi terbebas dari penyakit atau gangguan selama proses
reproduksi, ketika proses reproduksi tercapai dalam situasi kesehatan
fisik, mental, dan sosial yang sempurna (Kemenkes RI, 2015).
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)
adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi, tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
prosesnya. Menurut Ford Foundation (1991, dalam Darwin M, 2018)
menyatakan isu status wanita, hak reproduksi wanita, etika, dan hukum
sangat mewarnai pengembangan strategi kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi merupakan hal penting bagi setiaporang, pria
ataupun wanita, namun wanita mempunyai organ yang lebih sensitif
terhadap suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih banyak
dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan reproduksinya. Perilaku
pemeliharaan kebersihan organ genitalia eksternal dapat meningkatkan
derajat kesehatan seorang perempuan. Cara menjaga kebersihan organ
genitalia yang benar dan dilakukan secara terus- menerus akan
bermanfaat dalam menjaga saluran reproduksi yang sehatdan terhindar
dari berbagai macam penyakit kelamin seperti kanker seviks, keputihan,
iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit (Depkes, 2010).

Menjaga organ reproduksi pada wanita sangatlah penting dalam


upaya kesehatan reproduksi, apabila kebersihan organ reproduksi
diabaikan maka dapat menimbulkan gangguan dan keluhan serta
menimbulkan terjadinya insfeksi saluran reproduksi (Galuh, 2014).
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :


1. Bagaimana Cara Pengkajian Sistem Reproduksi?
1
2. Bagaimana Diagnosa keperawatan pada gangguan system reproduksi?
3. Apa Saja Perencanaan/implementasi/evaluasi keperawatan pada
gangguan system reproduksi?
4. Bagaimana Dokumentasi asuhan keperawatan?

5. Bagaimana Sistem layanan Kesehatan untuk pasien dengan gangguan


system reproduksi (Rujukan PMO, gakin, jamkesmas) ?
6. Bagaimana Pengkajian dan promosi Kesehatan Wanita?

7. Bagaimana Upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada


system reproduksi?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan maalah yang ingin di capai yaitu :


1. Untuk mengetahui bagimana Cara Pengkajian Sistem Reproduksi

2. Untuk mengetahui bagaimana Diagnosa keperawatan pada gangguan


system reproduksi
3. Untuk mengetahui apa saja Perencanaan/implementasi/evaluasi
keperawatan pada gangguan system reproduksi
4. Untuk mengetahui bagaimana Dokumentasi asuhan keperawatan
5. Untuk mengetahui bagaimana Sistem layanan Kesehatan untuk pasien
dengan gangguan system reproduksi (Rujukan PMO, gakin, jamkesmas)
6. Untuk mengetahui bagaimana Pengkajian dan promosi Kesehatan
Wanita
7. Untuk mengetahui bagaimana Upaya pencegahan primer, sekunder dan
tersier pada system reproduksi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Sistem Reproduksi

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012).
1. Identitas atau Biodata Pasien

a. Identitas : Mioma biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif,


paling sering ditermukan pada usia 35 tahun keatas.

2. Keluhan Utama : timbul benjolan diperut bawah dan terasa nyeri.


Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah : Lokasi
nyeri, Intensitas nyeri, waktu dan durasi, kualitas nyeri.
3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang : Saat dilakukan pengkajian, seperti rasa


nyeri karena terjadi tarikan, adakah perdarahan
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Tanyakan jenis pengobatan yang pernah
dilakukan, tanyakan riwayat kehamilan, penggunaan alat
kontrasepsi.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Wanita dengan garis keturunan dengan
Myoma Uteri mempunyai 2 kali kemungkinan untuk menderita
Myoma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan.
d. Riwayat Obstetri :

1) Keadaan Haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab


Myoma Uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat Kehamilan dan persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertubuhan Myoma, dimana Myoma


Uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.

3
4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Kaji tingkat pasien mioma uteri

b. Pemeriksaan fisik head to toe :

1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan nya

2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris

3) Hidung : Lihat kesimetrisan dan kebersihan

4) Telinga : lihat kebersihan

5) Mulut : Lihat mukosa mulut kering atau lembab

6) Leher dan tenggorokan : raba dan rasakan adanya pembengkakan


kelenjar getah bening
7) Dada/torax : paru-paru, jantung, sirkulasi

8) Abdomen

Inspeksi : bentuk, adanya lesi, terlihat menonjol


Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : timpani, pekak
Auskultasi : bagaimana bising usus

9) Ekstremitas : terdapat pembengkakakn pada ekstremitas atas


dan bawah
10) Genetaalia dan anus : perhatikan kebersihan, perdarahan diluar
dan siklus menstruasi (Austin, 2012)
2.2 Diagnosa Keperawatan Pada Gangguan System Reproduksi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Myoma Uteri, (SDKI, 2017)
diantaranya :
1. Nyeri akut b/d trauma jaringa dan reflex spasme otot sekunder akibat
tumor, nekrosis dan peradangan (D.0077)
2. Hipovolemia b.d. perdarahan pervaginam berlebihan (D. 0023)

3. Gangguan Eliminasi Urine b/d penekanan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ sekitarnya (D.0040)
4. Risiko syok (D.0039)

4
5. Ansietas b.d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosisdan
kebutuhan pengobatan (D.0080)

2.3 Perencanaan/Implementasi/Evaluasi Keperawatan pada gangguan


system reproduksi
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan, criteria hasil, rencana
tindakan atau intervensi dan rasional tindakan (Dermawan, 2012).
1. Dx : Nyeri akut b/d trauma jaringa dan reflex spasme otot sekunder
akibat tumor.
Tujuan : setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hilang
Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang

b. Gelisah menurun

c. Tanda-tanda vital membaik

d. Nafsu makan membaikIntervensi :


1) Observasi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas nyeri, identifikasi skala nyeri R/ mengidentifikasi
karakteristik nyeri danuntuk meneteapkan intervensi yang tepat bagi
pasien
2) Terapeutik : Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur R/ teknik relaksasi non
farmakologis sebagai terapi pendukung medis dan psikis yang baik
untuk menejemen mengurangi rasa nyeri
3) Edukasi : Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Ajarkan teknik
non farmakologis untuk mengurangi nyeri memandirikan pasien
terhadap terapi yang telah diajarkan jika serangan nyeri kembali .
4) Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu. R/ menunjang
proseskesembuhan pasien
2. Dx : Hipovolemia b.d. perdarahan pervaginam berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.
5
Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranga cairan. Seperti turgor
kulit kurang, membran mukosa kering, demam.

- Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37℃, Nadi :


80-100 x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg,
Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda kekurangan cairan R/ memantau adanya tanda


dehidrasi.
2) Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24
jam. R/ mengetahui kecukupan kebutuhan cairan pasien

3) Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.R/ memantau


kondisi pasien
4) Observasi pendarahan. R/ mengindikasikan prognosis untuk
melaksanakan intervensi yang tepat bagi pasien
5) Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan per oral (minum +
1500-2000 ,l/hari, dan meningkatkan nafsu makan)
6) Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu
transfusi sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko,
trombo, ureum,kreatinin R/ memperbaiki kondisi pasien dengan
memberi terapi parenteral sesuai kebutuhan pasien.
3. Dx : Gangguan Eliminasi b/d penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya.
Tujuan : setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan
eliminasi urine membaik
Kriteria hasil :

a. Sensasi berkemih menurun

b. Desakan berkemih menurun

c. Distensi kandung kemih menurun

d. Frekuensi BAK membaik


6
Intervensi :
1) Observasi : Identifikasi tanda dan gejala retensi, identifikasi faktor
yang menyebabkan retensi, monitor eliminasi urine R/
mengidentifikasi penyebab dan memantau haluaran urin secara
signifikan
2) Terapeutik : Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih, batasi
asupan cairan jika perlu R/ memantau haluaran urine dan
kebutuhan cairan yang sesuai bagi pasien
3) Edukasi : Ajarkan mengenai tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih, anjurkan mengurangi minum menjelang tidur R/
melatih pasien dalam mengontrol pengeluaran urine secara berkala
4) Kolaborasi : Pemberian obat supositoria uretra, jika perlu R/
menunjang proses asuhan keperawatan untuk kesembuhan
pasien.
2.4 Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari satu
profesi ke profesi lain terkait status klien. Sebagai alat komunikasi,
tulisan dalam dokumentasi keperawatan harus jelas terbaca, tidak boleh
memakai istilah atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi
uraian yang jelas, tegas, dan sistematis. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari disfungsi komunikasi.
Menurut Potter dan Perry (1997), dokumentasi merupakan segala
sesuatu yang tertulis atau tercetak bagi individu yang berwenang.
Sedangkan pelaporan adalah pertukaran informasi lisan atau tulisan yang
disebarkan di antara pemberi perawatan kesehatan dalam sejumlah cara.
Tujuan dokumentasi adalah:
1) Komunikasi. Pencatatan merupakan salah satu media komunikasi
antara anggota tim tentang terapi individu, edukasi klien, dan
rencana pemulangan,
2) Tagihan keuangan. Dengan pencatatan suatu tempat pelayanan
kesehatan akan tahu seberapa lama perawatan yang diberikan dan
jenis perawatan yang diberikan kepada klien.

7
3) Pendidikan. Catatan klien memberikan informasi tentang masalah
klien muni Dokumentasi keperawatan adalah suatu sistem
pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi (status)
kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi :
pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, impelementasi dan
evaluasi keperawatan. Perawatan mencatat tindakan dalam asuhan
keperawatan. kasi ini akan membahayakan keselamatan klien.
2.5 Sistem Layanan Kesehatan Untuk Pasien dengan Gangguan System
Reproduksi (Rujukan, PMO, Gakin, Jamkesmas)
Sistem layanan Kesehatan Menurut Dubois & Miley (2005: 317)
Sistem pelayanan kesehatan merupakan jaringan pelayanan
interdisipliner, komprehensif, dan kompleks, terdiri dari aktivitas
diagnosis, treatmen, rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan untuk masyarakat pada seluruh kelompok umur dan dalam
berbagai keadaan.
A. Sistem Rujukan
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK.
Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertical dalam arti unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara
unit – unit yang setingkat kemampuannya.

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan


dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya
kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat diperoleh dari tingkat puskesmas,
rumah sakit, dokter praktik swasta, dan lain lain. Untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil dan
fasilitas rumah sakit yang baik.

Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan


kesehatandasar meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan (RJ) dan
Rawat Inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan Rawat Jalan Tingkat

8
Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dan pelayanan
gawat darurat. Ada 3 sub tema yang muncul dalam sistem rujukan yaitu
sebagai berikut:

1. Mekanisme Sistem Rujukan

− Menentukan kegawat daruratan penderita


− Menentukan tempat tujuan rujukan
− Pemberian informasi kepada penderita dan keluarganya
− Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
− Persiapan penderita
1) Sebelum dikirim, keadaan umum penderita harus diperbaiki
terlebih dahulu. keadaan umum perlu dipertahankan selama
dalam perjalanan. untuk itu obat-obatan yang diperlukan untuk
mempertahankan keadaan umum perlu disertakan pada waktu
pasien diangkut.
2) Surat rujukan perlu disiapkan dengan format rujukan Dalam hal
penderita gawat darurat maka seorang perawat/bidan perlu
mendampingi penderita dalam perjalanan untuk menjaga
keadaan umum penderita
− Pengiriman penderita menggunakan sarana transformasi

− Tindak lanjut penderita setelah dikembalikan maka memerlukan


tindak lanjut dengan sarana yang diberikan, bagi penderita yang
memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah.
B. Keluarga Miskin ( Gakin )
Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial dalam Roebiyanto
(2011:19), mendenisikan Kemiskinan sebagai: “rendahnya tingkat
pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan
berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat
kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses pada pendidikan dan
layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar akibat penyakit yang
terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak
memadai; lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan

9
keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh rendahnya tingkat partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial
dan budaya.”Diantaranya pada saat keluarga miskin tersebut mengalami
masalah masalah kesehatan seperti yang disampaikan Soendoro (1999)
dalam Suryawati (2006:125) yang menyatakan : Dalam hal kesehatan
orang miskin cenderung menghindari fasilitas rawat jalan, menunda
pelayanan RS, menghindari penggunaan jasa spesialis yang mahal,
cenderung memperpendek rawat inap, membeli separo atau bahkan
sepertiga obat yang diresepkan sehingga tidak menjalani pengobatan
total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat
menimbulkan efek berbahaya, para ibu cenderung melahirkan di rumah
dengan bantuan dukun yang memperbesar risiko persalinan, penyakit
menjadi kronis karena menghindari pengobatan yang mahal. Pasien
cenderung mengobati sendiri yang berakibat terjadi komplikasi, tingkat
pengguguran kandungan meningkat karena biaya dan implikasi sosial
ekonomi, pasien menolak atau menunda prosedur operasi karena
ketiadaan biaya.

Pemerintah telah mulai membiayai pemeliharaan kesehatan dengan


memprioritaskan bagi keluarga miskin (Gakin), yaitu melalui program
jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (JPK-Gakin). Cakupan
JPK-Gakin meliputi pelayanan kesehatan dasar, yang kemudian
diperluas untuk pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular (khususnya malaria, diare, dan TB paru).
Kemudian, pada akhir tahun 2001, Pemerintah menyalurkan dana
subsidi bahan bakar minyak untuk pelayanan rumah sakit (RS) bagi keluarga
miskin. Program ini diselenggarakan untuk mengatasi dampak krisis yaitu
dengan cara memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin
melalui subsidi biaya operasional puskesmas, bidan di desa (BDD), gizi,
posyandu, pemberantasan penyakit menular (P2M), dan rujukan rumah sakit.
C. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat )
Jamkesmas merupakan program asuransi kesehatan keluarga
miskinyang diberikan bagi keluarga yang kurang mampu (dikategorikan
miskin) untuk menjalani perawatan kesehatan baik rawat inap maupun

10
rawat jalan di Rumah Sakit pemerintah dengan cuma-cuma. Program ini
direncanakan secara nasional, agar subsidi silang dalam rangka
mewujudkan pelayanan Kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat
miskin. Dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun
2004 tentang sistem jaminan sosial nasional juga menyatakan bahwa
“Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Terdapat 3 (tiga) tahap yang harus dilalui oleh setiap peserta


JAMKESMAS yang ingin medapatkan pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan Tingkat Lanjutan di Rumah Sakit, yaitu : Tahap Pendaftaran, Tahap
Verifikasi kepesertaan dan Tahap Pelayanan Kesehatan.

a) Tahap Pendaftaran
b) Tahap Pendaftaran berguna untuk mendata seberapa besar dan
banyaknya para peserta JAMKESMAS yang menggunakan haknya
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dengan fasilitas
lengkap yang telah disediakan oleh pemerintah untuk Warga Negara
Indonesia yang harus dilindungi kesejahteraan hidupnya.

c) Tahap Verifikasi Data

d) Tahap Verifikasi Kepesertaan berguna untuk mencocokkan kartu


JAMKESMAS dari peserta yang berobat dengan data kepesertaan dalam
database yang ada di PT. Askes (Persero). Untuk mendukung verifikasi
kepesertaan dilengkapi dengan dokumen berupa Kartu Keluarga/Kartu
Tanda Penduduk/identitas lainnya untuk pembuktian kebenarannya.
Setelah cocok, selanjutnya diterbitkan Surat Keabsahan Peserta. Syarat
ini adalah syarat yang diberlakukan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/2011. Untuk Syarat yang
diberlakukan di Rumah Sakit diantaranya adalah harus mencantumkan
surat rujukan dari puskesmas agar mempermudah pihak loket administrasi
dalam menjelaskan di poli mana pihak peserta akan dilayani. Tahap
Pelayanan Kesehatan Tahap Selanjutnya adalah Tahap Pemberian Pelayanan
Kesehatan. Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

11
dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat
Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
kelas III dan pelayanan gawat darurat. Manfaat jaminan yang diberikan
kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai
dengan Standar Pelayanan Medik.

2.6 Pengkajian dan promosi Kesehatan Wanita

Wanita yang memasuki masa dewasa muda sering kali menghadapi


masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi (Dariyo, 2008). Masalah
kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat
personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin
membersihkannya, oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.
Tujuan keperawatan adalah untuk membantu klien menetapkan prilaku
yang dapat melindungi atau meningkatkan kesehatan, dengan demikian
mengubah prilaku dilakukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal (Edelman dan Mendel, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
Kurangnya Pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada
wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macampenyakit, padahal
tingkat masa kesuburan setiap orang berbeda- beda tergantung kondisi
fisik, mental dan kebersihnnya.
Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar
mengetahui kondisi organ reproduk organ reproduksinyaapakah sinya apakah
berfungsi dengan baik.. Health behavior adalah aktifitas yang dilakukan
individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara
mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya. Illness
behavior adalah aktifitas yang dilakukan orang yang sakit guna memperoleh
informasi, nasihat atau cara penyembuhannya penyembuhannya agar dirinya
dirinya sehat kembali. Sick-role bahavior adalah aktifitas yang dilakukan
individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.
A. Promosi Kesehatan pemberian Tablet Fe pada ibu hamil

Salah satu penyebab terjadinya perdarahan adalah karena terjadinya


anemia yang dimulai pada masa kehamilan. Anemia merupakan penyakit
12
kekurangan sel darah merah. Apabila sel darah merah berkurang
maka aliran darah dan oksigen ke otak juga akan berkurang. Anemia
pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, kematian
ibu, dan anak, serta penyakit infeksi. Dalam rangka percepatan penurunan
angka kematian ibu (AKI) dan prevalensi Balita stunting, salah satu
upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatankualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil. Maka Petugas kesehatan diharapkan mampu
memberikan pengaruh serta memberikan perubahan perilaku pada
masyarakat khususnya ibu hamil dalam mengatasi anemia ini. Seperti
dapat memberikan promosi kesehatan mengenai tablet Fe agar ibu hamil
memiliki motivasi yang tinggi dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan
teratur ( Riskerdas, 2018). Tablet zatbesi (Fe)merupakan tablet mineral
yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau
hemoglobin. Tablet zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh wanita hamil,
sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe minimal
sebanyak 60 tablet selama kehamilannya.

B. Pemeriksaan IVA Test atau Papsmear untuk wanita yang sudah


menikah

Masih tingginya insiden kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh


beberapa faktor, diantaranya kesadaran wanita yang sudah menikah/
melakukan hubungan seksual dalam melakukan deteksi dini masih
rendah (kurang dari 5%) (Susilowati dan Dwiana 2014), rasa takut
apabila hasilnya menyatakan terkena gejala kanker serviks sehingga
mereka lebih memilih untuk menghindarinya, disamping itu rasa malu
dan khawatir untuk menjalani deteksi dini juga mempengaruhinya
(Arcan, 2004). Oleh 16 karena itu, perlunya promosi kesehatan oleh
petugas kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah mengenai IVA Test
atau Papsmear. Pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan
asam cuka (IVA) berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3–
5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang
tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher
rahim mungkin memiliki lesi prakanker.

13
IVA Test adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber
daya sederhana karena :
a) Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan

b) Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk
skrining Kanker Leher Rahim
c) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenagakesehatan
di semua jenjang sistem kesehatan
d) Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambilkeputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
e) Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini
mudah didapat dan tersedia
f) Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan skrining
yang tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi
berbagai lesi prakanker.
➢ Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :

1. Konseling Kelompok atau Perorangan Sebelum Menjalani IVA.


Sebelum menjalani tes IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi
kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat
presentasi dalam edukasi kelompok, topik-topik berikut harus
dibahas : Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor
tentang IVA dan krioterapi

▪ Sifat dari Kanker Leher Rahim sebagai sebuah penyakit


▪ Faktor-faktor risiko terkena penyakit tersebut
▪ Pentingnya skrining dan pengobatan dini
▪ Konsekuensi bila tidak menjalani skrining
▪ Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA positif
▪ Peran pasangan pria dalam skrining dan keputusan menjalani
pengobatan
▪ Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibusiap
menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat
hasil IVA positif
▪ Arti dari tes IVA positif atau negatif
▪ Pentingnya membersihkan daerah genital sebelum menjalani tes

14
2. Tindakan IVA Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan
persiapan, tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling
hasil pemeriksaan. Penilaian klien didahului dengan menanyakan
riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis di
status, termasuk komponen berikut:
• Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali
menikah
• Pemakaian alat KB

• Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah

• Riwayat IMS (termasuk HIV)

• Merokok

• Hasil pap smear sebelumnya yang abnormal 18

• Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita Kanker


Leher Rahim
• Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis)

➢ Penilaian Klien dan Persiapan


Terdapat beberapa langkah untuk melakukan penilaian klien dan
persiapan tindakan IVA yaitu: Sebelum melakukan tes IVA,
diskusikan tindakan dengan ibu/klien. Jelaskan mengapa tes tersebut
dianjurkan dan apa yang akan terjadi pada saat pemeriksaan.
Diskusikan juga mengenai sifat temuan yang paling mungkin dan
tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan.
1. Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia,
termasuk spekulum steril atau yang telah di DTT, kapas lidi dalam
wadah bersih, botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya
yang memadai. Tes sumber cahaya untuk memastikan apakah
masih berfungsi.
2. Bawa ibu ke ruang pemeriksaan. Minta dia untuk Buang Air Kecil
(BAK) jika belum dilakukan. Jika tangannya kurang bersih, minta
ibu membersihkan dan membilas daerahkemaluan sampai bersih.
Minta ibu untuk melepas pakaian (termasuk pakaian dalam)
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA.

15
3. Bantu ibu untuk memposisikan dirinya di meja ginekologi dan
tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter dan arahkan
ke vagina ibu.
4. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air sampai benar-
benar bersih, kemudian keringkan dengan kain bersih atau
diangin-anginkan. Lakukan palpasi abdomen, dan perhatikan
apabila ada kelainan. Periksa juga bagian lipat paha, apakah ada
benjolan atau ulkus (apabila terdapat ulkus terbuka, pemeriksaan
dilakukan dengan memakai sarung tangan). Cucitangan kembali.
5. Pakai sepasang sarung tangan periksa yang baru pada kedua
tangan atau sarung tangan bedah yang telah di DTT.
6. Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah yang telahdi-
DTT, jika belum dilakukan.
➢ Jadwal Pemeriksaan IVA adalah :
Skrining pada setiap wanita minimal 1x pada usia 35-40 tahun.
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan setiap 5 tahun padausia 35-55
tahun. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25 – 60 tahun.

a. Wanita yang berisiko tinggi sebelum mencapai usia 50 tahun


perlu melakukan mamografi setiap tahun, pemerikaaan payudara
oleh dokter setiap 2 tahun.
b. Wanita yang berusia antara 20-40 tahun :

- Awal atau dasar antara usia 35-40 tahun

c. Melakukan pengujian payudara pada dokter setiap 3 tahun.


Wanita yang berusia antara 40-49 tahun melakukan
pemeriksaan payudara pada dokter dan mamografi setiap 1-2
tahun.
d. Wanita yang berusia di atas 50 tahun melakukan pemeriksaan
payudara pada dokter dan mamografi setiap tahun.(Nisman,2011)

➢ Cara Melakukan Sadari

Periksa payudara sendiri dapat dilakukan dengan cara berdiri


(menghadap cermin), berbaring dengan meletakkan bantal dibawah
punggung dan pada saat mandi. Adapun teknik periksa payudara
16
sendiri yaitu (Smeltzer, Bare 2002) :
• Langkah 1 Dimulai dengan melihat payudara di cermin dengan
posisi pundak tegap dan kedua tangan di pinggang, dengan
melihat :
1. Payudara, dari ukuran, bentuk, dan warna yang biasa
diketahui.
2. Payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk
dan pembengkakan.
Jika terlihat perubahan seperti berikut ini, segera berkonsultasi :
1. Kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan.
2. Puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.
3. Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
• Langkah 2 Mengangkat kedua tangan dan mengamati jika ada
Langkah 3 Saat bercermin, cermati apakah ada cairan yang keluar
dari kedua putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna
kuning, atau bercampur darah).
• Langkah 4 Berikutnya, merasakan payudara dengan cara
berbaring dengan menggunakan tangan kanan untuk merasakan
payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun
mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung jari, yaitu jari
telunjuk, tengah, dan jari manis. Jaga posisi ujung jari datar
terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali
putaran mencakup seperempat bagian payudara. Pijat seluruh
payudara dari atas sampai ke bawah, kiri, kanan, dan dari tulang
pundak sampai bagian atas perut serta dari ketiak sampai belaha
payudara.
• Langkah 5 Terakhir, rasakan payudara saat berdiri atau duduk,
atau saat mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih
mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan
licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan
dalam langkah 4.
2.7 Upaya – Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada
System Reproduksi
A. Pencegahan Primer

17
Dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah : Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan
imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegahajakan
menggunakan narkotik dan untuk menanggulangistress dan lain-lain.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment). Tujuan utama dari tindakan ini ialah : Mencegah
penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular,
dan untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan
cacat.
C. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita


tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial Di Indonesia
anjuran untuk melakukan pemeriksaan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun sekali dan, bila hasil negative (-) adalah 5 tahun
sekali.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ


reproduksi terbebas dari penyakit atau gangguan selama proses
reproduksi, ketika proses reproduksi tercapai dalam situasi kesehatan
fisik, mental, dan sosial yang sempurna (Kemenkes RI, 2015).
Menjaga organ reproduksi pada wanita sangatlah penting dalam
upaya kesehatan reproduksi, apabila kebersihan organ reproduksi
diabaikan maka dapat menimbulkan gangguan dan keluhan serta
menimbulkan terjadinya insfeksi saluran reproduksi (Galuh, 2014)
3.2. Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita bisa melakukan pencegahan masalah-


masalah tersebut dengan melakukan edukasi. Untuk mencapai hasil
keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang baik dan
keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawat sebagai
petugas kesehatan pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan
tim kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada
klien .

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfi Faddilatul Mauludiyah. "Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan


Diagnosa Medis Myoma Uteri Pre Op Miomektomy di Ruang E2
Rspal Dr. Ramelan Surabaya". (2020). epository.stikeshangtuah-
sby.ac.id.
Dinda Ayu Natasya ,Universitas Muhammadiyah Kudus "Keperawatan
Maternitas Pengkajian dan Promosi Kesehatan Reproduksi
Wanita".2019. Scribdvdownloaders.com.

Ety Nurhayati, "Layanan Kesehatan untuk Pasien dengan Gangguan


Sistem Reproduksi"(2019). https://lmsspada.kemdikbud.go.id/Sistem.
Evi Dwi Larasati, Henny Dwi Susanti, Yoyok Bekti Prasetyo. "Efektivitas
Penggunaan Media Promosi Kesehatan Videp Yoga Dalam
Meningkatkan Motivasi Kesehatan Wnita Usia Subur Tentang
Kesehatan Reprosuksinya " Jurnal Keperawatan (2019) : 88 - 101

Lestari, Yuni, and Argyo Demartoto. "Perempuan dan Rokok (Kajian


Sosiologi Kesehatan Terhadap Perilaku Kesehatan Reproduksi
Perempuan Perokok Di Kota Surakarta)." Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia 6.1 (2011): 67-7

20
21

Anda mungkin juga menyukai