Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DAN PERSALINAN


DENGAN PRESENTASI BOKONG (PRESBO)

DISUSUN OLEH :
MARSHA HAMIRA SUBIYAKTO
16149014573060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2017
A. DEFINISI
Presentasi bokong merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Prawirohardjo,2007: 606).
Presentasi bokong adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong berada di bawah. (Mochtar, 1998: 350).
Presentasi bokong yaitu dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu
(memanjang), kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah vakum uteri atau di
daerah pintu atas panggul/simfisis. (Razak, 2009: 1-2).

B. KLASIFIKASI
1. Letak bokong (Frank breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak bokong sempurna (Complete breech)
Letak bokong dimana kaki ada di samping bokong.
3. Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi:
a. Sakrum kiri depan (left sacrum anterior)
b. Sakrum kanan depan (right sacrum anterior)
c. Sakrum kiri belakang (left sacrum posterior)
d. Sakrum kanan belakang (right sacrum posterior)
(Mochtar, 1998: 350)
C. ETIOLOGI
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada
2. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (premature)
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri.
5. Janin sudah lama mati
6. Sebab yang tidak diketahui
(Mochtar, 1998: 351)
D. TANDA DAN GEJALA
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak
yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
E. PATOFISIOLOGI
Penjelasan dari patofisiologi tersebut diatas adalah letak janin dalam uterus
bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan
sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan
terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
(Imadeharyoga, 2008: 3)
F. DIAGNOSIS
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischi, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki)
Bedakan antara :
a. Lubang kecil = Mengisap
b. Tulang = Rahang Mulut
c. Isap = Anus, Lidah
d. Mekoneum (+)
e. Tumit = Jari panjang
f. Sudut 90 0 Kaki = Tidak rata Tangan siku
g. Rata jari = jari = Patella (-)
h. Patella Lutut
i. Poplitea
4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus
G. KOMPLIKASI
Komplikasi presentasi bokong pada ibu :
1. Pelepasan plasenta.
2. Perlukaan vagina dan serviks.
3. Endometritis.
Komplikasi pada janin:
1. Prolaps tali pusat.
2. Trauma pada bayi.
3. Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, kepala macet.
4. Perlukaan/trauma pada organ abdomen
5. Patah tulang leher
H. TEKNIK PERSALINAN PADA PRESENTASI BOKONG
Melahirkan bayi letak sungsang dengan Cara Bracht :
1. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong
sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
2. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis
(dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu
tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5. Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6. Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas
bayi, tali pusat dipotong.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (post partum blues sering terlihat kira-kira 3 hari setelah
melahirkan).
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke 2 dan ke 5.
e. Makan dan cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke 3
f. Nyeri/ketidak nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai ke 5
pascapartum.
g. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam saat kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari
setiap harinya. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lochea
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas (misal menyusui). .
h. Payudara
Produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke
3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
(Dongoes, 2001: 387)
J. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b.d trauma mekanik, edema atau pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek
hormonal.
a. Tentukan adanya, lokasi dan ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan
kelahiran. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b. Inpeksi perbaikan perineum dan episiotemi. Perahatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jahitan. Dapat menunjukkan trauma
berlebihan pada jaringan pareneal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
lanjut.
c. Beri kompres pada perineum, selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Memberi
anesthesia lokal dan mengurangi edema.
d. Beri kompres panas lembab selama 20 menit, 3-4 x sehari, setelah 24 jam pertama.
Meningkatkan sirkulasi pada perineum, menurunkan edema dan meningkatkan
penyembuhan.
e. Anjurkan duduk dengan otot gluteal di kontraksi di atas perbaikan episiotomi.
Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres.
f. Infeksi hemoroid pada perenium. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit
setiap 4 jam,. Penggunaan kompres witch hazel , dan menaikana pelvis pada bantal.
Membantu untuk mengurangi hemoroid dan varises vulva dengan meningkatkan
vosokonstriksi local; menurunkan ketidaknyamanan dan gataal, memungkinkan
kembalinya usus pada fungsi normal..
g. Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain. Perhatikan
factor-faktor pemberat. Selama 12 jam pertama pasca partum kontraksi uterus kuat. Ini
berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya berkurang.
Factor-faktor yang memperberat afterpain meliputi multipara, overdistensi uterus,
menyusui, dan pemberian preparat ergot dan oksitosin.
h. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah abdomen dan ia
melakukan teknik visualisasi atau aktivitas pengalihan. Meningkatkan kenyamanan,
meningkatkan rasa control, dan kembali memfokuskan perhatian.
i. Infeksi payudara dan jaringan putting. Pada 24 jam pasca partum, payudara harus lunak
dan tidak perih, dan putting harus bebas dari pecah-pecah.
j. Anjurkan penggunaan bra penyongkong. Mengangkat payudara kedalam.
k. Beri informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan dan mengeluarkan susu secara
manual. Tindakan ini dapat membantu klien menyusui aliran susu.
l. Berikan kompres es pada area aksila payudara Meningkatkan kompres es mencegah
laktasi.
m. Mengkaji klien kepenuhan kandung kemih.
Kembalinya fungsi kandung kemih normal memerlukan waktu 4-7 hari.
n. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya pada anesthesia subarknoid. Kebocoran
cairan corebrospinal (CSS) melalui dura kedalaman ruang ekstra dural menurunkan
volume yang di turunkan untuk mendukung jaringan otak.
o. Berkaitan analgesik 30-60 menit sebelum menyusui. Memberikan kenyamanan,
khususnya selama laktasit.
(Dongoes, 2002; 388 - 390)
2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur
invasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur keluban lama, mal nutrisi
a. Kaji catatan parental dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan
tertahannya plasenta. Membantu mengidentifikasi faktor-faktor psiko yang dapat
mengganggu penyembuhan dan atau kemunduran pertumbuhan epitel jaringan
endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi..
b. Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksi, atau malaise. Peningkatan suhu sampai 1010 F (38,80 C) dalm 24 jam
pertama sangat menandakan infeksi; peningkatan sampai 100,40 F (38,80 C) pada 2
hari dari 10 hari pertama pascapartum adalah bermakna.
c. Kaji kontraksitilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan
uterus ekstrem. Fundus yang pada awalnya 2 cm di bawah umblikus, meningkat 1-2
cm/ hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya
nyeri tekan ekstrem, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plaenta atau
infeksi.
d. Infeksi sisi perbaikan episiotemi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan),
atau adanya laserasi. Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada
jaringan. uterus.
e. Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih. Statis uninarius meningkat resiko terhadap
infeksi.
f. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sistitis. Gejala ISK dapat pada
tampak hari ke 2-3 pasca partum karena naiknya infeksi.
g. Frekuensi, golongan atau di suria. Traktus dari utera ke kandung kemih dan
kemungkinan ke ginjal.
h. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3-4 x
sehari atau setelah berkemih dan defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam, dari depan kebelakang. Pembersihan sering
dari depan kebelakang membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau
uretra. Mandi rendam duduk etaupun rendam merangsang sirkulasi perineal an
meningkatkan pemulihan.
i. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan
klien pentingnya kontinuitas tindakan ini setelah pulang. Membantu mencegah atau
menghalangi penyebaran infeksi.
j. kaji setatus nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya. Catat
berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal. Klien yang berat badanya
20% di bawah berat badan normal, lebih rentan pada infeksi pascapartum dan mungkin
mempuyai kebutuhan diet khusus terhadap protein, zat besi, dan kalori.
k. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin c dan zat besi.
Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari. Protein
membantu meningkatkan proses penyembuhan dan regenerasi jaringan baru dan
mengatasi kehilangan bati paa waktu melahirkan. Zat besi perlu untuk sintesus
hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi basosrbsibesi dan perlu untuk sintesis dinding
sel. Peningkatan cairan membantu mencegah stasis urin dan masalah-masalah ginjal.
(Dongoes: 2002; 394 - 397)
3. Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek-
efek anesthesia.
a. Kaji masukan cairan dan urine terakhir. Catat masukan cairan intrapartal dan haluaran
urin dan lamanya persalinan. Pada periode pasca partal awal, kira-kira 4 kg cairan
hilang melalui urin dan kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis. Persalinan
yang lama dan penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi
dan menurunkan haluaran urin.
b. Palpasi kandung kemih. Pantau tinggi fundus dan lokasi, serta jumlah aliran lochea.
Aliran plasma ginjal, meningkatkan 25 -50 % selama periode prenatal, tetap tinggi pada
minggu pertama pascapartum, mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih.
Distensi kandung kemih, yang dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus
menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochea.
c. Perhatikan adanya edema atau episiotomi, dan jenis anestesia yang digunakan. Trauma
kandung kemih atau edema dapat mengganggu edema, dapat mengganggu berkemih;
anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kantung kemih.
d. Tes urine terhadap albumin dan aseton. Bedakan antara proteinuria karena HKK dan
yang karena proses normal. Proses katalitik di hubungkan dengan involusi uterus dapat
mengakibatkan proteinuria (+1) pada 2 hari pertama pascapartum. Aseton dapat
menandakan dehidrasi yang dihubungkan dengan persalinan lama dan atau kelahiran.
e. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pascapartum, dan setiap 4 jam setelahnya. Bila
kondisi memugkinkan, biarkan klien berjalan ke kamar mandi. Alirkan air hangat di
atas perineum, alirkan air kran, dan tambahkan cairan yang mengandung pepermin ke
dalam bedpan, atau biarkan klien duduk pada waktu rendam duduk atau gunakan
shower air hangat, sesuai indikasi. Variasi intervensi keperawatan mungkin perluUntuk
merangsang dan memudahkan bekemih.
f. Intruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek anastesia
berkurang. Latihan kegel 100 x/ hari meningkatkan sirkulasi perineum, membantu
menyembuhkan dan memulihkan tonus otot pubokoksigeal, dan mencegah atau
menurunkan inkontins stress\
g. Anjurkan minum 6-8 gelas cairan/ hari. Membantu mencegah statis atau dehidrasi dan
mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
h. Kaji tanda-tanda ISK. Masuknya bakteri dapat memberi kecenderungan klien terkena
ISK.
i. Katerisasi. Untuk mengurangi distensi kandung kemih.
j. Pantau hasil tes laboratorium. Klien yang telah mengalami HKK gangguan ginjal dapat
menetap.
(Dongoes, 2002; 397 - 399)
4. Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau pergantian tidak adekuat,
kehilangan cairan belebihan.
a. Catat cairan pada waktu kelahiran; tinjau ulang riwayat intrapartal. Potensial hemoragi
atau Kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran yang berlanjut pada periode
pasca partum dapat berakibat dari persalinan yang utama, stimulasi oksitosin,
tertahannya jaringan, uterus overdistensi, atau anestesia umum.
b. Evaluasi lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lokhia vagina, dan kondisi
perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama, bila tepat, kemudian setiap 8 jam selama
sisa waktu di rumah sakit. Catat pemberian obat-obatan, seperti MgSO4, yang akan
menyebabkan relaksasi uterus. Diagnosa yang berbeda mungkin di perlukan untuk
menentukan penyebab kekurangan cairan dan protocol asuhan. Uterus yang relaks atau
menonjol dengan peningkatan aliran lokhia dapat diakibatkan dari kelelahan
miometrium atau tertahannya jaringan plasenta. Segera setelah kelahiran, fundus harus
keras dan terlokasisi pada umbilikus, dan kemudian involusi kira-kira satu buku jari per
hari.
Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol.
c. Perhatikan adanya rasa haus; berikan cairan sesuai teleransi. Merangsang kontraksi
uterus dapat mengontorl pendaharahan. Rasa haus mungkin merupakan cara
hemoestatis dari penggantian cairan melalui peningkatan dan relaksasi fundus.
d. Evaluasi status kandung kemih; tingkatkan ppengosongan bila kandungan kemih
penuih. Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus dan menyebabkan
perubahan posisi dan relaksasi fundus.
e. Pantau suhu. Peningkatan suhu memperberat dehidrasi; bila suhu 100,40 F (38oC) pada
24 jam pertama setelah kelahiran dan terulang selama 2 hari, ini mungkin menandakan
infeksi.
f. Pantau nadi. Taki kardi dapat terjadi, memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadian
dehidrasi atau hemoragi.
g. Kaji tekanan darah (TD) sesuai indikasi. Peningkatan tekanan darah mungkin karena
efek-efek otot vasopresor oksitosis atau terjadinya HKK yang baru atau sebelumnya.
Penurunan TD mungkin tanda lanjut dari kehilangan cairan berlebihan, khususnya bila
disertrai dengan tanda-tanda lain atau gejala-gejala syok.
h. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai
pola berkemih normal terjadi. Membantu analisa keseimbangan cairan dan derahat
kekurangan.
i. Evaluasi kadar Hb atau Ht. pada catatan pranatal, bandingkand engan kadar pascanatal.
Hb atau Ht kembali normal dalam 3 hari. Hb tidak boleh turun dari 2 g/100 ml kecuali
kehilangan darah berlebihan. Peningkatan kadar Ht kembli normal pada hari ketiga
sampai ketujuh pascapartum.
j. Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui. Klien dihedrsi tidak mampu
menghasilkan ASI adekuat.
k. Ganti cairan yang hilang dengan infus IV. Yang mengandung elektrolit. Membantu
menciptakan volume darah sirkulasi dan menggnatikan kehilangan karena kelahiran
dan diaforesis.
l. Berikan produk ergot seperti ergonovine maleate (Methergine) secara parenateral atau
oral, atau berikan preparat oksitosin sinresis I.M./I.V. (Syntocinon, Pitocin). Kaji TD
sebelum pemberian preparet ergot; tanda obat-obatan dan beri tahu dokter bila TD
meningkat. Produk ini bekerja secara lansung pada miometrium untuk meningkatkan
kontraksi. Ergot adalah vasokontriktor, dapat menyebabkab hipertensi dan harus
ditunda bila TD 140/90 mm Hg atau lebih tinggi.
m. Lakukan kecepatan cairan IV. Seperti larutan Ringer laktat dengan oksitosin 10 sampai
20 unit. Oksitosin (Pitocin) mungkin diperlukan untuk menstimulasi miometrium bila
perdarahan berlebihan menetap dan uterus gagal untuk kontraksi. Pendarahan menetap
pada adanya fundus kuat dapat menandakan laserasi dan kebutuhan terhadap
penyelidikan lanjut. (Dongoes, 2002; 399 - 401).
DAFTAR PUSTAKA

http://mariaekarolina.blogspot.co.id (Diakses pada hari Selasa, 14 Februari 2017)

Manuaba, Ida Bagus. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Kusmiyati, Yuni, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta : Fitramaya.

Bari, Abdul Saifudin. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai