Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

VIDEO DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN


WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PEMERIKSAAN
IVA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS PURUK
CAHU SEBERANG

PROPOSAL

OLEH:

BELLATRY GUSMAYANTI
PO 62.24.2.22.306

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA
RAYA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker

serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus,

suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke

arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama

(vagina) (Purwoastuti & Walyani, 2015).

Menurut data dari World Health Organization atau WHO (2018)

penderita kanker serviks di dunia diperkirakan mencapai 570.000 kasus

yang terjadi pada tahun 2018. Sementara itu, sekitar 90% kematian akibat

kanker serviks terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah

(WHO, 2018).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2021, disebutkan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia berada pada

urutan ke 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia berada pada urutan ke 23.

Angka kejadian kanker leher rahim/serviks di Indonesia sebesar 23,4 per

100.000 penduduk dengan rata-rata,kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Menurut data dari Global Cancer Observatory atau yang disebut

GCO (2018) penderita kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469 jiwa,

atau 17,2 persen dari prevalensi kanker perempuan di Indonesia. Sedangkan

angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 jiwa per tahun. Hal

ini berarti ada 50 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat

kanker serviks (GCO, 2018).

Kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara

yang menjadi penyebab terbanyak kematian perempuan di Indonesia.


Kanker serviks dapat diantisipasi dengan melakukan deteksi dini. Beberapa

deteksi dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan kanker

serviks adalah Pap Smear, Pap net, servikografi, tes inspeksi visual asam

asetat (IVA), tes high-risk type (HPV), kolposkopi, dan sitologi berbasis

cairan (Safitri dan Rahmi, 2019). Dari beberapa macam metode dalam

deteksi dini kanker serviks, tes inspeksi visual asam asetat (IVA) menjadi

metode yang saat ini menjadi program pemerintah diseluruh puskesmas di

Indonesia.

Inpeksi Visual Asestat atau biasa di sebut IVA merupakan metode

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang paling dianjurkan oleh

Departemen Kesehatan. Pemeriksaan IVA memiliki kelebihan dibandingkan

dengan pap smear, seperti kesederhanaan teknik, biaya rendah, dapat

dilakukan di Puskesmas oleh dokter umum dan bidan dan dapat segera

memberikan hasil yang dapat digunakan untuk tindakan pengobatan

selanjutnya (Sondang & Hadi, 2019).

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan menggunakan asam asetat yang

sudah di encerkan kemudian dioleskan, kemudian melihat leher rahim

dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan

asam asetat 3-5%. IVA dianjurkan untuk wanita yang aktif berhubungan

seksual, terutama untuk wanita yang berusia 30-50 tahun. (Departemen

Kesehatan RI, 2015).

WHO telah meninjau bukti mengenai kemungkinan modalitas untuk

skrining kanker serviks dan telah menyimpulkan bahwa skrining harus

dilakukan setidaknya sekali untuk setiap wanita dalam kelompok usia

sasaran (30-49 tahun) 4 kesehatan yaitu pada tahun 2019 diharapkan

pemeriksaan IVA mencapai 50% dari seluruh jumlah perempuan usia 30 –

50 tahun.
Deteksi dini dapat menekan angka kematian dan pembiayaan

kesehatan. Secara nasional, sebanyak 8,3% perempuan usia 30-50 tahun di

Indonesia telah yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim melalui

metode IVA. Pada data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa

sampai dengan tahun 2020 dari hasil pemeriksaan IVA telah ditemukan

50.171 IVA positif dan 5.847 curiga kanker leher rahim (Kemenkes RI,

2021). Kementerian Kesehatan RI menargetkan program cakupan deteksi

dini kanker serviks sebesar 50% pada perempuan berusia 30-50 tahun yang

dicapai pada tahun 2019.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam

melakukan deteksi dini yaitu pengetahuan. Sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan adalah hal yang

diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat ataupun sakit,

misalnya:tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan),

gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga

berencana, dan sebagainya. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

Wantini dan Indrayani (2019) didapatkan hasil bahwa sebanyak 68,9%

perempuan berumur produktif di daerah kerja Puskesmas Kalasan,

Kabupaten Sleman DIY tidak melakukan IVA dikarenakan belum

mengetahui tentang IVA.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan pengetahuan adalah dengan

melalui penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan efektif apabila

menggunakan media penyampaian yang menarik. Contoh media yang dapat

dipergunakan adalah media video. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Desy Syswianti (2019) menunjukan bahwa pengetahuan responden sebelum

diberikan penyuluhan dengan media video termasuk dalam kategori cukup

yaitu 13 responden (43,33%) dan paling sedikit kategori baik yaitu 8


responden (26,67%). Kemudian setelah diberikan sebagian besar kategori

baik yaitu 17 responden (56,67%). Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan meningkat setelah diberikan penyuluhan

dengan metode video.

Selain media video penyuluhan dengan media leaflet juga dianggap

efektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, dkk (2022)

didapatkan hasil bahwa rata-rata skor pengetahuan pada pretest yaitu 9,45

sedangkan setelah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan media

leaflet tentang pemeriksaan IVA memiliki rata-rata skor pengetahuan

postest yaitu 12,10. Artinya metode ceramah dengan media leaflet dapat

meningkatkan pengetahuan responden.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada di wilayah

kerja Puskesmas Puruk Cahu seberang dengan melakukan tanya jawab

singkat terhadap 8 WUS mengenai pemeriksaan IVAdidapatkan dari 8 WUS

tersebut 6 orang mengatakan tidak pernah mendengar atau tidak mengetahui

pemeriksaan IVA, sedangkan 2 orang mengatakan mengetahui manfaat dari

pemeriksaan IVA.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas yang menunjukkan

banyaknya penderita kanker serviks serta kurangnya pengetahuan tentang

pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini nya maka penulis tertarik untuk

meneliti pengetahuan WUS sebelum diberikan penyuluhan ceramah, video

dan leaflet tentang pemeriksaan IVA dan setelah diberikan penyuluhan

tersebut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan “Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

video dan leaflet terhadap pengetahuan WUS tentang pemeriksaan IVA?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video dan

leaflet terhadap pengetahuan WUS tentang pemeriksaan IVA di wilayah

kerja UPT Puskesmas Puruk Cahu Seberang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik umur, pendidikan, parietas, dan penghasilan

WUS di wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk Cahu

b. Mengetahui pengetahuan WUS sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan media video dan leaflet tentang pemeriksaan IVA

c. Mengetahui pengetahuan WUS sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan media video dan leaflet tentang pemeriksaan IVA

d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video dan

leaflet terhadap pengetahuan WUS tentang pemeriksaan IVA

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk dilakukan penyuluhan di wilayah kerja UPT

Pusekesmas Puruk Cahu Seberang

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan IVA, digunakan


sebagai bahan bacaan di perpustakaan Poltekekkes Kemenkes Palangka

Raya dan sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

3. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan mengenai pentingnya nya pemeriksaan IVA untuk mencegah

kanker serviks dan deteksi dini nya

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai pemeriksaan IVA untuk

mencegah kanker serviks. Selain itu, dapat juga digunakan oleh peneliti

lainnya untuk bahan referensi dalam pembuatan penelitian yang lebih

lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Adapun keaslian penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Judul penelitian Penulis Desain Variabel Hasil Perbedaan
dan Jurnal (Tahun) Penelitian dengan
penelitian ini
Pengaruh Elisa Jenis Umur, Metode Ceramah Perbedaan
Metode Chrisnita penelitian pendidikan, dengan media dengan
Ceramah Purba, Tri quasi pekerjaan Booklet dan penelitian
terhadap Niswati experiment leaflet ini pada
Pengetahuan Utami, dengan mampu desain
dan Sikap WUS Asriwati desain meningkatkan penelitian
dalam (2022) penelitian pengetahuan yaitu pre
Pemeriksaan yang tentang eksperimen
IVA di digunakan pemeriksaan IVA
dengan
Puskesmas adalah dengan diberi
pretest-post
Semula Jadi one group promosi
Kota Tanjung pre test- kesehatan dapat test one
Balai post test dilihat dari nilai group
design. signifikan design dan
JUMANTIK variabel
Volume 7 No.2 yang diteliti
Mei 2022 selain umur,
pendidikan,
pekerjaan
ada
tambahan
variabel
yaitu
Judul penelitian Penulis Desain Variabel Hasil Perbedaan
dan Jurnal (Tahun) Penelitian dengan
penelitian ini
penghasilan
dan paritas
Pengaruh Ni Nyoman Quasy Umur, Minat WUS pada Perbedaan
pendidikan Murti & Eksperimen pendidikan, kelompok dengan
kesehatan kanker Faridah menggunak Pekerjaan, eksperimen yang penelitian ini
serviks terhadap Hariyani an mendapatkan pada desain
Status
pengetahuan dan (2018) randomized pendidikan penelitian
minat melakukan two group pernikahan kesehatan lebih yaitu pre
pemeriksaan design tinggi eksperimen
IVA pada WUS dibandingkan dengan
di wilayah dengan kelompok pretest-post
kelurahan kontrol yang test one group
Sepinggan hanya diberikan design dan
Balikpapan leaflet variabel yang
Tahun 2017 diteliti yaitu
umur,
Mahakam pendidikan,
Midwifery pekerjaan,
Journal, Vol 2, paritas dan
No.4 November penghasilan
2018
Pengaruh Eka Septiani Metode Umur, Penyuluhan film Perbedaan
penyuluhan film (2020) penelitian tingkat dan leaflet setara dengan
dan leaflet eksperimen pendidikan, dalam penelitian ini
terhadap dengan meningkatkan adalah pada
pekerjaan
keikutsertaan desain pengetahuan media untuk
pemeriksaan pretest dan responden penkes yaitu
Inspeksi Visual postest video dan
Asam Asetat leaflet variabel
(IVA) di yang diteliti
Puskesmas yaitu umur,
Pasarwajo pendidikan,
pekerjaan,
Midwifery paritas dan
journal, Vol. 5, penghasilan
No. 1 Januari
2020
Pengaruh media Rita Kirana Metode Umur, Ada perbedaan Perbedaan
promosi (2021) penelitian pendidikan, yang signifikan dengan
kesehatan eksperimen pekerjaan, mengenai penelitian ini
terhadap covert dengan pengetahuan adalah pada
jumlah anak,
behavior ibu desain tentang media untuk
tentang praeksperi periksa pemeriksaan IVA penkes yaitu
pemeriksaan men IVA/tidak sebelum dan video dan
IVA di wilayah dengan sesudah diberikan leaflet variabel
kerja Puskesmas pendekatan promosi yang diteliti
Pekauman the one kesehatan dengan yaitu umur,
Banjarmasin group media film pendidikan,
pretest dan pekerjaan,
Jurnal Inovasi posttest paritas dan
penelitian, Vol. penghasilan
2, No. 7
Desember 2021
Efektivitas Veronica Jenis Umur, Peningkatan rata- Perbedaan
audiovisual dan Silalahi, penelitian pendidikan, rata pengetahuan dengan
booklet sebagai Wiwin ini adalah pekerjaan, lebih besar pada penelitian ini
media edukasi Lismidiati, quasi kelompok pada desain
penghasilan,
untuk Mohammad experiment intervensi penelitian
Judul penelitian Penulis Desain Variabel Hasil Perbedaan
dan Jurnal (Tahun) Penelitian dengan
penelitian ini
meningkatkan Hakimi al dengan informasi dibandingkan yaitu pre
perilaku skrining (2018) desain Non sebelumnya kelompok kontrol eksperimen
IVA equivalent dengan
Control pretest-post
Jurnal MKMI, Group test one group
Vol. 14, No. 3, Design design dan
September 2018 variabel yang
diteliti selain
umur,
pendidikan,
pekerjaan ada
tambahan
variabel yaitu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Apabila suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), tingkatan pengetahuan secara

garis besar dibagi menjadi 6 yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang ia pelajari antara lain

menyebutnya, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagiannya.
2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagiannya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata

lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria


yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Kuno atau Non Modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode

penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini meliputi:

a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan

tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui Jalan Pikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-

kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran

yang mutlak.
2) Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

penelitian, yaitu:

a) Metode Induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

b) Metode Deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-

bagiannya yang khusus.

d. Kriteria Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76-100%

2) Cukup : hasil presentase 65-75%

3) Kurang : hasil presentase <65%

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Wanita Usia Subur

Tentang Pemeriksaan IVA

1) Umur

Umur adalah usia responden dari lahir sampai pada usia terakhir.

Semakin dewasa maka semakin mengerti akan pemilihan

pemanfaatan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan


pola pikir. Hal ini terjadi terkait dengan pengetahuan, dimana

secara psikologis seharusnya usia dewasa lebih sadar dalam

melakukan tindakan pencegahan karena merasa lebih rentan

terhadap masalah kesehatan.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan

yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang

dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh departemen

pendidikan.

Dalam penelitian Eka (2020) menyatakan tingkat pendidikan

seseorang mempengaruhi kemampuan untuk menerima informasi

dan pengetahuan serta menerima perubahan.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh

responden demi kelangsungan hidupnya atau untuk memenuhi

sebagai macam kebutuhan hidupnya.

Dalam penelitian Eka (2020) variabel pekerjaan juga

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Wanita yang bekerja

cenderung untuk mencari pelayanan kesehatan untuk melakukan

skrinning.

4) Penghasilan

Menurut penelitian Ni dan Faridah (2018) Penghasilan

berpengaruh terhadap ketersediaan skrinning kanker serviks

dibandingkan dengan wanita yang bergantung terhadap

penghasil suami nya.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Veronica

(2018) penghasilan tidak berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan. Program pemeriksaan IVA biasanya dilakukan


secara gratis sehingga dengan penghasilan berapa pun masih bia

dijangkau oleh responden.

5) Paritas

2. Ceramah

Ceramah merupakan metode yang sering digunakan dalam

pendidikan kesehatan tetapi merupakan keterampilan yang cukup sulit

dikuasai (Dwi W, 2020). Ceramah merupakan promosi kesehatan yang

dilakukan kepada kelompok sasaran dengan tingkat pendidikan tinggi

maupun rendah. Ceramah salah satu metode promosi kesehatan yang

menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada peserta.

Keuntungan promosi kesehatan dengan metode ceramah ini murah dan

mudah menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat dikendalikan

oleh penyuluh, dapat diterima bagi yang tidak dapat membaca atau

menulis, penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang

penting (Putra Apriadi dkk, 2020).

3. Video

Video berasal dari bahasa latin yaitu visum yang artinya

melihat atau mempunyai penglihatan. Menurut Agnew & Kallerman

dalam Munir (2014) mendefinisikan bahwa video sebagai media

digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar dan memberikan

ilusi, serta fantasi pada gambar bergerak. Sedangkan menurut (Purwati,

2015) video merupakan media penyampaian pesan yang bersifat fakta

maupun fiktif, informatif, edukatif maupun intruksional. Kelebihan

media video menurut Johari, 2014 antara lain:


a. Dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang dan mudah diulang

pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas

b. Salah satu media pembelajaran yang menyenangkan

c. Membantu dalam memehami materi pembelajaran dan membantu

guru dalam proses pembelajaran

d. Dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas dan mudah diakses.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Desy Syswianti

(2019) menunjukan bahwa pengetahuan responden sebelum

diberikan penyuluhan dengan media video termasuk dalam kategori

cukup yaitu 13 responden (43,33%) dan paling sedikit kategori baik

yaitu 8 responden (26,67%). Kemudian setelah diberikan sebagian

besar kategori baik yaitu 17 responden (56,67%). Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan meningkat setelah

diberikan penyuluhan dengan metode video.

4. Leaflet

Leaflet adalah selembaran tanpa dilipat yang berisi keterangan

singkat tetapi lengkap, komponen Leaflet antara lain judul, teks

(materi), foto, ilustrasi, masing-masing komponen dapat berdiri sendiri

atau gabungan, ukuran terkecilsekitar setengah folio dan terbesar satu

folio, dapat digunakan sebagai promosi, pengumuman atau sebagai alat

informasi (Kemenkes RI, 2016).

Leaflet adalah selembar kertas yang menjadi sarana publikasi

singkat dalam suatu kegiatan promosi yang mana biasanya berisi

tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu tentang suatu topik khusus

untuk sasaran dan tujuan tertentu dan menggunakan bahasa yang

sederhana, singkat serta mudah dipahami (Suiraoka, 2012)

Leaflet biasanya diberikan setelah pelajaran dan penyuluhan


selesai dilaksanakan atau dapat pula diberikan sewaktu penyuluhan

berlangsung untuk memperkuat ide yang disampaikan. Kekuatan media

leaflet dapat disimpan lama, sasaran dapat menyesuaikan, dan belajar

mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, jangkauan

sasaran lebih luas, dapat membantu media lain, isi dapat dicetak

kembali. (Suiraoka, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, dkk (2022)

didapatkan hasil bahwa rata-rata skor pengetahuan pada pretest yaitu

9,45 sedangkan setelah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan

media leaflet tentang pemeriksaan IVA memiliki rata-rata skor

pengetahuan postest yaitu 12,10. Artinya metode ceramah dengan

media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan responden.

5. Pemeriksaan IVA

a. Pengertian Pemeriksaan IVA

IVA adalah singkatan dari inspeksi visual dengan aplikasi

asam asetat (IVA). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim dengan

cara mengamati dengan menggunakan spekulum dan melihat leher

rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%).

Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna bercak putih

disebut acetowhite epitelium, maka kemungkinan terdapat lesi

prakanker pada leher rahim (serviks) (Kemenkes RI, 2015).

Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah

pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat

yang sudah di encerkan, melihat leher rahim dengan mata telanjang

untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%

(Departemen Kesehatan RI, 2015).

IVA merupakan metode pemeriksaan deteksi dini kanker


serviks yang paling dianjurkan oleh Departemen Kesehatan.

Pemeriksaan IVA memiliki kelebihan dibandingkan dengan pap

smear, seperti kesederhanaan teknik, biaya rendah, dapat dilakukan

di Puskesmas oleh dokter umum dan bidan dan dapat segera

memberikan hasil yang dapat digunakan untuk tindakan pengobatan

selanjutnya (Sondang & Hadi, 2019).

b. Tujuan Pemeriksaan IVA

Tujuan dari pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi

morbiditas (angka kesakitan) atau mortalitas (angka kematian) dari

penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang

ditemukan, guna dapat dilakukan pencegahan dan bahkan

pengobatan secara dini terhadap kanker serviks (Mesalina,

2019). Tujuan lainnya adalah untuk mendeteksi kanker leher rahim

sebelum menjadi kanker (pra kanker) atau lesi prakanker. Lesi pra

kanker yang ditemukan sedini mungkin lebih mudah untuk

disembuhkan sehingga dapat menceg terbentuknya kanker leher

rahim (Wahyuni & Adiyasa, 2019).

c. Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan IVA

Melihat dari perjalanan penyakit kanker serviks,

mengindikasikan pemeriksaan IVA dilakukan pada kelompok

berikut (Kemenkes RI, 2015):

1) Perempuan berusia 30–50 tahun

2) Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan

discharge (keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri

pada abdomen bawah (bahkan jika di luar kelompok usia

tersebut).

3) Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang

rutin, perempuan yang sedang hamil dapat menjalani penapisan


dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan

krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan

pelayanan rutin pada klinik antenatal.

4) Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan

klinik.

Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA

negative harus menjalani sekrining 3 – 5 tahun sekali. Dan

hasil tes IVA positif dan sedang menjalani pengobatan harus

menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.

Pemeriksaan IVA memiliki kontraindikasi yaitu tidak

direkomendasikan pada wanita pasca menopause karena

daerah zona transisional seringkali terletak pada kanalis

servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspikulo

(Rasjidi, 2010).
B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Oleh sebab

itu, konsep tidak dapat diukur secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat

diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel.

Dan dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo,

2012).

Variabel independen Variabel devenden


(penkes dengan media video (pengetahuan WUS tentang
dan leaflet) pemeriksaan IVA)

Variabel perancu
(umur, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan,
paritas)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

diteliti, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional variabel penelitian merupakan

penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian.

Definisi operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Definisi Operasional Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Sebelum dan
Sesudah diberikan Ceramah, Video dan Leaflet Tentang Pemeriksaan IVA Di UPT
Puskesmas Puruk Cahu Seberang

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Variabel Dependent
1. Pengetahuan Hasil tahu yang Kuesioner - Baik : hasil ordinal
didapat dari WUS presentase 76-
tentang pemeriksaan 100%
IVA - Cukup : hasil
presentase 65-
75%
- Kurang : hasil
presentase
<65%

Variabel Independent
1. Penkes dengan Kegiatan memberikan Memberikan Kuesioner Perubahan Ordinal
ceramah, video materi tentang pemeriksaa video dan pengetahuan
dan leaflet IVA kepada WUS leaflet sebelum di
lakukan pre-
tes dan
sesudah di
lakukan post-
tes
Variabel Perancu
1. Umur Lama waktu hidup Kuesioner 1. <30 tahun Ordinal
seseorang sejak dilahirkan 2. 31-40 tahun
3. >41 tahun
2.Pendidikan
3. Jenjang sekolah formal yang Kuesioner 1. Pendidikan Ordinal
ditempuh sampai dengan Tinggi (PT,
selesai Diploma)
2. 2. Pendidikan
menengah (SMA,
SMP)
3. Pendidikan Rendah
(SD)
4. Kuesioner 1. Bekerja Nominal
Pekerjaan 2.Tidak bekerja

5. Kuesioner 1. < Rp.3.205.291 Ordinal


Penghasilan 2. >Rp.3.205.291

6.
D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari petanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel, variable bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk

menentukan kearah pembuktian (Notoatmodjo. 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengetahuan

WUS sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui ceramah, video dan

leaflet tentang pemeriksaan IVA di wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk

Cahu Seberang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian pre eksperimen design

dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Penelitian ini diawali dengan

pemberian pretest sebelum diberikan penyuluhan dengan metode ceramah,

video dan leaflet tentang pemeriksaan IVA menggunakan kuesioner. Setelah

diberikan penyuluhan tersebut, peneliti kemudian memberikan posttest

dengan kuesioner yang sama. Dalam penelitian ini dilihat pengetahuan

pemberian konseling KB terhadap keikutsertaan KB pasca persalinan, dengan

rancangan penelitian sebagai berikut;

K O1 X1 O2

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan;

K Kelompok yang diberikan pendampingan

O1 Pengamatan pertama dengan melakukan pre-test tingkat

pengetahuan

X1 Intervensi pendampingan dengan pemberian penyuluhan dengan

metode ceramah, video dan leaflet tentang pemeriksaan IVA

O2 Pengamatan kedua dengan melakukan post-test tingkat

pengetahuan setelah pendampingan


B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk

Cahu Seberang. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai bulan

maret 2022. Kemudian sasaran pada penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia

Subur (WUS) yang bertempat di wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk Cahu

Seberang.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo,

2012). Populasi pada penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) di

wilayah kerja Puskesmas Puruk Cahu Seberang yang berjumlah 364

orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili


seluruh populasi. Dalam penelitian ini menggunakan cara hitung beda
rata-rata (paired) denga rumus sebagai berikut :

Z2 1− x p ( 1− p ) x N
2
n=

d 2 ( N−1 ) + Z ²1− x p(1− p)
2
349.5856
n=
4.7491
n=73
n = ditambah 10 % untuk mencegah drop out, jadi jumlah sampel yang
direncanakan 80 orang

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi (364)
p = estimasi proporsi (0,5)
Z 2 1-α/2 = Z score pada 1-α/2 tingkat kepercayaan (1,96)
d = presisi absolut (0,05)
Maka dari hasil hitung sampel menggunakan rumus diatas
didapatkan hasil dalam penelitian ini memerlukan 80 WUS.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah

(kuota) yang diinginkan. Biasanya yang dihubungi adalah teknik untuk

menentukan sampel dari populasi yang diinginkan. Penting diperhatikan

di sini adalah terpenuhinya jumlah (qountum). (Fenti, 2020)

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah

sebanyak 30 orang. Peneliti akan mengumpulkan WUS untuk diberikan

penyuluhan kemudian jumlah WUS yang hadir tersebut jika mencapai 80

orang maka peneliti langsung mengambilnya sebagai sampel, namun jika

sebaliknya, WUS yang hadir tidak mencapai 80 orang, maka peneliti akan

melakukan penyuluhan lagi agar bisa mendapatkan jumlah sampel yang

diharapkan yaitu 80 orang.

3. Kriteria Subjek Penelitian

a. Kriteria Inklusi

Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang akan

diteliti. Kriterianya adalah :

1) Wanita Usia Subur (WUS) dan sudah menikah

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja UPT Puskesmas

Puruk Cahu Seberang

3) Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria Ekslusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu sehingga tidak dapat


mewakili karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah apabila selama

penelitian responden pindah tempat tinggal keluar wilayah kerja UPT

Puskesmas Puruk Cahu Seberang. Hanya semua anggota populasi

yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil sebagai subjek

penelitian.
D. Variabel Penelitan

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga akan diperoleh

informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independen

Variabel independen atau disebut dengan variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi variabel lain sehingga dapat

menyebabkan perubahan atau memicu timbulnya variabel terikat

(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini, yang menjadi variabel

independen nya adalah ceramah, video dan leaflet tentang

pemeriksaan IVA

b. Variabel Dependen

Variabel devenden atau disebut dengan variabel terikat adalah

variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam

2011). Pada penelitian ini yang menjadi variabel devenden nya

adalah pengetahuan tentang pemeriksaan IVA.

E. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, 2014).

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa analisa data dari hasil

kuesioner yang telah dijawab oleh WUS mengenai pengetahuan tentang

pemeriksaan IVA.
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi data Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja UPT

Puskesmas Puruk Cahu Seberang


2. Memilih Wanita Usia Subur (WUS) yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi untuk dijadikan responden sebanyak 30 responden

3. Menjelaskan proses penelitian yang akan dilakukan pada WUS di

wilayah kerja Puskesmas Puruk Cahu Seberang

4. Melakukan informed consent sebagai pernyataan kesediaan ibu menjadi

responden dalam penelitian

5. Melakukan pengumpulan data primer melalui pengisian lembar identitas

subjek dan kuesioner (pre-test)

6. Memberikan penyuluhan dengan metode ceramah, video dan leaflet

tentang pemeriksaa IVA

7. Mengumpulkan data mengenai pengetahuan tentang pemeriksaan IVA

dari hasil skor kuesioner dengan melakukan post-test

8. Semua data yang telah diambil, selanjutnya dikumpulkan, diolah, dan di

analisis oleh peneliti.


G. Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2012), analisa data dilakukan melalui penyusunan

data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :

1. Editing data

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan

dan perbaikan isi formulir atau kuesioner yang telah di isi. Dalam

penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah memeriksa kembali

data responden yang diperoleh atau dikumpulkan. Kemudian editing

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul

(Notoatmodjo, 2012).

a. Scoring data

Scoring yaitu memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberikan penilaian atau skor pada hasil kuesioner. Adapun

scoring yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar maka diberi skor

1, sedangkan jika menjawab salah maka diberi skor 0.

b. Coding data

Bertujuan mengidentifikasi data yang terkumpul dan

memberikan angka. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

dalam melakukan analisa data (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini diberikan kode-kode sebagai berikut :

1) Pengetahuan Baik, jika menjawab benar 76%-100% diberi kode

2) Pengetahuan Cukup, jika menjawab benar 56%-75% diberi

kode 2

3) Pengetahuan Kurang, jika menjawab benar <56% diberi kode 1


c. Tabulating data

Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang

disajikan dalam prosentase sehingga diperoleh data dari masing-

masing variabel (Notoatmodjo, 2010).

2. Pengolahan Data

Hasil dari kuesioner pretest dan postest mengenai pengetahuan

tentang pemeriksaan IVA di wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk Cahu

Seberang kemudian diolah sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan/

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan motivasi yang

digambarkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner, kemudian hasil

jawaban akan diolah dengan menggunakan rumus menurut Nursalam

(2011), yaitu :

Variabel pengetahuan

F
P= x 100%
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah skor yang didapat

N = Jumlah skor maksimal

Dengan ketentuan :

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100%

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75%

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56%


b. Analisis bivariat

Pengolahan data meliputi tahap editing atas data yang telah

tersedia, tahap pengkodean dan penilian (Coding and scoring), serta

tahap entri data ke dalam tabel pengukuran. Data kemudian

dimasukan dan dianalisis menggunakan program SPSS dengan

menggunakan Uji Normalitas menurut Kolmogorov Smirnov jika

data terdistribusi Normal maka menggunakan uji Paired T- Test,

jika data terdistribusi tidak normal maka menggunakan Uji

Wilcoxon.

Analisis ini dilakukan dengan bantuan perangkat komputer

dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dengan demikian

nilai α = 0,05. Maka pengambilan keputusan sebagai berikut

1) Jika p ≤ α atau ( p ≤ 0,05) maka hipotesis diterima yang berarti

ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terkait.

2) Jika p > α atau ( p > 0,05) maka hipotesis diterima yang berarti

ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terkait.

Anda mungkin juga menyukai