DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan
Rahmat – Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Maternitas II
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sistem Reproduksi ” ini dengan tepat
waktu. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan memenuhi
kriteria tugas yang diberikan.
Tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, begitu pun dengan
penulisan makalahnya. Oleh karena itu, kami menerima kritik positif daripembaca
sebagai perbaikan bagi penulisan makalah kami. Semoga tugas makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.7 Upaya upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada system
reproduksi ................................................................................................ 17
BAB III PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ
reproduksi terbebas dari penyakit atau gangguan selama proses
reproduksi, ketika proses reproduksi tercapai dalam situasi kesehatan
fisik, mental, dan sosial yang sempurna (Kemenkes RI, 2015).
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)
adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi, tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
prosesnya. Menurut Ford Foundation (1991, dalam Darwin M, 2018)
menyatakan isu status wanita, hak reproduksi wanita, etika, dan hukum
sangat mewarnai pengembangan strategi kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi merupakan hal penting bagi setiaporang, pria
ataupun wanita, namun wanita mempunyai organ yang lebih sensitif
terhadap suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih banyak
dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan reproduksinya. Perilaku
pemeliharaan kebersihan organ genitalia eksternal dapat meningkatkan
derajat kesehatan seorang perempuan. Cara menjaga kebersihan organ
genitalia yang benar dan dilakukan secara terus- menerus akan
bermanfaat dalam menjaga saluran reproduksi yang sehatdan terhindar
dari berbagai macam penyakit kelamin seperti kanker seviks, keputihan,
iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit (Depkes, 2010).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Sistem Reproduksi
1) Keadaan Haid
3
4. Pemeriksaan Fisik
8) Abdomen
4
5. Ansietas b.d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosisdan
kebutuhan pengobatan (D.0080)
a. Nyeri berkurang
b. Gelisah menurun
7
3) Pendidikan. Catatan klien memberikan informasi tentang masalah
klien muni Dokumentasi keperawatan adalah suatu sistem
pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi (status)
kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi :
pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, impelementasi dan
evaluasi keperawatan. Perawatan mencatat tindakan dalam asuhan
keperawatan. kasi ini akan membahayakan keselamatan klien.
2.5 Sistem Layanan Kesehatan Untuk Pasien dengan Gangguan System
Reproduksi (Rujukan, PMO, Gakin, Jamkesmas)
Sistem layanan Kesehatan Menurut Dubois & Miley (2005: 317)
Sistem pelayanan kesehatan merupakan jaringan pelayanan
interdisipliner, komprehensif, dan kompleks, terdiri dari aktivitas
diagnosis, treatmen, rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan untuk masyarakat pada seluruh kelompok umur dan dalam
berbagai keadaan.
A. Sistem Rujukan
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK.
Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertical dalam arti unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara
unit – unit yang setingkat kemampuannya.
8
Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dan pelayanan
gawat darurat. Ada 3 sub tema yang muncul dalam sistem rujukan yaitu
sebagai berikut:
9
keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh rendahnya tingkat partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial
dan budaya.”Diantaranya pada saat keluarga miskin tersebut mengalami
masalah masalah kesehatan seperti yang disampaikan Soendoro (1999)
dalam Suryawati (2006:125) yang menyatakan : Dalam hal kesehatan
orang miskin cenderung menghindari fasilitas rawat jalan, menunda
pelayanan RS, menghindari penggunaan jasa spesialis yang mahal,
cenderung memperpendek rawat inap, membeli separo atau bahkan
sepertiga obat yang diresepkan sehingga tidak menjalani pengobatan
total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat
menimbulkan efek berbahaya, para ibu cenderung melahirkan di rumah
dengan bantuan dukun yang memperbesar risiko persalinan, penyakit
menjadi kronis karena menghindari pengobatan yang mahal. Pasien
cenderung mengobati sendiri yang berakibat terjadi komplikasi, tingkat
pengguguran kandungan meningkat karena biaya dan implikasi sosial
ekonomi, pasien menolak atau menunda prosedur operasi karena
ketiadaan biaya.
10
rawat jalan di Rumah Sakit pemerintah dengan cuma-cuma. Program ini
direncanakan secara nasional, agar subsidi silang dalam rangka
mewujudkan pelayanan Kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat
miskin. Dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun
2004 tentang sistem jaminan sosial nasional juga menyatakan bahwa
“Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
a) Tahap Pendaftaran
b) Tahap Pendaftaran berguna untuk mendata seberapa besar dan
banyaknya para peserta JAMKESMAS yang menggunakan haknya
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dengan fasilitas
lengkap yang telah disediakan oleh pemerintah untuk Warga Negara
Indonesia yang harus dilindungi kesejahteraan hidupnya.
11
dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat
Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
kelas III dan pelayanan gawat darurat. Manfaat jaminan yang diberikan
kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai
dengan Standar Pelayanan Medik.
13
IVA Test adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber
daya sederhana karena :
a) Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
b) Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk
skrining Kanker Leher Rahim
c) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenagakesehatan
di semua jenjang sistem kesehatan
d) Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambilkeputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
e) Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini
mudah didapat dan tersedia
f) Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan skrining
yang tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi
berbagai lesi prakanker.
➢ Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
14
2. Tindakan IVA Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan
persiapan, tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling
hasil pemeriksaan. Penilaian klien didahului dengan menanyakan
riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis di
status, termasuk komponen berikut:
• Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali
menikah
• Pemakaian alat KB
• Merokok
15
3. Bantu ibu untuk memposisikan dirinya di meja ginekologi dan
tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter dan arahkan
ke vagina ibu.
4. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air sampai benar-
benar bersih, kemudian keringkan dengan kain bersih atau
diangin-anginkan. Lakukan palpasi abdomen, dan perhatikan
apabila ada kelainan. Periksa juga bagian lipat paha, apakah ada
benjolan atau ulkus (apabila terdapat ulkus terbuka, pemeriksaan
dilakukan dengan memakai sarung tangan). Cucitangan kembali.
5. Pakai sepasang sarung tangan periksa yang baru pada kedua
tangan atau sarung tangan bedah yang telah di DTT.
6. Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah yang telahdi-
DTT, jika belum dilakukan.
➢ Jadwal Pemeriksaan IVA adalah :
Skrining pada setiap wanita minimal 1x pada usia 35-40 tahun.
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan setiap 5 tahun padausia 35-55
tahun. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25 – 60 tahun.
17
Dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah : Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan
imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegahajakan
menggunakan narkotik dan untuk menanggulangistress dan lain-lain.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment). Tujuan utama dari tindakan ini ialah : Mencegah
penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular,
dan untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan
cacat.
C. Pencegahan Tersier
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21