KELOMPOK GENAP
ALDIRA : BSN 18951
A. SALZABILA BATARA : BSN 18953
DIANA MARIANA : BSN 18955
FITRIANI : BSN 18957
HERLINDA : BSN 18960
JUSNANI ANTI : BSN 18963
NUR AISYAH : BSN 18966
SATRIANI : BSN 18973
SULFIANTI : BSN 18975
RIRIN NASRIANI : BSN 18977
SILFI LESTARI K : BSN 18979
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 1
B. Saran ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ..................................................................................................... 3
B. Etikologi ....................................................................................................... 4
C. Klasifikasi .................................................................................................... 5
D. Indikasi ......................................................................................................... 5
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 6
F. Diagnosis ...................................................................................................... 6
G. Prosedur Penatalaksanaan Persalinan .......................................................... 7
H. Dampak Persalinan Sungsang ...................................................................... 21
I. Fatofisiologi ................................................................................................. 22
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 23
B. Saran ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya
letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi
pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5
persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland
Hospital merupakan letak sungsang.
Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di
dalam rahim dengan kepala berada di atas sehingga pada saat persalinan
sungsang, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan
dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui
bantuan ultrasonografi (USG). (Manuaba, 1998)
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-
ari yang pendek dan kelainan rahim. Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini
ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi
sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi
berada dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring
dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu. Karena risiko persalinan normal
pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan posisi
normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.
Jika kondisi ini terjadi pada kehamilan, maka jangan terburu-buru panik.
Asalkan usia kandungan masih di bawah 32 minggu maka janin dalam perut
masih bisa dikembalikan pada posisi normal. (Manuaba,1998).
1
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas
rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak
janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester
kedua. Biasanya ibu hamil akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian atas
dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kelainan letak sungsang?
2. Apa tikologi kelainan letak sungsang ?
3. Untuk mengetahui klasifikasi letak sungsang ?
4. Apa indikasi letak sungsang ?
5. Apa saja tanda dan gejala letak sungsang ?
6. Apa saja diagnosis letak sungsang ?
7. Bagaimana prosedur penatalaksanaan persalinan ?
8. Apa saja patofisiologi letak sungsang ?
C. Tujuan Penulisan
makalah ini bertujuanuntuk menanmbah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa tentang apa itu pengertian, etikologi, klasifikasi, indikasi, tdan dan
gejala, diagnosis, prosedur penatalaksanaan dan patofisiologi pada kelianan
persalinan letak sungsang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech, 50-70%)
2. Presentasi bokong kaki sempurna (Complete Breech, 5-10%)
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Incomplete
Breech, 10-30%)
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda
dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan
primigravida.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada
di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Sebagian besar selama kehamilan,
fetus (janin) yang sedang berkembang sangat bebas untuk bergerak di dalam
uterus (rahim). Antara umur kehamilan 32-36 minggu, fetus bertambah besar
sehingga pergerakannya terbatas. Sangat sulit bagi fetus untuk turn over, jadi
apapun posisi yang dicapai pada saat ini biasanya sama dengan posisi saat
persalinan akan dimulai.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya
letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi
pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. (Prawirohardjo S,1992).
Hingga saat ini, penyebab posisi janin sungsang tidak diketahui secara
pasti, bisa karena faktor ibu ataupun janin. Beberapa hal yang bisa membuat
proporsi posisi bayi menjadi berubah atau sungsang, antara lain: Hydrocephalus
(bila janin mengalami kelainan seperti hydrocephalus - pembesaran pada bagian
3
kepala - maka kepala yang besar akan mencari tempat yang lebih luas di dalam
rahim sehingga posisi kepala bayi di atas sementara bokong di bawah), kehamilan
kembar (bisa saja terjadi salah satu posisi kepala bayi di atas sementara yang lain
di bawah rahim, seperti angka 69), ada miom (tumor) di jalan lahir atau jalan lahir
tertutup plasenta sehingga kepala bayi terhalang / tidak bisa masuk ke jalan lahir.
Sungsang juga bisa terjadi akibat dari rahim yang kendur misalnya pada
ibu yang sering melahirkan sehingga tidak mampu menahan posisi janin pada
postur seharusnya. Semua ibu hamil bisa mengalami hal ini dan tidak ada
hubungannya dengan aktivitas si ibu. Jadi, posisi bayi sungsang bukan disebabkan
karena si ibu kurang bergerak, kurang minum/makan, atau karena faktor
psikologis tertentu.(Prawirihardjo,S 1992).
B. Etiologi
Penyebab letak sungang :
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatilf kurang lonjong
2. Air ketuban masih banyak dan kepala janin relatif besar
3. Plasenta Previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul
4. Kelainan bentuk kepala : Hidrocephalus, Anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pinggul atas panggul
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, Hidrocephalus, Plasenta Previa, Tumor – tumor Pelvis
dan lain-lain
6. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multivara
7. Gemeli (Kehamilan Ganda)
8. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri
9. Janin sudah lama mati
10. Sebab yang tidak di ketahui
4
C. Klasifikasi
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech, 50-70%)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ketas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2. Presentasi bokong kaki sempurna (Complete Breech, 5-10%)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak
bokong kaki sempurna / lipat kejang).
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
a. Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
b. Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
c. Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
d. Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
e. Prosedur Manual Aid
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Incomplete
Breech, 10-30%)
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki
disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat keatas. Pada
presentasi kaki bagian paling rendah adaah satu atau dua kaki. Selain
bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :
a. Kedua kaki : Letak kaki sempurna
b. Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
c. Kedua lutut : Letak lutut sempurna
d. Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
D. Indikasi
Indikasi kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
1. Fraktur tulang-tulang kepala.
2. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit.
5
3. Paralisis brankialis.
4. Fraktur femur
5. Dislokasi bahu.
6. Dislokasi panggul, terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat
ekstensi
7. Hematoma otot-otot.
F. Diagnosis
1. Palpasi : pemeriksaan leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang
keras dan kuurang bundar (bokonng, sementara di fundus terba bagian yang
keras, bundar dan melenting (kepala), dan puunggung teraba dikiri atau kanan.
2. Auskultasi : DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat
yang lebihh tinggi dari pusat.
3. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan foto sinar X : bayangan kepala di fundus.
4. Pemeriksaan dalam : dapat diraba os sacrum, tuber ischii, dan anus, kadang-
kadang kaki (pada etak kaki). Bedakan antara :
a. Lubang kecil – mengisap
b. Tulang (-) – rahang mulut
c. Isap (-) anus – lidah
d. Mekoneum (+)
6
e. Tumit – jari panjang
f. Sudut 90 derajat kaki – tidak rata tangan siku
g. Rata jari-jari – patella (-)
h. Patella lutut
i. Poplitea
7
e. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat
jari-jari berada pada pinggang janin (gambar 2)
f. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan
( gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri
atau kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak.
g. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir
mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
h. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis
searah jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi
kepala janin
i. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan
seperti pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang
kepala.
8
Gambar 2 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht
9
3. Teknik
1. Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik. Dilakukan
pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan.
2. Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah
yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus
pubis dan dapat dilahirkan.
3. Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu
belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
dilahirkan.
10
Persalinan bahu dengan cara klasik
Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER. Melahirkan lengan belakang
dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah simfisis. Dipilih bila
bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip, Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan
panggul sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul
sebelah depan) dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis.
1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan
penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di
elevasi sejauh mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada
perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan
telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan
kemudian dengan gerakan “mengusap muka janin ”, lengan posterior
bawah bagian anak dilahirkan.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diubah. Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang
dan sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah
“mendekatkan punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan
depan dilahirkan dengan cara yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk
dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan
cara:
1. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak
dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-
jari lain didepan dada.
11
2. Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga
lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara
yang sudah dijelaskan pada no 2
12
selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan
bagian bawah.
c. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan
tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas, traksi dan
elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan
sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan
untuk melahirkan lengan belakang bayi.
Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk
jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri
penolong)
13
Persalinan kepala dengan cara moriceau
14
4. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis
untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
5. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.
Persalinan kepala dengan cara prague terbalik
Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka
janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang
dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga
perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala
anak dilahirkan.
15
1. Ekstraksi bokong
a. Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan
jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari
tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain
penolong mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut
melakukan traksi kebawah.
16
c. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”
dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi
bokong parsialis.
2. Ekstraksi kaki
a. Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
b. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal
paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi
dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.
17
c. Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
d. Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan
III dan dituntun keluar dari vagina.
18
paha. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah
sampai trochanter depan lahir.
19
Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak. Sebaiknya digunakan kain
setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi curam bawah untuk melahirkan lengan
sampai skapula depan terlihat .
Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin (jangan diatas panggul
anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat.
20
Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti dengan gerakan untuk
membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang dilahirkan ;Lengan
depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan lengan belakang.
21
2. Bagi bayi
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah
plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit
antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu
setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam
waktu 8 menit.
I. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala,beberapa fetus tidak seperti itu.
Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang. Bayi letak sungsang
disebabkan :
a. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
b. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
c. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kelainan pada letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam
uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum
uteri. (Manuaba, 2010).
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat
ditolong melalui jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen).
Baik keduanya memiliki risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko
untuk ibu maupun janin.
B. Saran
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong
persalinan sungsang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu
sebagai calon tenaga kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan,
alangkah baiknya sebagai seorang mahasiswi bidan untuk mempelajari dan
memahami semua hal yang berkaitan dengan persalinan sungsang.
23
DAFTAR PUSTAKA
24