Anda di halaman 1dari 10

11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION MENGENAI


SKRINING PRAKONSEPSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA
SUBUR DI WILAYAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2016
Yulizawati 1*, Lusiana El Sinta B 2, Ayu Nurdiyan3, Aldina Ayunda Insani4
1-4
Prodi S1 Kebidanan FK UNAND, Jln. Niaga no. 56 Kota Padang, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL:
Riwayat Artikel:
Tanggal diterima April 2016
Tanggal di revisi Agustus 2016
Tanggal di Publikasi Desember 2016

ABSTRAK ABSTRACT
Latar belakang kesehatan prakonsepsi merupakan
bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara Background Preconceptional health is part of
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya overall health between women and men during their
yang berguna untuk mengurangi risiko dan reproductive lifetime to reduce risk and promote
healthy lifestyles to prepare for healthy pregnancies
mempromosikan gaya hidup sehat untuk
and increase the chances of having healthy babies.
mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan The purpose of this study was to determine the effect
kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Tujuan of health education by peer education method of
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh preconception screening of the knowledge and
pendidikan kesehatan dengan metode peer education attitude of women of child-bearing age.
mengenai skrining prakonsepsi terhadap pengetahua
dan sikap wanita usia subur. This study is an experimental quasi study with
pretest-posttest design. The instrument used is
Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimental
questionnaire. Conducted health education by peer
dengan rancangan pretest-posttest design. Instrumen group method in the intervention group, and in the
yang digunakan yaitu kuesioner. Dilakukan pendidikan control group was not performed. Data were
kesehatan dengan metode peer group pada kelompok analyzed using t-test, and p <0.05 was considered
intervensi, dan pada kelompok kontrol tidak dilakukan. statistically significant.
Data dianalisa menggunakan uji t-test, dan nilai
p<0.05 dianggap bermakna secara statistik. The mean of posttest knowledge in the intervention
group was 6,61 + 1,59 and in the control group was
Rerata pengetahuan posttest pada kelompok
6,23 + 1,31. The mean attitude in the intervention
intervensi sebesar 6,61+1,59 dan pada kelompok
group was 26.71 + 4.81 and in the control group of
kontrol sebesar 6,23+ 1,31. Rerata sikap pada 29.97 + 2.51. There was a significant difference in
kelompok intervensi sebesar 26,71+ 4,81 dan pada WUS attitudes in the intervention group and control
kelompok kontrol sebesar 29,97+ 2,51. Terdapat group with p value 0.010 (<0.05). There was no
perbedaan yang bermakna pada sikap WUS di significant difference between knowledge of WUS in
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p intervention group and control group with p value>
value 0,010 (<0,05). Tidak terdapat perbedaan 0,05.
bermakna antara pengetahuan WUS pada kelompok
From the results of the study it can be concluded
intervensi dengan kelompok kontrol dengan p value >
that health education with peer education method
0,05.
has an effect on the increase of WUS attitude about
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prenuptial screening. There needs to be continuous
pendidikan kesehatan dengan metode peer education socialization about the importance of premarital
berpengaruh terhadap peningkatan sikap WUS screening on prospective brides.
mengenai skrining pranikah. Perlu adanya sosialisasi Keywords: peer education, prenuptial screening,
berkelanjutan tentang pentingnya skrining pranikah knowledge, attitude
pada calon pengantin.
Kata kunci: peer education, skrining pranikah,
pengetahuan, sikap
12

PENDAHULUAN kesehatan dan pembuat kebijakan (Johnson,


AKI dan AKB merupakan indikator utama 2008). Salah satu metode yang efektif yang
derajat kesehatan masyarakat. Saat ini, Angka dapat digunakan untuk menyebarluaskan materi
Kematian Ibu (AKI ) di Indonesia merupakan mengenai kesehatan reproduksi adalah dengan
yang tertinggi di ASEAN yaitu 359 per 100.000 menggunakan metode peer education. Menurut
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi penelitian yang dilakukan oleh Dean,
(AKB) 35 per 1000 kelahiran hidup menyatakan bahwa salah satu strategi yang perlu
(SDKI,2012). Untuk menurunkan AKI dan AKB dikembangkan untuk mempromosikan skrining
serta meningkatkan kualitas kesehatan, salah prakonsepsi ini adalah dengan melibatkan
satu upaya yang dapat dilakukan adalah petugas berbasis masyarakat, salah satunya yaitu
perawawatan kesehatan yang dimulai pada saat peer educator (Dean, 2014).
sebelum terjadinya konsepsi, yang dapat dimulai Pendidikan kesehatan merupakan proses
pada saat remaja. Perawatan kesehatan pendidikan seseorang mengenai kesehatan yaitu
prakonsepsi mengacu pada intervensi biomedis, pelaksanan dari suatu proses perencanaan
perilaku, dan preventif sosial yang dapat berdasarkan teori-teori pendidikan yang
dilaksanakan terhadap individu, kelompok, atau
meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang
masyarakat yang dilaksanakan dalam bidang
sehat (WHO, 2013). Untuk dapat menciptakan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui untuk menumbuhkan kesadaran untuk
skrining prakonsepsi. Skrining prakonsepsi perubahan perilaku sehingga meningkatkan
sangat berguna dan memiliki efek positif kesehatan di masa datang yang dapat dilakukan
terhadap kesehatan ibu dan anak. Penerapan di lingkungan masyarakat, sekolah, dan terhadap
kegiatan promotif , intervensi kesehatan pasien.( Glanz, 2008)
preventif dan kuratif sangat efektif dalam Proses pendidikan kesehatan mempunyai
beberapa aspek penting, yaitu aspek masukan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga
atau sasaran belajar seperti individu, kelompok,
membawa manfaat kesehatan untuk remaja, baik masyarakat, aspek proses atau mekanisme
perempuan dan laki-laki selama masa terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi
reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis oleh faktor sasaran belajar, fasilitator atau
dan sosial, terlepas dari rencana mereka untuk pendidik, metode belajar, alat bantu dan materi
menjadi orang tua (WHO, 2013). yang dipelajari, dan aspek hasil yaitu perubahan
perilaku dari kelompok sasaran yang diberikan
Skrining prakonsepsi ini telah pendidikan kesehatan. (McKenzie, 2005)
dijalankan dengan baik di beberapa negara, baik Untuk mencapai perubahan perilaku, ada
yang berpenghasilan tinggi seperti Italia , dua cara pendekatan yang dapat dilakukan yaitu
Belanda dan Amerika Serikat , atau negara yang secara pendekatan pendidikan dan secara
berpenghasilan rendah dan menengah negara, paksaan. Pendidikan merupakan upaya
seperti Bangladesh, Filipina dan Sri Lanka pembelajaran pada masyarakat agar mau
(WHO, 2013). melakukan tindakan-tindakan yang dapat
memelihara kesehatannya yang biasanya proses
WHO menyebutkan bahwa 4 dari 10 ini memerlukan waktu yang relatif lama, tetapi
wanita mengalami kehamilan yang tidak dapat bertahan lama dalam diri individu.
direncanakan sehingga mengakibatkan Paksaan atau tekanan yang diberikan pada
kebutuhan kesehatan essensial saat kehamilan individu atau masyarakat agar terjadi perubahan
akan berkurang hingga 40%. perilaku tidak terjadi karena proses
pembelajaran, pemahaman, dan kesadaran
kesehatan prakonsepsi dapat berubah
sehingga tidak akan bertahan lama.
dan meningkat maka membutuhkan perubahan Pendidikan sebaya merupakan suatu proses
pengetahuan, sikap dan perilaku individu, tenaga KIE dengan pendekatan komunikasi yang
13

dilakukan oleh kalangan sebaya yaitu dari orang lain untuk melakukan hal yang
kelompok yang sama yang bertujuan untuk sama, dan sebagai mitra wanita berarti
memberi perubahan pada teman yang lain mendorong dan mendukung kesehatan
dengan mencoba untuk mengubah pengetahuan, pasangannya dan jika menjadi seorang
sikap, keyakinan, atau perilaku. Pendidikan ayah, ia akan melindungi anak-anaknya.
sebaya adalah bentuk dari rasa senasib Jadi kesehatan prakonsepsi adalah
sepenanggungan yang dapat dilakukan dalam tentang menyediakan diri sendiri dan
bentuk komunikasi dua arah dengan teman orang yang Anda cintai dengan masa
sebaya. Pendidik sebaya/peer educator dilatih depan yang cerah dan sehat.
dan didorong untuk menyebarluaskan 3. Bagi bayi. skrining pra nikah akan
pengetahuan kepada teman-teman sebaya sesuai membuat orang tua melaksankan hidup
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh sehat sebelum dan selama kehamilan
teman-teman sebayanya.(PMI,2008) sehingga akan melahirkan bayi tanpa
(UNAIDS,1999) cacat atau keadaaan yang tidak normal
Pendidik sebaya merupakan pendidik yang lainnya dan memeberi kesempatan pada
telah dilatih sebelumnya dan mempunyai tugas bayi terhadap bayi untuk memulai
untuk memberikan pendidikan kesehatan pada kehidupannya dnegan sehat.
teman-teman sekelompoknya. Pendidik sabaya 4. Bagi keluarga. skrining pra nikah
diperlukan karena pendidik sebaya akan menciptakan keluarga yang sehat
menggunakan bahasa yang hampir sama dan akan menciptakan kualitas keluarga
sehingga informasi yang didapat mudah yang lebig baik dimasa yang akan
dipahami teman sebaya, selain itu, teman sebaya datang. (CDC, 2006)
mudah mengemukakan pikiran dan perasaannya Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif
pada pendidik sebaya sehingga pesan-pesan pada berbagai aspek kesehatan antara lain :
sensitif dapat dibicarakan lebih terbuka dan 1. mengurangi angka kematian ibu dan
santai. anak
2. mencegah kehamilan yang tidak
Skrining pra nikah atau disebut juga
diinginkan
perawatan prakonsepsi adalah serangkaian
3. mencegah komplikasi selama
intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan
kehamilan dan persalinan
memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan
4. mencegah bayi lahir mati , lahir
sosial yang berkaitan dengan kesehatan wanita
prematur dan Berat lahir rendah
serta hasil kehamilan nantinya. Skrining
5. mencegah cacat lahir
prakonsepsi dilakukan sebagai langkah pertama
6. mencegah infeksi neonatal
untuk memastikan kesehatan calon ibu serta
7. mencegah berat badan rendah dan
calon anak sedini mungkin, bahkan sebelum
stunting
proses pembuahan terjadi.(CDC,2006) Yang
8. mencegah penularan vertikal HIV /
termasuk dalam Perawatan masa prakonsepsi
IMS
yaitu pada masa sebelum konsepsi dan masa
9. menurunkan risiko beberapa bentuk
anatara konsepsi yang dapat dimulai dalam
kanker pada anak
jangka waktu dua tahun sebelum konsepsi.
10. menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan
(WHO, 2013)
kardiovaskular penyakit di kemudian
Manfaat skrreening pranikah : hari (CDC, 2006)
1. Bagi seorang wanita. skriining para Intervensi dalam skrining pranikah :
nikah tidak hanya sekedar untuk 1. Mengelola kondisi medis (seperti
merencanakan kehamilan, tetapi untuk diabetes, obesitas, fenilketonuria, infeksi
menjaga dan memilih kebiasaaan untuk menular seksual, hipotiroidisme,
hidup sehat gangguan kejang, dan HIV), termasuk
2. bagi seorang laki laki. skrining pra konseling wanita tentang pilihan
nikah berguna untuk memilih untuk pengobatan yang paling aman selama
menjaga tetap sehat dan membantu kehamilan.
14

2. Konseling perempuan untuk adalah kemampuan seseorang untuk


menghindari risiko tertentu (seperti mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya
konsumsi alkohol, merokok, resep dan dalam bentuk bukti atau jawaban. Bukti atau
over-the-counter penggunaan obat jawaban tersebut merupakan reaksi suatu
teratogenik, asupan vitamin berlebih, stimulus berupa pertanyaan baik lisan maupun
gizi, dan paparan zat beracun). tulisan. Pengetahuan merupakan kognitif domain
3. Konseling perempuan untuk terlibat yang penting untuk terbentuknya prilaku
dalam perilaku sehat (seperti bertindak. (Notoatmodjo, 2012)
perencanaan reproduksi kehidupan, Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan,
konsumsi asam folat, dan nutrisi yang yakni:
tepat). a. Tahu, sebagai suatu materi yang telah
4. Konseling perempuan tentang dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam
ketersediaan vaksin untuk melindungi pengetahuan dengan mengingat kembali
bayi mereka dari konsekuensi dari pada suatu yang spesifik dari seluruh bahan
infeksi yang mempengaruhi ibu (seperti yang dipelajari/rangsangan yang telah
rubella, varicella, dan hepatitis B). diterima.
5. Konseling pria untuk menghindari risiko b. Memahami, sebagai suatu kemampuan
tertentu (seperti penggunaan tembakau untuk menjelaskan tentang materi yang
dan paparan zat beracun). diketahui dan menginterprestasikannya
6. Konseling orang untuk terlibat dalam secara benar yang diketahui tersebut. Orang
perilaku sehat (seperti perencanaan yang memahami objek harus dapat
reproduksi kehidupan, nutrisi yang menjelaskan, menyatakan contoh,
tepat, dan pemeliharaan berat badan menyimpulkan, meramalkan terhadap objek
yang sehat). (CDC, 2006) yang dipelajari.
Tenaga kesehatan profesional memiliki peran c. Aplikasi, sebagai kemampuan untuk
penting dalam kesehatan prakonsepsi dan menggunakan materi yang telah dipelajari
perawatan kesehatan. Tenaga kesehatan terhadap situasi yang sebenarnya. Orang
profesional dapat mendukung tiga gol perawatan dapat menggunakan perangkat dan
prakonsepsi yaitu : sebagainya pada situasi yang berbeda.
1. Skrining faktor risiko . d. Analisis, sebagai kemampuan untuk
2. Merekomendasikan intervensi untuk menjabarkan dan atau memisahkan materi,
mengatasi risiko diidentifikasi . kemudian mencari hubungan antara
3. Mempromosikan kesehatan dan komponen-komponen yang terdapat dalam
memberikan pendidikan kesehatan. suatu masalah atau objek yang diketahui.
(CDC, 2006) e. Sintesis, sebagai kemampuan
Target dari skrining prakonsepsi ini adalah menghubungkan bagian-bagian di dalam
individu, pasangan, keluarga dan masyarakat bentuk keseluruhan yang baru atau
dengan sosial dan ekonomi terpinggirkan dan menyusun formulasi baru dari formulasi
jadi lebih rentan terhadap kesehatan dan masalah yang ada.
sosial. Pasangan dengan kondisi reproduksi f. Evaluasi, sebagai kemampuan seseorang
sebelumnya yang tidak baik, dan individu untuk melakukan penilaian terhadap suatu
dengan risiko genetik yang sudah ada, seperti objek tertentu. Penilaian-penilaian ini
kondisi talasemia diabetes atau epilepsi harus didasarkan pada suatu kriteria yang
dicapai dengan intervensi disesuaikan dengan ditemukan sendiri atau menggunakan
kebutuhan mereka. (WHO 2013) kriteria-kriteria yang ada. (Notoadmojo,
2012)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu
Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai
seseorang terhadap objek melalui indra yang
terhadap domain kognitif, dalam arti
dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan
pengetahuan merupakan faktor terbentuk
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
perilaku. Pada kenyataannnya, stimulus yang
Bloom dan Skinner menyatakan, pengetahuan
diterima langsung menimbulkan perilaku,
15

artinya seseorang berperilaku baru tanpa terlebih merupakan tingkah laku terbuka. (Robbins,
dahulu mengetahui makna dari stimulus yang 2008)
diterima. Perilaku seseorang didasari oleh Sikap mempunyai beberapa tingkatan yang
pengetahuan dan sikap. Apabila suatu tindakan bersifat hirarki,yakni :
tidak didasari oleh pengetahuan, maka perilaku 1. Pengenalan, seseorang baru mengenal,
tersebut tidak akan berlangsung lama. bersedia menerima, dan memperhatikan
Berdasarkan hasil penelitian Rogers, berbagai stimulus.
diungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi 2. Pemberian respon, seseorang diharapkan
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut harus menunjukkan perilaku yang diminta
melalui proses yang berurutan, yakni 1) dengan berpartisipasi dan memberikan
awareness (kesadaran), apabila orang tersebut tanggapan secara sukarela bila diminta.
menyadari atau mengetahui terlebih dahulu 3. Penghargaan terhadap nilai, seseorang
terhadap stimulus; 2) interest, apabila orang secara konsisten berprilaku sesuai
mulai tertarik kepada stimulus; 3) evaluasi, dengan sesuatu nilai, meskipun tidak
dengan menimbang–nimbang terhadap baik atau ada pihak yang meminta.
tidak stimulus tersebut bagi dirinya, orang akan 4. Pengorganisasian, seseorang
memulai mencoba perilaku baru dan mempunyai komitmen pada suatu nilai
mengadopsi dengan pengetahuan dan sikap dan diharapkan mengorganisasikan
terhadap stimulus. Apabila adopsi perilaku berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam
melalui proses seperti ini didasari pengetahuan, suatu sistem nilai dan menentukan
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku hubungan diantara nilai-nilai tersebut.
akan bersifat langgeng. (Notoatmodjo 2012) 5. Pengamalan, seseorang bukan saja telah
Sikap merupakan pernyataan yang kompleks mencapai perilaku yang lebih rendah,
dan evaluatif mengenai objek, orang/peristiwa, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai
sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya tersebut kedalam suatu filsafat hidup
saling berhubungan. (Robbins, 2008) Sikap yang lengkap dan meyakinkan serta
merupakan kemampuan internal yang berperan perilakunya selalu konsisten dengan
dalam pengambilan keputusan dan mampu filsafat hidup tersebut.
memilih secara tegas dari banyak kemungkinan (Notoatmojo,2005)
pilihan yang ada. Sikap mempunyai ketahanan Menurut Sarlito, untuk membedakan antara
yang relatif, dapat bersifat permanen atau kurang sikap dengan aspek lainnya, sikap mempunyai
permanen dalam mereaksi suatu objek. Sikap ciri-ciri, yakni sikap tidak dibawa sejak lahir
dapat berubah dengan informasi tentang suatu melainkan dipelajari dan dibentuk melalui
objek melalui persuasi, panutan dari seseorang, pengalaman, sikap dapat berubah dengan
tekanan dari seseorang atau dari kelompok keadaan lingkungan di sekitar individu pada saat
sosial. (Sarwono, 2007) yang berbeda-beda. Sikap terkait dengan
Sikap positif belum tentu terwujud dalam motivasi dan perasaan inilah yang membedakan
tindakan yang positif, begitu pula sebaliknya. dari pengetahuan, sikap tidak menghilang
Sikap positif cenderung pada tindakan yang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi. Sikap
mendekati, menyenangi, dan mengharapkan tidak hanya satu macam saja, tetapi bermacam-
objek, sedangkan sikap negatif cenderung macam sesuai dengan objek dapat menjadi
menjauhi, menghindar, membenci, dan tidak perhatian orang yang bersangkutan. (Ibrahim ,
menyukai objek tertentu. Manifestasi sikap tidak 2009)
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
Wanita usia subur (WUS) berkisar usia 15-
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.
45 tahun (Romauli dan Vindari, 2009). Puncak
Sikap menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi
kesuburan untuk wanita, sebelum usia tersebut
terhadap stimulus tertentu. Sikap belum
kesuburan belum benar matang dan setelahnya
merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi
berangsur menurun. (Mansur, 2009) Pada masa
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku
ini terjadi perubahan fisik, seperti perubahan
karena sikap merupakan reaksi tertutup bukan
16

warna kulit, perubahan payudara, pembesaran berusia 46 tahun maka tidak termasuk kriteria
perut, pembesaran rahim, dan mulut rahim. inklusi sehingga jumlah sampel yaitu 31 orang.
Masa ini merupakan masa terpenting bagi Keterbatasan Penelitian
wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasn
Menstruasi pada masa ini paling teratur dan penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu:
siklus pada alat genital bermakna untuk 1. Tersebarnya KUA di setiap kecamatan di
memungkinkan kehamilan.Pada masa ini terjadi Kabupaten Agam Timur sehingga
ovulasi kurang lebih 450 kali. Kondisi yang memakan banyak waktu dalam hal survey
perlu dipantau pada masa subur adalah awal dan penelitian.
perawatan antenatal, jarak kehamilan, deteksi 2. Adanya beberapa KUA yang tidak
dini kanker payudara dan kanker leher rahim, mempunyai pasangan calon pengantin ada
serta infeksi menular seksual (Kumalasari dan jadwal skrining yang ditentukan sehingga
Andhyantoro 2012). terdapat beberapa KUA yang dikeluarkan
dari tempat penelitian.
Kabupaten Agam merupakan salah satu Karakteristik Subjek Penelitian
wilayah yang mempunyai masalah dengan AKI Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik
dan survey awal yang dilakukan peneliti Responden Berdasarkan Kelompok
terhadap beberapa Wanita Usia Subur yang akan Usia
menikah, mengatakan bahwa ia tidak Karakteristik Intervensi Kontrol p
mengetahui skrining prakonsepsi dan tidak (n=30) (n=30)
berencana melakukan skrining prakonsepsi Mean ± SD Mean ±
SD
sebelum ia menikah.
Usia 27,52+5,6 21,5 ± 0,21
Tujuan yang diharapkan adalah untuk 2,6
menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
metode peer education mengenai skrining berdasarkan karakteristik responden pada
prakonsepsi terhadap pengetahuan dan sikap kelompok intervensi menurut usia didapatkan
Wanita Usia Subur di Kabupaten Agam Tahun rata-rata usia responden adalah 27,52 tahun
2016. dengan standar deviasi 5,6, sedangkan rata rata
usia responden pada kelompok kontrol adalah
21,5 tahun dengan standar deviasi 2,6. Untuk
METODE PENELITIAN
mengetahui perbedaan rata-rata karakteristik
kedua kelompok responden dengan berdistribusi
Penelitian ini merupakan penelitian
normal maka berdasarkan hasil uji statistik
kuantitatif dengan metode quasi eksperiment dengan uji beda rerata menunjukan bahwa usia
design dan bentuk rancangan two group kedua kelompok responden didapatkan nilai
pretest-posttest terhadap 62 WUS yang akan p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan rerata
menikah di wilayah Kabupaten Agam Timur usia yang signifikan (p=0,21) antara kelompok
pada bulan September - November 2016. yang diberikan pendidikan kesehatan dengan
Adanya pre-test dan post test sebelum dan kelompok kontrol.
sesudah diadakannya peer education terhadap Perbedaan Rerata Pengetahuan sebelum dan
setelah pendidikan kesehatan
kelompok intervensi. Semua data diolah
Hasil uji normalitas pada pengetahuan dapat
menggunakan SPSS dengan uji-t berpasangan. dilihat pada tabel 5.3.1 berikut:
Tabel 2. Uji Normalitas pengetahuan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok intervensi dan kelompok
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan kontrol
Oktober sampai dengan November 2016,
Pengetahuan N Mean+SD p
dilakukan di seluruh KUA di Kabupaten Agam
Timur. Sampel yang diteliti berjumlah 31 Kelompok
responden, namun karena ada sampel yang Intervensi
17

Pretest 31 6,35+1,64 0,011 10 agar data normal. Namun data masih tidak
Posttest 31 6,61+1,59 0.019 berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan data terdistribusi normal
Kelompok
31 6,23+ 1,31 0,011 (p>0,05).
Kontrol
Tabel 5. Perbedaan rerata sikap pada
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
kelompok intervensi dan
rerata pengetahuan posttest lebih tinggi daripada
kelompok kontrol
pretest. Hasil uji normalitas didapatkan
Intervensi Kontrol
pengetahuan pada kelompok kontrol dan Variabel
(n=31) (n=31)
kelompok intervensi tidak berdistribusi normal
(p<0,05). Sikap Pretest Posttest
25,23+ 26,71+
29,97+ 2,51
Tabel 3. Perbedaan rerata pengetahuan pada 3,99 4,81
kelompok intervensi dan
kelonmpok kontrol Dilakukan analisis uji Wilcoxon karena
Intervensi Kontrol data tidak berdistribusi normal, hasil uji
Variabel P menunjukan terdapat pengaruh pendidikan
(n=31) (n=31)
kesehatan yang signifikan terhadap sikap WUS
Pengetahu Posttes (p<0,05). Dilakukan analisis Mann-Whitney
Pretest
an t pada kelompok intervensi dan kelompok
6,35+1 6,61+1 6,23+ kontrol, didapatkan terdapat perbedaan sikap
0,164
,64 ,59 1,31 yang signifikan antara kelompok intervensi
Dilakukan analisis uji T berpasangan dengan kelompok kontrol.
sehingga didapatkan bahwa tidak terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Dilakukan analisis uji Wilcoxon karena
pengetahuan responden (p>0,05) dan tidak data tidak berdistribusi normal, hasil uji
terdapat perbedaan pengetahuan antara menunjukan terdapat tidak terdapat pengaruh
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.. pendidikan kesehatan yang signifikan terhadap
motivasi WUS (p<0,05). Dilakukan analisis
Perbedaan Rerata Sikap sebelum dan setelah Mann-Whitney pada kelompok intervensi dan
pendidikan kesehatan kelompok kontrol didapatkan terdapat perbedaan
Hasil uji normalitas pada sikap dapat motivasi yang signifikan antara kelompok
dilihat pada tabel 4. berikut: intervensi dengan kelompok kontrol.
Tabel 4. Uji normalitas sikap kelompok Penelitian ini merupakan penelitian
intervensi dan kelompok kontrol eksperimental terhadap 62 orang wanita usia
Sikap N Mean+SD P subur (WUS) . Penelitian ini bertujuan untuk
Kelompok mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
Intervensi metode peer education mengenai skrining
prakonsepsi terhadap pengetahuan dan sikap
wanita usia subur di wilayah Kabupaten Agam.
25,23+
Pretest 31 0,000 Sampel dibagi atas dua kelompok, kelompok
3,99
intervensi yaitu yang diberikan pendidikan
26,71+
Posttest 31 0,000 kesehatan dan kelompok kontrol yaitu yang
4,81
tidak diberikan pendidikan kesehatan.
Kelompok 29,97+
31 0,102 Berdasarkan beberapa analisis yang
Kontrol 2,51
telah dilakukan sebelumnya, maka didapatkan
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil berupa deskripsi atau gambaran
rerata sikap posttest lebih tinggi daripada pretest. karakteristik responden, kebermaknaan
Hasil uji normalitas pada kelompok intervensi hubungan antara variabel bebas dengan variabel
didapatkan sikap tidak berdistribusi normal, terikat. Terdapat perbedaan sikap yang
sehingga dilakukan transformasi data dengan log
18

signifikan antara kelompok intervensi dan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


kelompok kontrol, namun tidak terdapat pengetahuan responden (p>0,05) dan tidak
perbedaan sikap dan motivasi yang signifikan terdapat perbedaan pengetahuan antara
antara kelompok intervensi dan kelompok kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
kontrol. Penelitian Al Azeem dkk menyatakan hal
Karakteristik Usia Responden pada yang sama yaitu terdapat peningkatan
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pengetahuan yang signifikan dari 62,44 ± 4,98
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa menjadi 69,37 ± 3,43. Namun, penelitian ini
berdasarkan karakteristik responden pada mendapatkan bahwa terdapat perbedaan
kelompok intervensi menurut usia didapatkan pengetahuan yang signifikan antara kelompok
rata-rata usia responden adalah 27,52 tahun intervensi dan kelompok kontrol (Al Azeem,
dengan standar deviasi 5,6, sedangkan rata rata 2010). Pengetahuan yang dibahas pada
usia responden pada kelompok kontrol adalah konseling premarital pada penelitian Al Azeem
21,5 tahun dengan standar deviasi 2,6. Untuk ini khususnya pada perawatan neonatus sehingga
mengetahui perbedaan rata-rata karakteristik konten konseling premarital berbeda dengan
kedua kelompok responden dengan berdistribusi konten pendidikan kesehatan yang dijelaskan
normal maka berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini. Banyak calon pengantin
dengan uji beda rerata menunjukan bahwa usia yang akan memasuki kehidupan rumah tangga
kedua kelompok responden didapatkan nilai namun masih mempunyai informasi yang sedikit
p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan rerata tentang seksualitas, reproduksi, dan keluarga
usia yang signifikan (p=0,21) antara kelompok berencana (Bastani, et al, 2010).
yang diberikan pendidikan kesehatan dengan Adanya media massa, juga mempermudah
kelompok kontrol. konseling premaritak dilakukan secara efektif.
Rentang usia calon pengantin pada Terkait dengan sumber informasi tentang
penelitian ini hampir sama dengan rentang usia pramarital terdapat penelitian yang menyatakan
pada penelitian oleh The Building Strong bahwa sumber paling sering sebagai pemberi
Families yang melibatkan lebih dari 5000 informasi premarital adalah televisi (65,5%),
pasangan, dimana kebanyakan usia responden keluarga / kenalan (39,9%) (Hayyawi, 2010).
dalam penelitian ini diatas 18 tahun. Hampir Hal serupa juga dinyatakan dalam penelitian
sama pula dengan penelitian oleh The oleh Soliman et al Berdasarkan tabel 5.4.1 dapat
Supporting Healthy Marriages dimana pada dilihat bahwa rerata sikap posttest lebih tinggi
penelitian ini terdapat 6.200 pasangan yang daripada pretest. Enemukan sumber utama yaitu
berusia 18 tahun keatas maupun terdapat TV (48%) kemudian teman dan kekuarga
beberapa pasangan yang berusia 18 tahun (13,9%) (Soliman et al, 2003).
kebawah (Hunter dan Commerford, 2015). Pada
penelitian di Iran tentang efektifitas program Perbedaan rerata sikap pada kelompok
pendidikan premarital juga didapatkan hal intervensi dan kelompok kontrol
serupa yaitu tidak terdapat perbedaan yang Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa rerata
signifikan antara kelompok intervensi dengan sikap posttest lebih tinggi daripada pretest.
kelompok kontrol (Yazdanoanah et al. , 2014). Dilakukan analisis uji Wilcoxon karena data
Tidak adanya perbedaan yang signifikan tidak berdistribusi normal, hasil uji menunjukan
berdasarkan usia ini dipengaruhi oleh sudah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang
ditetapkannya rentang umur responden pada signifikan terhadap sikap WUS (p<0,05).
kritria inklusi penelitian, sehingga tidak ada usia Dilakukan analisis Mann-Whitney pada
ekstrim yang ditemukan pada responden. kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
Perbedaan rerata pengetahuan pada didapatkan terdapat perbedaan sikap yang
kelompok intervensi dan kelompok kontrol signifikan antara kelompok intervensi dengan
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa kelompok kontrol.
rerata pengetahuan posttest lebih tinggi daripada Adanya sedikit peningkatan sikap pada
pretest. Dilakukan analisis uji T berpasangan kelompok intervensi juga ditemukan pada
sehingga didapatkan bahwa tidak terdapat penelitian Al Azeem. Peningkatan tersebut
19

terletak pada sikap responden dalam menerima KESIMPULAN


perawatan maternitas, penolakan untuk menolak Tidak terdapat perbedaan pengetahuan
menikah dengan calon pasangan dengan yang signifikan antara kelompok yang
penyakit kronik tidak terkontrol. Hal ini berbeda diberikan pendidikan kesehatan dengan yang
dengan penelitian Yazdanpanah dkk yang tidak diberikan pendidikan kesehatan.
mendapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan Terdapat perbedaan sikap yang
sikap yang signifikan antara kelompok
signifikan antara kelompok yang diberikan
intervensi dengan kelompok kontrol.
Penelitian oleh Manley T Adrian pendidikan kesehatan dengan yang tidak
menyatakan bahwa terdapat instrumen umtuk diberikan pendidikan kesehatan.
menilai calon pengantin sebelum menikah yaitu
PREP-M untuk menilai kesatuan pasangan UCAPAN TERIMA KASIH
dalam nilai, sikap dan kepercayaan, kesiapan
pasangan untuk menikah, faktor lingkungan Ucapan terima kasih diberikan kepada
keluarga dan rumah, kesiapan pribadi, dan Faultas Kedokteran dan Program Studi S1
kesiapan pasangan (Manley, 2006). Penelitian Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
oleh Norvell pada tahun 2009 memberikan Andalas, kepala dan staf KUA Kabupaten Agam
informasi tentang instrumen yang berbeda. The Timur serta masyarakat wilayah Kabupaten
Cleveland Diocese Evaluation for Marriage Agam Timur yang selalu memberikan dukungan
(CDEM), dimana instrumen ini menilai dan dorongan di setiap kegiatan penelitian yang
pernyataan kritis, kepercayaan, perasaan, dam
dilakukan.
sikap terhadap prinsip dan isu pernikahan
(Norvell, 2009). DAFTAR PUSTAKA
Pada penelitian oleh Hunter dan Al Azeem, ST, dkk. Promotion of Knowledge
Commerfor pada tahun 2015 dinyatakan bahwa and attitude towards premarital care : An
iterventional study among medical student
banyak faktor lain yang mempengaruhi
in Fayoum University. 2011. Journal of
efektivitas konseling selain motivasi seperti
Public Health and Epidemiology 3(3).pp.
komitmen hubungan, masalah mental emosional
121-128
kesehatan, level awal dari distres hubungan, dan
pertunangan (Hunter dan Commerford, 2015). Al Kindi Rahma, Salha Al Rujaibi, Maya Al
Beberapa penelitian menyatakan bahwa calon Kendi. Knowledge and Attitude of
University Students Towards Premarital
pengantin mempunyai motivasi yang berbeda-
Screening Program. 2012. Oman Medical
beda untuk mencari konseling premarital.
Journal 27(4) : 291-296
Mereka yang memprediksi akan terjadi masalah
dalam pernikahan di masa yang akan datang, Dean, et al, Preconception care: promoting
potensi perceraian, dan mereka yang reproductive Planning, Reproductive
Health, Biomed Jurnal, 2014
direkomendasikan untuk dilakukan konseling
oleh tenaga ahli paling sering mencari konseling Hunter Cathryn and Jo Commerford.
sebelum menikah (Norvell, 2009). Relationship education and counseling
Recent Research Findings. 2015. CFCA
Klien yang mendapatkan manfaat dari
Paper No.3
adanya konseling premarital ini mempunyai
karakteristik yang sama yaitu riwayat agresi, Johnson,Key, Policy And Finance For
sedang mengalami krisis, bertindak destruktif, Preconception Care Opportunities for
dan pasangan yang merasakan bahwa keluarga Today and the Future, Women’s Health
Issues 18S (2008) Elsevier Inc.2
masing-masing memberikan dukungan. Jadi
dengan adanya konseling premarital akan Khadivzade Talat and Elham Arghavani.
merubah perikaku calon pengantin tersebut. Religious Beliefs and Fertility Preferencess
Perilaku akan berpengaruh secara negatif jika among Engaged Couples, Referring to
terdapat dampak negatif juga pada role model Premarital Counseling Centers of Mashhad,
yang dipilih calon pengantin (Norvell, 2009).. Iran. 2014. Journal of Midwifery and
Reproductive Health
20

Manley Adrian T. Exploring The Attitudes, 2009. Thesis in University of North Texas.
Beliefs, Preparation and Practices of
Shahhossini Zahreh, Zaenab h, Maryam Karda
African American Clergy in Premarital Souraki. The Effects of Premarital Relationship
Counseling. 2006. Dissertation. Enrichment Programs on Marriage Strength : A
Narratve review article. 2014. Journal of
Murray Christine E and Thomas L.Murray. Nursing and Midwifery science. 1(3) : 62-72.
Solution-Focused Premarital Counselig :
Helping Couples Build Vision For Their Yazdanpanah Machdie,Mohammad Eslami and
Marriage. 2004. Journal of Marital and Family Nouzar Nakhace. Effectiveness of The
Therapy. 30(3),349-358 Premarital Education Programme in Iran. 2014.
Hindawi Publich Health. pp 1-5
Norvell Karen. In Good Communication and In
Bad : a Study of Premarital Counseling and
Communication skills in Newlywed Couples.

Anda mungkin juga menyukai