Anda di halaman 1dari 27

IKTERUS NEONATORUM

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Prasekolah
Dosen Pengampu : Nelly Apriningrum, M.Keb.

Disusun oleh:
Indriyani (1910630100037)
Kokom Komalasari (1910630100044)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Prasekolah ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai isi makalah tersebut. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Karawang , 22 Oktober 2020

Hormat Kami,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II
TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
A. Pengertian Ikterus Neonatorum..........................................................3
B. Klasifikasi Ikterus Neonatorum..........................................................3
C. Etiologi Ikterus Neonatorum..............................................................4
D. Patofisiologi Ikterus Neonatorum.......................................................5
E. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum...............................................6
F. Komplikasi Ikterus Neonatorum........................................................7
G. Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum.................................................7
H. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan.............................................8
BAB III
KASUS..................................................................................................................12
BAB IV
PEMBAHASAN....................................................................................................21
BAB V
PENUTUP.............................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................22
B. Saran...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN..........................................................................................................
Gambar 1......................................................................................................3
Tabel 1..........................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya
produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada
neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa
normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan
usianya lebih pendek.
Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama
pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab bayi kuning ini. Yang
sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi hati bayi untuk memproses
eritrosit ( sel darah merah). Pada bayi usia sel darah merah kira-kira 90 hari. Hasil
pemecahannya, eritrosit harus diproses oleh hati bayi. Saat lahir hati bayi belum cukup
baik untuk memberitahu tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin
ini yang menyebabkan kuning pada bayi. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL)
sekitar 50% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan (BBLR). Kejadian
ini berbeda-beda untuk beberapa negara tertentu dan beberapa klinik tertentu di waktu
tertentu.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini
mengalami banyak kemajuan. BBLR menjadi ikterus disebabkan karena sistem enzim
hatinya tidak matur dan bilirubin tak terkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien 4-
5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisitemia, memar,infeksi. BBLR ini
merupakan faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan
di masa depan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberitahu asuhan kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum
sesuai dengan 7 (tujuh) langkah varney serta mendokumentasikannya dengan
metode SOAP.

1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberitahu pengkajian data yang benar pada neonatus dengan
Ikterus Neonatorum
b. Mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa dan atau
masalah pada neonatus dengan Ikterus Neonatorum
c. Mampu mengidentifikasikan diagnose potensial dan atau masalah potensial
pada neonatus dengan Ikterus Neonatorum
d. Mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada neonatus
dengan Ikterus Neonatorum
e. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan Ikterus Neonatorum
f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan
Ikterus Neonatorum
g. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan Ikterus Neonatorum
h. Mampu memberitahu dokumentasi asuhan kebidanan pada neonates dengan
Ikterus Neonatorum

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ikterus Neonatorum


Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar bilirubin
didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan.
Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan
hal patologis. Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas normal pada
hari ke 2-3 dan menghilang pada hari ke-10.

Gambar 1

B. Klasifikasi Ikterus Neonatorum


1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adala suatu proses normal yang terlihat pada sekitar
40-50% bayi aterm/cukup bulan dan sampai dengan 80% bayi
premature dalam minggu pertama kehidupan. Ikterus fisiologis adalah
perubahan transisional yang memicu pembentukan billirubin secara
berlebihan di dalam darah yang menyebabkan bayi berwarna ikterus
atau kuning. Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak
mempunyai potensi menjadi karena ikterus (Kosim, 2012).
2. Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau
kadar billirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbillirubinemia (Saifuddin, 2009). Ikterus terjadi dalam 24 jam
pertama dan menetap sesudah 2 minggu pertama (Arief, 2009).
Menurut Maryunani (2009), adapun tanda dan gejala neonatus dengan
hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut :
Kulit kuning, sklera ikterik, peningkatan kadar bilirubin serum 10 mg% pada neonatus
yang cukup bulan dan 12,5% pada neonatus yang kurang bulan, kehilangan berat badan
sampai 5% selama 24 jam, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, terjadi
pembesaran hati, perut yang membuncit, feses berwarna seperti dempul dan

3
pemeriksaan neurologist dapat ditemukan adanya kejang, tidak mau minum ASI,
letargi, reflek morro lemah atau tidak ada sama sekali.

C. Etiologi Ikterus Neonatorum


Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara
garis besar dapat dibagi menjadi:
1. Produksi bilirubin yang berlebihan
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua
atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin.
Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat
hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati)
atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus
hemolitik. Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai
bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Pada keadaan ini
peningkatan terjadi pada bilirubin tidak terkonjugasi dalam plasma. sebagai usaha
tubuh untuk mengurangi kadar bilirubin tidak terkonjugasi ini, penyerapan ke
dalam sel hati, begitu pula ekskresi bilirubin oleh sel hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan pembentukkan urobilinogen meningkat sehingga peningkatan
ekskresi dalam urine feces (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus hemolitik :
Hemoglobin abnormal (cickle sel anemia hemoglobin), Kelainan eritrosit
(sferositosis heriditer), Antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas transfusi), Obat-
obatan.
2. Gangguan fungsi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar pada bayi prematur,
gangguan fungsi hepar. Hal ini disebabkan karena belum matangnya fungsi hati
bayi untuk memproses eritrosit (sel darah merah). Pada bayi, usia sel darah merah
kira-kira 90 hari kemudian eritrosit harus diproses oleh hati bayi sebagai hasil
pemecahannya. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk memberitahu
tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin ini yang
menyebabkan kuning pada bayi dan apabila jumlah bilirubin semakin menumpuk
ditubuhnya maka, bilirubin dapat menodai kulit dan jaringan tubuh lain.
3. Gangguan transportasi dalam metabolisme
Gangguan ini misalnya hipoalbuminemia pada bayi prematur.
4. Gangguan dalam ekskresi.

4
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di
luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Gangguan ekskresi bilirubin
dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi
bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin
terkonjigasi ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Bilirubin
terkonjugasi larut dalam air dan akan dikeluarkan ke dalam urin sehingga urin akan
berwarna gelap. Sebaliknya tinja berwarna pucat dan kadar urobilinogen dalam urin
menurun.

D. Patofisiologis Ikterus Neonatorum


Meningkatmya kadar billirubin dapat juga disebabkan produksi yang berlebian.
Sebagian besar billirubin berasal dari destruksi eritrosit yang menua. Pada neonatus
75% billirubin berasal dari mekanisme ini. Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan
34mg billirubin indirek (free billirubin) dan sisanya 25% disebut early labeled billirubin
yang berasal dari pelepasan hemoglobin karena eritropoeis yang tidak efektif di dalam
sumsum tulang. Jaringan yang mengandung protein heme dan heme bebas.
Pembentukan billirubin diawali dengan proses oksidasi yang mengasilkan biliverdin.
Setelah mengalami reduksi biliverdinmenjadi billirubin bebas, yaituzat yang larut
dalam lemak yang bersifat lipofilik yang sulit disekresi dan mudah melewati membran
biologik,seperti plasenta dan sawar otak (Kosim, 2012).
Di dalam plasma billirubin tersebut terkait/bersenyawa dengan albumin dan dibawa
ke hepar. Dalam hepar menjadi mekanisme ambilan sehingga billirubin terikat oleh
reseptor membrane sel hepar dan masuk ke dalam hepatosit. Di dalam sel billirubin
akan terikat dan bersenyawa dengan ligandin (protein Y),(protein Z),dan glutation S
transferase membawa billirubin ke reticulum endoplasma hati (Kosim, 2012). Dalam
sel hepar billirubin kemudian dikonjugasi menjadi billirubin diglukoronide dan
sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide. Ada dua enzim yang terlihat dalam
sintesis billirubin diglukoronide yaitu uridin difosfat glukoronide tranferase (UDPG:T)
yang mengkatalisasi pembentukan billirubin monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi
diglukoronide terjadi di membrane kanalikulus (Hasan dan Alatas, 2007).

5
Tabel Derajat Ikterus pada Neonatorus menggunakan rumus kramer (Sri Agung Lestari)

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin mg%


1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1+ badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2+ badan bagian bawah dan tungkai 11
4 Daerah 1.2.3 + lengan dan kaki di bawah tungkai 12
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16

E. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum


1. Ikterus Fisiologis
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga
b) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonates cukup bulan dan
12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari
d) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
e) Icterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti memiliki hubungan dengan keadaan patologis
2. Ikterus patoligis
a) Terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan melebihi 12,5
mg% pada neoatus kurang bulan
c) Peningkatan bilirubin 5 mg% per hari
d) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
e) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolisis
3. Ikterus hemolitik
a) Ikterus tidak timbul saat lahir, tetapi timbul <24 jam
b) Pucat saat lahir, edema menyeluruh
c) Inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah ABO atau defisiensi G6PD pada
kelahiran sebelumnya.
d) Riwayat keluarga dengan defisiensi G6PD, icterus, anemia, pembesaran hati
dan pengangkatan limpa.
e) HB <13 g/dl (Prawirohardjo, 2010)
4. Kern Ikterus
6
a) Bayi tidak mau mengisap
b) Letargi, mata berputar
c) Gerakan tidak menentu
d) Kejang, Tonus otot meninggi
e) Leher kaku dan akhirnya opistotonus
(Arief,dkk. 2009. 29)
F. Komplikasi Ikterus Neonatorum
Sejumlah komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan kernikterus atau kelebihan
bilirubbin adalah:
1. Athetoid cerebral palsy, atau gangguan pergerakan yang disebabkan oleh
kerusakan otak.
2. Gangguan pergerakan, misalnya mata tidak bisa melirik ke atas.
3. Noda pada gigi bayi.
4. Gangguan pendengaran hingga tuli.
5. Otot yang tegang.
6. Keterbelakangan mental.
7. Menurunnya kekuatan otot.
8. Sulit bicara.
Kerusakan otak akibat kernikterus tidak dapat diperbaiki. Akan tetapi, pengobatan
dapat mencegah kerusakan otak yang lebih parah. Karena itu, pemantauan ketat pada
bayi yang baru lahir sangat penting. Selain sebagai bentuk pencegahan, pemantauan
akan membuat bayi ditangani lebih cepat bila kadar bilirubin semakin tinggi.

G. Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum


Penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada ikterus fisiologis, patologis dan hemolitik
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI sedini dan sesering mungkin (8-12 kali sehari)
Pada bayi yang kuning sebagian ibu ibu menghentikan pemberian ASI. Menurut
rekomendasi AAP , justru pemberian ASI tidak boleh dihentikan bahkan harus
ditingkatkan, jika bayi tidak bisa menyusu maka bayi dipasang NGT.
2. Bayi dijemur dibawah sinar matahari
Sinar matahari dapat membantu memecah bilirubin sehingga lebih mudah di proses
oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapatkan
matahari pagi antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala
7
agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selama 30
menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan
kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakian (telanjang) tetapi
hati-hati jangan sampai kedinginan.
3. Terapi sinar
Petugas kesehatan akan memutuskan untuk memberitahu terapi sinar
(phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu
berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau premature. Bayi akan
ditempatkan dibawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu menembus kulit bayi dan
akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih mudah diubah oleh tubuh
bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan dibuat untuk melindungi mata.
Jika terapi sinar yang standard tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin,
maka bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda/triple
akan dilakukan. Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu
penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedur yang sangat
khusus dan dilakukan pada fasilitas yang mendukung untukmerawat bayi dengan
sakit kritis, namun secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan
transfuse tukar (Maryunani, 2013)

H. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
melalui tahapan-tahapan dan langkah –langkah yang disusun secara sistematis
untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan
keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.

8
2. Sasaran Manajemen Kebidanan

Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki


kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode pendekatan
yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk
mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan kemudian
merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah
pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam
melaksanakan asuhan dan pelayanan kesehatan. Manajemen kebidanan tidak
hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu, akan tetapi dapat
juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang ditunjukkan
kepada keluarga dan masyarakat. Manajemen kebidanan mendorong bidan
menggunakan cara yang teratur dan rasional, sehingga mempermudah
pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan
kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat
dicapai. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu
dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan
manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka
sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak,
keluarga maupun kelompok masyarakat. Manajemen kebidanan dapat digunakan
oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan
anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.
3. 7 Langkah Varney
a. Langkah I : Pengkajian Data Dasar
Pada tahap pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa : Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Bio-psiko-
sosio-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital.

9
3) Permeriksaan penunjang.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah didasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretsikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa potensial dan
masalah potensial bardasarkan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Pada langkah ini dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan tejadi,
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah tidak terjadi.
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera
Bidan atau dokter memberitahu konsultasi untuk penanganan segera
bersama anggota tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, ahli
perawatan bayi baru lahir dan lain-lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Menyusun rencana
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan menejemen untuk masalah diagnosis yang telah diidentifikasi .
pada langkah ini inpormasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal
yang sudah teridentifikasi dari klien, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi untuk klien yang mencakup pikiran tentang hal yang akan terjadi
berikutnya, apakh dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan
perlu merujuk klien bila da sejumlah masalah terkait sosial,
ekonomi,kultural atau psikologis.
f. Melaksanakan langsung asuhan secara efisien
Pada langkah ini, rencana asuhan manyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
10
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulanag aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menentukan
atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.pada langkah ini
dilakuakan juga evaluasi terhadap keefektipan asuhan yang sudah
diberikan. ini meliputi kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sebagimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah.

11
BAB III
KASUS

A. Pengkajian Data

NO. REGISTER : 2299067833124


TANGGAL, JAM MASUK : 1 November 2020, pukul 09:00 WIB
TEMPAT : Rumah Sakit Permata

Nama : Bayi A

BIODATA IBU SUAMI

Nama : Ny. Linda Tn. Gino


Umur : 23 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru Guru
Alamat : Karawang Karawang
No.Telepon/Hp : 085798430289 085632079122

B. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G1 P0 A0 AH 0 Umur kehamilan 38 minggu 2 hari
Riwayat ANC : HPHT 6 Februari 2020 pemeriksaan teratur 4 kali , di
PMB Oleh Bidan Mila
Imunisasi TT : 3 Kali
TT 1 : 21 Februari 2019
TT 2 : 4 Maret 2020
TT 3 : 19 September 2020

Kenaikan BB : 10 kg, sebelum hamil 55 dan saat hamil 65kg


Keluhan saat hamil : Mual, Muntah, Pusing, Sakit Pinggang, sering BAK

12
Penyakit selama hamil : Tidak pernah memiliki riwayat penyakit seperti jantung,
Diabetes Melitus, gagal ginjal, hepatitis B, TBC, HIV,
dan trauma atau penganiayaan.
Kebiasaan Makan : Teratur dengan nasi, sayur, lauk pauk dan buahan.
3 x sehari. Sedang. Habis
Kebisasaan Minum : teratur dengan air putih 8 gelas/sehari, susu
1 gelas/sehari, dalam satu gelas sedang penuh. Habis
Obat/Jamu : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
Komplikasi Ibu : Tidak ada komplikasi sepertihiperemesis, abortus,
perdarahan, pre eklamsia, eklamsia, diabetes gestasional,
infeksi.
Komplikasi Janin :Tidak ada komplikasi seperti IUGR,
Polihidramnion/Oligohidramnion, Gemelli
2. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Keramas : 3x/seminggu
Ganti Pakaian : 2x/hari
Keluhan : Tidak ada
3. Data psikologis
a. Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya saat ini. Ibu dapat
berinteraksi dengan orang lain
b. Ibu koperatif dangan petugas kesehatan.
4. Data sosial dan ekonomi
a. Hubungan dengan suami dan keluarga baik
b. Klien mendapat keringanan biaya persalinan melalui Jampersal
5. Data spirtual
Ibu selalu berdoa agar bayinnya cepat sembuh.
6. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 28 Oktober 2020, jam 07.00 WIB di Rumah Sakit
Jenis persalinan : Normal
Penolong : dokter Sp.OG dan bidan
Lama Persalinan : kalaI 1 13 jam, kala II 50 menit
IMD : Dilakukan selama 1 Jam setelah bayi lahir
13
Salep mata dan vit K : Diberikan setelah melakukan IMD
Imunisasi HB 0 : Diberikan setelah 1 jam pemberian salep mata dan vit K
Komplikasi
a. Ibu : tidak ada komplikasi seerti hipertensi/hipotensi, partus lama,
pengggunaan obat, dan infeksi/ suhu badan naik, KPD, dan
perdarahan.
b. Janin : tidak ada komplikasi seperti prematur/postmatur,
malposisi/malpresentasi, gawat janin, ketuban campur
meconium, prolapse tali pusat.
7. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir : 3800 gram/ 50 cm
Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/10 menit : 8 / 8 / 10

No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit


1 Denyut jantung 128 x/menit 130 x/menit 125 x/menit
2 Usaha nafas Menangis Kuat Menangis Kuat Menangis
Kuat
3 Tonus otot Sedikit gerak Sedikit gerak Gerakan Kuat
4 Refleks Ekstremitas Ekstremitas sedikit Batuk
sedikit fleksi fleksi
5 Warna kulit Kemerahan Kemerahan Kemerahan
TOTAL 8 8 10

Caput succedaneum: Tidak ada


Cepal haematoma : Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
Resusitas : Rangsangan : Ya
Penghisapan lender : Ya
Ambu bag : Tidak
Massase jantung : Tidak
Intubasi endotracheal : Tidak
O2 : Tidak
8. Riwayat kebutuhan nutrisi bayi
Ibu mengatakan menyusui bayinya setiap 6 jam sekali durasi 3-5 menit. Masalah
pada bayi yaitu menyusu tidak efektif karena bayi malas menyusu dan sering tidur.
9. Eliminasi bayi

14
a. Buang Air Kecil (BAK)
Ibu mengatakan banyinya BAK 1-3 kali dalam sehari, wamanya kuning pekat.
b. Buang Air Besar (BAB)
c. Ibu mengatakan banyinya BAB 1-2 kali/hari, warnanya kuning dan
konsistersinya lembek.

10. Keadaan bayi saat ini


a. Keadaan bayinya tidak mau menyusu sejak lahir
b. Bayinya menangis lemah
c. Kemampuan menghisap bayi berkurang
d. Terdapat warna kuning di bagian kulit wajah

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan : 50 x / menit
b. Warna kulit : kuning pada bagian wajah, leher dan dada
c. Denyut jantung : 130 x/menit
d. Suhu aksiler : 36,5OC
e. Postur dan Gerakan : Aktif
f. Tonus otot/tingkat : Gerakan Kuat
g. Kesadaran : Composmentis
h. Ekstremitas : kesimetrisan normal, bergerak bebas, tidak ada
kelainan, gerak aktif
i. Tali pusat : Bersih, kering, belum puput, tidak ada tanda-tanda
infeksi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, ubun-ubun besar datar, ubun-ubun kecil datar
dan berdenyut, tidak ada benjolan, tidak ada oedema, tidak
ada luka pada kepala, tidak ada molage, rambut hitam
b. Muka : Simetris, tidak ada acne neonatorum, tidak ada
hemangioma, tidak ada milia dan wajah tampak kuning
c. Mata : Simetris, conjungtiva agak pucat, sclera kuning, pupil

15
mengecil (normal)
d. Telinga : Simetris, bersih, aurikel terbentuk sempurna, tidak ada
Infeksi, permukaan kulit terlihat kuning.
e. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, dan pada permukaan kuit
terlihat kuning, tidak ada pernafasan cuping.
f. Telinga : Bersih, Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi
g. Mulut :Simetris, bersih, tidak ada labiopalatoschizis, tidak ada
Candidiasis, refleks menghisap lemah
h. Leher : Tidak ada pembengkakan dan benjolan, pada permukaan
kulit terlihat kuning
i. Klavikula : Simetris, tidak ada frakturpada permukaan kulit terlihat
kuning
j. Lengan tangan : Simetris,bersih, kuku pendek, jari tangan lengkap,
CRT (-)
k. Dada : Simetris, tidak ada retraksi, nafas normal, tidak ada pectus
excavatum, jantung dan paru-paru tidak ada bunyi
tambahan pada permukaan kulit terlihat kuning
l. Abdomen : Simetris, tali pusat tampak bersih, kering, belum puput,
Terbungkus, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada
penonjolan disekitar tali pusat,
Genetalia : Bersih, ada lubang vagina, labia mayora menutupi labia
minora, terdapat lubang pada uretra.
m. Tungkai dan kaki: Simetris, bersih, kuku pendek, jari kaki lengkap, gerakan
aktif, bentuk kaki normal
n. Anus : Terdapat lubang pada anus, tidak ada atresia ani
o. Punggung : Tidak ada pembengkakan, tidak ada cekungan, tidak ada
spina bifida
p. Kulit : Warna kulit kekuningan, tidak ada verniks caseosa, tidak
ada pembengkakan.

3. Reflex
a. Reflex Moro : Positif
16
b. Reflex Rooting : Positif
c. Reflex Walking : Positif
d. Reflex Graphs : Positif
e. Reflex Sucking : Negatif
f. Reflex Tonicneck : Positif

4. Antropometri
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 30 cm
LP : 29 cm
LILA : 11 cm

5. Eliminasi Miksi : 1 November 2020, pukul 09.30, warna kuning tua,


Meconium : warna kuning, lembek

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Dilakukan
b. Golongan darah :O
c. Hb : 15,8 gram%
d. Billirubin : bilirubin total 8,2mg%,
bilirubin direk 1,5 mg%
e. Leukosit : 14.500/ml3
f. Lain-lain : Tidak dilakukan

D. Assesment
1. Diagnosa Kebidanan
2. NCB, SMK 4 hari dengan Ikterus fisiologis
3. Masalah
Ibu mengatakan bayinya tampak kuning sejak usia bayi 2 hari, bayi malas menyusu
dan sering tidur.
4. Diagnosa potensial
Kren ikterus
17
5. Masalah potensial
Tidak ada untuk saat ini
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri
Memberikan KIE mengenai penyebab dan penanganan pada bayi dengan
ikterus neonatorum serta bayi malas menyusu dan sering tidur.
b. Kolaborasi
Pemeriksaan penunjang dan pemberian sinar phototheraphy
c. Merujuk
Tidak ada untuk saat ini
E. Planning
Tanggal 1 November 2020 jam 10:00 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya
2. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini.
3. Beri edukasi ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
4. Beri dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga
5. Beritahu ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja tanpa
dijadwal. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on
demand.
6. Beritahu ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa diberi makan atau
minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan
pertumbuhan pada bayi
7. Beritahu ibu untuk menjemur bayinya dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7
sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
tertutup.
8. Beritahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya seperti jangan menempatkan bayi
dilekat jendela, jangan menempatkan bayi ditempat yang dingin atau terpapar
langsung dengan udara sekitar.
9. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi dan mengganti popok bayi pada
saat bayi BAB dan bayi BAK.
10. Beritahu perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat dibungkus
dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan memberitahu pada ibu untuk
memperhatikan kebersilnn tali pusat serta menjaga agar tetap kering (untuk
mencegah terjadinya perdarahan serta infeksi pada tali pusat)
18
11. Observasi keadaan umum, TTV, dan perhatikan warna kulit pada pemeriksaan
mendatang
12. Beritahu ibu mengenai kunjungan ulang dan atau bila ada keluhan

F. Implementasi
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan secara keseluruhan namun pada bayi terdapat
ikterus yang di sebabkan oleh kadar bilirubin indirek yang tidak melebihi 10 mg%
2. Memberitahu pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini bahwa ikterus neonatorum
memerlukan pengobatan khusus seperti therapy sinar matahari, dan warna kulit
akan kembali normal waktu 10 hari.
4. Memberikan edukasi kepada ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
a. Suhu tubuh diatas 37oC atau dibawah 35oC
b. Pernapasan di atas 60 x/menit atau kurang dari 30 x/menit
c. Bayi mengalami ikterus atau warna kulit bayi berwarna kekuningan
d. Bayi tidak mau menetek
e. Suhu tubuh bayi tinggi sampai menggigil
f. Tali pusat berdarah
Bila mendapati salah satu tanda tersebut maka ibu diharapkan melapor kepetugas
kesehatan.
5. Memberi dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga, memberi dukungan bahwa
ikterus akan hilang dalam 10 hari, ibu dan keluarga tidak perlu cemas.
6. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja tanpa
dijadwal. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on
demand.
7. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa diberi makan atau
minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan
pertumbuhan pada bayi.
8. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya dengan cahaya matahari pagi sekitar
jam 7 pagi sampai jam 8 pagi sekma 15- 30 menit dalam keadaan tekanjang dengan
mata ditutupi.
9. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya seperti jangan menempatkan
bayi dilekat jendela, jangan menempatkan bayi ditempat yang dingin atau terpapar
langsung dengan udara sekitar.

19
10. Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi dan mengganti popo bayi
pada saat bayi BAB dan bayi BAK.
11. Memberitahu perawatan tali pusat secara steril dan mengajarkan pada keluarga
mengenai cara perawatan tali pusat secara steril. Biarkan tali pusat terbuka,
mengganti kassa pada bayi yaitu ketika kassa basah atau setiap bayi mandi. Cara
mengganti kassa yaitu dengan melipat segitiga lalu tali pusat dibungkus tanpa
dibubuhi dengan apapun. Jika tali pusat terkena air kencing, keringkan dengan
kassa kering steril.
12. Observasi keadaan umum, TTV, dan perhatikan warna kulit pada pemeriksaan
mendatang
13. Memberitahu ibu mengenai kunjungan ulang dan atau bila ada keluhan

G. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan bayinya.
2. Ibu sudah mengetahui kondisi bayinya saat ini dan ibu senang bahwa keadaan
bayinya dalam keadaan normal
3. Ibu mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan ibu bersedia melaporkan ke
petugas kesehatan jika menemukan gejala tanda bahaya.
4. Ibu dan keluarga tampak tidak cemas
5. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand.
6. Ibu bersedia untuk tetap memberikan ASI pada bayinya, dan ibu bersedia
mengikuti anjuran bidan cara menyusui yang benar
7. Ibu bersedia menjemur bayinya sesui anjuran tenaga kesehatan
8. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan dan akan menjaga kehangatan bayinya.
9. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene bayinya.
10. Ibu mengerti dan bersedia merawat tali pusat sesuai anjuran tenaga kesehatan
11. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perhatikan warna kulit siap
dilakukan
12. Ibu paham dan bersedia untuk bayi nya diperiksa kembali

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus Ny.L usia 23 tahun dengan NCB, SMK usia bayi saat ini 4
hari dengan ikterus neonatorum atau adanya masalah pada pemukaan kulit wajah,
leher dan dada. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian permukaan wajah sampai dada
terlihat kuning, sclera kuning, dan konjungtiva pucat.
Berdasarkan kasus tersebut pada bayi dengan ikterus neonatorum maka tenaga
kesehatan memberikan pencegahan agar tidak terjadinya kern ikterus yaitu dengan
menyusui bayi sedini dan sesegera mungkin, menjemur bayi dengan sinar matahari
pagi antara 708 jam sekitar 15-30 menit. Jadi adanya kesesuaian antara kasus dengan
teori karena kadar bilirubin indirek hanya 8,2mg% tidak melebihi 10mg% sehingga
terjadinya ikterus neonatorum.
Tanda-tanda dan gejala Ikterus Neonatorum yaitu : Timbul pada hari kedua dan
ketiga, Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonates cukup bulan dan
12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan, Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak
melebihi 5% per hari, Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%, Icterus
menghilang pada 10 hari pertama, dan tidak terbukti memiliki hubungan dengan
keadaan patologis
Ikterus Neonatorum umumnya memerlukan perawatan khusus dengan
pemberian asi sesering mungkin, pemberian sinar matahari secara langsung atau
dengan teraphy sinar pothotheraphy. Jika ikterus neonatorum fisiologis biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 10 hari. Pada kasus bayi Ny. L
penatalaksanaan yang diberikan ada kesesuaian antara kasus dengan teori.

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di ambil dari hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada bayi
Ny. L yaitu dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney.
1. Pengumpulan data yang dilakukan adalah data subjektif dan objektif, data subjektif
yang membantu menegakan diagnosa pada bayi Ny.L dengan Ikterus Neonatorum
adalah adanya warna kuning pada permukaan kulit wajah, leher dan dada. Sedangkan
data objektif yang dapat membantu menegakan Ikterus Neonatorum diantaranya yaitu
pemeriksaan fisik yaitu terdapat warna kuning pada permukaan kulit wajah, leher dan
dada, sclera tampak kuning dan konjungtiva tampak pucat.
2. Implementasi data dasar yang diperoleh dari pengumpulan data dasar pada bayi Ny. L
P1 A0 AH1 saat anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosa kebidananya adalah NCB,
SMK usia bayi 4 hari dengan Ikterus Neonatorum. Masalah yang terjadi adalah
gangguan integritas pada warna kulit karena bilirubin hanya ada 8,2mg%
3. Identifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial serta antisipasi penanganannya
dilakukan dengan cara pemberian sinar phototheraphy.
4. Menetapkan perlunya tindakan segera dan kolaborasi segera dengan tenaga kesehatan
dilakukan berupa tes labolatorium Rhesus darah, HB, kadar bilirubin, dan leukosit.
5. Perencanaan yang dilakukan pada bayi Ny.L P1 A0 AH1 yaitu : Beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini, Beritahu ibu
untuk menjemur bayinya dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8
pagi sekma 15- 30 menit dalam keadaan tekanjang dengan mata ditutupi , Beri edukasi
ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir, Beri dukungan psikologis kepada ibu dan
keluarga, Memberitau ibu dan keluarga untuk membatasi pergerakan bayi misalnya
mengangkat, Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa diberi makan
atau minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan
pertumbuhan pada bayi.
6. Pelaksanaan langsung atas semua perencanaan yang sudah ditetapkan kemudian
diterapkan pada bayi Ny. L yaitu : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya,
bahwa bayinya memiliki penyakit ikterus neonatorus sehingga menyebabkan bayi susah
untuk menyusu dan BB bayi menurun sebanyak 700 gram. Namun kondisi ini dapat
kembali normal dalam 10 hari kedepan dan diperlukan pengobatan atau tindakan
22
khusus seperti pemberian ASI yang seserng mungkin dan menjemur bayinya dengan
cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi sekma 15- 30 menit dalam
keadaan tekanjang dengan mata ditutupi.
7. Evaluasi yang telah dilakukan pada bayi Ny.I umur 23 tahun dari awal pengkajian data
sampai akhir pengkajian ibu dapat mengerti dan akan melakukan apa yang bidan
anjurkan.

B. Saran
1. Petugas kesehatan
Diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatorum. Sehingga dapat memberikan
asuhan kebidanan yang lebih cepat dan tepat.
2. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa leih menambah referensi tentang diagnosa potensial
tentang asuhan kebidanan bayi dengan ikterus neonatorum yang dapat terjadi serta
bagaimana cara antisipasinya. Sehingga bias lebih faham dan mampu memberikan
tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatorum.
3. Keluarga
Diharapkan keluarga bisa merawat bayi dengan ikterus neonatorum serta
membatasi pergerakan bayi misalnya mengangkat dan menggendongnya
dikarenakan terdapat luka pada kepala bayi (ikterus neonatorum).

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2014) Data Kelahiran Bayi di Dunia dan Indonesia.


http://digilib.stikeskusumahusada ac. ildownload.php?id=423. Diakses tanggal 1 November
2020.
Data Bayi Iktenus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Dewi, V.N.L (2012) Asuhan
Neonatus Beryi Dan Anak Balita. Jakarta. Sknba Medika.
Manajemen Kebidanan. http://bidanshop.blogspot.com/2010/12/ manajemen-kebidanan html.
Diakses Tanggal 1 November 2020.
Prawirohurdjo, S, (2008) Pelayaman Kesehatan Matemal Dan Neonatal, Edisi 3, Jakarta, PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Rahma, Wiwid. (2013) Asihan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir http://hriedrahma.biogyot.com/20IR09/asuhankebidanan-pada-bavi-bant-
kahir.hıml. Askes pada tanggal 1 November 2020.
Simatupang. EJ. (2013) Manajemen Pelavanan Kebidanan. Jakarta, EGC. Sudarti. & Afroh
Fauziah (2013) Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta, Nuha Medika.
Suriadi (2010) Asuhan Keperawatan Pada Anak Jakarta : Sagung Seto Sukarni Icesmi &

24

Anda mungkin juga menyukai