Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.

“A” Usia 19 TAHUN WANITA USIA


SUBUR DALAM MASA PRANIKAH DENGAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIK DI PMB SUPIANAH, S.Tr.KEB
KEDUNGKANDANG MALANG

Disusun oleh :

Lucia Reyne Fieke Ngantung

NIM. 2019080198

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Preceptor Praktek Preceptor Akademik

Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes Nurul Hidayati, SST.M.Tr.Keb

Ketua Stikes Kaprodi

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM Zeny Fatmawati, SST. M.Ph


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan Pranikah dengan

KEK PMB Supiana Kedungkandang Malang dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua

pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa saya

sampaikan dengan hormat kepada :

1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.

2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada Jombang.

3. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.Mkes, selaku preceptor praktek

4. Nurul Hidayati, SST.M.Tr.Keb selaku preceptor akademik

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan kebidanan ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES Husada pada

khususnya.

Malang, 20 Juli 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya meningkatkan kualitas SDM sebenarnya dimulai sedini mungkin sejak
janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anal sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena
kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang
berlangsung lama atau menahun (Rahmaniar at al, 2011). Masalah KEK sebelum
masa kehamilan dapat diperbaiki melalui konseling sebelum seorang wanita menikah
sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK sebelum dia hamil, maka dapat
dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah KEK pada wanita tersebut.
Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang
janin yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan
terjamin. Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah
gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang
dialami ibu hamil seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK), anemia, dan kurang
yodium (Mawaddah dan Hardiansyah, 2008).
Nutrisi merupakan dari banyak factor yang ikut mempengaruhi hasil akhir
kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak factor, seperti kemiskinan, kurang
Pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan, dan kondisi kesehatan yang
buruk akan berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapat perawatan khusus (Bobak et al,
2004).
Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status social
ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat Pendidikan, semakin rendah
angka kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian Kartikasari (2012)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat Pendidikan maka semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa Pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena
tingginya tingkat Pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah
tidaknya seseorang menerima informasi tentang gizi. Orang dengan Pendidikan yang
tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan
pada gilirannya nanti berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan
sehat (Khomsan, 2006).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada pranikah dengan KEK.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori pranikah.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori KEK
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada pra nikah dengan
KEK
4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pra nikah dengan KEK.
5. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada
pra nikah dengan KEK.
6. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan kasus.

1. 3 Manfaat
Bagi Penulis : Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang didapat
dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam pelaksanaan praktek
klinik.
Bagi Klien : Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada pra nikah dengan KEK
Bagi Institusi : Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan
kebidanan dan perbandingan pada penanganan masalah pra nikah dan
KEK
Bagi lahan : Sebagai bahan kepustakaan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada pra nikah dengan KEK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
2.1.1 Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah adalah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan keentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata “pra” yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014
tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia
kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN
memberikan Batasan usia pernikan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk
pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20-
25 tahun bagi wanita dan umur 25-30 tahun bagi pria (BKKKBN, 2017).
Sedangkan pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan
disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
kondisi kesehatannya. Kepada para remaja diberikan pengertian tentang hubungan
seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan
tentang proses kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan dalam masa
pra dan pasca kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi remaja yang akan menikah. Tujuan
dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini kondisi kesehatan
para remaja. Jika ditemukan penyakit atau kelainan dalam diri remaja, maka
tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit tersebut tidak dapat
diatasi, maka diupayakan masalah tersebut tidak bertambah berat atau menular
kepada pasangannya. Misalnya remaja penderita penyakit jantung yang sedang
hamil harus memeriksakan kesehatannya secara teratur.
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu dapat dilakukan melalui
kelompok atau kmpulan remaja seperti : karang taruna, pramuka, organisasi remaja
dan sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam organisasi masyarakat perlu
diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapi peran
sebagai istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya ditujukan
pada masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi). Fakta
perkembangan psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam membina
kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti dengan
perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui
di dalam membina kesehatan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui
Bahasa remaja.
Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi
perkawinan ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar
hubungan antara suami istri. Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang
dilahirkan atau keturunan ini diharapkan adalah bayi yang sehat dan
direncanakan.
2. Keluarga yang sehat
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta
membinanya. Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang
memiliki norma keluarga kecil (jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami,
istri, dan dua anak), bahagia, sejahtera, aman, tentram, disertai rasa ketakwaan
kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera juga memiliki kemampuan social
ekonomi yang mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu
menabung untuk masa depan. Selain itu, keluarga sejahtera juga dapat
membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. System reproduksi dan masalahnya
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan
system reproduksi dianggap hal yang tabu bagi beberapa kalangan remaja.
Penjelasan perubahan yang terjadi pada system reproduksi, seperti gangguan
menstruasi, kelainan system reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan.
Penyakit system reproduksi yang dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan
seksual, HIV/AIDS dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan,
antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya pada masa
hamil muda terjadi gangguan peikologi seperti benci dengan seseorang (suami)
atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan
perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa juga
mungkin terjadi.
2.1.2 Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan energi kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat besi (Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis
merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan
oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup atau makanan yang baik
(dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan diare (muntaber) dan
infeksi lainnya.

2.2. Etiologi KEK


Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi
yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
antara lain : jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat
gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena,
2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK), menurut
Djamaliah (2008) antara lain :
1. Jumlah asupan makanan
2. Usia ibu hamil
3. Beban kerja/aktifitas
4. Pengetahuan ibu tentang gizi
5. Penyakit/infeksi
6. Pendapatan keluarga
7. Pemeriksaan kehamilan (perawatan ante natal)
2.3 Tanda dan Gejala KEK
Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami:
 Merasa kelelahan terus-menerus
 Merasa kesemutan
 Muka pucat dan tidak bugar
 Mengalami kesulitan ketika melahirkan
 Ketika menyusui nanti, ASI ibu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi, sehingga bayi akan kekurangan ASI
2.4 Pathway/Pohon Masalah
2.5 Dampak KEK
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2) Kesemutan
3) Muka tampak pucat
4) Kesulitan sewaktu melahirkan
5) ASI yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi sehingga bayi akan
kekurangan ASI pada waktu menyusui
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasan anak
kurang, bayi lahir sebelum waktunya (prematur)
4) Kematian bayi (Helena, 2013)

2.6 Permasalahan KEK


1) Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang
tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian
dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan
faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi
yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu
energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan
yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan
kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis
memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja.
Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil
kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/
kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu
hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203
sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak
ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan
yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit
yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap
makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan
makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa
studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang
bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan
nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada
rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari
pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-
80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen
dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7) Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan
ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan
teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk menghindarkan kesulitan
melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan keselamatan
dirinya dan janin yang dikandungannya (Sjahmien Moehji, 2003)

2.7 Askeb Teori Kasus


1) Data Subjektif
1. Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
a. Umur
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun (Prawirohardjo,
dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi belum
sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil akibatnya
meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012).
Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ lainnya
sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia ini, memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan
organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat
kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan
pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin
tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA, 2013).
Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik
maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap
kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.vBeberapa penelitian
menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih
sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering
dijumpai diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi
karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah
kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus,
BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
2. Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang
merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda
siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan
gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-
16 tahun.
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-
15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh,
2009).
3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi
berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)
5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)
3. Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
4. Riwayat kesehatan
a. Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan
prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas
perinatal yang lenih tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu yang paling sering. Tekanan darah harus distabilkan
sebelum konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan.
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan
kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada periode
prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE dan
antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan
tentang risio pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin (Varney,
2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah
gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat.
b. Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada
sekitar waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba
nueral, jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa
kehamilan meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur.
Oleh karena itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat
konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa
prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007;
Prawirhardjo, 2010).
c. Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal
untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi,
aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga
10-20%. Jika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut.
Pada pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat hingga
70-80% jika dibandingkan wanita tidak hamil, menyebabkan peningkatan
LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal
kronis, terjadi kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
d. Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya
atau bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya
penyakit, hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan
upayakan tekanan emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
e. Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia
akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan
produksi eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau
pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
f. Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari keluarga
penderita hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang
asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat beresiko
terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena penurunan faktor
VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas,
namun sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel
untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala
perdarahan dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak
dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat
berhubungan seksual dan dapat menurunkan penyakit hemofilia pada
keturunannya (Darmono, 2012).
g. Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan
nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang
tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
h. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan.
Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo,
2010)
i. IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri,
virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi
menular sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis,
herpes genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
j. TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks.
Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang
dapat menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada
janin yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan
oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh
dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan
daging dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang
sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis
dapat menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi
melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran
atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata
(Prawirohardjo, 2010).
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik,
dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran
penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen
tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2,
depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial
dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki
(Varney, 2007).
6. Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi
(Felicia, dkk, 2015).
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi
sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone
seksual (Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang
Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di
tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci
vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan
sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina
(Fitriyah, 2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya
tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang
istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan
istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002a; Varnney, 2007).
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh
rokok, seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa
dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara
lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma,
otitis media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban
yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh
dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin
(Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan
penyakit toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).

7. Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan,
alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan
hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang.

8. Riwayat psikososial budaya dan spiritual


Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum
membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan
tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,
kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus
dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan
antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya
atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik,
misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah pada
perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua
sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
2) Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui
pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari
denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi
takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat
dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal
jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit
(Uliyah, dkk, 2009).
b) Antropometri
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi
yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan,
dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat
membantu mempertahankan kesehatan sistem reproduksi
(Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB
<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan rumus :
- Lingkar lengan atas (LiLA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
(Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan fisik
- Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia
(Mariana, dkk, 2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan
adanya masalah serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat
dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain (Prawirohadjo, 2010).
- Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui
adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
- Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet,
kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat
tanda-tanda keputihan patologis
- Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas
(Sugiarto, dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
- Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.
3) Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
4) Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan
bidan bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama
kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu
yang singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA USIA SUBUR DALAM MASA PRANIKAH
DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK
DI PMB SUPIANA

PENGKAJIAN DATA
Anamnesa Tanggal : 20 Juli 2020 Jam : 09.00 WIB
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama Klien             :  Nn “A” Nama Klien             :  Tn. “M”
Umur              :  19 th Umur              :  21 th
Suku/Bangsa :  Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :  Jawa/Indonesia
Agama           :  Islam Agama           :  Islam
Status Perkawinan : belum kawin Status Perkawinan : belum kawin
Kawin Ke :1 Kawin Ke :1
Lama Menikah :- Lama Menikah :-
Pendidikan     :  SMA Pendidikan     :  SMA
Pekerjaan       :  Karyawan swasta Pekerjaan       :  karyawan swasta
Penghasilan : Rp 2.000.000,- Penghasilan : Rp. 2.500.000,-
Golongan Darah :- Golongan Darah :-
Alamat           :  Jl. Mayjend Sungkono Alamat           :  Jl. Mayjend Sungkono II
VI RT 03 RW 06 Buring, Kedungkandang RT 02 RW 03, Kedungkandang Malang
Malang

1. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Klien datang ke PMB Supiana mendapat pengantar dari KUA untuk mengetahui
persiapan pranikah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit menular seperti hepatitis dan HIV
Aids dan tidak memiliki penyakit menurun atau menahun seperti penyakit TBC,
penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, serta tidak pernah operasi dan
dalam kondisi sehat.
3. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan HIV
Aids dan tidak memiliki penyakit menurun atau menahun seperti penyakit TBC,
penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, serta tidak pernah operasi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti
hepatitis dan HIV Aids dan tidak memiliki penyakit menurun atau menahun seperti
penyakit TBC, penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, tidak ada
keturunan kembar.
5. Riwayat Kebidanan
Riwayat Mentruasi
a. Menarche : 13 Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Teratur /Tidak : Teratur
d. Warna : Merah
e. Bau : Anyir
f. Konsistensi : Cair
g. Jumlah Darah : 2-3 kali ganti pembalut
h. Keluhan : Tidak ada
i. Disminorea : Tidak
j. Flour Albus : Tidak
6. Riwayat Kesehatan Reproduksi Dan Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami dan tidak pernah menderita penyakit ganguan
reproduksi.
7. Pola aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi : ibu makan 3 kali sehari terdiri dari Nasi, sayur dan lauk.
Kadang-kadang ibu mengkonsumsi buah dan susu.

b. Pola eliminasi : ibu BAB 2 kali sehari dan BAK 3-4 kali sehari
c. Pola istirahat : ibu tidak pernah tidur siang, tidur malam mulai pukul 21.00 –
04.00 WIB
d. Pola aktifitas : ibu bekerja sebagai karyawan swasta di pabrik dari jam 08.00-
16.00 WIB
e. Pola personal hygiene : Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali dalam seminggu
dan gosok gigi setiap kali mandi.

2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB saat periksa : 42 kg
d. TB : 150 cm
e. TTV
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Temp : 36,2 °C
f. LILA : 22 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : bentuk muka oval, agak pucat
Mata : kedua mata simetris, sklera putih, conjungtiva agak anemis,
tidak ada benjolan abnormal pada kelopak mata dan tidak
strabismus.
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada secret dan polip dan tidak
sinusitis
Telinga : kedua simetris, daun telinga lengkap, bersih tidak ada serum
Mulut : kedua bibir simetris, lembab, tidak ada stomatitis, ada karies
pada gigi, lidak bersih dan tidak ada pembesaran kelenjar
tonsil
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Axilla : bersih, pertumbuhan rambut merata
Dada : kedua payudara simetris, ada pygmntasi pada areola putting
susu menonjol.
Payudara : Kedua Payudara simetris
Abdomen : bersih tidak ada bekas operasi
Genetalia : bersih tidak terdapat flour albus, labia mayora menutupi labia
minora
Ekstremitas Atas : simetris, tidak ada polidaktif, sindaktil, dan adaktil, kuku
bersih warna merah muda
Ektremitas Bawah ; simetris, tidak ada polidaktif, sindaktil, dan adaktil,
kuku bersih warna merah muda
b. Palpasi
Mata : tidak nyeri tekan pada bola mata, tidak ada benjolan pada
kelopak mata
Hidung : tidak ada nyeri tekan pada hidung
Telinga : tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan pada daun
telinga
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
dan benjolan abnormal pada payudara
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
c. Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi wheezing dan ronki
Abdomen : terdengar bunyi bising usus
d. Perkusi
Patella : reflek patella +/+
Abdomen : tidak kembung
e. Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 10.2 mm/dl
3. Analisa
Asuhan Kebidanan Nn. “A” usia 19 tahun Wanita Usia Subur Dalam Masa Pranikah
dengan Kekurangan Energi Kronik
4. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada catin tentang hasil pemeriksaannya bahwa didapatkan tanda-
tanda KEK, tanda vital normal, tekanan darah normal
2. Memberikan konseling catin tentang pranikah, yaitu :
a. Promosi kesehatan pranikah
b. Persiapan pranikah
c. Pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan
d. Manfaat pemeriksaan kesehatan
3. Menejelaskan kepada catin tentang pengertian KEK, akibat KEK sebelum, saat dan
sesudah kehamilan.
4. Menjelaskan konseling tentang gizi seimbang.
5. Menjelaskan kepada catin untuk kembali jika ada keluhan.
6. Catin memahami yang telah disampaikan oleh bidan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif pasien memiliki usia 19 tahun. Artinya,
dari aspek usia ibu memenuhi kriteria usia reproduksi untuk hamil. Hal ini sesuai teori yang
dikemukakan Stickler (2014) bahwa usia reproduksi ideal wanita adalah 20 -35 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang hamil di bawah usia 19 tahun memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia dan plasenta previa (Stickler, 2014). Tidak
ada kesenjangan teori dan fakta dalam kasus ini.
Meskipun usia klien masih dalam usia reproduksi, akan tetapi dilihat dari aspek
fertilitas, terdapat pengurangan kesuburan pada wanita diusia diatas 25 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan
menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25
tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi
86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun.
Nn.”A” memeriksakan kesehatan, dengan keluhan sering pusing, badan lemas, nafsu
makan berkurang dan cepat lelah saat beraktifitas dan dari hasil pemeriksaan fisik didapat
LILA 22 cm, rambut kusam, conjungtiva merah muda, TD 110/70 mmHg, berat badan 42 kg.
Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Istilah kurang energi kronis (KEK)
merupakan istilah lain dari kurang energi protein (KEP) yang diperuntukkan pada wanita
yang kurus dan lemah akibat kurang energi yang kronis (WHO).
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn. “A” usia 19 tahun dengan
pranikah dan KEK dan mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu
diagnose kebidanan yaitu :
1. Calon pengantin wanita dengan KEK
2. Potensial terjadinya gangguan system reproduksi sebelum, saat dan sesudah
hamil.
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini, pasien mempunyai pengaruh
terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan pada petugas
2. Keterbukaan pasien kepada petugas kesehatan
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahan dan
dukungan keluarga serta petugas.
4.2 Saran
1. Bagi Institusi
Lebih banyak menyediakan literature yang berkaitan degan kasus sehingga lebih
memudahkan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan para petugas bisa cepat dan tepat dalam memberikan Asuhan
Kebidanan sesuai Standart Pelayanan.
3. Bagi Penulis
Dengan penyusunan Asuhan Kebidanan semoga dapat dijadikan sebagai
pengalaman dan perbandingan antara teori yang didapat dengan kasus nyata yang
ada di lapangan.
4. Bagi Bidan/Tenaga Kesehatan
a. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
b. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
c. Memberikan motivasi dan dukungan
5. Bagi Pasien
 Hendaknya calon pengantin mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya.
 Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara
bertanggungjawab melalui kehidupan Bersama yang akan dijalani yaitu sebagai
suami istri.
 Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancar dalam menghadapi kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syauqi Al-Fanjari.2000. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksar.
Fatma, Lyna. 2013. Prasyarat Kesehatan Reproduksi. Dikutip [9 Nov 2016] dari: http://lien-
fea.blogspot.co.id/2013/08/prasyarat-kesehatan-reproduksi.html
H. Dadang Hawari. 1999. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa Jakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa,
Kasdu, D dkk.(2001). Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta : 3G Publisher.
Laboratorium Klinik Prodia, “Premarital Check Up: 100% Siap Nikah!”, dalam
http://prodia.co.id/promosi/premarital-check-up-100-siap-nikah.htm, diakses pada 9
November 2016 .
Monica Purba, “Cek Kesehatan Sebelum Menikah”, dalam
http://pranikah.org/pranikah/cekkesehatan-sebelum-menikah/.htm, diakses pada 9
November 2016 .
Nina. 2008. “Bayi Cowok atau Cewek” . Diakses [21 Nov 2016] dalam:
https://ninafkoe.files.wordpress.com/2008/12/bayi-cowok-atau-cewek.pdf
Rostiati Nonta Refina Napitupulu. 2010 “Bioetika: Pemeriksaan Kesehatan Pranikah”,
(Makalah-- ITB, 2009)
Varney, Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC, Vol. 1
Widjanarko,Bambang, 2006, ”Tinjauan Terapi Pada Dismenore Primer”, Mjalah Kedokteran
Damianus. Vol.5.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed. 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai