Anda di halaman 1dari 39

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SMA X

TERHADAP METODE SADARI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat


melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi

Oleh:

AQSHAL MUBARAK
1907101010154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang


dapat berasal dari epitel duktus maupun lobusnya. Kanker payudara terjadi karena
adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Tumor dapat terbentuk karena
jumlah sel yang berlebihan yang pertumbuhannya sudah tidak dapat dikendalikan
lagi yang diakibakan oleh sel lama yang tidak mati dan terus membentuk sel-sel
baru (padahal belum dibutuhkan) (1).

American Cancer Society menyatakan bahwa kanker payudara termasuk


jenis kanker kedua yang paling mematikan setelah kanker paru-paru. Data pada
situs tersebut juga menunjukkan bahwa 1 dari 8 wanita di Amerika berpeluang
menderita kanker payudara invasif (menyebar hingga ke organ lain) dan 1 dari 36
wanita di negara tersebut meninggal karena kanker payudara. Sementara di
Singapura, Breast Cancer Fondation Singapore memberikan data bahwa 1 dari 16
wanita didiagnosa mengidap kanker payudara (2).

Menurut data Global Cancer Observatory (Globocon), kanker payudara


terjadi di 185 negara dan merupakan kanker dengan insiden tertinggi di 107
negara di dunia, dan 3 negara dengan kasus kanker payudara (Breast Cancer)
tertinggi pada tahun 2021 adalah China, USA dan India. Dengan angka kejadian
(IR), kanker payudara menyumbang 11,7% dari 19,2 juta kasus yaitu sebanyak
2.261.419 orang disemua usia (3).

Di sisi lain, angka kejadian kanker payudara di Indonesia sebanyak 65.858


(16,6%) kasus berada pada urutan ke 11 didunia, urutan 4 di Asia, sedangkan di
Asia Tenggara urutan ke 1. Kanker payudara memiliki insiden tertinggi pada
wanita, sebesar 30,8% per 100.000 penduduk dan angka mortalitas sebesar 20,4%
yaitu 22.430 kasus (4).

Gejala awal kanker payudara seringkali tak dikenali atau dirasakan dengan
jelas oleh penderita menjadi penyebab tingginya angka kematian kanker payudara.
Kematian akibat kanker payudara bisa dicegah sejak dini, jika kanker payudara
dideteksi sejak dini, angka harapan hidup bisa mencapai 80% hingga 95%. Tapi
ternyata 70% dari pasien kanker payudara berkunjung ke Dokter saat sudah
stadium lanjut sehingga memengaruhi kualitas hidup pasien (5).

Penderita kanker payudara telah banyak ditemukan pada usia muda bahkan
tidak sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita tumor dipayudaranya,
dimana tumor dapat berpotensi menjadi kanker bila tidak terdeteksi lebih awal (6).

Deteksi dini pada perempuan diperlukan untuk mencegah peningkatan


angka kejadian kanker payudara. Deteksi dini merupakan pemeriksaan pada
payudara untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada payudara dan menjadi
upaya untuk menemukan kanker yang dapat disembuhkan, seperti kanker lama,
kanker dengan ukuran kecil, dan kanker yang bisa menimbulkan kerusakan.
Sasaran dari upaya deteksi sini adalah mereka yang sehat, asimtomatik, dan yang
berisiko tinggi mendapatkan kanker. Beberapa metode deteksi dini yang tersedia
antara lain MRI (Magnetic Resonance Imaging), SADANIS (Pemeriksaan
Payudara Klinis), SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), Pemeriksaan
Penunjang seperti Mamografi atau USG Payudara. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan sendiri dan mudah adalah SADARI yang memiliki tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya benjolan dalam payudara, dapat mengenal dan
mengetahui kondisi serta perubahan signifikan yang terjadi pada payudara (4,7).

Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) adalah permeriksaan payudara


sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri tanpa harus pergi kepetugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya. American Cancer Society dalam proyek skrining kanker
payudara menganjurkan pemeriksaan Sadari walaupun tidak dijumpai keluhan
apapun. Dengan melakukan deteksi dini dapat menekankan angka kematian
sebesar 25-30 %. Dengan melakukan deteksi dini seperti Sadari diperlukannya
minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup seta menjaga kualitas hidup untuk lebih baik (2).
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah pengembangan
kepedulian seorang perempuan terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan
ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal
penyakit kanker payudara untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
pada payudara. SADARI dilakukakn antara waktu 7 – 10 hari setelah hari pertama
menstruasi/ sudah selesai menstruasi (8).

Pengetahun yang baik mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI) akan menimbulkan sikap yang peduli terhadap upaya Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI), sehingga mendorong seorang siswi mempunyai
perilaku yang baik untuk Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dalam rangka
pencegahan kanker payudara. Sesuai dengan uraian yang telah penulis paparkan di
latar belakang, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswi SMA X Terhadap Metode Sadari”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin penulis teliti adalah: Bagaimana tingkat


pengetahuan siswi SMA X mengetahui metode SADARI?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswi


SMA X terhadap metode SADARI.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja Siswi SMA X terhadap


perilaku SADARI

2. Mengetahui hubungan pengetahuan remaja Siswi SMA X terhadap


perilaku SADARI
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas


kesehatan untuk lebih aktif dalam melakukan penyuluhan dan edukasi kepada
masyarakat dan terkhusus remaja putri untuk menerapkan perilaku SADARI.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi sekolah-sekolah khususnya di SMA X dalam


meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswinya terhadap perilaku SADARI.

3. Bagi responden

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya perilaku SADARI


untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi peneliti

Memperluas wawasan dalam hal penelitian dan menambah pengetahuan,


keterampilan serta membentuk kepedulian peneliti untuk berperan aktif dalam
melakukan upaya untuk menurunkan kejadian kanker payudara dengan
mengaplikasikan perilaku SADARI dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu


yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa
sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal
menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru (9).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut (11), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai


intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan tingkatan pengetahuan yaitu
sebagai berikut:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk


mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat


menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahui.

3. Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut


dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi
yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan


memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu objek.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari


formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Penilaian (evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap


suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.

2.1.3 Metode Memperoleh Pengetahuan

Ada beberapa cara yang dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh


pengetahuan, antara lain (12):

1. Metode keteguhan (tenacity).


Dengan metode ini orang menerima suatu kebenaran karena merasa yakin akan
kebenarannya. Unsur keyakinan berperan dalam metode ini. Bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Allah, dan bukan berasal dari monyet, diterima sebagai
kebenaran karena keyakinan agama.

2. Metode otoris.

Sesuatu sebagau kebenaran karena sumbernya mempunyai otoritas untuk itu.


Bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah diterima sebagai suatu kebenaran
karena sumbernya adalah Alkitab. Pernyataan dari seorang tokoh tertentu diterima
sebagai kebenaran karena ia mempunyai keahlian di bidang itu.

3. Metode a priori atau intuisi.

Sesuatu diterima sebagai kebenaran semata-mata berdasarkan intuisi.

4. Metode tradisi.

Seseorang menerima suatu kebenaran dari tradisi yang berlaku di dalam


lingkungannya.

5. Metode trial and error.

Pengetahuan dengan cara ini diperoleh melalui pengalaman langsung. Sesuatu


yang dianggap benar diperoleh sebagai hasil dari serangkai percobaan yang tidak
sistematis. Mula-mula dicoba, hasilnya salah, dicoba lagi, dicoba lagi sampai
akhirnya ditemukan yang benar.

6. Metode metafisik.

Suatu pengetahuan yang dianggap benar diperoleh secara metafisik. Jawaban


terhadap masalah yang ditemukan dalam dunia empiris dicari di dalam dunia
supernatural, di dalam dunia transenden. Pengetahuan yang diperoleh dari ajaran
agama atau kepercayaan atau mistik termasuk dalam golongan ini.

7. Metode ilmiah.
Metode ini dilakukan proses deduksi dan induksi. Permasalahan ditemukan di
dalam dunia empiris, dan jawabannya juga dicari di dalam dunia empiris melalui
proses deduksi dan induksi yang dilakukan secara sistematis. Terdaat 6 kriteria
pada metode ini, yaitu (1) berdasarkan fakta, (2) bebas dari prasangka, (3)
menggunakan prinsip-prinsip analisis, (4) menggunakan hipotesis, (5)
menggunakan ukuran obyektif, dan (6) menggunakan teknik kuantitatif.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (9), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok serta mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah
seseorang untuk memperoleh informasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi
cenderung untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber meskipun tidak
menutup kemungkinan bahwa orang yang berpendidikan rendah memiliki
pengetahuan yang rendah pula.

2. Informasi/media massa

Menurut UU Teknologi Informasi, informasi adalah suatu tekhnik untuk


mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi yang
diperoleh baik formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Perkembangan teknologi akan menyediakan bermacam media
masaa yang dapat menginovasi pengetahuan masyarakat. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang
berupa sugesti yang mengarahkan pendapat seseorang. Adanya informasi yang
baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran mengenai hal
baik atau buruk. Dengan begitu seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status social ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada di lingkungan tersebut. Hal tersebut
terjadi karena adanya interkasi antara lingkungan dan individu yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan yang telah
diperoleh dalam memecahkan masalah yang telah dihadapi di masa lalu.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya serap informasi seseorang. Semakin bertambahnya usia


maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya lebih baik.

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker merupakan suatu penyakit yang tidak menular namun berbahaya


karena adanya sel-sel pada tubuh yang tumbuh tidak normal, tidak terkendali dan
menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh (13). Menurut (14)
kanker payudara disebut juga Carcinoma Mammae adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar
payudara, saluran payudara, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya.
2.2.2 Epidemiologi

Menurut American Cancer Society (ACS) dan the International Agency


for Research on Cancer (IARC), kanker payudara merupakan diagnosis kanker
paling umum di dunia yang diderita oleh perempuan pada tahun 2020, dengan
perkiraan 2.3 juta kasus (11.7%), diikuti oleh kanker paru (11.4%), kanker
kolorektal (10%), kanker prostat (7.3%) dan kanker perut (5.6%) (15).
Berdasarkan WHO, kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi
pada wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahunnya, dan menyebabkan
jumlah terbesar kematian akibat kanker payudara. Pada tahun 2018, diperkirakan
627.000 wanita meninggal karena kanker payudara, yaitu sekitar 15% dari semua
kematian akibat kanker di kalangan wanita (16).

Kanker Payudara di Indonesia merupakan angka kejadian untuk


perempuan yang tertinggi. Pada Tahun 2018 diperkirakan sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk (17).

2.2.3 Etiologi

Ca mammae terjadi ketika beberapa sel payudara mulai tumbuh secara


tidak normal. Sel-sel tidak normal ini membelah lebih cepat daripada sel-sel sehat
dan terus menumpuk, membentuk benjolan atau massa. Sel-sel dapat menyebar
(bermetastasis) melalui payudara ke kelenjar getah bening atau ke bagian lain dari
tubuh. Keganasan paling sering dimulai dari sel-sel di saluran penghasil air susu
(invasive ductal carcinoma). Ca mammae juga dapat bermula pada jaringan
kelenjar yang disebut lobulus (invasive lobular carcinoma) (18).

2.2.4 Faktor Resiko

Penyebab kanker payudara secara umum belum diketahui dengan pasti,


namun ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan seseoarang terkena
kanker payudara, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah:


1. Faktor Usia.

Bertambahnya usia seseorang wanita, maka risiko untuk terkena


kanker payudara juga semakin tinggi, tidak menutup kemungkinan
usia muda juga dapat terkena kanker payudara (19).

2. Riwayat keluarga dan Genetik.

Adanya riwayat keluarga dan genetik. Pada genetic adanya pembawa


mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TAPI53 (p53) (20).

3. Adanya riwayat penyakit payudara.

Seorang wanita mempunyai riwayat tumor jinak pada payudara


sebelumnya dapat bermutasi menjadi ganas. (21) mengungkapkan
bahwa wanita menderita Hyperplasia atipikal mempunyai risiko 5 kali
lebih besar untuk terkena kanker payudara.

4. Usia menarke.

Menarche atau disebut dengan menstruasi pertama. Apabila seorang


wanita mengalami menstruasi pada usia ≤12 tahun akan berhubungan
dengan lamanya terpapar oleh hormon estrogen dan hormon
progesteron akan mempengaruhi proses proliferasi jaringan, salah
satunya yang termasuk adalah jaringan pada payudara (19).

5. Riwayat Kehamilan.

Sesorang wanita yang berusia > 30 tahun dan belum pernah


melahirkan anak, berisiko terkena kanker payudara lebih tinggi (19).

6. Menoupaus usia lanjut.

Menoupause setelah usia 55 tahun akan meningkatkan risiko untuk


mengalami kanker payudara (22).

b. Faktor resiko yang dapat diubah:


1. Masa Menyusui.

Menyusui merupakan salah satu faktor hormon yang dapat


dimodifikasi. Wanita yang menyusui memiliki faktor risiko kanker
payudara lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak
menyusui (23).

2. Hormonal.

Pemakaian kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko terkena


kanker payudara karena adanya peningkatan paparan atau pajanan
hormon esterogen yang dapat memicu pertumbuhan sel secara tidak
normal pada payudara (24).

3. Obesitas.

Menurut (25), faktor obesitas menyebabkan 30% risiko lebih tinggi


terjadinya kanker dikarenakan asupan energi yang berlebihan pada
obesitas dapat menstimulasi produksi hormon esterogen, terutama pada
wanita setelah menopaus.

4. Mengonsumsi alcohol.

Konsumsi alkhol akan menyebabkan risiko berkembangnya kanker


payudara, hal ini tergantung jumkah alkohol yang dikonsumsi (26).
Perempuan yang mengkonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per hari
memiliki risiko terkena kanker payudara lebih tinggi (27).
Mengkonsumsi alkohol tidak hanya mengurangi kepadatan dan
kekuatan tulang namun juga kemampuan tulang untuk memperbaiki
kerusakan atau keropos, Menuanya sel pada tulang menyebabkan
kanker kolorektal dan kanker payudara (28).

2.2.5 Patofisiologi
Kanker payudara sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan
merupakan multifaktorial baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya
adanya lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat
menyebabkan kanker payudara, kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan
abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan abnormal antara sel
stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1,
BRCA2 yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta
kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel (29).

Kanker payudara terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel


payudara dan apoptosis sehingga sel payudara berproliferasi secara terus menerus.
Hilangya fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan
sel akibat kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai
pendeteksi kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel abnormal berproliferasi
terus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan
yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan
lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat
aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan
keluar dari gumpalannya dan menyebar ke bagian lain tubuh (29).

Sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru
yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru.
Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel normal disekitarnya
terutama sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali sehingga payudara
penderita akan membesar tidak seperti biasanya (29).

Kanker payudara berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.


Pertumbuhan dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma noninvasive. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma yang dikenal dengan nama
karsinoma invasive. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening,
deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening
aksiler atau supraklavikuler membesar. Kanker payudara pertama kali menyebar
ke kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru,
pleura, dan otak (29).

Menurut (30) dengan tahapan staging kanker payudara dapat diperkirakan


prognosis dan informasi tentang pilihan terapi yang sesuai berdasarkan stadium.
Ada beberapa stadium dalam kanker, yaitu:

1. Stadium 1

Besar tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening di ketiak. Diperkiran dapat
sembuh total ialah 70% (1).

2. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh 30 –
40%. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk
mengangkat sel-sel kanker yang menyebar dan dilakukan juga
penyinar untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker (1).

3. Stadium III

Sel-sel kanker payudara 87 % telah menyebar ke daerah limfa dan telar


berukuran lebih dari 5 cm. penyebaran sel-sel kanker juga terjadi di
bagian kulit dinding dada, tulang rusuk, otot dada, dan menyebar lebih
dari 10 titik di salurah getah bening di bawah selangka. Pada stadium
ini hal yang harus dilakukan untuk kesembuhan pasien ialah
pengangkatan payudara (31).

4. Stadium IV

Sel-sel kanker sudah menyebar ke bagian lain seperti paru,tulang, hati,


dan otak sehingga tidak ada jalan lain selain pengangkatan payudara.
pada tahap ini juga kanker payudara dapat membengkak dan pecah
(31).
2.2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis kanker payudara dalam (32), dapat berupa:

1. Benjolan pada payudara, tetapi tidak nyeri. Benjolan awalnya kecil,


dan akan membesar seiring waktu, kemudian menempel di kulit yang
menyebabkan perubahan kulit pada payudara atau puting.

2. Erosi puting.

3. Puting susu menjadi retraksi atau tertarik kedalam, ber-warna merah


muda atau coklat sampai menjadi bengkak, sampai kulit tampak seperti
kulit jeruk (peau d, orange), keriput atau borok (ulkus). Seiring waktu,
ulkus akan semakin dalam dan lebih dalam, menghancurkan seluruh
payudara, seringkali mengeluarkan bau yang tidak sedap.

4. Ciri-ciri lain meliputi:

a. Pendarahan di puting

b. Apabila tumornya besar biasanya timbul rasa sakit atau nyeri,


borok, atau metastasis tulang muncul.

c. Kemudian, kelenjar getah bening di bawah ketiak membengkak,


lengan bengkak (edema), dan kanker menyebar ke seluruh tubuh.

Sedangkan bila ukurannya masih kecil, gejala klinis kanker payudara


biasanya tidak menimbulkan gejala. Kanker payudara yang menyebar dikelenjar
getah bening diarea ketiak, kemudian muncullah benjolan bahkan sebelum tumor
payudara primer terlalu besar untuk dirasakan. Gejala kanker payudara lainnya,
seperti pembengkakan seluruh atau sebagian payudara, radang kulit (benjolan),
nyeri pada payudara atau puting, puting susu terbalik, kemerahan pada payudara
kulit puting, pengelupasan atau penebalan keluarnya cairan dari payudara (kecuali
ASI) (33).

2.2.7 Diagnosis

Menurut (34) untuk mengetahui seseorang terkana kanker payudaral


dengan dilakukanya pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksan fisik

Pemeriksan fisik meliputi pemeriksan status lokalis, regionalis dan


sistemik. Pemeriksan fisik dimulai dengan menilai status generalis
untuk mencari kemungkinan adanya metastase atau kelainan medis
sekunder. Pemeriksan dilakaukan secara sistematis, inpeksi dan
palpasi. Inpeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula
bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemunginan
metastase ke kelenjar getah bening. Palpasi dilakukan secara sistematis
dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial.

2. Pemeriksan laboratorium

3. Pemeriksan laboratorium meliputi pemeriksan darah rutin dan


pemeriksan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis.

4. Pemeriksaan pencitraan

a. Mamografi payudara

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sinar X pada


jaringan payudara yang dikompresi.

b. USG payudara
Pemeriksan USG digunakan untuk melihat kelainan pada payudara.
Penggunan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasi
7,4%.

5. Pemeriksaan patologi anatomi

Pemeriksan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksan


sitologi, morfologi dan pemeriksan imunohistokimia

2.2.8 Tatalaksana

Pengobatan kanker payudara tergantung tipe dan stadium yang dialami


penderita. Pada umumnya seseorang diketahui menderita penyakit kanker
payudara ketika sudah stadium lanjut. Hal tersebut dikarenakan tentang kurangnya
pengetahuan dan kesadaran akan deteksi dini. Pengobatan kanker payudara itu
sendiri meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang
terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini bertujuan untuk
memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta
menghilangkan gejala-gejalanya. Menurut (19), ada beberapamacam pengobatan
kanker payudara, yaitu:

1. Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan


yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit,
jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Seorang ahli bedah
dapat mengangkat tumor serta area kecil sekitarnya yang lalu menggantinya
dengan jaringan otot lain (lumpectomy) sedangkan mastektomi merupakan
operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:

a. Radical Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan sebagian dari


payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan
pemberian radioterapi. Lumpectomy ini biasanya direkomandasikan
pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di
pinggir payudara.
b. Total Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara
saja bukan kelenjar di ketiak / axilla.

c. Modified Radical Mastectomy merupakan operasi pengangkatan


seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka,
dan tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak. Setelah dilakukan
masektomi pasien akan merasakan dinding dada nyeri dan kesemutan
bawah lengan. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu, bekas luka, lengan,
atau ketiak. Keluhan umum lainnya yang dirasakan termasuk nyeri
tertusuk/tajam, rasa gatal tak tertahankan atau mati rasa.

Tujuan dari pembedahan adalah untuk meningkatkan harapan hidup dan


pembedahan biasanya di ikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi. Sebelum dilakukan pembedahan pasien hams di infus untuk
memberikan obat-obatan yang mungkin diperlukan selama pembedahan serta
pasien akan terhubung ke sebuah elektrokardiogram (EKG) dan mesin memiliki
tekanan darah pada manset lengan sehingga irama jantung dan tekanan darah
dapat diperiksa selama tindakan. Lamanya operasi akan tergantung pada jenis
operasi yang dilakukan. Setelah selesai operasi, pasien akan di bawa ke ruang
pemulihan untuk dipantau tanda-tanda vital, seperti (tekanan darah, denyut nadi,
dan pemapasan) serta keseluruhan keadaan pasca operasi hingga stabil. Setelah
pembedahan hal yang perlu diperhatikan oleh pasien adalah cara merawat dan
menutup luka, mengetahui tanda-tanda infeksi, dan kapan boleh mulai
menggerakkan lengan untuk mencegah kekauan serta untuk beraktivitas.

2. Terapi Radiasi

Terapi radiasi ini dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi radiasi ini
bertujuan untuk menyembuhkan atau mengecilkan kanker pada stadium dini. Ada
beberapa kanker yang sensitive pada radiasi dan untuk kasus kanker lain dapat
digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi atau sesudah operasi yang
tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh lagi. Dapat juga, terapi ini
digunakan bersamaan dengan kemoterapi. Terapi radiasi juga bertujuan untuk
mencegah agar kanker tidak muncul di area lain. Selain itu terapi radiasi juga
dapat mengobati gejala-gejala pada kanker stadium lanjut. Terapi radiasi ini bisa
untuk membebaskan dari rasa sakit, masalah pada pemasukkan makanan, bernafas
atau pada usus besar, yang semua itu disebabkan oleh kanker yang sudah pada
stadium lanjut. Cara tersebut biasa dinamakan palliative radiation. Tetapi terapi
radiasi ini memberikan efek yang kurang baik bagi tubuh seperti badan terasa
lemas, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi gelap
serta Hb dan leukosit cenderung menurun.

3. Terapi Hormon

Terapi hormonal ini dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka


hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau
pada stadium akhir. Hal ini biasa dikenal sebagai' Therapy anti-estrogen' yang
sistem kerjanya untuk memblok kemampuan hormon estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker payudara. Estrogen merupakan salah satu
penyebab terjadinya kanker payudara. Tujuan dari terapi hormon ini untuk
mencegah estrogen dalam mempengaruhi atau memperparah sel kanker yang
bersarang dalam tubuh.

4. Kemoterapi

Kemoterapi merupakam proses pemberian obat-obatan anti kanker dapat


secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan). Untuk oral biasanya
diberikan selama 2 minggu, istirahat 1 minggu dan kalau lewat infus 6 kali kemo
jaraknya 3 minggu untuk yang full dosse. Biasanya tidak perlu menginap di
rumah sakit apabila satu jam setelah kemo tidak mengalami efek apapun. Apabila
di rumah mengalami mual-mual sedikit biasanya akan hilang setelah istirahat.
Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker
payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko
timbulnya kembali kanker payudara. Bahkan pada tahap awal penyakit ini, sel-sel
kanker dapat melepaskan diri dari tumor payudara asal dan menyebar melalui
aliran darah. Selsel ini tidak menyebabkan gejala, mereka tidak muncul pada
SinarX, dan mereka tidak dapat dirasakan pada saat pemeriksaan fisik. Tetapi jika
mereka memiliki peluang untuk tumbuh, mereka bisa membentuk tumor baru di
tempat lain dalam tubuh. Kemoterapi adjuvant ini dapat diberikan untuk mencari
dan membunuh sel-sel ini. Neoadjuvant kemoterapi merupakan kemoterapi yang
diberikan sebelum operasi. Manfaat utamanya adalah untuk mengecilkan kanker
yang berukuran besar sehingga mereka cukup kecil untuk operasi pengangkatan
(lumpektomi). Adapula keuntungan lain yang mungkin adalah bahwa dokter dapat
melihat bagaimana kanker merespon kemoterapi. Jika tumor tidak menyusut,
maka obat yang berbeda mungkin diperlukan.

5. Terapi Imunologik

Ada sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu


pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan
menghambat pertumbuhan tumor dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Terapi kanker ini berlandaskan pada fungsi sistem imun yang tujuannya untuk
mengenali dan menghancurkan sel yang berubah sifat sebelum sel tumbuh
menjadi tumor serta membunuh sel tumor yang telah terbentuk. Prinsipnya adalah
memperkuat system kekebalan tubuh pasien. Terapi imunologik ini
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek psikis pasien kanker.

Secara garis besar pengobatan kanker payudara yang disepakati oleh ahli
kanker di dunia adalah sebagai berikut:

Stadium I : Operasi + kemoterapi

Stadium II : Operasi + kemoterapi

Stadium III : Operasi + kemoterapi + radiasi

Stadium IV : Kemoterapi + radiasi.

2.2.9 Pencegahan

Pencegahan kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insiden kanker


payudara dan secara tidak langsung menurunkan angka kematian akibat kanker
payudara itu sendiri. Adapun strategi pencegahan yang dapat dilakukan menurut
(19) antara lain berupa:

1. Pencegahan Primer

Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan


pada orang yang sehat melalui upaya untuk menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer dapat
berupa deteksi dini, SADARI serta melaksanakan pola hidup sehat
untuk mencegah penyakit kanker payudara.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko


untuk terkena kanker payudara. Pada setiap wanita yang normal serta
memiliki siklus haid normal, mereka merupakan populasi at risk dari
kanker payudara. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan deteksi
dini berupa skrining melalui mammografi yang diklaim memiliki
akurasi 90% tetapi keterpaparan terus menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat itu tidak baik karena merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara, sehingga mammografi dengan
pertimbangan.

3. Pencegahan Tersier

Pada pencegahan tertier ini biasanya diarahkan pada individu yang


telah positif menderita kanker payudara. Dengan penanganan yang
tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadium kanker
payudara, tujuannya untuk mengurangi catatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah komplikasi
penyakit serta meneruskan pengobatan.

2.3 SADARI

2.3.1 Pengertian SADARI


SADARI merupakan metode pemeriksaan payudara sendiri untuk mencari
kemungkinan adanya benjolan yang tumbuh dan berkemungkinan menjadi kanker
payudara (5). The Johns Hopkins Medical Center mengatakan bahwa 40% dari
diagnosis kanker payudara adalah wanita yang pertama kali menemukan benjolan
pada payudara mereka sendiri (35).

SADARI adalah upaya atau pemeriksaan payudara sendiri secara manual


yang dilakukan wanita untuk mendeteksi lebih dini kanker payudara. SADARI
merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari
benjolan atau kelainan lainnya pada payudara sebagai deteksi dini kanker
payudara (36).

Pengertian lain dari SADARI yaitu pemeriksaan yang mudah yang


dilakukan oleh wanita untuk menemukan benjolan atau kelainan lainnya.
SADARI sangatlah penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan
adanya kanker payudara karena penemuan sedini mungkin merupakan kunci
untuk menyelamatkan hidup dari bahaya kanker payudara (37).

SADARI tidak mampu mengobati, terutama mereka yang berisiko tinggi


terkena kanker payudara. Karena SADARI bertujuan untuk pencegahan. Persepsi
seseorang terhadap SADARI dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keyakinan,
kebudayaan, dan pengetahuan. Mempraktikkan pemeriksaan payudara sendiri
termasuk aspek kepercayaan diri. Salah satu aspek dari keyakinan ini adalah
persepsi seseorang tentang masalah kesehatan atau penyakit tertentu (38).

2.3.2 Tujuan dan manfaat SADARI

Tujuan SADARI ialah untuk mengetahui apakah terdapat benjolan pada


payudara atau tidak, dimana benjolan merupakan tanda awal penyakit kanker
payudara, jika cepat diketahui maka akan cepat pula diobati (36).

Menurut (39) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan untuk mengurangi


angka kejadian kanker payudara adalah sebagai berikut:

1. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk


mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara akan terdeteksi pada stadium awal sehingga dapat dilakukan
pengobatan atau tindakan awal untuk memperpanjang harapan hidup
penderita kanker payudara.

2. Menurunkan angka kematian penderita kanker payudara yang ditemukan


pada stadium awal.

Tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi


kanker payudara secara dini bukan merupakan kebetulan, melainkan tanggung
jawab dari perempuan sendiri. Perempuan wajib mengetahui bagaimana payudara
yang normal sehingga dapat mengetahui adanya ketidaknormalan pada
payudaranya. Sedangkan bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini
membutuhkan upaya terpadu dan berkesinambungan dengan skrining dan deteksi
dini kanker payudara. Upaya SADARI ini sangat penting sebab apabila kanker
dapat dideteksi pada stadium dini dan diobati dengan tepat maka tingkat
kesembuhannya cukup tinggi (8).

SADARI bertujuan untuk mendeteksi kelainan payudara sedini mungkin.


Ukuran payudara disetiap Wanita memiliki bentuk yang berbeda-beda. Jika
wanita memeriksakan payudara secara rutin setiap bulan setelah menstruasi,
wanita dapat mengetahui kondisi payudara dan mengetahui apakah ada
perubahan. Selain itu wanita dapat terbiasa dan tidak merasa malu lagi untuk
melakukan SADARI (38).

Manfaat dari sadari yaitu dapat mendeteksi dini ketidaknormalan atau


perubahan yang terjadi pada payudara, serta untuk mengetahui benjolan yang
memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah
kunci untuk menyelamatkan hidup (19).

Kelemahan dari SADARI yaitu hanya dapat mendeteksi secara dini dan
tidak dapat mencegah kanker payudara. Beberapa Wanita menganggap tidak perlu
melakukan SADARI karena tidak mencegah kanker payudara. Oleh karena itu,
perlu ditekankan bahwa manfaat SADARI terletak pada hasil akhirnya. Artinya,
mendeteksi sejak dini benjolan di payudara, maka cepat diketahui dan ditangani
(38).
2.3.3 Waktu untuk melakukan Sadari

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan Sadari adalah pada saat wanita
sejak pertama mengalami haid (19). Saat yang paling tepat melakukan Sadari
adalah pada hari ke 5-7 setelah menstruasi, saat payudara tidak mengeras,
membesar, atau nyeri lagi. Bagi wanita yang telah memasuki menopouse atau
tidak menstruasi lagi, Sadari dapat dilakukan kapan saja. Lakukan pemeriksaan ini
satu bulan sekali, setiap awal atau akhir bulan (2).

Pemeriksaan sendiri sangat penting untuk kesehatan payudara wanita


dikenal dengan breast selfexam (SADARI). Oleh karena itu, sejak usia 20 tahun
harus diberi tahu keuntungan dan keterbatasan diagnosa. Waktu terbaik bagi
wanita untuk memeriksa payudaranya adalah ketika payudara tidak terlalu lunak
atau membengkak. Semua wanita sepatutnya menjalani SADARI secara rutin
sejak ber-usia 20 tahun atau setelah menikah. Wanita usia 30-50 tahun sepatutnya
melakukan pemeriksaan klinis oleh professional medis yang berkualifikasi setiap
3 tahun sekali, kecuali untuk wanita dengan faktor risiko, dianjurkan di atas 40
tahun melakukan mammografi dalam 1 tahun sekali dan dibawah 40 tahun
melukan USG (7,38).

Pemeriksaan rutin dapat mendeteksi benjolan kecil dan memeriksa jikalau


terdapat perubahan pada payudara secara teratur sehingga cepat diambil tindakan.
Pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan selama 7-10 hari terhitung dihari
pertama menstruasi (jika payudara tidak nyeri dan mengeras) atau bagi wanita
pascamenopause dilakukan dengan memilih satu tanggal dan melakukan SADARI
rutin setiap tanggal tersebut. The American Society merekomendasikan agar
wanita di atas 20 tahun menjalani pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan.
Waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan payudara adalah 7-10 hari Ketika
menstruasi dimulai dan pembengkakan serta nyeri pada payudara mereda (7,38).

SADARI juga akan lebih efektif apabila dilakukan pada usia yang masih
muda yakni rata-rata ketika wanita mencapai usia produktif 15–49 tahun. Wanita
dengan usia tersebut berisiko terkena tumor ataupun kanker payudara. Namun,
sampai saat ini kesadaran wanita masih sangat rendah terhadap praktik SADARI
yaitu hanya sekitar 25%-30%. Rendahnya kesadaran wanita disebabkan
kurangnya edukasi dan pengetahuan wanita tentang betapa pentingnya melakukan
SADARI (40).

2.3.4 Karakteristik pemeriksa SADARI

Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan SADARI untuk mengurangi


risiko terjadinya kanker payudara secara dini. Menurut (39), wanita yang
dianjurkan untuk melakukan SADARI yaitu sebagai berikut:

a. Wanita usia subur: 7-10 hari setelah menstruasi.

b. Wanita pascamenopause: pada waktu tertentu setiap bulan.

c. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun perlu melakukan SADARI setiap


bulan.

d. Wanita yang berisiko tinggi sebelum mencapai 50 tahun perlu melakukan


mammografi setiap tahun, pemeriksaan oleh dokter setiap 2 tahun.

e. Wanita yang berusia 20-40 tahun:

1. Mamogram awal atau dasar antara usia 35 sampai 40 tahun.

2. Melakukan pemeriksaan oleh dokter setiap 3 tahun.

f. Wanita yang berusia 40-49 tahun melakukan pemeriksaan payudara pada


dokter dan mammografi setiap 1-2 tahun.

g. Wanita yang berusia diatas 50 tahun melakukan pemeriksaan payudara


pada dokter dan mammografi setiap tahun.

Menurut (41), karakteristik untuk melakukan SADARI adalah:

1. Wanita yang telah berusia 20 tahun.

2. Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak.


3. Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun.

4. Wanita yang tidak menikah.

5. Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun).

6. Wanita yang menopouse yang lambat.

7. Pernah mengalami trauma pada payudara.

8. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker


payudara.

9. Wanita yang tidak menyusui

10. Pernah operasi payudara atau kandungan.

11. Pernah mendapat obat hormonal yang lama.

12. Cenderung kelebihan berat badan.

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi SADARI

Faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan sendiri (SADARI)


payudara menurut (42),dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, faktor informasi
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor internal yang dimaksud antara lain pengetahuan, sikap, dan
faktor keturunan kanker payudara. Faktor informasi adalah keterjangkauan atau
akses untuk mendapatkan informasi mengenai SADARI. Faktor eksternal adalah
dukungan penyedia layanan kesehatan, dalam mengimbau dan menyarankan
pasien untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebagai upaya deteksi dini
kanker payudara.

2.3.6 Cara melakukan SADARI

Melakukan sadari secara teratur merupakan salah satu cara bagi Wanita
untuk menegetahui bagaimana payudara normalnya terlihat dan terasa. Jika ada
perubahan, kita dapat langsung mengetahui dan merasakannya, serta segera
melaporkannya ke dokter sedini mungkin. Jika perubahan terjadi, seperti terasa
benjolan atau pembengkakan, iritasi kulit, nyeri puting atau retraksi (putting
berputar ke dalam), kemerahan pada puting atau kulit payudara, atau keluar cairan
selain ASI, temui dokter secepat mungkin untuk evaluasi (2).

Berikut langkah-langkah dari (4) yang bisa diikuti saat melakukan


SADARI 7-10 hari setelah menstruasi:

1. Perhatikan dengan teliti payudara didepan cermin, dengan kedua lengan


lurus kebawah. Perhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk dan
ukuran pada payudara (payudara kanan dan kiri secara normal tidak persis
sama)

2. Angkatlah kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di


belakang kepala, dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong
siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran payudara.

3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan


sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu
kencangkan (kontraksikan) otot dada dan cermati bentuk maupun ukuran
payudara.

4. Angkat lengan kiri ke atas, dengan menggunakan ujung jari tangan kanan,
raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri
hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atasbawah, gerakan lingkaran dan
gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi
gerakan yang sama pada payudara kanan.

5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.
Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.

6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat


lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan
seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan
seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan
rancangan penelitian analitik observasional dan desain cross sectional (potong
lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada
waktu yang bersamaan (sekali waktu).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA X.

3.2.2 Waktu penelitian


Pengambilan data penelitian akan dilakukan pada bulan …………… 2022.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswi SMA X.

3.3.2 Sampel penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah remaja siswi SMA X yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Remaja siswi di SMA X yang bersedia menjadi responden.
b. Hadir pada saat penelitian dilakukan
2. Kriteria Eksklusi
a. Remaja siswi di SMA X yang belum menstruasi.
b. Remaja siswi di SMA X yang tidak lengkap mengisi kuisioner.
c. Remaja siswi di SMA X yang tidak mengembalikan kuisioner.
3.3.3 Besar sampel
Adapun besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat
ditentukan dengan rumus Slovin. Berdasarkan data jumlah murid yang dimiliki
sekolah, jumlah siswi SMA X yaitu sebanyak …... orang. Maka jumlah sampel
minimal ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentase tingkat kesalahan dalam penelitian (0,1)
Oleh karena diketahui jumlah populasi penelitian ini sebanyak …… orang
dan dipilih tingkat kesalahan 10%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:

n= N =
1+
Ne2
n= N =
1+ N (0,1)2

n=≈

Dari hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak …… orang. Untuk


mencegah terjadinya drop out maka sampel ditambah 10% dari jumlah sampel,
sehingga keseluruhan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ……
orang.
3.4 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Remaja Putri tentang Umur


SADARI Sumber Informasi

Gambar 3.1
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Terdapat 2 variabel pada penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel
independen.
1. Variabel independen atau variabel bebas adalah suatu variabel yang
mempengaruhi variable lain. Variabel independen pada penelitian ini adalah
Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI.
2. Variabel dependen atau variabel terikat adalah suatu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian
ini adalah umur dan sumber informasi.

3.5.2 Definisi Operasional


1. Pengetahuan tentang SADARI adalah tingkat pengetahuan remaja putri
tentang SADARI yang diperoleh melalui pengisian kuesioner.
2. Umur remaja adalah lamanya remaja hidup yang dihitung berdasarkan
ulang tahun terakhir.
3. Jumlah sumber informasi keseluruhan adalah 10 sumber yaitu radio, TV,
surat kabar, guru spiritual, tokoh agama, tokoh adat, guru sekolah, petugas
kesehatan, teman, anggota keluarga, dan lain-lain.
Tabel 3.1 Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur
Skala
No. Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur

Pengetahuan Responden mengisi


1. Remaja Putri Kuesioner (Google Kuesioner 0-20 Nominal
tentang SADARI Form)

Responden mengisi
2. Umur Kuesioner (Google Kuesioner 12 – 21 Tahun Nominal
Form)

radio, TV, surat


kabar, guru
spiritual, tokoh,
Responden mengisi
petugas
3. Sumber Informasi Kuesioner (Google Kuesioner Nominal
kesehatan,
Form)
teman, anggota
keluarga, dan
lain-lain.
3.6 Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian
Alat dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembaran informed consent dan kuesioner untuk memperoleh data tentang umur,
sumber informasi dan pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMA X.
3.7 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
3.7.1 Uji Validitas
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti harus dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan bantuan program Statistical Package Social
Science (SPSS). Validitas merupakan pertimbangan utama dalam menguji kualitas
tes sebagai instrumen alat ukur dengan cara membuktikan korelasi hasil
pengukuran yang diperoleh melalui tiap-tiap item pertanyaan. Valid apabila
semua item pertanyaan tersebut mempunyai korelasi bermakna (construct
validity).

1.7.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha yang
diperoleh dari program SPSS. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya, reliabilitas berasal dari kata reliability. Hasil
pengukuran dikatakan dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek didapatkan hasil yang relatif sama.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
3.8.1 Jenis dan sumber data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
pengisian kuesioner. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan remaja putri tentang SADARI, umur dan sumber informasi .

3.8.2 Teknik pengumpulan data


Cara pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung pada wilayah SMA X.

3.9 Prosedur Penelitian

Siswi SMA X
Penyebaran Kuesioner di Wilayah Penelitian

Penginputan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Penyajian Data

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian


3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data


1. Editing, yaitu dilakukan pemeriksaan kembali ketepatan dan kelengkapan
data yang telah dikumpulkan. Apabila data belum lengkap, maka akan
dilakukan observasi ulang.
2. Coding, yaitu data yang telah terkumpul akan dikoreksi kemudian diberi
kode atau tanda sebelum diolah dengan komputer untuk mempermudah
pengolahan data.
3. Entry, yaitu data akan dimasukkan ke dalam program komputer.
4. Cleaning, yaitu melakukan pemeriksaan kembali data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam
pemasukan data.
5. Saving, yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis.
3.10.2 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis
univariat digunakan untuk mendeskripsikan data dari masing-masing variabel
independen dan dependen. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi, frekuensi dan persentase. Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut:

f1
P= ×100 %
n

Keterangan:
P = Persentase
f 1= Frekuensi teramati
n = Jumlah responden yang menjadi sampel
DAFTAR PUSTAKA

1. Indrawati M. Bahaya Kanker Bagi Wanita dan Pria: Pengenalan, Penanganan, dan
Pencegahan Kanker. Jakarta: Buku Pendidikan untuk Kehidupan; 2009.

2. Astrid S, Dkk. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru; 2015.

3. WHO. Global Cancer Observatory. WHO. 2020.

4. YKPI. Yayasan Kanker Payudara Indonesia. YKPI. 2020.

5. Andriani. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Puteri Tentang Deteksi


Dini Kanker Payudara Melalui SADARI (Periksa Payudara Sendiri) di SMA Negeri 1
Pomala Kabupaten Kolaka. J Kebidanan. 2017;1(1):1–76.

6. Angrainy R. Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Sadari Dalam Mendeteksi


Dini Kanker Payudara Pada Remaja. J Endur. 2017;2(2):232.

7. Society AC. Breast Cancer. ACS. 2020.

8. Hutagaol SM. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswi tentang


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Universitas Sumatera Utara Tahun
2020. Universitas Sumatera Utara; 2021.

9. Budiman, Riyanto. Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian. 2013;Vol.


5.

10. Dr.Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta; 2012. 28–40 p.

11. Ririn Y. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum di
Rumah Sakit Bersalin Fitri Candra Wonogiri. KTI, Program Studi Diploma III
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Surakarta:
Stikes Kusuma Husada; 2013.

12. Hardiwati Y. Metodologi Penelitian [Internet]. Vol. 4, Yovita Hardiwati, W. Gulo.


Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia; 2002. 57–71 p. Available from:

13. Akmal M, Indahaan Z, Widhawati, Sari S. Ensiklopedi kesehatan : untuk umum.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media; 2017. 80,81,188.

14. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan (ketiga). Jakrata: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo; 2011.

15. Slater H. Global Cancer Report Finds Breast Cancer Most Commonly Diagnosed
Cancer in 2020. Cancer Network. 2021.

16. Kusumawaty J, Noviati E, Sukmawati I, Srinayanti Y, Rahayu Y. Efektivitas Edukasi


SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara.
ABDIMAS J Pengabdi Masy. 2021;4(1):496–501.

17. Direktur Jenderal P2P Kementrian Kesehatan RI. Program Pengendalian HIV AIDS
dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama [Internet]. 2017. 1–109 p.

18. Jezdic S. Breast Cancer: An ESMO Guide for Patients. European Society for
Medical Oncology. European Society for Medical Oncology; 2018.

19. Mulyani SM dan N. Kanker Payudara Dan PMS Pada Kehamilan. Cetakan
Kedua,Nuha Medika. Yogyakarta: Nuha Medika; 2018.

20. Kemenkes. Panduan Nasional Penanganan Kanker Kanker Nasofaring [Internet].


Jakarta: Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN); 2015. 99 p. Available

21. Brinton LA, Richesson DA, Gierach GL, Lacey J V., Park Y, Hollenbeck AR, et al.
Prospective evaluation of risk factors for male breast cancer. J Natl Cancer Inst.
2008;100(20):1477–81.

22. Pulungan R. Karakteristik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji


Medan Tahun 2005-2009. Skripsi FKM USU Medan. Universitas Sumatera Utara;
2010.

23. GALIH INDRA PURLISTYARINI. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN


KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
METODE SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI KOTA BATU [Internet]. Vol. 4,
Nature Human Behaviour. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2020.

24. Nani D, Keperawatan J, Jenderal U, Purwokerto S. HUBUNGAN UMUR AWAL


MENOPAUSE DAN STATUS PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN
KEJADIAN KANKER PAYUDARA Desiyani Nani Jurusan Keperawatan Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto. J Keperawatan Soedirman. 2009;4(3):102–6.

25. Kresnawan T. Mengatur Makanan untuk Pencegahan dan Terapi Kanker


Payudara. Instalasi Gizi RSCM. 2008. p. 2–6.

26. Bagnardi V, Rota M, Botteri E, Tramacere I, Islami F, Fedirko V, et al. Alcohol


consumption and site-specific cancer risk: A comprehensive dose-response meta-
analysis. Br J Cancer. 2015;112(3):580–93.

27. Crum, C.P. & Lee K. Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Philadelphia:
Elsevier; 2006. 995–1039 p.

28. Ghosian Moghadam MH, Moradi M. Effects of Alcohol Consumption on Human


Health from the Perspective of Holy Quran and Modern Medicine. Quran Med.
2012;1(3):45–53.

29. Reza Fitryesta R. Pengaruh Penyuluhan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Dengan Penggunaan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Deteksi Dini
Kanker Payudara Pada Siswi SMA Negeri 1 Sumbawa. Universitas Airlangga; 2016.

30. Purwoastuti TE. Kanker Payudara pencegahan & Deteksi Dini. Yogyakarta:
Kanisius; 2008. 13–14 p.

31. Suryaningsih, E.K. & Sukaca BE. Kanker Payudara: Kupas Tuntas Kanker Payudara.
Yogyakarta: Paradigma Indonesia; 2009.

32. Masriadi. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV.Trans Info Media;
2016. 412 p.

33. Macdonald S, Oncology R, General M. Breast Cancer [Internet]. Vol. 70, Journal of
the Royal Society of Medicine. 2016. p. 515–7.

34. Erisandi Yojanvia G. Hubungan antara Asupan Lemak dan Obesitas dengan
Kejadian Kanker Payudara di RSUD Kota Yogyakarta. Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Yogyakarta; 2019.

35. Foundation NBC. Breast Cancer. INC. 2020.


36. Taufan Nugroho. Payudara, ASI dan Tumor. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

37. Hardiyanti D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Komunitas Terhadap


Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Pada
Perempuan Di Wilayah Puskesmas Martapura 1. Vol. 2, Tesis. Universitas
Airlangga; 2018.

38. Krisdianto BF. Deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) [Internet]. Vol. 53, Andalas University Press. 2019. 1689–1699 p.

39. Nisman WA. Lima menit kenali payudara anda. 2011;

40. Sari P, Sayuti S, Ridwan M, Rekiaddin LO, Anisa A. Hubungan antara Pengetahuan
dan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS). Perilaku dan Promosi Kesehat
Indones J Heal Promot Behav. 2020;2(2):31.

41. Idau Ginting, Tri Marini. Buku Panduan Praktikum Kesehatan Reproduksi. Medan:
Poltekkes Medan; 2017.

42. Arafah ABR, Notobroto HB. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu
Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Indones J
Public Heal. 2018;12(2):143.

Anda mungkin juga menyukai