Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENOREA

NAMA : SHINTA ANGGREANI

NIM : P07224420039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian....................................................................................... 4
2. Fisiologi.......................................................................................... 6
3. Patofisiologi.................................................................................... 7
4. Komplikasi...................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 9
6. Pelayanan yang dibutuhkan............................................................ 9
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 9
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)................................................................... 15
2. Langkah II (Interpretasi data)......................................................... 22
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)............ 23
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 23
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................... 23
6. Langkah VI (Pelaksanaan).............................................................. 24
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistim reproduksi, fungsi serta
prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental,
sosial, yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari
sistem reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya
dilakukan sejak remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan
pada kesehatan reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang menstruasi
(Kinanti, 2009).
Ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan kesehatan reproduksi
bagi pekerja perempuan, baik dalam konvensi internasional maupun peraturan
perundang-undangan di Indonesia, anatara lain : Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women yang telah
diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW), ILO Convetion No.
183 Year 2000 on Maternity Protection (ILO Convention), UU No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), UU No.39 Tahun 1999
2 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) dan UU No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (UU Kesehatan). Menurut pasal 81 UU Ketenagakerjaan,
pekerjaan perempuan yang dalam masa menstruasi merasakan sakit dan
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama
dan kedua pada waktu menstruasi.
Pelaksanaan ketentuan tersebut diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Menstruasi adalah perubahan
fisiologis pada wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh
hormon reproduksi.Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya terjadi
dalam setiap bulan antara remaja sampai menopouse (Joseph,
2010).Menstrurasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan

1
psikologis-panca indra, korteks cerebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial,
dan endrogen (uterusindometrium dan alat seks sekunder) (Manuaba, 2012).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenorea) di dunia sangat
besar.Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
Dismenorea. Di Amerika angka presentasenya sekitar 90%, 10 % sampai
15% tidak bisa beraktifitas dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang mengalami
Dismenorea. Angka kejadian (prevalensi) Dismenorea berkisar 45-95% di
kalangan wanita usia produktif (Misaroh, 2009).Adapun pendapat lain
tentang nyeri menstruasi yang terjadi di Indonesia 60-70% dengan 15%
diantaranya mengeluh bahwa aktifitas mereka menjadi terbatas akibat nyeri
pada menstruasi(glasier, 2005).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25% yang terdiri
dari 54.89% dismenorea primer dan 9.36% dismenorea sekunder. Peran bidan
salah satunya untuk masalah gangguan reproduksi terutama pada dismenorea
primer dalam upaya pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi bidan
merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya adanya
penyuluhan mengenai 4 menstruasi pada remaja dan nyeri yang timbul saat
menstruasi atau disebut juga Dismenorea. Bidan memberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
penanganan dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan
kapanpun dan dimanapun dia berada.
Di Poli kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan didapatkan angka kejadian dismenorea cukup tinggi
dan angka kejadian dismenorea primer cukup banyak. Dari 30 kunjungan
remaja pada tahun 2019 terdapat 18 pasien dengan dismenorea yang terdiri
dari 10 pasien menderita dismenorea primer dan 8 pasien dengan dismenorea
sekunder. Melihat masalah tersebut, maka dilakukan pemberian asuhan
kebidanan pada pasien dengan dismenorea primer di Rumah Sakit Umum

2
Daerah dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan untuk menurunkan tingkat
kejadian dismenorea primer.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada remaja dengan
dismenorea primer di Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada kasus gangguan reproduksi pada remaja dengan
Dismenorea Primer
b. Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan kasus gangguan reproduksi padaremaja dengan
Dismenorea Primer
c. Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan
bidan dari kasus gangguan reproduksi pada remaja dengan
Dismenorea Primer.
d. Mengidentifikasi rencana tindakan segera untuk gangguan reproduksi
pada remaja dengan Dismenorea Primer.
e. Menyusun rencana tindakan untuk kasus gangguan reproduksi pada
remaja dengan Dismenorea Primer.
f. Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan terkait dengan gangguan
reproduksi pada remaja dengan Dismenorea Primer.
g. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan
kebidanan pada remaja dengan Dismenorea Primer.
i. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kesenjangan
antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan pada remaja dengan
Dismenorea Primer.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi,
biasanya terjadi setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri
menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara
terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung
bagian bawah. Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai
masa menstruasi berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh
wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan
dengan 18 proses penebalan lapisan dalam rahim.
Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam
tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses
ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia
prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini
membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina
dalam bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk
membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi
pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar
biasa seperti kram saat menstruasi.
Rasa nyeri saat menstruasi cenderung berkurang dengan
bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa
nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau
mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak
normal dan secara medis disebut secara dismenorea.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenorea, antara lain:

4
a. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut
dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati,
2003).
b. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum
dan selama menstruasi (Ramaiah, 2006).
c. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai
rasa mual (Prawirohardjo, 2014).
d. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
e. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktifitas sehari-hari.
Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek”
yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan
rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan
aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009).
f. Dismenorea menurut Manuaba (2012) adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-
hari.
Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya :
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivitas sehari-hari.
2) Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan
derajat sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari.
3) Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga
memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa
nyerinya.

5
2. Fisiologi
a. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenore Primer antara lain :
1) Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon
progesteron 7menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
2) Kelainan organic Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus,
obstruksi kanalis servikalis, mioma submukosum bertangkai,
polip endometrium.
3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Seperti: rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
4) Faktor konstitusi Seperti: anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya dapat memengaruhi timbulnya dismenorea.
5) Faktor alergi Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid.
Menurut riset, ada asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria,
migren, dan asma bronkiale.
b. Dismenore sekunder
1) Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
Endometriosis
2) Polip atau fibroid uterus
3) Penyakit radang panggul
4) Perdarahan uterus disfungsional

6
5) Prolaps uterus
6) Maladaptasi pemakaian AKDR
7) Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan,
abortus terauputik, atau, melahirkan.
8) Kanker ovarium atau uterus.

3. Patofisiologi
a. Dismenorea Primer
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
(Sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang
menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan
vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan
dismenorea berat (severe dysmenorrhea).
Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset
terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah
karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluh
darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium,
mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea
primer (Elizabeth, 2009).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah
menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30
tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea
sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis

7
(bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor
jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.

4. Komplikasi
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa
penderitanya. Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Menurut Martini, Mulyati, &
Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat menimbulkan
beberapa gejala seperti :
a. Nyeri pada perut bagian bawah
b. Mual
c. Muntah
d. Diare
e. Cemas
f. Depresi
g. Pusing dan nyeri kepala
h. Letih lesu, bahkan sampai pingsan.
Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan
berarti dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa
penanganan akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi
penderitanya. Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan :
a. Depresi
b. Infertilitas
c. Gangguan fungsi seksual
d. Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas
seperti biasanya
e. Dapat memicu kenaikan angka kematian (Indria, 2015).
Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan akan sangat merugikan penderita dismenore tersebut apabila
dibiarkan.

8
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang
penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang timbul, Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab organik dismenorea:
a. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
b. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
c. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan
kehamilan ektopik.
d. Sedimentation rate.
e. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang
terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai
prediktif negatifnya yang relatif rendah.
f. Laparoscopy
g. Hysteroscopy
h. Dilatation
i. Curettage
j. Biopsi Endomentrium

6. Pelayanan yang dibutuhkan


Menurut Mimatun (2016) rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
reproduksi dengan dismenorea diantaranya :
a. Jelaskan pada klien tentang kondisinya.
b. Beri KIE tentang dismenorea, personal hygiene
c. Jelaskan mengenai gizi seimbang, pola istirahat.

7. Penatalaksanaan

9
Penatalaksanaan dismenorea menurut prawirohardjo (2014) :
• Konseling holistik
Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau
manusia secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual mendapat
perhatian seimbang. Pelayanan holistik merupakan pelayanan yang
mencerminkan komitmen terhadap pelayanan kepada seluruh manusia
yaitu secara jasmani, sosial ekonomi, sosial hubungan, mental dan
spiritual
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan
lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.Kemudian
diperlukan psikoterapi.

• Pemberian obat analgesic


Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan
istirahat di tempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk
mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.Obat-obat paten yang
beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan
sebagainya.Penelitian menunjukan bahwa pemberian obat herbal dinilai
lebih efektif dan aman untuk pengobatan dismenorea primer,
dibandingkan dengan obat asam mefenamat atau placebo.Namun ini
membutuhkan penelitian lebih lanjut.

• Pola hidup sehat


Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya
menangani gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk
dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur,
mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber

10
nutrisi yang beragam.

• Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi tanpa
gangguan, tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.

• Terapi obat steroid


Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan
makin penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini endometasin,
ibuproven dan naproksen kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan
atau mengalami banyak perbaikan.Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum menstruasi mulai, 1 sampai 3 hari.

• Dilatasi kanalis servikalis


Dilatasi kanalis servikalismemudahkan pengeluaran darah
menstruasi dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral
(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat)
ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan saraf sensorik yang
ada di ligamentum infumdibulum) merupakan tindakan terakhir apabila
usaha-usaha lain gagal.
Selain itu menurut Indria (2015), ada cara pengobatan lain yang
dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi
yaitu:
• Ketika nyeri menstruasi datang, lakukan pengompresan menggunakan
air hangat di perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan
otot-otot dan sistem saraf .
• Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, misalnya
melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang

11
cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur dapat
meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai natural
pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu
rentan terhadap nyeri.

• Apabila nyeri menstruasi cukup mengganggu aktivitas maka dapat


diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep
dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping terhadap
lambung.
• Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri
menstruasi muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya
tidak pernah merasakannya, maka bbperiksakan kondisi untuk
mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea yang
dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder.

Adapun menurut Dyah (2010), nyeri menstruasi dapat diatasi dengan:


a. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat
yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.
b. Mandi dengan air hangat.
c. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
d. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang
mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
e. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
f. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai
sumber makanan yang mengandung vitamin B6.
Menjaga pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri
menstruasi.Karena beberapa dari makanan yang kita konsumsi
sehari-hari dapat mengurangi atau memperparah nyeri saat
menstruasi terjadi.Perbanyaklah mengkonsumsi sayur dan buah-
buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.
Prevalensi dismenorea ditemukan menjadi 72,7% dan secara

12
signifikan lebih tinggi pada konsumen kopi, perempuan dengan
perdarahan menstruasi (Alaettin, 2010).

Dari seluruh penatalaksanaan dismenorea yang ada diatas dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penanganan Farmakologi
1) Pemberian obat analgesic
2) Terapi hormonal
3) Terapi obat steroid
4) Dilatasi kanalis servikalis
b.Penanganan non Farmakologi
1) Konseling holistik
2) Pola hidup sehat
3) Pengompresan menggunakan air hangat
4) Melakukan posisi knee chest
5) Mandi dengan air hangat.
6) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.

7) Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang


mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
8) Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
9) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber
makanan yang mengandung vitamin B6.

13
DISMENOREA
Anamnesis Pemerikasaan
Patrun menstruasi Fisik umum
Mentruasi ovulatori Laboratorium dasar
Hubungan dengan Hormonal
mentruasi

Dismenorea Primer Dismenorea Sekunder


Tanpa kelainan Disertai kelainan endometrium
Servik stenosis
Uterus retro-antefleksia
Teori prostaglandin, meningkat Polip endometrial
karena : Mioma terlahir
a. Ep/P =1/0,01 Mioma uteri
Nekrosis endometrium Anomali uterus
Pemakai IUCD Pemakai IUCD
Terdapat Infeksi
Sensitinitas serat saraf meningkat
Teori Psikologis Pengobatan dismenorea sekunder
Sensitif terhadap nyeri sesuai dengan penyebabnya
Kejiwaan labil
Mekanisme nyeri
Iskema otot
Kontraksi meningkat
Tekanan ujung saraf

Pengobatan dismenorea primer Pengobatan operatif


Konseling holistic meliputi Laparoskopi diagnostik operatif
psikologi,social,spiritual dan budaya Presakral neurektomi
Medikamentos Histerektomi
Kalsium antagonis
Antiprostaglandin
Pemberi progesteron
Pil oral
Gambar 1. Penatalaksanaan Dismenorea. (Manuaba, 2008)

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH


VARNEY
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
Data Subyektif
1) Identitas

Nama :
Umur : 10 tahun – 19 tahun
Masa remaja merupakan usia diantara masa anak – anak dan
dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun.
Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang
haid yang pertama kali, biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun.
Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche (Kusumawati,
Wiyasa dan Rahmawati, 2016).
Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Register :

15
2) Alasan datang periksa/keluhan utama
a. Alasan datang periksa
Klien datang sendiri ataupun rujukan dari petugas kesehatan lain
terkait keluhan selama menstruasi ataupun komplikasi yang
timbul.
b. Keluhan utama
Menurut Varney, 2008. Remaja yang mengalami gangguan reproduksi
saat menstruasi memiliki keluhan utama, yaitu :
Dismenorea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi
sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari.

3) Riwayat kesehatan klien


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat atau diperberat saat
menstruasi

a. Penyakit/kelainan system reproduksi: Dismenorea sekunder dapat


terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling
sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang
menyertai diantaranya endometriosis (kejadian dimana jaringan
endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.
b. Penyakit darah: Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis
dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),
suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit
pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon
pituitary posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas

16
miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita
dismenorea primer (Elizabeth, 2009).
c. Penyakit syaraf: Defisiensi vitamin B.
d. Penyakit jiwa: Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan
akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya.
Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan Depresi

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Hemofilia: Perempuan pembawa dapat beresiko perdarahan yang
bermakna (Prawirohardjo, 2014).

5) Riwayat Menstruasi

a. Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2012).
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).

b. Siklus haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak melebihi
35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai panjang
siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya 28 hari.
Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan
panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan
mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2014).

c. Volume darah haid


Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).

17
d. Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).
e. Ciri/sifat darah haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila
perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan
banyak merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba,
2012).

6) Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi a. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh karena
itu perlu ditekankan kepada remaja untuk mengonsumsi zat besi
(Sulistyawati, 2009).
b. Kalsium : kadar kalsium saat menstruasi turun sebanyak 5%. Oleh karena
itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan (Sulistyawati, 2009).
Istirahat Dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, tidak jarang remaja akan mengalami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk remaja.
Aktivitas Seorang remaja disarankan untuk tetap melakukan aktivitasnya atau pekerjaan
(Sulistyawati, 2009).
Personal Hygiene Kebersihan tubuh remaja perlu diperhatikan karena dengan perubahan sistem
metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat.
Kebiasaan yang Merokok :. Rokok adalah stimulan yang tidak hanya menyebabkan
dapat ketegangan dalam system saraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone
mempengaruhi yang menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan. Oleh karena
kesehatan
itu, wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri menstruasi

7) Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1. Psikologis
Perasaan cemas terhadap nyeri yang dialaminya (Varney, 2008).
2. Sosial
Bagaimana dukungan keluarga terhadap nyeri yang dialaminya.

18
3. Kultural
Adakah adat istiadat yang mengatakan bahwa nyeri sebuah ketidak
abnormalan, ancaman, tantangan ataupun lainnya

4. Spiritual

Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa menstruasi


yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi remaja.

Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
2) Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70-120/70 mmhg
Nadi : 80-100 kali permenit
Suhu Tubuh : 360C-37,50C
Pernapasan : 16-20 kali permenit
3) Antropometri :
Tinggi Badan : Lebih dari 150 cm (karena tinggi <150cm
kemungkinan panggul sempit)
BB saat ini : status gizi mempengaruhi nyeri saat
menstruasi

1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

19
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat karena jika mengalami pucat
merupakan gejala anemia
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus).
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekret dan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga.
Leher : Bentuk leher simetris.
Dada : Dada simetris.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen : Tampak pembesaran atau tidak

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan


endometrium baik kelenjar maupun stromanya di luar
kavum uteri atau di
dalam myometrium. Gejala endometriosis yang dapat ditemukan
antara lain nyeri haid (dismenore), nyeri pelvis kronis,
dispareunia, diskezia, pendarahan uterus abnormal, dan
infertilitas (Indrani dkk,2017).
Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih

20
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : Tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

c. Auskultasi
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi, terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding
dada.Vesicular, terdengar lembut dan halus inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi (Somantri, 2011).

d. Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

21
Pada remaja yang saat menstruasi disertai pengeluaran darah
yang banyak maka pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
- Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada ibu hamil kadarnya
berkisar 12 - 15 gr/dL (dr. Chandra, 2007), hematokrit dan hitung
leukosit. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan golongan darah dan
faktor Rhesus untuk menentukan jenis golongan darah dan Rhesus
supaya dapat mencarikan darah yang cocok bila terjadi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan yang memerlukan transfusi darah
(Micron Medical Multimedia).

b. Pemeriksaan USG
USG dilakukan jika nyeri masih belum teratasi setelah
diberikan terapi farmakologi. Berdasarkan klasifikasi endometriosis
Revised American Fertility Society (AFS) oleh ASRM [11],
menunjukkan bahwa semakin besar diameter endometriosis, dan
keterlibatan adhesi dengan organ sekitarnya akan memberikan angka
klasifikasi derajat endometriosis yang semakin berat. Rekomendasi
terapi yang dapat diberikan adalah bila kista endometriosis kurang
dari 3 cm dapat dilakukan drainase dan kauter dinding kista, namun
jika lebih dari 3 cm dilakukan kistektomi dengan meninggalkan
jaringan ovarium yang sehat,

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
a. Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosisi kebidanan.

22
Diagnosis : Usia reproduksi dengan dismenorrea.
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.

c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan remaja.rumusan ini mencakup tindakan
segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan.

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2008).
2) Berikan KIE tentang menstruasi yang disertai dismenorroe
Rasional : Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari

23
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha.
3) Berikan support mental/dukungan psikologis pada remaja untuk
menghadapi masa menstruasi yang disertai dismenorroe
Rasional : Pada keadaan psikologis ibu saat mengahadapi proses
persalinan, ibu menbutuhkan support serta dukungan dari suami,
keluarga serta bidan. sehingga ibu dapat merasa tenang pada masa
proses persalinan.
4) Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada remaja

Rasional : Menambah pengetahuan tentang pentingnya nutrisi pada


remaja memerlukan intruksi khusus yang berkaitan dengan aspek
kebutuhan nutrisi, seperti jumlah kalori, protein, zat besi, asam folat
dan vitamin C (Varney, 2008).
Pemeriksaan nutrisi remaja dilakukan melalui pemantauan berat badan
dan tinggi badan yang hubungannya dengan indeks masa tubuh
remaja. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi status gizi
remaja.
5) Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric dan gynekologi
Rasional : Kewenangan bidan di Rumah Sakit memiliki keterbatasan,
sehingga adanya kolaborasi sangat diperlukan.

VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI

24
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
soap.

DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati dan Siti Misaroh, 2009. Menarche Menstruasi Pertama


Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika
Dianawati,R.2003. Perilaku Seksual remaja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Elizabeth.J.Corwin.2009.Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Glasier,A & Gebbie,A. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi,
Jakarta:EGC.
Indrani,dkk.2017. Gambaran Karakteristik Penderita Endometriosis di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal eClinic (eCl), Volume 5, Nomor 2,
Juli-Desember 2017
Indria,dkk.2015.Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Dismenorea pada
mahasiswi tingkat IV Semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado: ejournal
keperawatan (e-kp.Volume 3 nomor 2).
Joseph.HK,2010. Ginekologi dan Obstetri (OBGYN). Yogyakarta : Nuha Medika.
Kinanti, 2009. Rahasia Pintar Wanita. Yogyakarta : Aulya Publishing.
Kusumawati, Y., Wiyasa, R. dan Rahmawati, E. N. (2016) “Pengetahuan, Deteksi
Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di
Kabupaten Sukoharjo,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), hal. 204. doi:
10.15294/kemas.v11i2.4208.
Manuaba,2012. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Mimatun,2016. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Usia 13-15 tahun tentang
Dismenorrea dengan sikap dalam penanganan dismenorrea.
www.garudaristekdikti.go.id
Mouliza Nurul. 2020. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore
Pada Remaja Putri di MTS Negeri 3 Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 545-550 Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat universitas Batanghari Jambi

25
ISSN 1411-8939 (Online), ISSN 2549-4236 (Print) DOI
10.33087/jiubj.v20i2.912
Prawirohardjo,Sarwono,2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,Jakarta :
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ramaiah,S.2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta : Diglosia
Medika.
Wijayanti,2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Book Marks
Setya,dkk. 2016. Profil pasien endometriosis dengan riwayat dysmenorrhea di
poli infertilitas-endokrin rsud dr.soetomo surabaya periode januari –
desember 2014.e-journal.Unair.

26

Anda mungkin juga menyukai