Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan dan penyebab kematian

pertama pada wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organization

(WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia

adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809

kasus kanker.1 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, angka

kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.2

Kasus kanker payudara di kota Tasikmalaya tahun 2016-2018 yaitu

sebanyak 419 kasus, tahun 2016 terdapat kasus kanker payudara sebanyak 155

kasus, tahun 2017 ada penurunan sebanyak 140 kasus, dan pada tahun 2018

terjadi penurunan sebanyak 124 kasus. Kasus kanker payudara pada tahun

2016-2018 menurut kelompok umur yaitu pada usia 15-24 tahun sebanyak

16,76 atau 4% dari total kasus, usia 25-34 tahun sebanyak 46,09 atau 11% dari

total kasus, usia 35-44 tahun sebanyak 75,42 atau 18% dari total kasus, usia

45-54 tahun sebanyak 96,37 atau 23% dari total kasus, usia 55-64 tahun

sebanyak 146,65 atau 35% dari total kasus, dan usia di atas 65 tahun sebanyak

37,71 atau 9% dari total kasus.3

1
2

Berdasarkan data tersebut, kasus kanker payudara di Kota Tasikmalaya

masih tinggi. Meskipun kelompok umur 15-24 tahun berada dalam posisi

paling rendah namun tetap saja menjadi keresahan tersendiri karena menurut

DVM et al. (2011) 68,6% wanita dengan kanker payudara berobat ke dokter

pada stadium lanjut lokal (IIIa dan IIIb), sedangkan stadium dini (stadium I

dan II) hanya 22,4%. Ini berarti banyak wanita yang memeriksakan

kesehatannya apabila kanker payudara yang dideritanya sudah parah dan bisa

dikatakan terlambat untuk memeriksakannya sehingga tingkat kesembuhannya

menjadi kecil.4

Kanker payudara dapat di deteksi lebih dini dengan cara pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) untuk mengetahui stadium awal, sehingga

pengobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker

payudara. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini

untuk melakukan pemeriksaan adanya benjolan pada payudara agar tidak

terkena kanker payudara. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bisa

diterapkan pada remaja putri yang mengalami perubahan fisik dan

perkembangan seks sekunder yaitu masa pubertas mengalami pembesaran

payudara antara usia 12-13 tahun5. Manfaat pemeriksaan payudara sendiri

pada remaja putri untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan

pada payudara.6
3

Penelitian Risnawati (2015) menyatakan bahwa wanita yang tidak

melakukan pemeriksaan SADARI yaitu (80%) di Pondok Pesantren

Rohmatillah Kudus.7 Penelitian Handayani & Sudarmiati (2012) menyatakan

(65,8%) remaja putri memiliki pengetahuan yang kurang karena belum pernah

mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan SADARI.8 Seorang remaja

yang masih tidak mengerti pemeriksaan SADARI maka diperlukan

penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya

promotif dan preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang

sudah ada dan mencegah timbulnya penyakit serta membantu dalam

mengatasi masalah kesehatan yang harus diberikan secara

berkesinambungan.9 Media penyuluhan kesehatan yang telah digunakan

dalam penyuluhan kesehatan biasanya bervariasi antara lain seperti media

cetak: booklet, leaflet, flayer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubik

dan poster; media elektronik seperti televisi: drama, iklan, film, spot radio

dan Smartphone: media sosial dan aplikasi.10

Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Salah satu media

penyuluhan kesehatan adalah dengan menggunakan media elektronik.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada era sekarang ini

menunjukan semakin banyak media komunikasi yang beredar dalam

masyarakat.
4

Hal ini dikarenakan sangat banyak inovasi dan perubahan pada media

komunikasi yang sedang mewabah dalam masyarakat sekarang ini. Salah

satu contoh yang dapat kita lihat adalah masyarakat menggunakan telepon

pintar atau smartphone android. Seiring dengan perkembangan teknologi

pemanfaatan penggunaan Android bisa digunakan sebagai media informasi

edukatif kesehatan.

Penelitian Dina Faizah (2013), menunjukan bahwa pemanfaatan

teknologi berbasis aplikasi mobile dan internet terbukti efektif dalam

meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat.11 Di dukung

penelitian Budi, N (2014), menyimpulkan bahwa edukasi menggunakan

multimedia efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat.12

Android adalah sistem operasi berbasis linux yang digunakan untuk

telepon seluler (mobile) seperti telepon pintar (smartphone) dan komputer

tablet (PDA). Android menyediakan platform terbuka bagi para

pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri yang digunakan

oleh bermacam peranti bergerak. Android kini telah menjelma menjadi

sistem operasi mobile terpopuler didunia. Data pengguna android di

Indonesia berada di peringkat kelima dalam daftar pengguna smartphone

terbesar di dunia.13

Intensitas penggunaan smartphone pada kaum remaja cenderung lebih

lama dibandingkan orang dewasa ataupun lanjut usia. Hal ini diungkapkan

oleh Rahmadani, dkk (2018) bahwa sebanyak 49 peserta didik dari 84 peserta

didik menggunakan gadget (smartphone) nya lebih dari 7 jam dalam sehari.14
5

Tingkat intensitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi-

informasi yang dibutuhkan oleh para remaja. Kebutuhan yang tinggi terhadap

informasi tersebut harus mendapatkan pengarahan agar dapat menghasilkan

produktivitas bagi remaja, selain untuk kebermanfaatan dirinya juga bisa

memanfaatkan peluang yang maksimal terhadap penguasaan teknologi yang

terdapat pada smartphonenya.

Kegiatan pengarahan tersebut bisa dilakukan dengan memberikan

pemahaman serta kebiasaan untuk mengakses informasi yang mendatangkan

hal positif untuk bisa digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Usaha tersebut

telah dilakukan dengan baik oleh SMA Negeri 5 Kota Tasikmalaya dalam

memanfaatkan peluang untuk menggerakkan siswa dalam hal pemanfaatan

teknologi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari, sehingga tidak hanya

menggunakan untuk sekedar hiburan saja. Salah satu langkah efektif yang

menjadi nilai tambah untuk mengakomodir seluruh siswa yaitu dengan

mengembangkan potensi yang dimiliki serta mengarahkan dan

memaksimalkan pengetahuan yang didapatkan siswanya melalui sebuah

ekstrakurikuler Campus Information and Technology Club atau Campus IT

Club (CIC). Dengan adanya ektrakulikuler ini, siswa diperbolehkan untuk

menggunakan gadged di sekolah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa

mengakses informasi dalam kegiatan pembelajaran dan ektrakulikuler.


6

Hasil studi pendahuluan pada siswi SMAN 5 Tasikmalaya pada tanggal 11

November 2019, melalui wawancara pada 15 siswi didapatkan data yaitu

melalui pertanyaan yang diberikan, seluruh siswi belum mengetahui dan

belum pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan kesehatan khususnya

mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Selain itu, 15 siswi

tersebut sudah memakai smartphone berbasis android yang belum

dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) melalui aplikasi mobile atau informasi-informasi di

internet.

Kehidupan sehari-hari remaja usia sekolah selalu berhubungan dengan

ilmu teknologi salah satunya adalah penggunaan gadged berbasis android.

Namun belum banyak aplikasi yang dimanfaatkan oleh remaja, maka dari itu

diperlukan sebuah aplikasi yang memberikan pengarahan atau informasi

kesehatan khususnya mengenai kanker payudara. Aplikasi yang dapat

dikembangkan mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara

yaitu aplikasi mobile Sadari Breast Cancer. Dengan adanya aplikasi ini

diharapkan remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat mengetahui

mengenai deteksi dini kanker payudara.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Rancangan Aplikasi

Mobile Sadari Breast Cancer Bagi Remaja Putri Tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 5 Tasikmalaya Tahun 2019.”


7

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana analisis kelayakan

rancangan aplikasi mobile Sadari Breast Cancer bagi remaja putri tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 5 Tasikmalaya?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kelayakan aplikasi mobile Sadari Breast Cancer bagi remaja putri tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Membuat media aplikasi mobile Sadari Breast Cancer dengan

tahapan:

(1) Melakukan analisis kebutuhan di lapangan

(2) Membuat desain produk aplikasi Sadari Breast Cancer

2) Melakukan uji kelayakan aplikasi Sadari Breast Cancer dengan

tahapan:

(1) Melakukan uji validitas oleh ahli materi

(2) Melakukan uji validitas oleh ahli media

(3) Melakukan perbaikan desain

3) Melakukan uji coba produk tahap I kepada remaja putri

4) Melakukan revisi produk tahap I


8

5) Melakukan uji coba produk tahap II kepada remaja putri

6) Melakukan revisi desain dan produk tahap II

7) Melakukan pengunggahan produk aplikasi mobile ke play store.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan aplikasi Sadari Breast

Cancer dapat bermanfaat sebagai media informasi bagi remaja putri

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Manfaat Bagi Remaja Putri

Adanya media informasi kesehatan berupa aplikasi mobile

Sadari Breast Cancer yang dapat dijadikan pedoman untuk

melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

2) Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, keterampilan serta pengalaman dalam

proses pembuatan media informasi berupa aplikasi mobile tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

3) Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) berbasis aplikasi yang

merupakan pengembangan teknologi kesehatan dalam pelayanan

woman centred care.


9

4) Manfaat bagi tenaga Kesehatan

Dengan adanya aplikasi mobile ini diharapkan dapat membantu

dan memudahkan bagi tenaga kesehatan dalam pemberian

informasi kesehatan pada remaja putri tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI).

5) Manfaat Bagi Lahan Praktik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

mempermudah pemberian informasi kesehatan dengan

menggunakan media aplikasi tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI).

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan Aplikasi “Sadari Breast Cancer”

terhadap pengetahuan dan sikap pemeriksaan kanker payudara sendiri

(SADARI) pada remaja putri yaitu:

1) Indriani, Tiara (2017) dengan judul “Efektifitas Penyuluhan

Kesehatan “SADARI” Dengan Media Video Terhadap

Pengetahuan Pada Remaja Putri Di SMK Ciputat”.

Metode Penelitian ini menggunakan metode Pre experimental

dengan one group pre- test post-test design. Hasil penelitian bahwa

tingkat pengetahuan seorang remaja sebelum dilakukan penyuluhan


10

kesehatan tentang pemeriksaan SADARI pada SMK YMJ Ciputat

berkategori kurang (47,1%).

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang pemeriksaan

SADARI dengan media video pengetahuan seorang remaja putri

SMK YMJ Ciputat berkategori baik (85,7%). Terdapat pengaruh

pemberian penyuluhan kesehatan dengan media video terhadap

tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI pada SMK

YMJ Ciputat dengan nilai Pvalue= 0,000. Penyuluhan kesehatan

dengan video sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan

remaja putri di SMK YMJ Ciputat dengan nilai Eta Squared

sebesar 0,57.15

2) Hidayati, dkk. (2012) dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Melalui Metode Ceramah dan Demonstrasi Dalam

Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan

Keterampilan Praktik SADARI”. Metode penelitian ini

menggunakan Quasi Experiment. Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh t-hitung ketrampilan siswi melakukan SADARI (sebelum

dan sesudah penyuluhan) sebesar 48,252 dengan α = 0,05, dan

diperoleh p-value (0,000) < 0,05 sehingga Ha diterima, yang

menyatakan ” Ada perbedaan antara ketrampilan siswi melakukan

SADARI di SMA Futuhiyyah Mranggen Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Pertama

Sebelum kegiatan penyuluhan (pretest), responden yang memiliki


11

pengetahuan tentang kanker payudara termasuk kategori kurang

yaitu sebesar 55 (100%) siswi.

Kedua Setelah kegiatan penyuluhan (posttest), responden yang

memiliki pengetahuan tentang kanker payudara 1 (1,8%) siswi

termasuk dalam kategori kurang, 1 (1,8%) siswi termasuk dalam

kategori cukup, sedangkan 53 (96,4%) siswi termasuk dalam

kategori baik. Ketiga Sebelum kegiatan penyuluhan (pretest),

responden yang memiliki ketrampilan SADARI termasuk dalam

kategori kurang sebesar 55 (100,0%) siswa. Keempat Setelah

kegiatan penyuluhan, responden yang memiliki ketrampilan praktik

SADARI termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 55 (100,0%)

siswi. Kelima Ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan

siswa tentang praktik SADARI di SMA Futuhiyyah Mranggen

Kabupaten Demak (p = 0,000 dan z = 6,456).16

3) Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti

Persamaan dengan dua penelitian sebelumnya terletak pada

variable terikat yaitu mengenai pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI), serta perbedaannya pada penggunaan metode

penelitian yang digunakan menggunakan Research and

Development (R&D).

Anda mungkin juga menyukai