Anda di halaman 1dari 26

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R USIA 23 TAHUN PRAKONSEPSI


DENGAN KEK (KURANG ENERGI KRONIS)
DI PUSKESMAS TANAH SAREAL

Oleh

Nama : YUNIA WARDAH

NPM : 07200200052

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
SEMINAR KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R USIA 23 TAHUN PRAKONSEPSI
DENGAN KEK (KURANG ENERGI KRONIS)
DI PUSKESMAS TANAH SAREAL

Oleh:

NAMA : YUNIA WARDAH


NPM : 07200200052

Telah dilakukan bimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal, Januari 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Hidayani, SKM, MM)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat meyelesaikan Seminar Kasus dalam
Praktik Klinik Kesehatan Reproduksi Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ny.”R” dengan KEK (Kurang Energi Klinis) di
Puskesmas Tanah Sareal Kota Bogor” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam menyusun laporan ini, penulis menghadapi beberapa hambatan dan
tantangan. Tetapi hal ini tidak mengurangi semangat dalam melaksanakan dan
menyelesaikan semua rangkaian kegiatan Praktik Klinik Kesehatan Reproduksi Remaja,
Pranikah dan Prakonsepsi yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2022 sampai 12
Februari 2022.
Pada kesempatan kali ini ijinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan baik moril dan support kepada :
1. Drs. H. Jakub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta
2. DR. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH selaku Pembina Yayasan Indonesia Maju.
3. DR. Astrid Novita, SKM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju Jakarta (STIKIM)
4. Susalsi,S.ST., Biomed selaku Wakil Ketua I Bid Akademik dan Inovasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes, selaku Wakil Ketua Bid II Sumber Daya Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
6. Nur Rizky Ramadhani, SKM, M.Epid Selaku Wakil III Bid. Kemahasiswaan dan
Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
7. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Kebidanan Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
8. Hidayani, Am.Keb, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing Praktik Klinik
Kesehatan Reproduksi Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi
9. Suami, anak-anak dan keluarga atas dukungannya selama melaksanakan Praktik
Klinik Kesehatan Reproduksi Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi yang dilaksanakan
pada tanggal 22 Januari 2022 sampai 12 Februari 2022
Penulis menyadari bahwa laporan yang disusun ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
mohon kritik dan yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga
Laporan Kebidanan Komunitas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………… ………

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Tujuan
1. Tujuan Umum……………………………………………………………
2. Tujuan Khusus……………………………………………………………
C. Manfaat……………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN TEORI


1. Prakonsepsi
2. Kurang Energy Kronis (KEK)

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
C. Analisa Data
D. Penatalaksanaan

BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi KEK pada ibu
hamil secara global 35-37% dimana secara bermakna tinggi pada Trimester 3
dibandingkan pada trimester pertama dan trimester kedua kehamilan. WHO juga
mencatat 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan kekurangan energi
kronik. Kejadian kekurangan Energi Kronik di Negara-negara berkembang seperti
Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand adalah 15-47%
yaitu dengan BMI <18,5% adapun negara yang mempunyai kejadian yang tertinggi
adalah Bangladesh yaitu 47%, sedangkan Indonesia merupakan urutan keempat terbesar
setelah India dengan prevalensi 35,5%, dan yang paling rendah adalah Thailand dengan
prevalensi 15,25%.

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah hingga saat ini masih merupakan masalah
yang dialami diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan pada bayi baru
lahir. Angka BBLR di Indonesia meningkat dari 82,5% pada Tahun 2010 menjadi 83%
pada Tahun 2013. Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Jumlah tingkat kematian bayi di
Indonesia 4,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia 1,3 kali lebih tinggi dan
Filipina 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. (Manik, 2017)

Berdasarkan data Riskesdas 2018, di Indonesia terjadi penurunan KEK pada wanita
usia subur sebesar 14,5%, KEK pada ibu hamil 17,3%. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia pada Tahun 2015 mencapai 305 kematian ibu per 100.000 Kelahiran Hidup.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 dan AKB di Indonesia
mencapai 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita
(AKABA) hasil SUPAS pada Tahun 2015 sebesar 29 per 1.000 Kelahiran Hidup,
menurun dari Tahun 2010 yang mencapai 346 per 100 ribu kelahiran hidup. Penurunan
tersebut telah mencapai target rencana pembangunan jangka menengah nasional
(RPJMN) 2019 yang menetapkan 306 per 100 ribu kelahiran hidup. Data secara absolut
juga menunjukkan penurunan jumlah kematian ibu, pada Tahun 2013 sebanyak 5 ribu
menjadi 4.100 pada Tahun 2017. (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, persentasi ibu hamil risiko
KEK di Jawa Barat tahun 2021 sebesar 7,80%. Data ini meningkat dibandingkan tahun
2020, yaitu sebesar 6%. Pada daerah sebaran ibu hamil KEK tahun 2021, Kota Cirebon
merupakan wilayah yang paling tinggi presentase ibu hamil KEK yaitu sebesar 11,40%.
Hal ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena intervensi spesifiknya
adalah <5%. (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2021),

Jumlah Ibu hamil di Kota Bogor tahun 2021 sebanyak 19.238 ibu hamil. 20% dari
jumlah ibu hamil tersebut adalah ibu hamil yang beresiko. Pada tahun 2021, jumlah ibu
hamil beresiko dikarenakan anemia, KEK dan usia ibu hamil >35tahun. Ibu hamil KEK
sebanyak 1.316 orang dengan presentase 6,84%. Angka ini dibawah presentasi Provinsi
Jawa Barat. Namun demikian, hal ini menjadi masalah di Kota Bogor karena ini
merupakan masalah gizi pada ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Tanah Sareal
pada tahun 2021 sebanyak 137 ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang beresiko sebanyak 27
ibu hamil. Dari data yang di dapat, sebanyak 5 ibu hamil megalami factor resiko KEK.
(Dinkes Kota bogor, 2021)

Penyebab KEK yaitu asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, tingkat
pendidikan dan status ekonomi karena jika pendidikan ibu hamil tinggi dengan daya
beli yang rendah mengakibatkan kebutuhan gizi ibu selama hamil baik dari segi kualitas
maupun kuantitas belum terpenuhi, status ibu hamil, umur kehamilan,usia kehamilan
yang terlalu muda ( 35 tahun), paritas, konsumsi makanan ibu hamil yang kurang baik.
Penyebab langsung kematian ibu hamil dipengaruhi oleh status gizi pada ibu hamil. Di
Indonesia terdapat 4 masalah utama status gizi ibu hamil yaitu, KEK, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi
(AGB). Kekurangan energi kronik didefinisikan sebagai keadaan timbulnya gangguan
kesehatan, akibat menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis).
(Sulistyoningsih, 2011).

Dampak yang ditimbulkan pada KEK yaitu bisa menyebabkan tubuh mudah lelah,
pucat, lemas dan mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Ibu 4 hamil dengan
KEK beresiko lebih tinggi mengalami anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal. Pada saat proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan prematur/sebelum waktunya, pendarahan postpartum dan
terhadap janin dapat mengakibatkan abortus, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia
intrapartum, lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Faktor-faktor tersebut
dipengaruhi oleh beberapa keadaan salah satunya persepsi budaya. Persepsi budaya
adalah pemikiran yang melalui tahapan seleksi, organisasi, dan interpretasi meliputi
nilai-nilai keyakinan, strategi harapan langsung secara komprehensif yang menetukan
tidakan, sikap dan kebiasaan seseorang. Salah satu masalah faktor budaya kepercayaan
dalam masyarakat berperan penting dalam pola konsumsi salah satunya adalah pantang
makan. (Sulistyoningsih, 2011)

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah KEK pada ibu hamil
adalah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Tujuan dari pemberian PMT
adalah menanggulangi KEK pada ibu hamil serta tercapainya peningkatan status gizi
ibu hamil serta mengurangi prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi.
Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung
kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi, dan kentang setiap hari
dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan
atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. (Dinkes Kota Bogor,
2018)

B. Tujuan
3. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu prakonsepsi dengan Kekurangan Energi
Kronik dengan menggunakan pendekatan manajemen Kebidanan.

4. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara subyektif kepada Ny.R usia 23 tahun dengan
kasus Kekurangan Energi Kronik pada masa prakonsepsi.
b. Melakukan pengkajian secara obyektif kepada Ny.R usia 23 tahun dengan kasus
Kekurangan Energi Kronik pada masa prakonsepsi.
c. Melakukan analisa data sesuai dengan kasus Ny.R usia 23 tahun dengan kasus
Kekurangan Energi Kronik pada masa prakonsepsi.
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan manajemen kebidanan sesuai dengan kasus
Ny.R usia 23 tahun dengan kasus Kekurangan Energi Kronik pada masa
prakonsepsi

C. Manfaat

Manfaat asuhan kebidanan dapat dirasakan bagi penulis, Ny.R, Puskesmas Tanah Sareal
dan Institusi Pendidikan yaitu:
1. Teoritis
Dapat digunakan sebagai studi kepustakaan dan untuk mengevaluasi sejauh
mana mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan prakonsepsi dengan
Kurang Energi Kronis (KEK)
2. Metodologis
Dapat digunakan untuk membuktikan bahwa asuhan kebidanan prakonsepsi
dengan Kurang Energi Kronis (KEK) sangat memberikan manfaat kepada klien
3. Praktis
Untuk profesi bidan agar dapat meningkatkan kualitas asuhan kebidanan
prakonsepsi dengan Kurang Energi Kronis (KEK) dan dengan berbagai
kebutuhan melalui penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
evidence base practice.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Prakonsepsi

Kehamilan merupakan suatu keadaan membahagiakan bagi seorang wanita


karena didalam kandungannya ada embrio yang dinantikan hingga kelak lahirnya janin,
yang diperkirakan sekitar 40 minggu kemudian (Kuswanti, 2014).
Ketika seorang wanita menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah
komitmen untuk menjalani hidup sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi perhatian
serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan kesehatan ibu, pertumbuhan dan
perkembangan janin, proses persalinan, serta mengurangi resiko kelahiran abnormal
pada janin. Kehamilan yang sehat didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan
sebelum kehamilan. Pemeriksaan ini penting karena akan membantu mengatasi
kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada janin dalam kandungan (Pujiastuti,
2014)
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
kesehatan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam
rahim, sehingga selama masa prakonsepsi disarankan agar calon ibu dapat menjaga pola
hidup sehat (Johnson, 2016)
Prakonsepsi adalah perawatan sebelum terjadi kehamilan dengan rentang waktu
dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup
waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi bagi
seorang ibu. Sangatlah penting untuk mempersiapkan kehamilan, khususnya
pengetahuan calon ibu terkait nutrisi, kebiasaan yang dapat menganggu kehamilan
seperti merokok, minuman keras, polusi, lingkungan seharihari, pekerjaan ibu, olahraga
yang dilakukan, dan tingkat stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat
bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan
pada saat hamil, mencegah obesitas, mencegah risiko keguguran, persalinan premature,
berat bayi lahir rendah, menghindari stress, kematian janin mendadak, dan mencegah
efek dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat hamil (Chandranipapongse dan
Koren, 2013)
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur,
yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu, dimana
kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut
usia. Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu
mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi yang optimal
pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin, kondisi kesehatan
bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses melahirkan. Masa pranikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera
menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan
(Paratmanitya, dkk. 2012).
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan selama
masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan mengaplikasikan gaya
hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan
memiliki bayi yang sehat (Yulizawati, dkk. 2016).

2. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu kondisi dimana seorang ibu hamil
menderita kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(menahun atau kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan, sehingga
peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak dapat terpenuhi (Kemenkes,
2015).
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK ibu hamil salah satunya disebabkan karena
adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai
faktor, karena pada masa kehamilan banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu
adanya peningkatan metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam Universitas Sumatera
Utara 12 kandungannya. Faktor tersebut diantaranya adalah usia, pendidikan, absopsi
makanan, paritas, dan status ekonomi. Proporsi wanita usia subur dan wanita hamil
risiko KEK dilihat berdasarkan indikator lingkar lengan atas (LILA sebesar 24,2%),
untuk mengambarkan adaya risiko KEK pada wanita hamil digunakan batas rata-rata
LILA < 23,5 cm (Depkes, 2013)
Risiko Kurang Energi Kronis merupakan suatu manifestasi masalah gizi makro bila
terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil. Masalah gizi makro adalah masalah yang
utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein
(Alamsyah, 2013).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA < 23,5 cm dan dengan salah
satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg.
2. Tinggi badan ibu < 145 cm.
3. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
4. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0.
5. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) . (Weni, 2010).

Di Indonesia menurut Departemen Kesehatan alat ukur yang digunakan untuk


mengetahui KEK pada ibu hamil menggunakan metode LILA (Kalsum, Bambang,
Ratna et al., 2014). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri
dari remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui. Ambang batas LILA WUS dan Ibu Hamil
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Dimana seseorang dikatakan KEK ketika LILA <
23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan
melahirkan BBLR. BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).
Menurut World Review of Nutrition and Dietetics (2015), ibu hamil dengan kurang
energi kronis (KEK) adalah ibu hamil dengan berat badan di masa kehamilan kurang
dari 45 kg dan ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm dan IMT 18,5) juga
memiliki sejarah gizi ibu dan bayi yang lebih baik. IMT terkait dengan berat badan lahir
dari bayi dengan berat badan rata-rata lahir. IMT normal pada ibu hamil berkisar antara
18,5-20 dan 20-25.
Dampak KEK Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya yaitu meliputi:
1. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu (Sipahutar, 2013) :
a. Terus menerus merasa letih
b. Kesemutan
c. Muka tampak pucat
d. Kesulitan sewaktu melahirkan
e. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
2. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain (Sipahutar,
2013) :
a. Keguguran
b. Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR)
c. Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan
anak kurang
d. Bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
e. Kematian bayi

Faktor yang Mempengaruhi KEK pada Ibu Hamil Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
1. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
Jumlah asupan makanan Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian
dari perbedaan fisiologi selama kehamilan, hal inilah yang menyebabkan jumlah
asupan makanan yang biasanya di konsumsi ibu selama hamil tidak sesuai dengan
kebutuhan yang seharusnya. Akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan nutrisi
yang adekuat yang menyebabkan faktor resiko terjadinya KEK pada ibu hamil
(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013).
2. Mutu zat yang di konsumsi rendah
Mutu zat yang di konsumsi rendah Mutu zat yang dikonsumsi rendah berhubungan
dengan daya beli keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan
pernyatan bahwa kemiskinan dan rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi status
gizi ibu hamil sehingga tingkat konsumsi pangan dan gizi menjadi rendah. Selain
itu buruknya sanitasi dan hignine pada makanan dapat mampengaruhi mutu zat
yang dikonsumsi (Istiany dan Rusilanti, 2014)
3. Zat yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan digunakan didalam tubuh (Sipahutar,
Aritonang dan Siregar, 2013).
Zat yang Dikonsumsi Gagal untuk Diserap dan Digunakan Didalam Tubuh Zat gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi (Supariasa, Bakri dan Fajar,
2013). Faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil yaitu keadaan
sosial dan ekonomi, jarak kelahiran terlalu dekat dimana jarak antara dua kelahiran
yang terlalu dekat, paritas, usia kehamilan pertama, dan tingkat pekerjaan fisik
(Istiany, Ari dan Rusilanti, 2013).
Beberapa faktor karakteristik yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada ibu hamil yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a) Umur Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, karena
pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia yang paling
baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan
status gizi ibu hamil akan lebih baik (Ika, Sukamto, dan Kamalia, 2019).
b) Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang melatarbelakangi
terbentuknya suatu perilaku (Notoatmodjo, 2012). Dalam penanganan penyususnan
makan, kaum ibu atau wanita dewasa sangat berperan penting. Pengetahuan yang
dimiliki seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga
akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik,
kemungkinan akan memberikan energi yang cukup bagi ibu. Banyak faktor yang
mempengaruhi, antara lain kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau
pengetahuan tentang zat gizi (Banudi, 2013)
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media. Sebaliknya, tingkat
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru dikenalkan. Pendidikan seseorang merupakan salah
satu faktor yang penting dalam kesehatan ibu dan anak khususnya pada ibu hamil
karena dengan pendidikan yang baik, maka seseorang dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara menjaga kehamilan dan bagaimana
menjaga kesehatannya. Pendidikan formal dari ibu sering kali mempunyai asosiasi
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan gizi dan semakin
diperhitungkan jenis serta jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi (Musni,
dkk, 2017).
c) Pekerjaan Pekerjaan seseorang berkaitan erat dengan status ekonomi. Baik status
ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih
makanannya (Banudi, 2013) Pekerjaan dapat berpengaruh terhadap status ekonomi.
Ibu yang bekerja memiliki penghasilan sendiri sehingga lebih mudah untuk
memenuhi kebutuhan gizinya, karena tidak bergantung dari pendapatan suami.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi. Gizi secara langsung
dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. Salah
satu faktor lain adalah keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli
bahan makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan gizi.
d) Status Anemia Pengaruh status gizi pada kehamilan yaitu insiden anemia dalam
kehamilan yang cukup tinggi. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat
nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat muliple dengan manifestasi klinik disertai
infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun
penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi
yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan.
Pada wanita hamil trimester I, III kadar Hb normal 11 g/dL dan pada trimester II
kadar Hb normal 10,5 g/dL (Prawirohardjo, 2014)
e) Pelayanan pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis Pelayanan gizi pada
ibu hamil mengikuti standar pelayanan antenatal terpadu yang meliputi timbang
berat badan dan ukur tinggi badan, nilai status gizi (ukur LILA), memberikan tablet
tambah darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara/konseling (Direktorat
Bina Gizi, 2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Registrasi : 001


Tanggal Pengkajian : 27 Januari 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tanah Sareal
Pengkaji : Yunia Wardah

A. Data Subjektif
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. M
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Cilebut, Kab.Bogor

1. Alasan datang
Pasien mengatakan ingin konsultasi sebelum hamil
2. Keluhan utama
Tidak ada keluhan
3. Riwayat obstetri
1. Menarce : Usia 14 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lama : 7 hari
4. Sifat Darah : darah haid merah segar pada hari 1-3 selanjutnya merah
kecokelatan.
5. Nyeri Haid : Tidak ada
6. HPHT : 24 Desember 2021
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pasien mengatakan belum pernah hamil dan melahirkan
5. Riwayat ginekologi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kista, miom,
6. Riwayat kesehatan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabet, kolesterol, darah tinggi, jantung,
TB, Hepatitis
7. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit diabet, kolesterol, darah tinggi, jantung,
TB, Hepatitis
8. Riwayat pernikahan
Ini merupakan pernikahan yang pertama.
Pernikahan sudah berjalan selama 3 bulan.
9. Riwayat psikososial
Pasien tidak merasa stress, malah senang akan mempersiapkan kehamilannya
10. Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB
11. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat : tidur malam 6-7 jam, jarang tidur siang karena bekerja
b) Pola aktivitas : bekerja berangkat jam 7, sampai rumah jam 5, selanjutnya
melakukan pekerjaan rumah tangga
c) Pola eliminasi :
BAK : 4-5 kali sehari
BAB : 1 kali sehari
d) Pola nutrisi : sehari makan 3 kali dengan porsi sedang, makan dengan nasi,
lauk, sayur dan buah kadang-kadang. Jarang minum susu dan tidak suka
ngemil.
e) Pola personal hygiene
Mandi sehari 2 kali, sikat gigi 3x sehari, keramas 4x seminggu
f) Pola hubungan seksual
Karena suami sering kerja diluar kota, jadi hubungan seks dilakukan saat suami
pulang kerumah.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 100/80mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 158 cm
LILA : 21 cm
IMT : 17,2 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris
Mata : simetris, sclera tidak ikterik
Mulut : tidak ada caries
Leher : tidak ada benjolan kelenjar tyroid
Dada : simetris
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Atas : normal
Ekstremitas Bawah: normal
Anogenitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12,2 gr/dl

C. Analisis Data
Ny.A usia 23 tahun prakonsepsi dengan KEK

D. Penatalaksanaan
1. Menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun, jaga jarak,
menggunakan gaun hazmat
2. Memberitahu pasien hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam keadaan sehat –
Pasien mengerti
3. Memberitahu pasien pengertian prakonsepsi – pasien mengerti
4. Memberitahu pasien skrining yang dilakukan sebelum hamil – pasien
mengerti
5. Memberitahu pasien dari hasil pemeriksaan bahwa LILAnya kecil,
normalnya adalah 23,5cm. Hal ini disebut KEK – Pasien meminta
penjelasan tentang KEK
6. Menjelaskan kepada pasien pengertian KEK, penyebab, dampak dan factor
apa saja yang berpengaruh mengakibatkan KEK – pasien mengerti namun
minta penjelasan tentang cara agar LILAnya normal harus bagaimana
7. Menjelaskan kepada pasien cara agar tidak KEK diantaranya adalah dengan
makan menu seimbang. Jumlah kalori harus sesuai dengan kebutuhan tubuh
– pasien mengerti
8. Memberikan jadwal kunjungan, yaitu bila pasien mau konsultasi kembali –
pasien mengerti
9. Melakukan dokumentasi

Bogor, 27 Januari 2022


Pengkaji,

(Yunia Wardah)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan kasus yang telah di ambil sesuai
dengan manajemen kebidanan yang dimulai daro tahap pengkajian sampai dengan
penatalaksanaan. Pada bab ini juga akan diuraikan tentang persamaan dan kesenjangan
antara teori yang ada dengan hasil yang telah di dapat di lahan praktik. Dengan adanya
kesenjangan tersebut, dapat dilakukan pemecahan masalah untuk perbaikan atau
masukan untuk meningkatkan asukan kebidanan.

Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan pada Ny.R usia 23 tahun pada masa
prakonsepsi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2022 jam 09.00 WIB di Poli
KIA Puskesmas Tanah Sareal.

Data Subyektif

Data subyektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien. Berdasarkan data
subyektif yang diperoleh dari Ny.R yaitu, pasien mengatakan ingin memeriksakan
keadaannya karena ingin hamil.

Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung ( Wandagustianingsih, 2013)

Data Obyektif

Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
( Wandagustianingsih, 2013)
Pada pengkajian terhadap Ny.R didapatkan data keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 100/80mmHg, denyut nadi 80 kali/menit, frekuensi nafas
22 kali/menit, suhu tubuh 36,5 0C, berat badan 43 kg, tinggi badan 158 cm, LILA
21cm, IMT 17,2 kg/m2.
Risiko Kurang Energi Kronis merupakan suatu manifestasi masalah gizi makro bila
terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil. Masalah gizi makro adalah masalah yang
utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein
(Alamsyah, 2013).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA < 23,5 cm dan dengan salah
satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
2. Tinggi badan ibu < 145 cm
3. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
4. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0
5. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan hasil pengkajian
yang dilakukan oleh penulis, dengan didapatkan adanya tanda kekurangan energy
kronis. hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan anata teori
dengan kasus.

Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian dari data subyektif dan data obyektif, langkah berikutnya
yaitu melakukan analisa data dan menentukan masalah kesehatan pada Ny.R.

Hasil pengkajian dari data subyektif dan data obyektif diperoleh data yeng
menunjukkan analisa data yaitu, Ny.R usia 23 tahun dengan kekurangan energy kronis.

Menurut (Walyani, 2015) Analisis data adalah masalah atau diagnosa yang ditegakakan
berdasarkan data atau informasi subjektif dan objektif yang sudah dikumpulkan atau
disimpulkan. Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori sehingga
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

Penatalaksanaan

Langkah ini merupakan lanjutan manajemen asuhan kebidanan terhadap analisa


data atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana tindakan
harus disetujui pasien dan bidan agar lebih efektif. Semua keputusan yang dibuat
dalam merencanakan suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan
yang benar berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah
divalidasi dengan keinginan atau kebutuhan pasien. Rencana asuhan disusun
berdasarkan analisa data/masalah aktual dan pencegahan masalah/diagnosa
potensial. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya menentukan
tujuan tindakan yang akan dilakukan dan terdapat sasaran target serta hasil yang
akan dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus (Nurhayati,
dkk, 2013).

Penatalaksaan yang diberikan pada Ny.R diantaranya dengan pemberian konseling


prakonsepsi yaitu mempersiapkan kehamilan, khususnya pengetahuan calon ibu terkait
nutrisi, kebiasaan yang dapat menganggu kehamilan seperti merokok, minuman keras,
polusi, lingkungan sehari-hari, pekerjaan ibu, olahraga yang dilakukan, dan tingkat
stress. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Gita Kostania
et.al, 2020) bahwa asuhan prakonsepsi memiliki potensi untuk memberikan dampak
positif bagi 208 juta kehamilan di seluruh dunia setiap tahun (Dean et al., 2013).
Asuhan prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang
memungkinkan mempengaruhi kehamilan (Dean et al., 2013). Adapun sasaran program
asuhan prakonsepsi adalah pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan
pengantin sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan
yang sehat. Menurut Kemenkes RI (2014), pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.

Penatalaksanaan masalah yang ditemukan pada Ny.R yaitu kurang energy kronis (KEK)
yaitu dengan menjelaskan kepada pasien pengertian KEK, penyebab, dampak dan factor
apa saja yang berpengaruh mengakibatkan KEK. Seperti dikatakan oleh Yeni Paramata,
Marsekia Sandalayu (2019) Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013). Kekurangan
energi kronis pada WUS sedang menjadi fokus pemerintah dan tenaga kesehatan
sekarang ini. Hal ini dikarenakan seorang WUS yang KEK memiliki risiko tinggi untuk
melahirkan anak yang akan menderita KEK dikemudian hari. Selain itu, kekurangan
gizi menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga
menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang
lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan
hidup suatu bangsa (Mboi, 2013). Faktor–faktor yang mempengaruhi KEK pada WUS
terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
(individu/keluarga) yaitu genetik, obstetrik, seks. Sedangkan faktor eksternal adalah
gizi, obat–obatan, lingkungan dan penyakit (Supariasa dkk, 2012). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi risiko KEK di
Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada WUS.
Penatalaksanaan lainnya yaitu menjelaskan kepada pasien cara agar tidak KEK
diantaranya adalah dengan makan menu seimbang. Fitriani (2021) mengatakan cara
agar tidak KEK diantaranya adalah dengan makan menu seimbang. Menurut Proctor
dalam Hubu dkk (2018), pengetahuan gizi prakonsespi merupakan faktor penting dalam
mempersiapkan kehamilan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hubu dkk (2018)
menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian KEK
pada wanita prakonsepsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di
Makassar menunjukkan bahwa wanita prakonsepsi yang wanita prakonsepsi dengan
pengetahuan kurang memiliki peluang lebih besar untuk menderita KEK, responden
dengan pengetahuan gizi baik memiliki pencegahan 0,06 kali terhadap KEK
dibandingkan responden dengan pengetahuan gizi kurang (p = 0,000, 95% CI =0,01-
0,27) (Fauziyah, 2014). Pengetahuan tentang bahan makanan akan mempengaruhi
perilaku dalam pemilihan dan pengolahan makanan. Pengaruh pengetahuan gizi
terhadap konsumsi makanan semestinya linier, artinya semakin tinggi tingkat
pengetahuan gizi, diharapkan konsumsi makanan menjadi baik. Meskipun konsumsi
makanan jarang terpenuhi oleh pengetahuan gizi sendiri tetapi merupakan interaksi
sikap dan keterampilan dalam konsumsi makanan (Khomsan dalam Hubu dkk 2018).
Peran konseling gizi prakonsepsi selama satu minggu dengan tiga kali pengulangan
materi mampu meningkatkan pengetahuan wanita secara signifikan. Selain itu,
perubahan sikap setelah diberikan konseling dikarenakan media pendidikan berupa
leaflet yang mudah dimengerti tidak hanya berguna untuk menambah pengetahuan,
tetapi juga berpengaruh pada sikap yang akan termotivasi untuk bersikap mendukung
pemenuhun gizi pada masa prakonsepsi (Doloksaribu dan Abdul 2019).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil dari anamnesa data subyektif pada Ny.R usia 23 tahun ingin
konsultasi sebelum hamil
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan obyektif Ny.R didapatkan data keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/80mmHg, denyut nadi 80
kali/menit, frekuensi nafas 22 kali/menit, suhu tubuh 36,5 0C, berat badan 43 kg,
tinggi badan 158 cm, LILA 21cm, IMT 17,2 kg/m2.
3. Berdasarkan hasil analisa bahwa Ny.R usia 23 tahun prakonsepsi dengan KEK
4. Penatalaksanaan yang tepat pada Ny.R usia 23 tahun :
a. Memberitahu pasien pengertian prakonsepsi
b. Menjelaskan kepada pasien pengertian KEK, penyebab, dampak dan factor
apa saja yang berpengaruh mengakibatkan KEK
c. Menjelaskan kepada pasien cara agar tidak KEK diantaranya adalah dengan
makan menu seimbang

B. Saran
a. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh Bidan.
Pasien mampu mengubah sikap dan pola hidupnya agar pada saat hamil nanti
tidak dalam keadaan KEK.
b. Bagi Penulis
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari Laporan Seminar Kasus
Praktek Manajemen Kebidanan Kesehatan Reproduksi ini. Semoga kedepannya
penulis bisa meningkatkan pengetahuannya untuk memberikan asuhan
kebidanan pada masa prakonsepsi khususnya dan untuk kesehatan reproduksi
pada umumnya.
c. Bagi Bidan
Diharapkan mampu memberikan manajemen asuhan kebidanan kesehatan
reproduksi sesuai standart.
d. Bagi Institusi
Diharapkan institusi bisa menambah literature/ referensi buku dan jurnal terbitan
terbaru dalam bidang kesehatan khususnya mengenai asuhan kebidanan
prakonsepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Manik, M., dan Rindu. 2017. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kenaikan Berat Badan
Ibu Hamil dengan KEK pada Trimester III. Aritekel Penelitian.

Riskesdas 2018

(Kemenkes RI, 2018)

(Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2021),

Dinkes Kota Bogor Tahun 2021

Sulistyoningsih, 2011 Hubungan Asupan Energi dan Paritas terhadap Resiko KEK

Daftar Pustaka minimal 15 pustaka, dengan menggunakan Vancouver style.

LAMPIRAN

Lampiran berupa video dan photo-photo selama pengambilan kasus, informd


consent

Anda mungkin juga menyukai