Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, telah
melimpahkan anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis diberi kekuatan,
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Pendahuluan Bayi
dengan Ikterus Neonatorum ini yang disusun guna memenuhi persyaratan
ketuntasan Praktik Asuhan Kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.
Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini, ijinkan penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH sebagai dosen Pembimbing Institusi
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam pelaksanaan Praktik
Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan BBL.
2. Ibu Siti Fatimah, S.ST sebagai Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan Praktik Asuhan
Kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ini.
3. Ibu Riny Natalina, SST.,M.Keb sebagai dosen koordinator mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang
telah membimbing dan mengawasi selama berpraktik
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Pendahuluan ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan yang lebih baik.
Akhir kata penulis mengharapkan Laporan Pendahuluan ini bermanfaat
sebagai bahan bacaan yang memberikan informasi positif.
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi per 1000
tetapi juga terkait langsung dengan angka rata-rata harapan hidup penduduk
disuatu daerah (Mala, 2015). Sebanyak 7000 bayi baru lahir di dunia
meninggal setiap harinya. Tiga per empat kematian terjadi pada minggu
pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Angka Kematian Bayi
(AKB) pada Negara ASEAN (Association ofSouth East Asia Nations) seperti
di Singapura sebanyak 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000
kelahiran hidup, Thailand 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000
kelahiran hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian
pada tahun 2030 yaitu 12 per 1.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2016).
2017 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 24
1
provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 10,83 per 1.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan penyebabnya , kematian bayi ada dua macam yaitu dalam
sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan kematian bayi luar kandungan atau
kematian post neonatal disebabkan oleh faktor – faktor yang berkaitan dengan
pengaruh luar. Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah
fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam
2
kebidanan pada bayi Ny. D umur 2 hari dengan ikterus neonatorum di ruang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Ikterus
adanya jaundice atau ikterus, perubahan warna kekuningan pada kulit, sklera,
aliran darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang
aliran darah tersebut. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin
serum mencapai 2-3 mg/dl, sedangkan kadar bilirubin serum normal 0,3-1
oleh proses fisiologi atau patologi atau kombinasi keduanya (Lubis, dkk
2013).
meluas secara sefalokaudal (dari atas ke bawah) ke arah dada, perut, dan
4
B. Etiologi Ikterus
Menurut (Mia, 2017) bayi baru lahir yang mengalami ikterus biasanya
banyak sekali BBL (lebih dari 50%), termasuk BBL prematur. Kondisi
ini dimulai pada usia bayi 2-3 hari, dan biasanya berlangsung selama 1-2
dewasa. Ketika sel darah merah yang terdapat dalam tubuh BBL tersebut
mati (suatu proses yang normal dialami oleh manusia), maka hemoglobin
tersebut harus larut dalam air (water soluble) agar dapat dibuang dari
tubuh bayi melalui BAB. Hati atau lever bayi bertugas untuk menjadikan
bilirubin larut dalam air. Seringkali hati atau lever bayi belum berfungsi
ketidakcocokan rhesus (Rh) atau golongan darah antara ibu dan bayi.
Dalam kondisi ini, jumlah sel-sel darah merah yang mati melebihi jumlah
5
3. Breastfeeding Jaundice, disebabkan ketika bilirubin yang telah larut
dalam air (water soluble) masuk ke dalam usus untuk dibuang melalui
BAB namun ada sebagian yang terserap kembali oleh tubuh setelah
dinding usus diubah lagi komposisinya menjadi larut dalam lemak (fat
maka akan semakin sedikit yang terserap kembali oleh tubuh bayi. Oleh
karena itu, penting sekali bagi BBL untuk minum ASI dalam bentuk
dengan kondisi hati atau lever yang rusak, atau saluran yang
yang telah larut dalam air tidak dapat masuk ke dalam usus dan akan
C. Metabolisme Ikterus
penguraian dalam sel darah merah (SDM). SDM yang sudah tua, dan
(hati, limpa, dan makrofag). Hemoglobin dipecah menjadi produk sisa heme,
dan globin. Globin dipecah menjadi asam amino, yang digunakan kembali
oleh tubuh untuk membuat protein. Heme akan beikatan dengan oksigen
6
akan melakukan reduksi (biliverdin reduktase) menjadi bilirubin tak
terkonjugasi.
ambilan yaitu bilirubin dilepaskan dari albumin dan dengan bantuan enzim
yang mudah larut dalam air dan siap untuk ekskresi). Bilirubin terkonjugasi
diserap kembali oleh usus menuju vena porta, kemudian ada yang diereksikan
kembali dalam empedu dan juga ada yang mencapai ginjal sehingga
tersebut akan disimpan dibawah kulit, sehingga kulit bayi menjadi kuning.
Biasanya dimulai dari wajah, dada, tungkai dan kaki menjadi kuning.
cukup umur yang diberi susu ASI, kadar bilirubin meningkat secara progresif
pada minggu pertama, keadaan ini disebut jaundice ASI. Penyebabnya tidak
diketahui dan hal ini tidak berbahaya, jika kadar bilirubin sangat tinggi
7
mungkin perlu dilakukan terapi yaitu terapi sinar dan transfusi tukar
(Maryunani, 2014).
D. Klasifikasi Ikterus
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada
hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis
1) Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi
lahir dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai ke-6 dan menghilang
3) Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12
mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl dan akan hilang pada hari ke-14
(Maulida, 2014)
2. Ikterus patologis
8
3) Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi < 37
5) Ikterus yang disebabkan oleh bayi kurang dari 2000 gram yang
2014).
4. Sklera ikterik
cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan
7. Asfiksia
8. Hipoksia
9
11. Feses berarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis dapat
15. Letargi
16. Reflex moro lemah atau tidak ada sama sekali (Maryunani, 2014)
dan tungkai
10
bawah lutut
2. Pemeriksaan Diagnostic
a. Test coombs pada tali pusat baru lahir : hasil positif test coombs
dalam darah ibu. Hasil positif dari test coombs direk menandakan
ABO.
mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi preterm
berebihan.
11
f. Glukosa : kadar dextrosit mungkin kurang dari 45% glukosa darah
lengkap kurang dari 30 mg/dL atau tes glukosa serum kurang dari 40
G. Komplikasi Ikterus
1. Kern ikterus
2. Kerusakan hepar
H. Penatalaksanaan Ikterus
1. Pemberian ASI
c. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI melalui pipa naso
selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi selalu tetap
hangat.
12
e. Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca kelahiran maka
2. Fototerapi
dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk
Hanya produk fotoksi dan saja yang bias diekskresikan lewat urin.
a. Jenis lampu
13
mengenai warnanya (jaundis, palor, sianosis) atau
b. Jarak
14
dengan lampu neon, jarak harus tidak lebih besar dari 50
overheating.
c. Berat Badan
1) Untuk usia bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram,
15
mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah
hemolisis.
tukar.
tukar.
serum total > 25 mg/dl (> 430 mmol/L) pada usia>72 jam
16
pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk pemeriksaan
3. Transfusi Tukar
(Usman, 2014).
1. Pencegahan primer
17
4) Apakah BB bayi tidak turun > 10% dalam 5 hari pertama kehidupan?
2. Pencegahan Sekunder
dilakukan tes golongan darah dan tes Coombs pada darah tali pusat
18
bayi, tetapi hal itu tidak diperlukan jika dilakukan pengawasan,
b. Penilaian klinis
vital bayi.
c. Evaluasi laboratorium
Playstore.
19
Pemeriksaan TcB dan/atau TSB harus dilakukan jika bayi tampak
setiap harinya. Jika kadar TcB yang terukur ± 2-3mg/dL atau 70%
TSB.
20
Penentuan faktor risiko untuk menjadi hiperbilirubinemia berat
2000 gram, atau dengan usia kehamilan 35-36 minggu dengan berat
d. Penyebab ikterus
Bayi sakit dan ikterus pada atau umur lebih 3 minggu harus
(paper test).
21
Peringkat bukti IV, Derajat rekomendasi C
22
Tabel 2. Evaluasi laboratorium pada bayi ikterus dengan usia gestasi ≥
35 minggu
23
e. Pemeriksaan klinis sebelum pulang dari rumah sakit
Sebelum pulang dari rumah sakit, setiap bayi harus dinilai terhadap
Penilaian ini sangat penting pada bayi yang pulang sebelum umur
diperiksa TcB atau TSB dan diplot di kurva yang sesuai. Untuk
adalah:
24
menggunakan kedua ibu jari pada bagian dahi, dada, perut,
matahari.
g. Tindak lanjut
berikutnya adalah:
1) Perkembangan ikterus
2) Kecukupan ASI
25
4) Ada tidaknya faktor risiko masalah neonatal yang lain
kelahiran.
4. Terapi
26
fototerapi sudah cukup (30μW/cm2/nm). Peringkat buktiIIIA,
27
Gambar6.Bilirubin blanket meter II (intensity meter)(OHMEDA
Medical).
dimana kadar bilirubin direk 50% atau lebih dari bilirubin total,
Jika kadar bilirubin total serum berada pada angka untuk rekomendasi
28
25mg/dL atau lebih tinggi pada setiap waktu, hal ini merupakan
resusitasi.
atau kadar TSB berkisar 2-3mg/dL dari kadar transfusi tukar. Jika
tinggi).
29
Jika dipertimbangkan transfusi ganti, kadar albumin serum
30
berlebihan, atau bayi tampak dehidrasi. Peringkat bukti III
A, Derajat rekomendasi C
31
33
Gambar 4. Panduan untuk fototerapi pada bayi dengan usia
gestasi ≥ 35 minggu.
Keterangan :
direk.
34
minggu dan dengan kadar bilirubin total serum yang lebih
35
dengan radiometer spesifik sesuai dengan pabrikan sistem
36
risiko)(infants at high risk) tetap sebagai kelompok risiko
37
Gambar 5. Panduan untuk transfusi tukar pada bayi dengan usia gestasi ≥ 35
minggu. Keterangan :
opistotonus, high pitch cry, demam) atau bila kadar bilirubin total ≥
bilirubin terkonjugasi
39
6) Pada bayi sehat dan usia kehamilan 35-37 6/7 minggu (risiko
intensif. Untuk bayi yang masuk kembali, jika kadar TSB diatas
40
DAFTAR PUSTAKA
Anitasari, Ratriyuli. 2012. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir By. Ny. N
dengan Hiperbilirubin Derajat III Di RSU Assalam Gemolong. Surakarta:
Stikes Kusuma Husada
Mala, Viya Yanti. 2015. Analisa Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB)
Intervensi program KKB dalam mencapai sasaran MDG’s. Jurnal Penelitian
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Prov. Sumsel
Maulida, L.F. Ikterus Neonatorum. Media Publikasi Penelitian. 2014. 10(1): 39-
43
41