Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R 22 TAHUN G1P0A0 40-41 MINGGU


INPARTU KALA I FASE LATEN FISIOLOGIS DI UPTD PUSKESMAS
KAHURIPAN KOTA TASIKMALAYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktek Kebidanan Fisiologis
Stase 4 (Persalinan dan BBL)

Disusun Oleh:
DELLA OLIVIA
NIM. P2.06.24.8.20.005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
LAPORAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R 22 TAHUN G1P0A0 40-41 MINGGU
INPARTU KALA I FASE LATEN FISIOLOGIS DI UPTD PUSKESMAS
KAHURIPAN KOTA TASIKMALAYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktek Kebidanan Fisiologis
Stase 4 (Persalinan dan BBL)

Disusun Oleh:
DELLA OLIVIA
NIM. P2.06.24.8.20.005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R 22 TAHUN G1P0A0 40-41 MINGGU


INPARTU KALA I FASE LATEN FISIOLOGIS DI UPTD PUSKESMAS
KAHURIPAN KOTA TASIKMALAYA

DELLA OLIVIA
NIM. P2.06.24.8.20.005

LAPORAN INI TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING UNTUK DI


PRESENTASIKAN DI DEPAN TIM PENGUJI
TANGGAL …………………….

PEMBIMBING LAHAN

TIEN TRISNAWATI, S.T.Keb


NIP. 198008272003122005

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Praktik Fisiologis State 4
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Fisiologis dalam Program Profesi Bidan. Laporan Asuhan ini bisa diselesaikan
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-
masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Hj. Ani Radiati, S. Pd, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Tasikmalaya
3. Dr. Meti Widya Lestari, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi Profesi
Kebidanan Tasikmalaya
4. Sinar Pertiwi, SST, MPH selaku Wali Kelas Program Profesi Bidan Tahun
2020
5. Tim Penanggung Jawab Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologis Stase 3
(Kehamilan)
6. Tien Trisnawati, S.T.Keb selaku bidan pembimbing Praktik Asuhan
Kebidanan Fisiologis
7. Seluruh staff UPTD Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya selaku
lahan Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologis
8. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil.
9. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan

iii
dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.Terimakasih.

Tasikmalaya, 2 November 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Persalinan ....................................................................................................
1. Definisi .................................................................................................5
2. Teori Penyebab Persalinan....................................................................5
3. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan ....................................................6
4. Tanda-Tanda Inaprtu ............................................................................6
5. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan..................................6
6. Tahapan Persalinan ..............................................................................7
B. Bayi Baru Lahir ...........................................................................................
1. Definisi..................................................................................................17
2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal.................................................18
3. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir......................................................18
4. Reflek-Reflek Pada Bayi Baru Lahir ...................................................18
5. Asuhan Bayi Baru Lahir ......................................................................21
6. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir.............................................................22
C. Bayi Baru Lahir ...........................................................................................
1. Definisi..................................................................................................23
2. Tujuan Pemberian Imunisasi.................................................................23
3. Syarat Pemberian Imunisasi..................................................................23
4. Tujuh Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ....................23
5. Macam-Macam Imunisasi ....................................................................23

v
D. Pelvic Rocking Exercise ..............................................................................
1. Definisi Pelvic Rocking Exercise............................................................24
2. Fungsi Pelvic Rocking Exercise..............................................................26
E. Asuhan Kebidanan ......................................................................................
1. Definisi....................................................................................................27
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan.............................................27
3. Pendokumentasiin...................................................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................
1. Asuhan Kebidanan Persalinan.................................................................29
2. Asuhan Kebidanan BBL Esensial...........................................................37
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................
1. Asuhan Kebidanan Persalinan.................................................................38
2. Asuhan Kebidanan BBL Esensial...........................................................40
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan..................................................................................................42
2. Saran.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan ............9

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh hal tersebut atau
pengelolaanya disetiap 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tinggi, menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2018, ada sekitar 830 ibu di dunia
meninggal setiap harinya akibat penyakit/ komplikasi terkait kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu antara lain perdarahan parah
(sebagian perdarahan pasca salin),infeksi, tekanan darah tinggi, partus lama,
abortus yang tidak aman dan penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu
sebelum masa kehamilan.Wanita yang tinggal dinegara berkembang memiliki
resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal
dinegara maju sehubungan dengan faktor yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan (WHO 2018)
Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2010, rata-rata tercatat
305 per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015). AKI di Jawa Barat yang masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Provinsi yang lainnya di Indonesia walaupun sudah
mengalami penurunan saat ini yaitu AKI berdasarkan lapora rutin profil
kesehatan kabupaten/kota tahun 2016 tercatat jumlah AKI yang terlapor
sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH), sedangkan AKB mengalami
peningkatan dari 3.937 kematian bayi pada tahun 2014 menjadi 4.019
kematian bayi pada tahun 2015. (Dinkes Jawa Barat, 2016).
Pada tahun 2017, Menurut hasil pencatatan program KIA Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya menunjukkan Angka Kematian Ibu 14 dan
angka kematian bayi 14 kasus (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2017). Sedangkan
di wilayah kerja puskesmas mangkubumi pada tahun 2020 periode Januari-
November terjadi kasus kematian ibu sebanyak 1 orang.

viii
Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa hamil,
masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012). Persalinan merupakan proses fisiologi yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita yang pada umumnya menakutkan, karena
disertai nyeri bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang
mengancam jiwa.
Persalinan lama menjadi salah satu penyebab meningkatnya mortalitas
dan morbiditas pada ibu dan janin. Pada ibu dengan persalinan lama lebih
berisiko terjadi perdarahankarena atonia uteri, laserasi jalan lahir, infeksi,
kelelahan dan syok, sedangkan pada janin dapat meningkatkan risiko asfiksia
berat, trauma cerebral, infeksi dan cedera akibat tindakan (Oxon & Forte,
2010; Henderson, 2005). Mengingat persalinan lama masih menyumbang
banyak kejadian mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin, maka masalah
ini dipandang perlu untuk diteliti. Dibutuhkan latihan mobilitas dari ibu untuk
menjaga agar ligamen tetap longgar, rileks, bebas dari ketegangan dan lebih
banyak ruang untuk bayi turun kepanggul sehingga lama waktu persalinan
kala I dan kala II dapat diperpendek dengan melakukan senam/olah tubuh.
Menurut Aprilia (2011), Pelvic Rocking merupakan salah satu gerakan
dengan menggoyangkan panggul ke sisi depan, belakang, sisi kiri dan kanan.
Pelvic Rocking Exercises (PRE bertujuan untuk melatih otot pinggang,
pinggul dan membantu penurunan kepala bayi agar masuk kedalam rongga
panggul menuju jalan lahir (Hermina & Wirajaya,2015)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis sangat tertarik untuk


melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan pemberian asuhan
komplementer pelvic rocking pada Ny R 24 tahun di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya.

ix
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam memberi asuhan kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
dengan pendekatan manajemen kebidanan varney dan
pendokumentasian SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1 Mampu mengetahui dan melakukan pengkajian secara subjektif
terhadap Asuhan Kebidanan terhadap kasus Persalinan dan Bayi
Baru Lahir.
2 Mampu mengetahui dan melakukan pengkajian secara objektif
terhadap kasus Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
3 Mampu menetapkan dan mengidentifikasi diagnosa pada Kasus
Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
4 Mampu melakukan penatalaksanaan pada Persalinan dan Bayi
Baru Lahir.
5 Mampu melakukan asuhan komplementer aroma terapi untuk
mengurangi nyeri dalam peralinan.
1.3 Manfaat
Hasil Asuhan ini diharapkan berguna untuk :
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin serta sebagai bahan
evalusi dalam menilai kemampuan menyiapkan materi untuk
persiapan praktek kebidanan secara langsung.
1.3.2 Manfaat Bagi Lahan Praktik
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan
asuhan pelayanan kebidanan pada ibu bersalin.

x
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi
Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan
menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
1.3.4 Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai
dengan kebutuhan pada masa bersalin.

xi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Rohani dkk, 2011)
2. Teori Penyebab Persalinan
a. Teori Keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesterone mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitiv terhadap oksitosin.
3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesterone tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
3) Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktivitas sehingga
persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

xii
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
3. Tanda – tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadinya persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelum
wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang
disebut kala pendahuluan (preparatory of labor). Ini memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor
pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 2013).
4. Tanda-tanda In-Partu
a. Rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada
(Mochtar, 2013).
5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah:
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power):
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma
4) Dan ligmentous action terutama ligament rotundum

xiii
b. Faktor janin (passanger)
c. Faktor jalan lahir (passage) (Mochtar, 2013).
6. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
1) Diagnosis
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Lama kala 1 pada primigravida berlangsung sekitar 12 jam
dan pada multigravida berlangsung sekitar 8 jam (Rohani,
2011).
Pasien dikatakan dalam persalinan kala I jika sudah terjadi
pembukaan servik dan kontaksi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara 0-10 cm (Sulistyowati, 2010).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan
fase aktif
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7- 8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase
(1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Sulistyowati,
2010)
2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,
ketakutan, dan kesakitan.

xiv
(1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
(2) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinannya
(3) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih
sensitive terhadap perasannya
b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan
yang dapat diberikan yaitu:
(1) Lakukan perubahan posisi
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin
di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke
kiri
(3) Sarankan ibu untuk berjalan
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)
untuk memijat atau menggosok punggungnya atau
membasuh mukanya di antara kontraksi
(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai
kesanggupannya
(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas; ibu diminta untuk
menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar
kemudian dipelaskan dengan cara meniup udara keluar
sewaktu terasa kontraksi
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak
menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
pasien atau ibu.
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang
terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil
pemeriksaan.
e) Membolehkan ibu untuk mandi atau membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air kecil atau besar.
f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,
uatasi dengan cara:

xv
(1) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
(2) Menggunakan kipas biasa
(3) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
g) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah
dehidrasi, berikan cukup minum.
h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
(Mochtar,2013)
3) Pemantauan
Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan
intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau
perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.
Tabel 1 : Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam
persalinan normal

PARAMETER FREKUENSI FREKUENSI


PADA FASE PADA FASE
LATEN AKTIF
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setap 30- 60
menit
Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit
janin
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Sumber : (Saifuddin, 2012)
4) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam
selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban
pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partograf
a) Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai
berikut:
(1) Warna cairan amnion
(2) Dilatasi serviks
(3) Penurunan kepala

xvi
b) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam
pertama, mungkin diagnosis inpartu belum dapat
ditegakkan.
(1) Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang
pasien setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada
serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan
terbuka maka pasien dalam keadaan inpartu, jika tidak
terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah
persalinan palsu.
c) Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap
jam.
5) Kemajuan persalinan dalam kala I
a) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik
pada persalinan kala I:
(1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekuensi dan durasi
(2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per
jam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks
berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada)
(3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik
pada persalinan kala I:
(1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah
fase laten
(2) Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1
cm per jam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks
berada disebelah kanan garis waspada:
(3) Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
6) Kemajuan pada kondisi janin
a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari
100 atau lebih dari 180 denyut per menit), curigai adanya
gawat janin.

xvii
b) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan vertex
fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan
malpresentasi
c) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya
persalinan lama, tangani penyebab tersebut.
7) Kemajuan pada kondisi ibu
a) Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu:
(1) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang
dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan
hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan
analgesia secukupnya.
(2) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya
perdarahan.
(3) Jika terdapat aseton di dalam urin ibu, curigai masukan
nutrisi yang kurang, segera berikan dekstrose I.V.
(Saifuddin, 2012).
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
1) Diagnosis
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam (Rohani
dkk, 2011).
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:
(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman
(2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri:
(1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari
infeksi
(2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera
dibersihkan.

xviii
c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi
ibu.
d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi
kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara:
(1) Menjaga privasi ibu,
(2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
(3) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu.
e) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat
dipilih posisi berikut:
(1) Jongkok
(2) Menungging
(3) Tidur miring
(4) Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa
nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan
perineum dan infeksi
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan
berkemih sesering mungkin.
g) Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah
dehidrasi (Sulistyawati,2010)
3) Posisi ibu saat meneran
a) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
baginya. Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-
masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu
turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
b) Ibu dibimbing mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi
bernapas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri
umbilicus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak
normal dan nilai Apgar rendah. Minta ibu bernapas selagi
kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar

xix
perineum meregang pelan an mengontrol lahirnya kepala
serta mencegah robekan.
c) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120)
(Sulistyawati,2010).
4) Kemajuan persalinan dalam kala II
a) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik
pada persalinan kala II:
(1) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
(2) Dimulainya fase pengeluaran
b) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik
pada persalinan tahap kedua:
(1) Tidak turunnya janin di jalan lahir
(2) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
5) Kelahiran kepala bayi
a) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan
saat kepala bayi lahir.
b) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak
terlalu cepat.
c) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika
diperlukan.
d) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir atau darah.
e) Periksa tali pusat :
(1) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat
longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi.
(2) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada
dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem
tersebut, sambil melindungi leher bayi (Saifudin,2012)
6) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya
a) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
b) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.

xx
c) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu
depan.
d) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
e) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian
belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan
tubuh bayi seluruhnya.
f) Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya.
g) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya, dan
nilai pernapasan bayi.
h) Klem dan potong tali pusat.
i) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit
dengan dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus
dan kering, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas
tubuh (Saifuddin, 2012).
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
1) Diagnosa
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani dkk,
2011).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan
pascapersalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi
pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tarikan pada
tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
(Saifuddin, 2012).
2) Penanganan
a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta:

xxi
(1) Oksitosin dapat diberikan dalam 1 menit setelah
kelahiran bayi.
(2) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara
ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg I.M.
b) Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan
cara:
(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas
simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan gerakan dorso cranial-ke arah
belakang dank e arah kepala ibu.
(2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-
6 cm di depan vulva.
(3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya
kontraksi kuat (2-3 menit).
(4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali tali pusat
yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan
tangan ke uterus.
c) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan
pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberi
tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus
sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap
berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas (Nuraisah,2012)
d) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati
plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan
ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

xxii
e) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase
fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat
mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama
10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, segera
lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak
teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk
perdarahan pascapersalinan.
f) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum
juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit
I.M. dosis kedua, dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama.
g) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum
juga lahir dalam waktu 30 menit:
(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika
kandung kemih penuh.
(2) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
(3) Berikan oksitosin 10 unit I.M dosis ketiga, dalam jaeak
waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis kedua.
(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan
plasenta.
h) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua
robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomy
(Saifuddin, 2012).
d. Kala IV (Kala Pengawasan)
1) Diagnosa
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut (Rohani dkk, 2011).
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,
masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus

xxiii
berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah
untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi
kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan.
b) Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua.
c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
e) Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu pada posisi yang
nyaman.
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan
menyusui bayinya.
g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat
tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga
membantu uterus berkontraksi.
h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan
ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing
setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam
3 jam pascapersalinan.
i) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang:
(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
(2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Elisabeth,2015)

B. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

xxiv
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiah dan Yulianti,
2010).

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda
antara lain: appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerah-
merahan, pulse/heart rate (frekuensi jantung > 100x/menit, grimace
(reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk/bersin, activity (tonus
otot), gerakan aktif, respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Rukiah
dan Yulianti, 2010).
Kehangatan tidak terlalu panas (>37,5°C) atau terlalu dingin
(<36,5°C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada
hari ke 2-3 tidak biru, pucat, tidak muntah, tidak terlihat tanda-tanda
infeksi pada tali pusat seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau
busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau
tangisan kuat, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus
menerus (Rukiah dan Yulianti, 2010).
3. Adaptasi Fisilogis BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.
Konsep ini merupakan hal yang penting pada kehidupan ekstrauterin.
b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi,
metabolik dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara
memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrateri.
4. Perubahan Bayi Baru Lahir
a. Perubahan Pernafasan
Pada menit-menit terakhir kelahirannya janin semakin hipoksik
karena kekurangan oksigen. Sebagai akibat kurangnya sirkulasi darah
melalui plasenta karena kontraksi uterus yang kuat. Dengan usaha

xxv
bernafas pertama cairan yang menempati jalan nafas didorong ke dalam
alveoli yang berkembang, sehingga cairan ini dapat diabsorpsi dengan
cepat ke dalam pembuluh darah dan sirkulasi limfa paru. Dalam 15
menit setelah lahir, cairan ini telah hilang dan alveoli mengembang
karena udara (Saifudin,2006).
b. Perubahan Sirkulasi Darah
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.
Tindakan ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan
terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi yang terjadi
dalam paru sebagai respon terhadap tarikan napas pertama. Karena tali
pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-
plasenta terputus. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem
adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic
vascular resistence, SVR). Hal yang penting adalah peningkatan SVR
ini terjadi pada waktu bersamaan dengan tarikan napas pertama bayi
baru lahir. Oksigen dari napas pertama menyebabkan sistem pembuluh
darah paru relaksasi dan terbuka (Elisabeth,2014).
c. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan.
Pada saat meninggalkan rahim ibu yang hangat bayi tersebut kemudian
masuk ke dalam lingkungan ruangan yang jauh lebih dingin.
Pembentukkan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi. (Varney, 2006).
d. Metabolisme Glukosa
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan dapat dilakukan dengan tiga
cara, melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir), melalui
penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama (glukoneogenesis).

xxvi
e. Perubahan Gastrointestinal
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung belum sempurna
yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri
penting contohnya memberi ASI on demand.
f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
5. Refleks-Refleks pada Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis
yang ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks-refleks
tersebut sebagai berikut :
a. Mata
1) Berkedip atau corneal. Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang
yang tiba-tiba. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
2) Pupil. Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan padanya.
Refleks ini harus ada sepanjang hidup.
3) Glabela. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antar dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
b. Mulut dan tenggorokan
1) Rooting. Bayi akan memutar kepala seakan mncari puting susu.
Refleks ini biasanya adapada saat lahir dan menghilang pada usia 3-
4 bulan.
2) Mengisap/Sucking. Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk
mengisap puting susu dan menelan ASI.
3) Swallowing/Menelan. Refleks ini harus tetap ada sepanjang hidup.
4) Muntah. Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, isapan
atau masuknya selangharus menyebabkan bayi mengalami refleks
muntah. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Ekstremitas

xxvii
1) Menggenggam/ Palmar. Sentuhan pada telapak tangan dapat
menyebabkan fleksi tangan dan jari. Refleks ini akan menghilang
pada usia 3-4 bulan.
2) Babinski. Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi.
Refleks ini dijumpai hingga usia 8 bulan.
3) Masa tubuh. Ada beberapa refleks pada masa tubuh, diantaranya :
a) Refleks Moro. Refleks dimana bayi akan mengembangkan tangan
lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu membalikkan dengan
tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Refleks
moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah berusia 6
bulan.
b) Refleks Tonic Neck. Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat
ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi
tersebut. Refleks ini tampak pada usia 2bulan dan menghilang
pada usia 6 bulan.
c) Gallant. Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi.
Refleks ini akan dijumpai pada usia 4-8 minggu (Rohani, 2011).
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar  yang di berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,
baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah (Martinda, 2010).
Tujuan utama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, yaitu :
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Memotong tali pusat.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
d. Identifikasi.
e. Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48
jam setelah bayi lahir.

xxviii
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-
8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Sebelum bayi lahir dilakukan penilaian apakah kehamilan cukup
bulan dan apakah cairan ketuban jernih atau bercampur mekonium. Segera
setelah bayi lahir dilakukan penilaian kembali apakah bayi langsung
menangis atau bernafas, warna kulit kemerahan atau sianosis, dan tonus
otot baik atau lemah. Jika keadaan bayi normal, maka dilakukan asuhan
kebidanan sebagai berikut :
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Isap lendir dari mulut dan hidung jika perlu
c. Keringkan
d. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2
menit setelah lahir
e. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
f. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, di paha kiri anterolateral
dan salep mata.
g. Pemeriksaan fisik
h. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
(Kemenkes RI, 2010).
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan
harian untuk bayi baru lahir :
a. Pemberian ASI Eksklusif sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam (paling
sedikit setiap 4 jam,) mulai dari hari pertama.
b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering.
c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering (Saifuddin 2010).
7. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
a. Bayi tidak mau menyusu
b. Kejang
c. Lemah atau letargis

xxix
d. Sesak nafas
e. Merintih
f. Pusar kemerahan
g. Demam atau Tubuh Terasa Dingin
h. Mata bernanah banyak
i. Kulit terlihat kuning
C. Imunisasi Dasar
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang
(Depkes,2017)
2. Tujuan Pemberian Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu Apabila terjadi
penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
menimbulkan cacat atau kematian.
3. Syarat Pemberian Imunisasi
a. Bayi dalam keadaan sehat
b. Bayi umur 0-11 bulan
.4. Tujuh penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi
a. TBC
b. Polio Myelitis
c. Difteri
d. Pertusis
e. Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak
5. Macam-macam Imunisasi
a. BCG : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).
Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100% jadi kemungkinan
anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari
TBC berat. Tempat penyumtikan BCG di lengan kanan atas. Efek

xxx
sampingnya akan terjadi pembengkakan di tempat penyuntikan.
Jadwal pemebrian imunisai BCG diberikan 1 kali pada usia 1 bulan.
b. DPT : memberikan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus. Tempat penyuntikan di paha bagian luar. Efek samping akan
terjadi demam beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan
imunisasi DPT yaitu diberikan 3 kali pada usia 2,3,4 bulan.
c. Polio : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio myelitis.
Diberikan dengan cara diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes.
Jadwal pemberian imunisasi polio yaitu diberikan 4 kali pada usia
1,2,3,4 bulan.
d. Campak : memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Tempat
penyuntikan yaitu pada lengan kiri atas. Efek samping ada demam
beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan diberikan 1
kali yaitu pada usia 9 bulan.
e. Hepatitis B : memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis.
Tempat penyuntikan dipaha bagian luar. Jadwal penyuntikan diberikan
1 kali pada usia 0-7 hari (Buku KIA, Depkes RI, 2019)

D. Pelvic Rocking
1. Definisi
Teori Theresa Jamieson (2011) mengatakan bahwa pelvic rocking
merupakan cara yang efektif untuk bersantai bagi tubuh bagian bawah
khususnya daerah panggul. Teknik ini sering disarankan selama persalinan.
Untuk meningkatkan relaksasi dan memungkinkan gaya gravitasi untuk
membantu perajalanan bayi melalui jalan lahir. Sehingga memungkinkan
kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat.
Saat kehamilan melakukan pelvic rocking dengan birthing ball
dapat menjaga otot- otot yang mendukung tulang belakang. Pada saat
proses persalinan memasuki kala I, jika duduk di atas bola, dan dengan
perlahan mengayunkan dan menggoyangkan pinggul (Pelvic Rocking)
kedepan dan belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan melingkar, akan
bermanfaat untuk :

xxxi
1. Goyang panggul memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah.
2. Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan
tekanan di kandung kemih.
3. Gerakan ini akan membantu anda bersantai.
4. Meningkatkan proses pencernaan.
5. Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina dan
sekitarnya.
6. Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi melalui
panggul jika posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar ke depan.
7. Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu
bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks dapat
terjadi lebih cepat.
8. Ligamentum atau otot disekitar panggul lebih relaks.
9. Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan kepala bayi
turun ke dasar panggul
Mobilisasi persalinan dengan pelvic rocking, yaitu duduk dengan
perlahan mengayunkan dan menggoyangkan pinggul kedepan dan
belakang, sisi kanan, sisi bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu
bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) servik dapat terjadi
lebih cepat. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian, yang menerangkan
pelvic rocking dapat membantu pembukaan servik pada persalinan kala I
fase aktif (Aprilia, 2011).
Teori Theresa Jamieson (2011) mengatakan bahwa pelvic rocking
merupakan cara yang efektif untuk bersantai bagi tubuh bagian bawah
khususnya daerah panggul. Teknik ini sering disarankan selama
persalinan. Untuk meningkatkan relaksasi dan memungkinkan gaya
gravitasi untuk membantu perajalanan bayi melalui jalan lahir. Sehingga
memungkinkan kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat.
Posisi pelvic rocking dengan duduk pada bola persalinan akan
memfasilitasi peningkatan diameter antro posterior panggul. Begitu juga
posisi pelvic rocking dengan bersandar pada bola dan bergerak ke depan
dan ke belakang akan membantu untukmemandu kepala janin ke dalam

xxxii
panggul. Humphrey et al menjelaskan bahwa posisi tegak meningkatkan
kondisi janin melalui pasokan oksigen yang cukup sehingga dapat
meminimalisir terjadinya gawat janin.
Menurut Aprilia (2011), Birthing Ball atau dikenal dengan bola
persalinan. Bola ini awalnya dikembangkan untuk terapi fisik, dan telah
digunakan selama bertahun- tahun oleh terapis fisik dalam berbagai cara
untuk mengobati gangguan tulang dan saraf, serta untuk latihan.
Sedangkan untuk kehamilan dan proses persalinan, bola ini ternyata juga
serba guna, mudah dibawa-bawa, dan mudah dibersihkan. Menggunakan
bola selama kehamilan akan merangsang reflex postural.
Posisi duduk diatas bola, diasumsikan mirip dengan berjongkok
membuka panggul, sehingga membantu mempercepat proses persalinan.
Gerakan lembut yang dilakukan diatas bola sangat mengurangi rasa sakit
saat kontraksi. Dengan bola ditempatkan di tempat tidur, klien bisa berdiri
dan bersandar dengan nyaman diatas bola, mendorong dan mengayunkan
panggul untuk mobilisasi.
Dengan bola dilantai atau ditempat tidur, klien dapat berlutut dan
membungkuk dengan berat badan tertumpu diatas bola, bergerak
mendorong panggul yang dapat membantu bayi berubah ke posisi yang
benar (belakang kepala), sehingga memungkinkan kemajuan proses
persalinan menjadi lebih cepat.
2. Fungsi Pelvic Rocking Exercise
Berdasar hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aprilia,
pada saat proses persalinan memasuki kala I, jika duduk di atas bola, dan
dengan perlahan mengayunkan dan menggoyangkan pinggul (Pelvic
Rocking) kedepan dan belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan melingkar, akan
bermanfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah,
mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan
tekanan di kandung kemih.
Selain itu, gerakan yang dilakukan membantu ibu utnuk rileks
sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal,
vagina dan sekitarnya dan membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam

xxxiii
membawa bayi melalui panggul jika posisi ibu bersalin tegak dan bisa
bersandar ke depan. Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap
kostan ketika ibu bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan)
serviks dapat terjadi lebih cepat.
Mobilisasi persalinan dengan pelvic rocking, yaitu duduk dengan
perlahanmengayunkan dan menggoyangkan pinggul kedepan dan
belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan melingkar, akan bermanfaat untuk
tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu bersalin
diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) servik dapat terjadi lebih
cepat. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian, yang menerangkan pelvic
rocking dapat membantu pembukaan servik pada persalinan kala I fase
aktif
Senada dengan beberapa temuan para ahli yang menunjukkan
bahwa wanita yang menjalani tahap awal persalinan dalam posisi tegak
(duduk atau berdiri) mengalami rasa sakit yang minim dan lebih efektif
menghilangkan nyeri punggung bawah selama pelebaran serviks. (Chaille
et al 2014 ,Leung et al 2013, Taavoni et al 2011, dan Zwelling.et al 2010).
Journal of American Science (2016) mengungkapkan bahwa hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zagazig university di Mesir
menunjukkan Pelvic rocking exercise pada manajemen nyeri punggung
bawah tebukti dapat mengurangi tingkat disabilitas selama masa
kehamilan yang sering menimbulkan kecemasan pada ibu hamil.
Pelvic rocking exercise dapat meminimalisir bahkan
menghilangkan nyeri tulang belakang bagian bawah pada akhir masa
kehamilan dan meningkatkan fungsi tubuh serta aktivitas ibu hamil
trimester akhir yang sering terbatasi aktivitas geraknya akibat nyeri
punggung bawah yang sering muncul. Dengan demikian ibu hamil
mendapatkan tingkat kebahagian yang lebih dan menikmati kehamilannya
sehingga tercapai kualitas hidup yang optimal secara keseluruhan .

E. Asuhan Kebidanan
1. Pengertian

xxxiv
Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012).
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan (Varney, 2006):
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah potensial
d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
e. Langkah V : Perencanaan tindakan yang dilakukan
f. Langkah VI : Penatalaksanaan
g. Langkah VII : Evaluasi
3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Metode SOAP
Pendokumentasian 4 langkah yang menggunakan SOAP
merupakan inti sari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan 7
langkah Varney. Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode
SOAP (Nurasiah, 2012) yaitu :
a. Data Subyektif
Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien.
Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan dengan diagnosa.
b. Data Obyektif
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh
bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan
laboratorium, USG, dan lain-lain. Apa yang dapat diobservasi oleh
bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan
ditegakkan
c. Analisa Data
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif yang
mencakupdiagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah

xxxv
potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan
tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan,
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
d. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan / Implementasi dan
evaluasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 05 Desember 2020


Waktu : 05.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kahuripan
Pengkaji : Della Olivia

I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Ibu Ayah
Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 22 Tahun 21 Tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Golongan Darah : B B
Agama : Islam Islam
Alamat : Kahuripan RT 3 RW 4

B. Keluhan Utama
Ibu datang ke Puskesmas pukul 05.30 WIB dengan keluhan mules-
mules sejak tanggal 04 Desember 2020 pukul 16.00 WIB. sudah keluar
lendir darah dari jalan lahir.
C. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 27-02-2020. Pada kehamilan ini ibu sering memeriksakan
kehamilannya kebidan setiap bulan atau sesuai anjuran , ke dokter 2 kali.
Ibu rutin mengkonsumsi tablet penambah darah. Status imunisasi ibu

xxxvi
TT2. Pergerakan janin mulai dirasakan saat usia kehamilan 16 minggu/ 4
bulan, serta bergerak ±10x/12 jam dalam sehari dan masih dirasakan
sampai sekarang.

2. Riwayat Kehamilan Yang Lalu

Tahun Komplikasi Penolong Komplikasi Komplikasi


No. UK JK BB Keadaan Anak
Melahirkan Kehamilan Persalinan Persalinan Nifas

2020
3.
(Hamil Ini)

D. Riwayat Penyakit
Ibu tidak menderita penyakit berat, menular, keturunan maupun
penyakit yang berhubungan dengan reproduksi. Ibu juga tidak memiliki
alergi.
E. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia pernikahan
±1 tahun.
F. Riwayat Psikososial
Kehamilan ini diharapkan oleh ibu dan keluarga, baik keluarga maupun
suami sangat menerima kehamilan ini. Pengambilan keputusan
dimusyawarahkan bersama suaminya.
G. Riwayat KB
Sebelum kehamilan ini, ibu tidak menggunakan kontrasepsi apapun.

H. Rencana Persalinan
Ibu berencana bersalin di Puskesmas dan ditolong oleh Bidan, serta sudah
mempersiapkan perlengkapan untuk persalinan.

I. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Ibu biasa makan 3 kali sehari, minum ±8 gelas perhari tidak ada makanan
dan minuman yang dipantang. BAB tidak ada keluhan. Sering BAK ±8 kali
sehari apalagi saat malam hari. Tidur malam ±8 jam dan tidur siang ±1 jam
sehari

xxxvii
.
II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosional : Stabil

B. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
C. Antropometri
BB : 60 kg
TB : 153 cm LILA : 29 cm

D. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut


tidak rontok

2. Wajah : Simetris, tidak ada cloasma, tidak ada oedema

3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera


putih, reflek pupil +/+

4. Hidung : Simetris, tidak terdapat polip hidung, tidak ada


pengeluaran sekret abnormal

5. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran abnormal,


pendengaran jelas

6. Mulut : Bibir simetris, kemerahan, tidak terdapat


stomatitis dan karies gigi

7. Leher : Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar


getah bening, kelenjar tiroid dan vena jugularis

8. Payudara : Payudara simetris, puting susu menonjol, tidak

xxxviii
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran colostrum +
Tidak ada luka parut bekas operasi, tidak ada
9. Abdomen :
striae gravidarum.
TFU Mc Donald : 29 cm

Pemeriksaan Leopold :
a. I = TFU 3 jari di bawah processus
xypoideus (px). Teraba bagian bulat,
lunak, kurang melenting
b. II = Di kiri teraba bagian besar
memanjang ada tahanan. Di kanan
teraba bagian kecil janin
c. III = teraba bagian bulat, keras.
Kepala sudah masuk PAP.
d. IV = Konvergent.
Perlimaan 3/5. DJJ : 140 x/menit. His
2x10’x15”. Kandung kemih tidak penuh.

10. Ekstremitas : kuku tidak pucat, tidak ada oedema.


Atas

11. Ekstremitas : tidak ada varises, tidak oedema pada tungkai,


Bawah reflek patela +/+

12. Genitalia : v/v tidak ada kelainan, v/t portio tebal lunak,
pembukaan 2 cm, ketuban utuh, presentasi
kepala, sutura sagitalis melintang, hodge I-II.

E. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13 g/dL
Protein Urin : (-)
Glukosa : (-)

xxxix
III. ANALISA DATA
Ny. R 22 Tahun G1P0A0 40 – 41 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten
Fisiologis

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Evaluasi :
Ibu dan keluarga memahami
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan banyak minum. Evaluasi : Ibu minum
teh manis dan makan nasi dengan sayur
3. Mengajarkan ibu melakukan pelvic rocking exercise. Evaluasi : Ibu dapat
melakukan dengan baik
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengatur nafas saat kontraksi.
Evaluasi : Ibu dapat melakukan dengan baik
5. Memotivasi ibu dan keluarga mengenai dukungan psikologis bagi ibu.
Evaluasi : Keluarga memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu.
6. Memotivasi ibu untuk terus semangat dan berdo’a menghadapi persalinan.
Evaluasi : Ibu semangat dan berdo’a selama menjalani proses persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mempercepat penurunan
kepala dan memperlancar sirkulasi O2 ke janin. Evaluasi : Ibu bersedia
8. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengatur nafas saat kontraksi.
Evaluasi : Ibu dapat melakukan dengan baik
9. Mempersiapkan alat partus dan perlengkapan persalinan serta resusitasi
bayi. Evaluasi : Alat persalinan dan perlengkapan bayi dan ibu sudah
disiapkan.

Catatan Perkembangan Waktu 09.00 WIB


S : Ibu mengeluh mulesnya semakin sering
O : K/U: baik, kesadaran compos mentis. TD : 110/80 mmhg, Nadi : 73
x/m, Suhu : 36,6 , perlimaan : 3/5, His 3x10’x35’’, DJJ : 144x/menit, vt:
v/v : tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 4 cm , ketuban

xl
positif, Sutura melintang, Hodge II, tidak ada moulage, sisa cairan
ketuban jernih.
A : Ny. R 22 tahun G1P0A0 40 - 41 minggu inpartu kala I fase aktif
P :

10. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.


Evaluasi : Ibu dan keluarga memahami
11. Menganjurkan ibu untuk makan dan banyak minum. Evaluasi : Ibu
minum teh manis dan makan nasi dengan sayur
12. Memotivasi ibu dan keluarga mengenai dukungan psikologis bagi ibu.
Evaluasi : Keluarga memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu.
13. Memotivasi ibu untuk terus semangat dan berdo’a menghadapi
persalinan. Evaluasi : Ibu semangat dan berdo’a selama menjalani
proses persalinan.
14. Menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mempercepat penurunan
kepala dan memperlancar sirkulasi O2 ke janin. Evaluasi : Ibu
bersedia
15. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengatur nafas saat kontraksi.
Evaluasi : Ibu dapat melakukan dengan baik

Catatan Perkembangan Waktu 14.30 WIB


S : Ibu mengeluh ingin mengedan seperti ingin BAB, keluar air-air dari jalan
lahir pukul 14.25 WIB
O : K/U: baik, kesadaran compos mentis. Nadi : 81 x/m, perlimaan : 1/5, His
5x10’x50’’, DJJ : 144x/menit, vt: v/v : tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan lengkap, ketuban negatif, UUK kiri depan, Hodge III-
IV, tidak ada moulage, sisa cairan ketuban jernih.
A : Ny. R 22 tahun G1P0A0 40 - 41 minggu inpartu kala II
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
pembukaan sudah lengkap, saatnya ibu untuk meneran bila ada
kontraksi dan adanya dorongan untuk meneran. Evaluasi : Ibu
mengerti atas hasil pemeriksaan

xli
2. Memfasilitasi persiapan alat dan pasien. Evaluasi : Peralatan dan obat-
obatan disiapkan
3. Menyiapkan diri untuk menolong persalinan. Evaluasi : Memakai alat
perlindungan diri lengkap
4. Mengingatkan cara meneran yang baik dan posisi melahirkan yang
aman sesuai keinginan ibu. Evaluasi : Ibu melakukannya dan memilih
posisi litotomi
5. Memimpin meneran saat ada his dan memberi pujian saat ibu meneran
dengan baik. Evvaluasi : Ibu mengedan dengan baik saat ada his
6. Menolong persalinan sesuai APN, bayi lahir spontan jam 15.25 WIB
langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik.
Catatan Perkembangan Waktu 15.25 WIB
S : Ibu merasa lega dan bahagia setelah melahirkan anaknya
O : KU: baik, kesadaran compos mentis, TFU sepusat, tidak teraba janin
kedua, kandung kemih tidak penuh, tampak tali pusat di vulva di klem,
perdarahan normal ± 100 mL.
A : Ny. R 22 tahun P1A0 inpartu kala III
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
yaitu mengeluarkan plasenta dan memberitahu ibu tidak boleh
mengedan. Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU IM di sepertiga paha luar ibu.
Evaluasi : tidak ada alergi
3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat terlihat adanya
tanda-tanda pelepasan plasenta (semburan darah, uterus globuler, dan
tali pusat memanjang). Pukul 15.35 WIB, Plasenta lahir spontan.
4. Melakukan masase uterus 15 kali dalam 15 detik. Evaluasi : Kontraksi
uterus baik.

Catatan Perkembangan Waktu 15.35 WIB


S : Masih terasa mules, lelah

xlii
O : KU: baik, kesadaran compos mentis, TTV tekanan darah : 110/80 mmHg,
pernafasan : 20x/menit, nadi : 83x/menit, suhu : 36,8ºC. TFU : 1 jari
bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh.
Perdarahan pervaginam normal ± 100 mL, terdapat laserasi derajat II.
A : Ny. R 22 tahun P1A0 inpartu kala IV
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Evaluasi : Ibu mengerti
2. Mengecek kelengkapan plasenta. Evaluasi : Plasenta lahir lengkap
3. Melakukan pengecekan laserasi. Evaluasi : Terdapat laserasi derajat 2
(mukosa vagina sampai dengan otot perineum)
4. Melakukan inform consent kepada ibu untuk dilakukan penjahitan
luka perineum. Evaluasi : Ibu bersedia
5. Memberikan lidokain 1% di daerah laserasi. Evaluasi : tidak ada alergi
6. Melakukan penjahitan pada mukosa vagina, kulit, otot perineum
secara jelujur dan jahitan terputus (simple interupted suture).
Evaluasi : Penjahitan telah dilakukan dan tidak ada luka dengan
perdarahan aktif.
7. Membersihkan ibu, mengganti pakain ibu dan memakaikan pembalut.
Evaluasi : Ibu merasa lebih nyaman
8. Mengajarkan ibu teknik masase uterus. Evaluasi : Ibu memahami
9. Melakukan pemantauan kala IV. Evaluasi : Hasil terlampir dalam
partograf
10. Membersihkan dan membereskan tempat bersalin dengan lap dan
larutan klorin 0,5%. Evaluasi : Tempat bersalin bersih kembali
11. Merendam alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit, kemudian cuci bilas dan di sterilkan. Evaluasi : Peralatan telah
siap digunakan kembali
12. Membersihkan diri dan alat APD. Evaluasi : APD sudah bersih
13. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi dan pola istirahat yang ibu
butuhkan. Evaluasi : Ibu istirahat dan minum 2 gelas air putih.

xliii
14. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini miring kiri atau miring kanan.
Evaluasi : ibu mengerti
15. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Evaluasi : ibu mengerti
16. Memberitahukan keluarga untuk terus memberi dukungan terhadap
ibu. Evaluasi : keluarga mendukung penuh ibu.
17. Memberikan terapi Fe 1x1, dan Vitamin A 200.000 IU segera setelah
persalinan dan 200.000 IU diminum 24 jam kemudian. Evaluasi :
Pukul 19.00 WIB ibu minum obat.
18. Menginformasikan mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas dan
menyusui. Evaluasi : Ibu bersedia makan nasi dan sayur.

ASUHAN KEBIDANAN SEGERA SETELAH LAHIR PADA BAYI BARU


LAHIR (BBL) NY. R FISIOLOGIS

Tanggal : 05 Oktober 2019


Waktu : 15.25 WIB
Tempat : Puskesmas Kahuripan
Pengkaji : Della Olivia

I. DATA SUBJEKTIF
-
II. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Tonus Otot : Aktif
Menangis : Kuat
Warna Kulit : Kemerahan
III. ANALISA DATA
Bayi Ny. R Bayi Baru Lahir Fisiologis
IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan, merangsang taktil dan mengganti kain basah dengan kain
kering

xliv
2. Mengklem, memotong dan mengikat tali pusat
3. Meletakkan bayi di atas perut ibu untuk IMD dengan kepala ditutupi topi
dan diselimuti . Evaluasi : IMD berhasil pada sau jam pertama.
4. Pukul 16.45 WIB melakukan pengukuran antropometri, hasilnya BB 2700
gram, PB 49 cm, LK 31 cm, LD 30 cm, LILA 10 cm
5. Meyuntikkan Neo K 1 mg (0,5 mL) secara IM di 1/3 paha luar sebelah
kiri, salep mata Klorampenikol 1% pada kedua mata untuk mencegah
infeksi pada mata. Neo K dan salep mata telah di berikan.
6. Menjaga bayi agar tetap hangat dengan menyelimuti bayi dan menutup
kepalanya. Evaluasi : bayi tidak hipotermi, suhu bayi dalam batas normal.
7. Menyuntikkan vaksin HB0 secara IM 1/3 paha luar sebelah kanan setelah
1 jam penyuntikkan Neo K. Evaluasi : Tidak ada alergi

xlv
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan Persalinan


Pada saat memasuki proses persalinan, kehamilan Ny. R sudah
memasuki usia 40-41 minggu, menurut Saifuddin (2013) persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-40 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Ny. R mengeluh merasakan
kontraksi sejak tanggal 04 Desember 2020 pukul 16.00 WIB. Hal ini sesuai
dengan buku KIA (2019), bahwa tanda awal persalinan yaitu terjadinya his
atau kontraksi, adanya Blood show (Pengeluaran lendir disertai darah melalui
vagina), dan pengeluaran cairan.
Pada pemeriksaan leopold, TFU Ny. R yaitu 3 jari di bawah prossesus
xipoideus (px). Sesuai dengan teori menurut sulistyawati 2010 bahwa pada
usia kehamilan 40 minggu normal nya tinggi fundus uteri yaitu 3 jari dibawah
prosesus xipoideus (px).
Pada kala I dilakukan gerakan sayang ibu, ibu diberikan dukungan
dan kenyamanan posisi. Ibu memilih posisi berbaring miring kiri, hal ini
dilakukan setelah ibu mendapat informasi bahwa berbaring miring ke kiri
dapat membantu janin mendapatkan suplai oksigen yang cukup, sebaliknya
jika ibu berbaring terlentang, maka bobot tubuh ibu akan menekan pembuluh
darah yang membawa oksigen ke janin, sehingga suplai oksigen bayi
berkurang dan menyebabkan gawat janin. Selain pilihan posisi, ibu juga
diberikan asupan nutrisi dan cairan, ibu diberikan segelas teh manis hangat,
hal ini dapat membantu karena selama proses persalinan ibu akan mudah
mengalami dehidrasi (Saifuddin, 2011). Selain itu untuk mempercepat proses
persalinan dan penurunan kepala bayi ibu dianjurkan untuk melakukan pelvic
rocking dengan birthing ball. Pada saat proses persalinan memasuki kala I,
jika duduk di atas bola, dan dengan perlahan mengayunkan dan
menggoyangkan pinggul (Pelvic Rocking) kedepan dan belakang, sisi kanan,
sisi kiri, dan melingkar, akan bermanfaat untuk :

xlvi
1. Goyang panggul memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah.
2. Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina dan
sekitarnya.
3. Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi melalui
panggul jika posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar ke depan.
4. Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu
bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks dapat
terjadi lebih cepat.
5. Ligamentum atau otot disekitar panggul lebih relaks.
6. Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan kepala bayi turun
ke dasar panggul
Pada kala I fase aktif Ny. R, dari pembukaan 4 cm sampai pembukaan
lengkap berlangsung selama 5 jam 30 menit. Menurut Rohani, dkk (2011)
bahwa pada Kala I terbagi menjadi 2 fase yaitu: Fase laten dimulai dari
pembukaan 0-3 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 – 10 cm
(lengkap) berlangsung 6 jam. Fase aktif Ny R berlangsung cepat, hal ini
dikarenakan ibu mengikuti anjuran bidan untuk mobilisasi, rileksasi serta
melakukan teknik birthing ball.
Kala II Ny. R berlangsung selama 55 menit dan tidak terjadi penyulit
maupun komplikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rohani dkk,
2011).bahwa lamanya kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam.
Kala III Ny. R berlangsung selama 10 menit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rohani dkk (2011) bahwa kala III dimulai setelah lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Saat
kala III, dilakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan oksitosin 10
unit IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil melihat tanda
pelepasan plasenta serta massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2010) bahwa
asuhan kala III yaitu melakukan manajemen aktif kala tiga terdiri dari 3
langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan peregangantali pusat terkendali dan masase

xlvii
fundus uteri yang berguna untuk mempersingkat kala III dan untuk
mengurangi jumlah kehilangan darah.
Pada kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum
yang merupakan waktu kritis bagi ibu dan bayi, maka dari itu dilakukan
pemeriksaan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, jumlah perdarahan, kandung kemih, dan tanda – tanda vital.
Hal ini sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan dengan teori (Saifuddin,
2013).
Setelah selesai pemantauan Kala IV, Ibu diberikan terapi obat Tab Fe
1x1 minimal selama 3 bulan setelah melahirkan (Depkes, 2013) hal ini untuk
mengganti darah yang terbuang saat proses persalinan sehingga mencegah ibu
mengalami anemia. Vitamin A 200.000 IU segera setelah melahirkan dan
200.000 IU setelah 24 jam bersalin. Alasan diberikannya Vitamin A pada ibu
nifas antara ain meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI sehingga bayi
lebih kebaldan jarang terserang penyakit infeksi dan kesehatan ibu cepat
pulih.

B. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Bayi Ny.R lahir normal dengan berat badan 2600 gram, panjang badan
49 cm, lingkar kepala : 31 cm dan lingkar dada : 30 cm, hal ini sejalan dengan
teori bahwa ciri-ciri bayi lahir normal adalah bayi lahir aterm antara 37-42
minggu dengan BB 2500-4000 gram, PB 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,
lingkar kepala 33-35cm dan tanda tanda vital bayi dalam batas normal
(Nanny, 2011). Pada saat Bayi Ny. R lahir langsung dilakukan penilaian bayi
secara keseluruhan Hal tersebut sejalan dengan konsep teori dimana saat
melakukan penilaian awal pada bayi baru lahir adalah menilai bayi dalam
keadaan normal atau tidak, dengan melakukan penilaian sekilas yaitu melihat
warna kulit bayi, tonus otot bayi, dan tangisan (Nanny, 2011).
Satu jam setelah dilakukan IMD Bayi dijaga kehangatannya dengan
cara mengganti kain, memakaikan baju dan menyelimutinya kemudian diberi
salep mata untuk mencegah terjadinya infeksi dan disuntikan vit.K di paha

xlviii
kiri untuk mencegah perdarahan pada otak dan 1 jam setetelahnya disuntikan
imunisasi Hb0 di paha kanan untuk mencegah penyakit hepatitis B dan
kerusakan hati kemudian bayi diberikan kepada Ny. R untuk disusui. Hal
tersebut sejalan dengan konsep teori yang menjelaskan bahwa menajeman
asuhan bayi baru lahir diantaranya menjaga suhu tubuh bayi, membersihkan
saluran nafas (bila perlu), memotong dan perawatan tali pusat, diberikan salep
mata, vit.K, Hb-0 serta dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi (Buku KIA,
2019).

xlix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan Persalinan pada Ny. R berjalan lancar dan tidak
ditemukan komplikasi kegawatdaruratan, dan secara keseluruhan tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik selama asuhan persalinan.
Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Asuhan yang diberikan pada
By Ny. R telah sesuai dengan standar asuhan kebidanan, dan tidak ditemukan
adanya komplikasi

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari asuhan
kehamilan serta dapat menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan
kebidanan.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
kompetensi mahasiswa.
3. Bagi tempat praktik
Meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada kehamilan secara
profesional, sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan
perkembangan ilmu berdasarkan standar pelayanan kebidanan.
4. Bagi klien dan keluarga
Agar memberikan informasi mengeni pentingnya asuhan pada masa
kehamilan sehingga apabila klien mengalami kompikasi dapat diketahui
sejak dini.

l
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Trans Info Medika
Aprilia, Y. Ritchmond. 2011. Gentle Birth Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia

Asinah. 2010. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu


Dinas Kesehatan JABAR. Profil Kesehatan Tahun 2016. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat. 2016; (Dinas Kesehatan JABAR)
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun
2017. Kota Tasikmalaya; Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya; 2017
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Ajar : Kesehatan Ibu dan Anak.
Continuum Of Care. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Ajar : Imunisasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Kementerian Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Kesehatan RI. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:Kementerian
Kesehatan RI
Mochtar,R. 2012.Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologis Obstetri Patologi Jilid I.
Jakarta:EGC.
Muaba, I.A.C. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Ed. 2. Jakarta: EGC
Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Taufan. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika
Nurasih, Ai, 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT Refika
Aditama
Rahmawati, titik. 2012. Dasar - Dasar Kebidanan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka
Rohani.dkk.2011. Asuhan Pada Masa Persalinan.Jakarta.Salemba Medika
Saifuddin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Suksesty, Catur E. 2017. Efektifitas Pelvic Rocking Terhadap Lama Persalinan,
Dilatasi Servik Dan Penurunan Kepala Janin Pada Ibu Primigravida.
Prosiding seminar Nasional kebidanan dan call for Paper.Vol 1. No 1.

li
Sulistyawati,A dan E Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika
Varney. 2006. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2018.
Zaky HN., Effect of pelvic rocking exercise using sitting position on birth ball
during the first stage of labor on its progres, IOSR Journal of Nursing and
Health Science, 2016 ; PP 1927

lii

Anda mungkin juga menyukai