LAHIR RENDAH)
KEPERAWATAN ANAK
oleh :
NIM 182310101168
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Neonatal : BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)” Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada Program
Studi Sarjana Keperawatan Universitas Jember.
Tujuan penulisan makalan ini sebagai wujud dari kreatifitas penulis dalam
melakukan kinerjanya terkait dengan Tugas Keperawatan Anak. Ucapan terima
kasih juga disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah smpurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan untuk perbaikan makalah ini
kedepannya. Atas saran dan krtiknya, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Epidemiologi berat badan lahir rendah (BBLR).......................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.4 Tujuan........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4
2.1 Konsep Dasar.................................................................................................4
2.1.1 Definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).....................................4
2.1.2 Etiologi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).....................................4
2.1.3 Tanda dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)......................5
2.1.4 Patofisiologis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)............................6
2.1.5 Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)................................8
2.1.6 Penatalaksanaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).......................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang BBLR........................................................11
2.1.8 Komplikasi BBLR............................................................................11
2.2 Asuhan Keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).12
BAB III KERANGKA KONSEP ATAU POHON MASALAH......................25
BAB IV ANALISIS JURNAL EVIDENCE BASED PRACTICE...................26
BAB V PENUTUP................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh
terhadap angka mortalitas bayi. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
sampai sekarang masih saja menjadi masalah di belahan dunia ini
mengingat dampaknya yang bisa menimbulkan kematian pada bayi yang
baru lahir. BBLR merupakan salah satu faktor utama meningkatnya angka
kematian, kesakitan dan kecacatan neonatus, bayi dan anak serta
berdampak jangka panjang akan hidupnya pada masa mendatang (Atiqah
dan Cahyo, 2010). Resiko paling besar BBLR yaitu perempuan yang
melahirkan pada usia remaja (Atikah dan Cahyo, 2010). Usia ibu
merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kejadian bayi dengan
berat lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada
usia di bawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara
kelahirannya terlalu dekat, kejadian terendah adalah pada usia ibu hamil
antara 26-30 tahun (Atikah dan Cahyo, 2010). Komplikasi yang di alami
bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia, aspirasi atau gagal
bernafas secara spontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah
lahir, hipotermia atau gangguan termoregulasi, gangguan nutrisi dan resiko
infeksi. Masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah juga meliputi
permasalahan pada system pernafasan, susunan syaraf pusat,
kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi
(Atikah dan Cahyo, 2010)
1
kali selama kurun kehamilan dan di mulai sejak umur kehamilan muda.
Apabila kenaikan berat badannya kurang dari 1 kg per bulan, sebaiknya
segera berkonsultasi dengan ahli gizi (Atikah dan Cahyo, 2010).
Kebutuhan zat besi sangat penting bahkan di mulai sebelum kehamilan.
Memberikan tablet tambah darah (TTD) yang mengandung zat besi dan
asam folat sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Hal ini di lakukan
sebagai upaya mengurangi anemia pada ibu hamil dan risiko terjadinya
BBLR, kematian ibu dan bayi. Selain zat besi, zat gizi mikro lainnya juga
di perlukan ibu hamil. Zat gizi mikro dari asupan makanan kurang
mencukupi kebutuhan ibuhamil sehingga perlu adanya konsumsi suplemen
mikronutrien secara rutin (Ernawati, 2011).
2
6. Bagaimana penatalaksanaan dari berat badan lahir rendah (BBLR) ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang berat badan lahir rendah (BBLR) ?
8. Bagaiamana komplikasi pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dari berat badan lahir rendah (BBLR)
2. Mengetahui etiologi dari berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Mengetahui tanda dan gejala dari berat badan lahir rendah (BBLR)
4. Mengetahui dan paham patofisiologi dari berat badan lahir rendah
(BBLR)
5. Mengetahui klasifikasi dari berat badan lahir rendah (BBLR)
6. Mengetahui dan paham tentang penatalaksanaan dari berat badan lahir
rendah (BBLR)
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang berat badan lahir rendah (BBLR)
8. Mengetahui komplikasi pada klien dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
3
BAB II TINJAUAN TEORI
4
2. Faktor janin : hidramnion, kelainan ganda, kelainan
kromosom,cacat bawaan, dan infeksi
3. Faktor lingkungan : tempat tinggal dataran tinggi,
radiasi, zat-zat beracun
2.1.2.2 Dismaturitas
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang
mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin (Sugeng,
2012).
5
7. Otot hipotonik.
8. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-
lurus.
10. Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang
rawan.
11. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
12. Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum.
Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum
tertutupoleh labia mayora.
13. Fungsi syaraf belum matang menyebabkan reflek
menghisap, menelan dan batuk masih lemah.
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan
otot dan jaringan lemak masih kurang.
6
gizinya. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
masalah gizi :
7
2.1.5 Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Terdapat beberapa cara untuk mengelompokkan BBLR
(Proverawati dan Ismawati, 2010) :
A. Menurut harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dengan berat lahir 1500-
2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), dengan berat
lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), dengan berat
badan lahir < 1000 gram.
B. Menurut usia gestasinya
1. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari) dan berat
badan selaras dengan berat badan untuk masa gestasi itu,
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2. Retardasi Pertumbuhan Janin Intra Uterin (IUGR)/
Dismaturitas
IUGD adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, serta menandakan
bayi mengalami retardasi. Dismatur bisa menjadi preterm,
term dan post term. Dismatur Preterm dikenal juga
Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan
(NKB-KMK), Dismatur Term dikenal juga Neonatus Cukup
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur
Posterm dikenal juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (NKB-SMK).
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan semestinya untuk masa kehamilan
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
8
kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga
berat, panjang dada, lingkaran kepala dalam proporsi
yang seimbang namun keseluruhan masih dibawah masa
gestasi yang semestinya. Bayi ini tidak menandakan
adanya wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi
sebelum terbentuknya adipose tissue
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi
beberapa minggu sampai beberapa hari hingga janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal namun berat tidak selaras dengan masa gestasi.
Bayi tampak wasted dengan tanda kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah
diangkat, bayi terlihat kurus dan lebih panjang
9
b. Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk
mengetahui sindrom aspirasi meconium.
c. Setiap jam hitung frekuensi pernafasan, bila
≥60x/menit lakukan foto thorax,
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan
yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi
darah, tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah
pernafasan dan keadaan umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia.
2) Perikasa kadar gula darah 8-12 post natal.
3) Periksan reflex hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi,
nutrient yang dapat diberikan meliputi; karbohidrat,
lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enternal bisa
diberikan secara kontinyu.
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke
tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuman.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam
sekali pemberian (Rio, 2014)
10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang BBLR
A. Radiologi
1. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, bisa dimulai pada umur 8 jam.
2. USG kepala utamanya pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari
B. Laboratorium
1. Darah rutin
2. Gula darah (8-12 jam post natal).
3. Analisa gas darah.
4. Elektrolit darah (k/p)
5. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang
membentuk cincin. Artinya surfaktan terdapat dalam
paru dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada
surfaktan.
Ragu : Jika ada gelembung tapi tidak ada cincin. (Rio,
2014)
11
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur kerap mengalami
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin ditimbulkan karena
gangguan pertumbuhan hati.
2.2 Asuhan Keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
Kasus :
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : By. Ny. C
TTL : Sleman, 29 Mei 2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 42 tahun
Nama Ibu : Ny. C
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
12
Suku : Jawa
Tanggal Pengkajian : 29 Mei 2018
Alamat : Jl : Grogol, Margodadi, Seyegan, Sleman
Diagnosa medis : BBLR
2) Keluhan Utama
Ibu mengeluh bedan badan bayi saat lahir memiliki berat badan badan
rendah yaitu 2180 gram
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirawat di ruang perinatologi, tangisan kuat, gerak kurang aktif,
biri kering dan tidak ada kejang
4) Riwayat kelahiran dan persalinan
a. Antenatal
Ny. D mengatakan Ny. C menyatakan kehamilan ketiga, G3P2A0,
usia 41 tahun, klien menyatakan mengetahui kehamilan setelah
usia kehamilan 3 bulan, periksa ANC yang pertama pada usia
kehamilan 3 bulan, kemudian setelah usia kehamilan 3 bulan
sampai usia 8 bulan periksa setiap 1 bulan sekali dan setelah usia 8
bulan periksa setiap 2 minggu sekali dipuskesmas oleh bidan.
Klien mengatakan selama hamil makan 3-4 kali sehari dengan
porsi sedang.
b. Intranatal
Ny. C menyatakan, dibawa ke puskesmas dirujuk ke RSUD Sleman
pada tanggal 29 Mei 2018, kemudian di RSUD Sleman melahirkan
secara spontan pada pukul 12.05 WIB dengan Usia kehamilan 36
Minggu. Lama persalinan kala I 6 jam, Kala II 5 menit, Kala III 5
menit dan Kala IV 2 jam.
Keadaan bayi baru lahir
BB/ PB Lahir : 2180 gr / 46 cm
13
c. Postnatal
d. Bayi lahir dengan usaha nafas spontan. Air ketuban habis. APGAR
score 7/9. Tidak ada trauma saat lahir. Klien mendapat Vit K dan
imunisasi HB 0.
5) Riwayat Keluarga
a. Genogram
14
b. Aktifitas istirahat
Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras
c. Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi secara sponge bath setiap pagi hari dan perawatan tali
pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi BAB serta
sudah BAK terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan tidak tampak
tanda iritasi.
d. Eliminasi
Bayi dapat BAB dan BAK
e. Keadaan psikologis orang tua
Ny. C menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia
menginginkan anaknya cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia
mengusahakan untuk taat instrusi dokter dan perawat, agar anaknya
cepat pulang. Ibu bayi tampak lelah dan ASI keluar sedikit. Ibu
mengatakan pada anak-anaknya yang lain tidak mengalami seperti
ini.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Gerak kurang aktif, menangis kuat, banyak tidur.
N : 128x/menit
RR : 40x/menit
S : 37oC
b. Antropometri
BB sekarang : 2055 gr LD : 26 cm
PB : 46 cm LP : 25 cm
LK : 30 cm LILA (kiri) : 7 cm
c. Reflek
Bayi memiliki reflek moro yang baik, memiliki reflek palmar,
memiliki reflek plantar, reflek tonik neck belum tampak, memiliki
reflek Babinski, memiliki reflek roating dan reflek sucking yang
lemah.
15
d. Kepala
Ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah
simetris.
e. Mata
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Telinga
f. Mulut
Mulut terlihat kering. Tidak terdapat sianosis dan tidak ada
kelainan labio palato schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi
untuk mengetahui residu ASI dan memberikan ASI
g. THT
Telinga : Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum
sempurna, tidak ada cairan abnormal
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung.
h. Respirasi
Bentuk toraks simetris. Tidak terdapat penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan. Tidak terdapat retraksi dada. Respirasi 40
kali permenit teratur. Tangisan keras.
i. Kardiovaskuler
HR 128x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak sianosis.
j. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu
berupa lendir dan ASI 0,5-2 cc.
k. Ekstremitas
Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
l. Integumen
Kulit berwarna kemerahan,tidak ikterik.Turgor kulit <2 detik.
8) Terapi
a. ASI eksklusif melaui OGT
b. KAEN IB 14,5 cc/jam
c. Fisioterapi oral /hari
16
d. Ampicillin 2x 110 mg
e. Gentamicin 1 x 11 mg
f. Metronidazole 1 x 20 mg
9) Pemeriksaan penunjang
17
B. Analisa Data
18
- BB lahir
2180 gram
- Nadi : 128
x/menit
- RR : 40
x/menit
- Terpasang
infus di
ekstremitas
kanan
19
1 Selasa / Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Elvi
29 Mei nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
Ns.
2018 kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan
Elvi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi
reflek hisap lemah terpenuhi dengan kriteria
ditandai dengan : hasil :
- BB meningkat
DS : -
- Reflek hisap dan
DO : menelan kuat
- Tidak ada residu
- Bayi terpasang
lambung
OGT
- Bibir lembab
- Bayi belum dapat
menetek ibu
- Reflek hisap lemah
- Terpasang IVFD
KAEN IB 14,5 cc/
jam di tangan kanan
- Terdapat residu 0,5-
2 cc/ 2jam
- Bibir tampak kering
2 Selasa / Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Elvi
29 Mei berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam
Ns.
2018 prematuritas ditandai diharapkan klien dapat
Elvi
dengan terhindar dari infeksi
dengan kriteria hasil :
DS : -
- TTV pasien dalam batas
normal
DO :
- Tidak terdapat tanda
- Leukosit 13,6 103 tanda infeksi
UL
- Usia kehamilan 34
minggu
20
- BB lahir 2150 gram
- Nadi : 128 x/menit
- RR : 40 x/menit
- Terpasang infus di
ekstremitas kanan
E. Intervensi
21
atau mengganti
cairan
Selasa / Resiko infeksi - Kaji tanda tanda - Menentukan Elvi
29 Mei infeksi intervensi
Ns.
2018 - Gunakan teknik lebih lanjut
Elvi
aseptik sebelum - Meminimalkan
dan sesudah terjadinya
kontak dengan infeksi silang
klien - Meminimalkan
- Anjurkan ibu terjadinya
mencuci tangan, infeksi silang
membersihkan ibu dan bayi
putting dan - Untuk
payudara meminimalkan
dengan air pertumbuhan
matang sebelum bakteri
memeras ASI - Antibiotik
- Ajarkan ibu cara untuk
mencuci tangan mencegah
dengan 6 terjadinya
langkah benar pertumbuhan
- Kelola bakteri
pemberian obat
Ampicillin 2x
110 mg,
Gentamicin 1x
11 mg,
metronidazole
1x 20 mg
F. Implementasi
22
DX
1 Selasa / 08.00 - Mengobservasi reflek hisap Elvi
29 Mei 08.15 dan menelan
Ns. Elvi
2018 08.30 - Menimbang berat badan
08.45 setiap hari
- Melakukan pengecekkan
09.00 residu lambung
09.15 - Memberi ASI 1-2 cc/ jam
melalui OGT
- Mengajarkan ibu cara
menyiapkan ASI yang benar
- Memberi terapi KAEN IB
14,5 cc/jam
2 Selasa / 09.30 - Mengkaji tanda tanda infeksi Elvi
29 Mei 09.45 - Menganjurkan ibu mencuci
Ns. Elvi
2018 tangan, membersihkan
putting dan payudara dengan
10.00 air matang sebelum
memeras ASI
10.30 - Mengajarkan ibu cara
mencuci tangan dengan 6
langkah benar
- Pemberian obat Ampicillin
2x 110 mg, Gentamicin 1x
11 mg, metronidazole 1x 20
mg
G. Evaluasi
23
2018 kebutuhan tubuh
O : BB meningkat Ns.
berhubungan dengan
A : Masalah teratasi Elvi
reflek hisab lemah
P : Lanjutkan intervensi
24
BAB III KERANGKA KONSEP ATAU POHON MASALAH
Prematur
Resiko infeksi
Otak
Reflek
menelan
belum
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
25
BAB IV ANALISIS JURNAL EVIDENCE BASED PRACTICE
Jurnal 1 :
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram, yang dibedakan dalam 2 kategori yaitu :
BBLR yang disebabkan karena lahir prematur (usia kandungan kurang dari 37
minggu) dan BBLR lahir dengan KMK (Kecil Masa Kehamilan) bayi yang lahir
cukup bulan dengan berat badan kurang dari normal. Kurangnya berat badan
dapat mempengaruhi status nutrisi pada bayi. Kesiapan meningkatkan nutrisi
(pemberian ASI) adalah pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik dan dapat di tingkatkan.
26
(2009) bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran
pencernaan belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan. Hal ini diakibatkan
karena tidakadanya koordinasi menghisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34
minggu, kurangnya cadangan nutrisi dikarenakan kurang dapat menyerap lemak
dan mencerna protein, jumlah enzim dalam pencernaan belum mencukupi, waktu
pengkosongan lambung yang lambat dan penurunan/tidak adanya motilitas.
27
Jurnal 2
Malnutrisi merupakan masalah yang umum pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) yang dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafati
et al. (2014) menunjukkan bahwa angka kejadian hospital malnutrition pada
BBLR yang dirawat di ruang intensif sekitar 15-20%. Kejadian hospital
malnutrition pada BBLR berhubungan dengan defisiensi protein yang dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, serta kematian
(Rafati et al., 2014). Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya hospital
malnutrition adalah dengan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi
enteral.
28
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian posisi tidur BBLR terhadap
kejadian intoleransi pemberian minum enteral. Keterbaruan dalam penelitian ini
adalah menilai kejadian intoleransi pemberian minum dengan variabel kejadian
hipotermia, bradikardia, desaturasi, ada tidaknya BAB, hasil pemeriksaan
abdomen, peningkatan lingkar perut, dan frekuensi muntah.
29
sehingga meningkatkan perfusi saluran gastrointestinal dan meningkatkan
motilitasusus(Sangers et al., 2013).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen et
al. (2013). Penelitian tersebut bertujuan menggambarkan pola perubahan residu
lambung dari waktu ke waktu dalam posisi pronasi dan supinasi terhadap residu
lambung pada BBLR. Pengumpulan data dilakukan dengan cara bayi 3 hari
diberikan posisi supinasi dan 3 hari dalam posisi pronasi. Residu lambung lebih
sedikit pada posisi pronasi dibandingkan posisi supinasi dan penurunan residu
lambung lebih cepat pada setengah jam setelah makan.
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
31
dan gejala penyakit ini dapat segera pergi ke pelayanan kesehatan terdekat
untuk segera ditangani.
32
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. D., Rustina, Y., & Waluyanti, F. T. (2018). Sleep Positioning in Low
Birth Weight Infants to Reduce Enteral Feeding Intolerance. Nurscope:
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 4(1), 10-17.
Dewi, L. A. (2018). Penerapan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (Bblr) Dengan Reflek Hisap Lemah Di Ruang
Perinatologi Rsud Sleman Yogyakarta (Doctoral dissertation, poltekkes
kemenkes yogyakarta).
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Rio, 2014. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa BBLR. Diakses
pada tanggal 28 September 2020 pada pukul 21.00 WIB
33
Syahmanis, T., & Prasetyorini, H. (2020). Upaya Peningkatan Nutrisi Dengan
Pijat Bayi Pada Pasien Bblr (Berat Badan Lahir Rendah) Di RSUD KRMT
Wongsonegoro Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(2),
112-118.
34
Lembar Bimbingan
35