Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan
Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000 perempuan di dunia
setiap tahun di diagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di Negara Berkembang
termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal
1orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-
45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan
600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya (Juanda, 2015)1.

Hal ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker
termasuk perempuan dengan kanker serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada
stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di
seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin
tinggi (Juanda, 2015).

Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk


faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 % faktor risiko
terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada suatu
gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks (Juanda, 2015).

Kanker serviks dapat diantisipasi dengan melakukan deteksi dini. Beberapa


deteksi dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks adalah Pap
Smear, Pap net, servikografi, tes inspeksi visual asam asetat (IVA), tes high-risk type
2
(HPV), kolposkopi, dan sitologi berbasis cairan. Program deteksi dini yang telah
dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah dengan metode IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yang telah tercantum di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis
pengendalian kanker payudara dan kanker serviks.3
Salah satu kendala pelaksanaan tes IVA karena banyak WUS yang malu untuk
1
melakukan pemeriksaan IVA. Penelitian lain menemukan faktor yang mempengaruhi
keikutsertaan WUS dalam tes IVA adalah faktor pengetahuan. WUS dengan pengetahuan
yang baik, memiliki kemungkinan untuk melakukan tes IVA sebesar 9,6 kali dibandingkan
4
WUS dengan pengetahuan yang kurang baik.

Pengetahuan tentang IVA Test dalam upaya deteksi dini Kanker Serviks pada
WUS dapat meningkatkan antusias dan peran dari masyarakat. Sehingga semakin banyak
WUS yang terdeteksi lebih dini jika mengalami Kanker Serviks. Sehingga upaya mencegah
kanker serviks dengan menemukan kanker pada stadium dini merupakan upaya yang
penting karena disamping membebaskan masyarakat dari penderitaan kanker serviks, dan
dapat mengurangi angka kejadian kanker serviks di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Cakupan skrining kanker serviks yang masih rendah akibat kurangnya kesadaran
penduduk untuk memeriksakan diri ke puskesmas serta masih terbatasnya sumber daya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Membantu meningkatkan program Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II yaitu
cakupan pemeriksaan skrining kanker serviks

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya masalah kurangnya cakupan pemeriksaan IVA Test pada puskesmas


Kelurahan Meruya Selatan II
2. Deteksi dini penyakit kanker serviks pada masyarakat.
3. Penanganan dini penyakit kanker serviks
4. Pencegahan kanker serviks di …..Meruya Selatan.

1.3.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Dapat menjadi sarana belajar dalam rangka menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman dalam melakukan intervensi Mini Project kepada warga …. dan ….
serta dapat mengetahui lebih lanjut mengenai skrining kanker serviks dengan
metode tes IVA.

2. Bagi Puskesmas

Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi
perumusan kebijakan program kesehatan di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan
II

3. Bagi Masyarakat

Mensosialisasikan kepada guru dan wali murid …, dan …. tentang kanker serviks
dan dan pentingnya skrining kanker serviks, serta masyarakat dalam pencapaian
wanita usia subur melakukan skrining kanker serviks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber
informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun informal. 5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.5

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :6
a. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari
atau rangsangan yang telah di terima dengan cara menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen –
komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara
satu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian –
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.
Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari
objek penelitian.

2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :6
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui,
akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

b. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.

e. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang
tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.
Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya
menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahuan. Dua sikap tradisional mengenai
jalannya perkembangan hidup :
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di jumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

2.1.4 Sumber Pengetahuan


1. Tradisi
Dengan adat istiadat kita dan profesi dokter atau medis, beberapa pendapat diterima sebagai
sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan banyak permasalahan dapat dipecahkan
berdasarkan suatu tradisi. Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak
dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi tradisi mungkin
terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga
validitas, manfaat, dan kebenarannya tidak pernah dicoba/diteliti.

2. Autoritas
Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas seseorang dengan keahlian
tertentu, pasien memerlukan perawat atau dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti
halnya tradisi jika keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya
tidak teruji secara ilmiah.

3. Pengalaman Seseorang
Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan pengalaman
sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk
menyimpulkan, mengetahui aturan dan membuat prediksi berdasarkan observasi adalah
penting bagi pola penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai
keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat
kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman seseorang diwarnai dengan
penilaian yang bersifat subyektif.

4. Trial dan Error


Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam
menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun pendekatan ini untuk
beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko
yang tinggi, penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosentris”.
5. Alasan yang Logis
Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang logis. Pemikiran
ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang
rasional sangat terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana
seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi
permasalahan.

6. Metode Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran
karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis serta dalam mengumpulkan
dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas.7

2.2 Kanker Serviks


2.2.1 Definisi

Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Serviks adalah
bagian sempit yang ada disebelah bawah uterus (rahim). Kanker serviks adalah salah satu
jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di daerah serviks, daerah leher rahim
atau mulut rahim (Wijaya, 2010:39).8

Kanker servik adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan
disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut
biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal,
penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Aminati, 2013 :24).9

Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam
leher rahim/serviks. Yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun (Sukaca,
2009:25).10

Leher rahim merupakan bagian dari alat reproduksi yang sering ditumbuhi kanker. Leher
rahim terletak di bagian bawah rahim. Tugasnya adalah membantu jalannya sperma dari
vagina menuju rahim (Sukaca, 2009).10

Kanker secara umum merupakan bentuk pertumbuhan sel-sel dalam tubuh. Khususnya
dimulai di bagian organ tertentu yang rentan dan yang tidak normal. Ketidaknormalan kanker
tercemin dari adanya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas (Aminati, 2013:21).9
Pada sel-sel normal, apabila sel telah mencapai jumlah yang besar, maka akan ada yang
menghambat pertumbuhan sel yang lebih lanjut dan lebih banyak. Sehingga sel akan
menghentikan diri, tidak membelah secara intensif lagi karena adanya tegangan dengan sel
lain. Namun padasel kanker, kemampuan membelah sel sangat besar (ploriferasi =
memperbanyak diri) (Aminati, 2013 : 22).9

Gejala Kanker Serviks:

Infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, bahkan seorang penderita tidak menyadari bahwa
dirinya telah terinfeksi, bahkan sudah menularkannya kepada oranglain. Sehingga pada tahap
awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati (Wijaya, 2010:52).8

Ada beberapa gejala-gajala kanker serviks yaitu:

a) Gejala Pra Kanker Serviks

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering menderita tidak mengalami gejala atau tanda
yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1)  Keluar cairan encer dari vagina (keputihan)

2)  Perdarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi perdarahan yang
abnormal.

3)  Timbulnya perdarahan setelah menopause.

4)  Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning- kuningan, berbau dan dapat
bercampur darah.

5)  Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

6)  Timbul nyeri panggul (pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu,
bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, odema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan proses usus besar bagian bawah (rectum) (Sukaca, 2009:71-
72).10

b) Gejala Kanker Serviks

Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker
serviks stadium lanjut. Gejala- gajala tersebut antara lain :
1)  Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual (contack bleeding).

2)  Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti perdarahan di luar siklus menstruasi,
perdarahan di antara periode mentruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama
dan lebih banyak dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.

3)  Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

4)  Penurunan berat badan secara drastic.

5)  Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri
punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal (Wijaya, 2010:53).8

2.2.2 Kontribusi Faktor Risiko Terhadap Kanker Serviks

Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma Virus
(HPV).HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan
lesi prakanker.HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan
epidermal dan mukosa.Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara
seksual (Rasjidi, 2008:6).11

A. Faktor Resiko Kanker Serviks

1. MakananMakanan yang mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita adalah makanan yang rendah : Beta karoten, Retinol (Vitamin A), Vitamin C,
Vitamin E. Makanan yang dapat berkhasiat dalam pencegahan kanker adalah bahan-
bahan anti oksidan seperti : advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang,bayam, tomat, vitamin E, vitamin C, dan beta karoten juga mempunyai
khasiat antioksidan yang kuat (Aminati, 2013:37).9

2. Kekebalan tubuhPada orang yang melakukan diet ketat, rendahnya konsumsi vitamin A, C,
dan E setiap hari dapat menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan pada tubuh,
sehingga orang tersebut mudah terinfeksi oleh berbagai virus, termasuk HPV.
Penurunan kekebalan tubuh dapat mengakselerasi(mempercepat) pertumbuhan sel
kanker dari noninvasif menjadi invasif (Wijaya, 2010:51).8

3. Pemakaian alat kontrasepsiPenggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan


progesteron) dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko
kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Sebab tugas pilKB adalah mencegah kehamilan
dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga
tidak dilalui sperma (Sukaca, 2009:38).10

4. RasRas sedikit banyak juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya kanker serviks.Pada ras
Afrika-Amerika kejadian kanker serviks meningkat sebanyak 2 kali dari ras Amerika-
Hispanik. Sementara, untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian kanker
serviks yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosio-
ekonomi (Wijaya, 2010:52).8

5. Polusi Udara Menyebabkan Kanker Leher RahimPolusi udara dapat juga memicu penyakit
kanker leher rahim.Sumber dari polusi udara disebabkan oleh dioksin.Zat dioksin ini
tertentu merugikan tubuh. Sumber dioksin berasal dari beberapa faktor antara lain :

a. Pembakaran limbah padat dan cair.

b. Pembakaran sampah, asap, kendaraan bermotor.

c. Asap hasil industri kimia.

d. Kebakaran hutan dan asap rokok (Sukaca, 2009:40).10

6. Frekuensi KehamilanSama seperti jumlah partner seksual, jumlah kehamilan yang pernah
dialami wanita juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.Sehingga, wanita
yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkanmempunyai risiko terserang
kanker serviks lebih besar (Wijaya, 2010:49).8

7. Pemakaian DES (Dietilstilbestrol)Pemakaian DES (dietilstilbestrol) adalah untuk wanita


hamil.Yang bertujuan untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun
1940-1970).Ini sebenarnya dapat memicu kanker leher rahim (Aminati, 2013:41).9

B. Faktor Individu

1. HPV (Human Papillomavirus)Merupakan virus penyebab kutil pada daerah genetal


(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. HPV sering diduga
sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim (Aminati,
2013:42).9

2. Herpes Simpleks Virus (HVS) Tipe 2Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 banyak
dibicarakan, lantaran sebagai timbulnya kanker serviks atau kanker leher
rahim.Namun ternyata virus itu tidak berperan besar dalam timbulnya kanker
serviks.Virus ini hanya diduga sebagai faktor pemicu terjadinya kanker. Atau
dianggap sama dengan karsinogen kimia atau fisik (Sukaca, 2009:43).10

3. UmurPerempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50
tahun dan masih aktif berhubungan seksual (prevalensi 5-10%) (Wijaya, 2010:49).8

4. Aktivitas Seksual Pertama KaliPrevalensi atau angka kejadian tertinggi kanker serviks
(sekitar 20%) terutama dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual
sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan
resiko terserang kanker serviks dua kali lebih besar dibandingkan perempuan yang
melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun (Wijaya, 2010:49).8

5. Usia Wanita Saat MenikahSeharusnya pasangan yang menikah adalah pasangan yang
benar-benar siap dan matang.Bukan hanya siap dalam kematangan seksual namun
juga siap lahir dan batin. Sebab jika tidak siap maka sel-sel mukosa yang belum
matang akan mengalami perubahan. Ini dapat merusak sel-sel dalam mulut rahim
(Aminati, 2013:46).9

6. ParitasParitas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup atau viable.Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak
lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan
timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.Jika jumlah anak yang
dilahirkanmelalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel
abnormal dari epitel pada mulut rahim.Dan dapat berkembang menjadi keganasan
(Sukaca, 2009:46).10

7. MerokokMerokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker serviks jenis karsinoma


sel skuamosa.Faktor resiko meningkat dua kali dibandingkan orang yang tidak merokok
dengan resiko tertinggi terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama serta
intensitas yang tertinggi (jumlah yang banyak) (Wijaya, 2010:50).8

C. Faktor Pasangan

1. Hubungan SeksualKarsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara


seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
hubungan seksual dan resiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita
dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada
usia muda akan meningkatkan resiko terkena kanker serviks (Rasjidi, 2008:7).11
2. Pasangan Seksual Lebih Dari Satu (Multipatner Seks)Banyak faktor penyebab
berkembangnya kanker serviks. Diantaranya adalah perilaku bergonta-ganti pasangan
akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti
infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks.Resiko terkena kanker serviks menjadi 10kali lipat pada wanita yang
mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih.Disamping itu, virus herpes simpleks
tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping (Aminati, 2013:48).9

2.3 Pemeriksaan Kanker Serviks

2.3.1 Adabeberapa cara pemeriksaan untuk kanker serviks, yaitu


sebagai berikut :
1. Mendeteksi Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Pap smear. Pemeriksaan pap smear
merupakan suatu test yang aman dan murah. Telah dipakai bertahun-tahun lamanya
untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Terjadinya
kanker serviks ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang
abnormal, tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker (Sukaca, 2009:88).10

2. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan asam asetat 3- 5%. Apabila setelah pulasan terjadi
perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada
kelainan tahap prakanker serviks.Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Wijaya, 2010:82).8

3. Mendiagnosis Serviks dengan KolposkopiKolposkopi merupakan suatu pemeriksaan


untuk melihat permukaan leher rahim.Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop
berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim.Pembesarannya dari 10-
40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu mengidentifikasi area permukaan leher
rahim yang menunjukkan ketidaknormalan (Aminati, 2013:101).9

4. Vagina Inflammation Self Test CardVagina Inflammation Self Test Card adalah
pendeteksian yang dapat menjadi “Warning Sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah
tingkat keasaman (pH), test ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila seseorang
wanita terkena infeksi, myom, kista bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi.
Dengan begitu maka melalui test ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi
vagina mereka secara kasar (Sukaca, 2009:105).10
5. BiopsiJika sel-sel abnormal ditemukan dalam tes pap smear, dokter mungkin akan
melakukan biopsi. Suatu jaringan sampel dipotong dari leher rahim kemudian dilihat di
bawah mikroskop oleh patolog untuk memeriksa tanda-tanda kanker (Wijaya,
2010:90).8

2.4 IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Test

2.4.1 Definisi

Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2%) dan larutan iodium lugol pada
serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.Tujuannya untuk
melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker
mulut rahim (Rasjidi, 2010).12

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%.
Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka
dapat dianggap tidak ada infeksi pada kanker serviks (Wijaya, 2010).8

2.4.2  Tujuan IVA test

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap
kasus-kasus yang ditemukan.Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim
(Nugroho, 2010).13

2.4.3  Keuntungan dan Manfaat IVA test

Keuntungan yang di dapat dalam pemeriksaan iva test yang paling utama selain mudah,
praktis, dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan, alat-alat yang dibutuhkan
sederhana, dan sesuai untuk pusat pelayanan sederhana (Nugroho, 2010).13

Selain itu, manfaat yang di dapat dari IVA test:

1. Mendeteksi Kanker Serviks sedini mungkin, terutama pada penderita yang tidak
bergejala.

2. Mudah dijangkau karena diselenggarakan di Puskesmas dan Rumah sakit sesuai jadwal
yang disepakati.
3. Murah dilaksanakan, merupakan program pemerintah sehingga tidak dipungut biaya
untuk kegiatan ini.

2.4.4  Indikasi IVA test

Skrining kanker mulut rahim (Rasjidi, 2010:204).12

2.4.5 Kontra Indikasi IVA test

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional
seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspikulo (Rasjidi,
2008:49).11

2.4.6 Persiapan dan Syarat IVA test

1) Persiapan alat dan bahan, sebagai berikut : 11

a. Sabun dan air untuk cuci tangan

b. Lampu yang terang untuk melihat serviks

c. Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi

d. Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi

e. Meja ginekologi

f. Lidi kapas

g. Asam asetat 3-5% atau anggur putih

h. Larutan iodium lugol

i. Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen dan sarung tangan

j. Format pencatatan (Rasjidi, 2008:50).

2) Persiapan tindakan, sebagai berikut :12

a. Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan, dan apa artinya hasil tes
positif. Yakinlah bahwa pasien telah memahami dan menandatangani informed
consent.
b. Pemeriksaan inspekulo secara umum meliputi dinding vagina, serviks, dan forniks
(Rasjidi, 2010:204).

3) Alat Untuk Melakukan test IVA test

Alat untuk melakukan test IVA adalah, sebagai berikut :10

a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.

b. Meja atau tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.

c. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.

d. Spekulum vagina

e. Asam asetat (3-5%)

f. Swab atau lidi kapasSarung tangan (Sukaca, 2009:100).

4) Tekhnik atau Prosedur IVA test 11

a. Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks.

b. Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mukus, dan kotoran lain pada serviks.

c. Identifikasi daerah sambungan skuamo-columnar (zona transformasi) dan area


disekitarnya.

d. Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan
warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermat daerah
disekitar zona transformasi.

e. Lihat dengan cermat SCJ dan yakinkan area ini dapat semuanya terlihat. Catat bila
serviks mudah berdarah. Lihat adanya plaque warna putih dan tebal atau epitel
acetowhite bila menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala daran dan debris
pada saat pemeriksaan.
f. Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas atau kasa bersih

g. Lepaskan spekulum dengan hati-hati.

h. Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan (Rasjidi, 2008:50).

5) Cara penggunaan IVA test

Cara penggunaan IVA test adalah, sebagai berikut :9

a. IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan
mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih.

b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA
positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biopsi.

c. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan

d. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di puskesmas
atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis (Aminati,
2013:99).

6) Kategori Pemeriksaan IVA testAda beberepa kategori yang dapat dipergunakan, salah
satu kategori yang dapat dipergunakan adalah, sebagai berikut :10

a. Iva negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal.

b. Iva radang, adalah serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).

c. Iva positif, adalah ditemukannya bercak putih inilah gejala pra kanker. Kelompok
ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA.
Sebab temuan ini mempengaruhi pada diagnosis serviks pra kanker (dispalsia
ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).

d. Iva kanker serviks, pada tahap ini pun sangat sulit untuk menurunkan temuan
stadium kanker serviks. Walaupun begitu akan bermanfaat bagi penurunan
kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
(stadium IB-IIA) (Sukaca, 2009:101).
7) Orang-orang yang dirujuk untuk test IVA

Jika hasilnya adalah positif maka pemeriksaan sebaiknya dilanjutkan dengan pap smear di
laboratorium atau dokter ahli kandungan. Orang-orang yang dirujuk untuk test IVA
adalah, sebagai berikut :9

a. Setiap wanita yang sudah atau pernah menikah

b. Wanita yang beresiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok, menikah
muda, sering bergonta-ganti pasangan.

c. Memiliki banyak anak

d. Mengidap penyakit infeksi menular seksual (Aminati, 2013:100).

8) Tempat Pelayanan IVA test

IVA test bisa dilakukan ditempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA diantaranya: Perawat terlatih,
Bidan, Dokter Umum, dan Dokter spesialis obsgyn. Iva test dapat diulang sesuai anjuran
dokter atau setiap 3 sampai 5 tahun (Samadi Priyanto, 2010).14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian Mini Project


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
sebaran penyakit tidak menular terutama kanker serviks di Kelurahan Meruya Selatan.

Metode yang dilakukan yaitu dokumentasi. Dokumentasi merupakan sekumpulan


berkas berupa catatan, buku, notulen, agenda dan sebagainya. Data primer didapatkan dari
mengunjungi warga wanita usia subur (WUS) di TK Negeri Meruya Selatan dan baik
guru, dan karyawan. Data sekunder mendata sekolah-sekolah yang termasuk dalam
wilayah kerja Meruya selatan.

3.2 Waktu dan Tempat


1. Jumat, 13 Desember 2019 di PAUD Aisyiah pukul 09.00-11.30
2. Kamis, 19 Desember 2019 di MIN 19 pukul 08.00-12.30

3.3 Populasi Mini Project / SAMPLE


Populasi mini project adalah guru dan karyawan yang termasuk dalam kategori Wanita Usia
Subur yang sudah menikah di MIN 19 (jumlah guru : 20 orang) dan PAUD Aisyiah (jumlah
guru : 4 orang).
a. Kriteria Inklusi
1. Wanita usia subur yang sudah menikah
2. Bersedia mengikuti pemeriksaan IVA Test
b. Kriteria Eksklusi
1. Sedang menstruasi
2. Telah berhubungan 24 jam sebelumnya
3. Sedang hamil
3.4 Jenis Metode Mini Project
Dalam kegiatan intervensi mini project kali ini adalah dengan menggunakan metode jemput
bola dan pendekatan secara berkelompok. Jemput bola yang dimaksud ialah dokter internship
bersama petugas puskesmas secara aktif mendatangi sekolah yang dapat dijadikan sarana
untuk mengajak dan melakukan pemeriksaan IVA test. Pendekatan secara berkelompok yaitu
sebelum pemeriksaan skrining tes IVA berlangsung, Guru, karyawan, wali murid, warga
WUS di sekitar MIN 19, dan PAUD Aisyiah yang termasuk dalam kategori Wanita Usia
Subur terlebih dahulu diberi penyuluhan mengenai penyakit kanker serviks, dan kanker
payudara dan juga pentingnya untuk mendeteksi dini kanker serviks dan kanker payudara.
Pada saat penyuluhan mengenai kanker payudara, peserta diminta untuk melakukan SADARI
dirumah, dan masing-masing mengevaluasi bersama dokter internship hasil SADARI dan
melakukan SADARNIS setelah pemeriksaan IVA berlangsung.

3.5 Media / INSTRUMEN


Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah power point presentation, proyektor, leaflet
yang berisikan informasi tentang penyakit kanker leher rahim dan kanker payudara. Media
pemeriksaan IVA : ruangan tertutup, meja/ tempat tidur pemeriksaan, alat- alat pemeriksaan
IVA test (spekulum, head lamp, selimut, lidi kapas steril, cuka dan NaCl, gel).

3.6 Pengolahan Data


Untuk pengolahan data menggunakan cara manual serta menggunakan bantuan software
pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel.

Anda mungkin juga menyukai