Anda di halaman 1dari 7

SAP TERAPI BERMAIN

MEWARNAI POLA PADA ANAK


DI RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :
1. Vita Anggis Tia U 180104104
2. Wulan Damayanti W 180104109
3. Yasinia Arta Wahyuni 180104111
4. Yunizar 180104115
5. Yuyun Eka Purwaningsih 180104116
6. Velysia Carolina 180104103

PROGRAM STUDI S1 PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Terapi bermain mewarnai pola


Sub Pokok Bahasan : Manfaat terapi bermain mewarnai
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari/Tanggal : Rabu, 20 November 2018
Tempat :RSUD. PROF. DR Margono Soekarjo
Purwokerto
Ruangan : Aster
Waktu : 25 menit
Moderator : Yunizar
Penyuluh : Yuyun Eka Purwaningsih
Fasilitator :
1. Vita Anggis Tia U
2. Wulan Damayanti W
3. Yasnia Arta W

Observer : Vellysia Carolina

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan
membutuhkan hospitalisasi atau pergi kerumah sakit untuk diagnosis dan
pengobatan penyakitnya (Adriana, 2011). Menurut Wong (2009) ketika anak
dating kerumah sakit untuk melakukan pengobatan, kemudian bertemu dengan
orang baru, mengantri dengan waktu yang lama, maka akan menimbulkan rasa
jenuh pada diri anak dan rasa takut bertemu dengan orang lain. Keadaan ini
terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan
baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi
anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. Dimana dalam proses
tersebut anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa hasil
penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh dengan
kecemasan.
Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab kecemasan
bagi anak baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat,
alat-alat rumah sakit, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun
lingkungan sosial seperti sesama pasien anak maupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri. Selain itu, faktor penyebab kecemasan
hospitalisasi pada anak antara lain tingkat ketergantungan, takut terhadap
cedera tubuh, berpisah dengan orang tua atau keluarga, dan pembatasan
aktivitas (Suwarsih, 2009).
Dalam ilmu psikoneuroimunologi dikatakan apabila seseorang
mengalami kecemasan yang diakibatkan oleh berbagai macam stressor, dalam
hal ini anak-anak yang mengantri untuk diperiksa, menjalani pemeriksaan dan
pengobatan, maka akan terjadi peningkatan indicator kortisol oleh HPA aksis.
Peningkatan kadar kortisol dalam tubuh akan menghambat sistem imun,
khususnya limfosit sehingga akan menghambat proses penyembuhan. Oleh
karena itu sangat diperlukan intervensi untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisasi, karena akan membuat anak menjadi kooperatif dan dapat
menunjang proses penyembuhan (Adriana, 2011).
Menurut Adriana (2011) intervensi yang penting dilakukan perawat
terhadap anak berpinsip untuk meminimalkan stressor, mencegah perasaan
kehilangan, meminimalkan perasaan rasa takut dan nyeri terhadap perlukaan,
serta memaksimalkan perawatan di rumah sakit melalui terapi bermain. Hal
yang perlu diingat adalah bahwa bermain merupakan salah satu cara yang
efektif dalam mengatasi dampak hospitalisasi dan kejenuhan tersebut.
Bermain dan permainan merupakan aktivitas anak yang penting dan stimulasi
yang sangat tepat untuk merangsang daya pikir anak sehingga dapat
mendayagunakan aspek emosional, sosial, serta fisiknya (Widyastuti, 2008).
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka
inginkan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik,
meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan percaya diri dan
mengembangkan potensinya (Martin, 2008).
Terapi bermain adalah suatu terapi dengan menggunakan permainan
yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan dan
kecemasan, mengenal lingkungan asing, belajar mengenal perawatan dan
prosedur tindakan keperawatan serta staff rumah sakit yang ada (Wong,
2009). Terapi bermain mempunyai manfaat untuk anak yang dirawat dirumah
sakit sebagai fasilitas penguasaan situasi yang tidak familiar, membantu anak
untuk mengurangi stress terhadap perpisahan, memberi kesempatan bagi anak
untuk mempelajari bagianbagian tubuh dan fungsinya serta penyakitnya
sendiri, memperbaiki pemahaman yang salah tentang tujuan penggunaan
peralatan dan prosedur medis serta memberi peralihan dan relaksasi (Wong,
2009).
Menurut Wong (2009) bentuk permainan yang sesuai dengan anak
usia pra sekolah antara lain: bermain menyusun pazzel, bermain game
sederhana, bermain musik, bermain peran, mendengarkan cerita, melihat
buku-buku bergambar, menggambar dan mewarnai gambar.

B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan dapat membantu tumbuh
kembang anak tetap optimal walaupun sedang menjalani hospitalisasi.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain mewarnai keluarga peserta diharapkan
mampu:
a. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan anak selama proses
hospitalisasi.
b. Mengembangkan aktivitas, kreatifitas anak
C. SASARAN
Anak usia 3-10 tahun dan keluarga pasien

D. MEDIA
1. Spidol warna atau krayon
2. Lembar contoh gambar (gambar pemandangan atau benda)

E. STRATEGI
1. Pra kegiatan
a. Menyiapkan tempat / ruangan.
b. Menyiapkan alat – alat untuk mewarnai.
c. Menyiapkan peserta.
2. Kegiatan
a. Anak dianjurkan mengambil alat-alat untuk mewarnai yang telah
disediakan.
b. Anak diberikan kebebasan dalam mewarnai dengan daya kreativitas
dan imajinasi mereka.
c. Memberikan bantuan/arahan jika diperlukan.

F. KEGIATAN TERAPI BERMAIN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. 5 menit Pembukaan, menjelaskan maksud Menjawab salam,
dan tujuan terapi bermain Siap mendengarkan
dan mengikuti terapi
bermain
2. 15 menit. Memberikan, spidol warna atau Menerima media
krayon dan contoh gambar yang diberikan, dan
kepada peserta mewarnai
3. 5 menit Penutup Menjawab salam,
dapat mengambil
manfaat

G. EVALUASI YANG DIHARAPKAN


1. Anak mengembangkan motorik halus dan mampu mewarnai sesuai yang
diinginkan.
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
3. Anak merasa senang, dan anak tidak takut lagi dengan petugas / perawat.
4. Orang tua dapat mendampingi anak sampai selesai.
5. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.


Jakarta: Salemba Medika.
Martin. (2008). Bermain Sebagai Media Terapi. Diakses pada tanggal 11
November 2018. Dari : http://www.tabloid-nakita.com.
Suwarsih. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak
Usia Pra Sekolah 3-5 Tahun Terhadp Tindakan Keperawatan Dibangsal
Anak Anggrek Rsud Panembahan Senopati Bantul. Stikes A.Yani
Yogyakarta: Tidak Dipublikasikan.
Widyastuti, U. (2008). Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak.
Sleman: Luna Publisher.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Indonesia.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai