RIRIN NASRIANI
NIM: BSN18977
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menopause adalah berhentinya menstruasi akibat dari hilangnya aktivitas
folikel ovarium kerena penurunan hormon estrogen dan progesterone dan
terjadi setelah 12 bulan berturut-turut tidak menstruasi.Menopause merupakan
salah satu tahapan kehidupan yang pasti akan dialami oleh semua wanita.
Menopause merupakan periode peralihan dari masa subur menuju masa tua.
Usia terjadinya menopause pada wanita berbeda-beda. (Rosenthal, 2017).
Untuk sebahagian wanita memasuki usia 50 tahun dan menjadi tua
seringkali menjadi hal yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari
pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak
cantik lagi, kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan.
Padahal, masa tua dan menopause merupakan salah satu tahap yang harus
dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti halnya tahap-tahap
kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa reproduksi. Namun
munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu menyebabkan mereka
sangat sulit menjalani masa ini (Kronenberg, 2016).Banyak faktor yang
berpengaruh pada usia menopause, diantaranya faktor sosial demografi (tahun
lahir, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan) (Baziad, 2015).
Menopause sebagai proses alamiah dalam penuaan, yaitu ketika wanita
tidak mendapatkan haid lagi selama 1 tahun. Meskipun menopause merupakan
salah satu fase normal dalam kehidupan perempuan tetapi akan terjadi
perubahan fisiologi yang antara lain berupa keluhan di bidang vasomotor,
urogenital dan keluhan somatiK serta psikis. Sebagian keluhan akan
menghilang dengan sendirinya, tetapi sebagian yang lain akan menurunkan
kualitas hidup dan menyebabkan rasa tidak nyaman yang dapat mengganggu
dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Faktor reproduksi yang
1
2
2
3
dan Jawa Tengah (73,3 tahun). Hal ini diartikan bahwa wanita memiliki
kesempatan untuk hidup rata-rata 20 tahun lagi sejak awal menopause.
Di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2018 sampai taun 2019 , jumlah wanita yang hidup
pada masa premenopause pada tahun sebanyak 2018 308.161,0 jiwa
sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 309.984,0 jiwa. jumlah penduduk
Indonesia mencapai tahun 2018 sebanyak 8771970,0 jiwadan pada tahun 2019
sebanyak 8851.240,0 jiwa.jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.091.51
jiwa dengan usia harapan hidup rata-rata 66 tahun.(Badan Pusat Statistik
Sulawesi Selatan 2018-2019)
Menurut data usia lanjut dinas kesehatan Kab.Bone 2018-2020 yaitu pada
tahun 2018 sasaran sebanyak 74.384 jiwa, cakupan sebanyak 35.658 jiwa dan
capaian sebanyak 47.95 %. pada tahun 2019 sasaran sebanyak 608339 jiwa,
cakupan sebanyak 49148 jiwa dan capaian sebanyak 71.92 %. pada tahun
2020 sasaran sebanyak 608339 jiwa, cakupan sebanyak 54. 725 jiwa dan
capaian sebanyak 80,08 %.(Dinkes Kab. Bone 2018-2020)
Data dari UPT Puskesmas Ajangale di Kelurahan Pompanua tahun 2018
perempuan berusia 45-59 tahun sebanyak 424 jiwa, pada tahun 2019 sebanyak
486 jiwa. Pada tahun 2020 sebanyak 432 jiwa.(UPT Puskesmas Ajangale
2018-2020)
Kesiapan seorang wanita menghadapi menopause akan sangat membantu
seorang wanita menghadapi menjalani masa ini dengan lebih baik. yang
terpenting dalam kesiapan menghadapi menopause juga salah satunya dari
nutrisi, pada saat menopause, kadar esterogen menurun. Hal ini akan
mempermudah hilangnya kalsium tubuh. Peningkatan asupan kalsium dan
olahraga teratur dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Fraktur akibat
osteoporosis terjadi pada 50% di atas usia 50 tahun
Wanita pasti mengalami siklus dalam hidupnya yaitu pramenopause,
menopause, dan pascamenopause, Namun ada beberapa wanita mengalami
gangguan menghadapi menopause dan masih kurang pengetahuan mengenai
persiapan emosional memasuki masa menopause. Dari permasalahan di atas
3
4
4
5
5
6
6
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
7
8
8
9
2. Gejala menopause
a. Beberapa keluhan fisik yang merupkan gejala menopause
1) Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur.
Perdarahan seperti ini terjadi terutama di awali menopause.
Perdaraha akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang
kemudian akan berhenti sama seklai. Gejala ini di sebut gejala
peralihan. Ada yang frekuensi haidnya menjadi tidak normal,
keluarnya darah bias bnyak dan lebih lama atau berubah menjadi
sngat sedikit. Banhkan hanya berubah tetesan saja.
Ketidakteraturan itu bias berakhir bebrapa bulan atau malah
bebrapa sebelum haid berhenti secara permanen
2) Gejolak rasa panas (hot flush).
9
10
10
11
11
12
12
13
7) Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina.vagina menjadi kering dan kurang
elastis. Iini di sebabkan karena penuruan kadar estrogen. Tidak
hanya itu,juga muncul rasa gatal, pada vagina. Yang lebih
parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual. Di
karenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause
biasanya rentang terhadap infeksi vagina. Intercourse yang
teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan
vagina terjadi karena leher Rahim sedikit sekali mensekresikan
lender. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih k ering
dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan
rasa sakit saat kencing. Ada disfungsi seksual sebagai akibat
wajar dari menopause. Sementara keinginan seksual secara
alami berkurang seiring dengan meningkatnya usia, merupakan
tantangan tersendri untuk melanjutkan seks setelah menopause.
Tanpa estrogen yang mempertahankan kesehatan vagina,
vagina menjadi kering dan rapuh. Vagina di lapisi oleh sel
epitel skuamosa (seperti seluruh kulit kita) yang tebalnya 15
samapai 20 sel atau lebih. Dia elastis, mudah meregang, dan
lembab. Epitel skuamosa di vagina kta sangat sensitive pada
stimulasi estrogen. Dengan tidk adanya hormone epitel
skuamosa yang tebal itu dapat berkurang sampai ketebalan satu
atau dua sel saja. Tidak ada kelembapan. Elastisitasnya lenyap.
Tanpa estrogen, vagina mengalami atrofi, membuat hubungan
seks menyakitkan atau dalam beberpa keadaan yang tidak
menguntungkan, tidak mungkin terjadi. Labia dan mons, yang
tergantung pada ekstrogen, juga mulai kehilnagan
karakteristiknya, (Carol livoti dan Elisabeth 2006).
8) Perubahan kulit
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
secara rutin adalah cara paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks
pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal pap rutin adalah sebagai
berikut:
a) Pap smear pertama di lakukan pada 3 tahun pertama setelah
hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun.
b) Dari umur 21 hingga 29 tahun, di lakukan pemeriksaan pap rutin
setiap 1 atau 2 tahun sekali.
c) Dari umur 30 hingga 69 tahun, pemeriksaan pap setiap 2 atau 3
tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan pap yang
normal.
d) Umur 70 ke atas,jika 3 pemeriksaan pap smear negative maka pap
smear sudah dapat di hentikan. Jika pasien mempunyai resiko yang
lebih besar terjadinya kanker serviks, maka pap smear akan sering
di lakukan.
Banyak konsultan kesehatan yang menyarankan wanita agar
mendapatkan pap smear setiap tahun tetapi sebaiknya pap smear di
lakukan setiap 1 sampai 3 tahun sekali setelah melakukan 3 kali tes
pap smear yang di lakukan terlalu sering dapat menimbulkan risiko
kanker pada beberapa wanita. Pap smear biasanya dihentikan setelah
histerektomi, kecuali jika operasi untuk cervical di lakukan sebelum
invasi kanker pada organ reproduksi wanita atau juga dapat di lakukan
dengan alasan lain,misalnya jika HIV positif (membawa virus yang
menyebabkan aids), membawa human papilloma virus (HPV, virus
yang dapat menyebabkan kanker cervical), atau telah lebih dari tiga
kali mitaseksual. Dalam situasi ini, pap smear harus rutin di lakukan
seperti yang di tetapkan oleh dokter. Pada kondisi pre kanker jarang
menimbulkan gejala. Biasanya kanker akan terdeteksi dengan
pemeriksaan panggul dan tes pap smear. Bila kanker berada di
serviks, gejala yang paling umum ad’alah pendarahan abnormal pada
serviks. Mulai berhenti pada periode haid biasa, atau mungkin terjadi
setelah melakukan hubungan seksual abnormal vaginal discharge
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
pengetahuan pendidikan
Menopause
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
Sumber : (Moris dan Patel dalam Sayono, 2010)
BAB III
METODE PENELITIAN
35
36
C. Subyek penelitian
Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial
dan hasil kajian tidak akan di berlakukan kepopulasi, tetapi ditransfer
ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan social pada
kasus yang dipelajari. Menurut [ CITATION sug09 \l 14345 ]mengungkapkan
bahwa pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi
dinamakan social situation dari tiga elemen, yaitu tempat (place),
pelaku(actor), dan aktivitas(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden , tetapi dinamakan
narasumber, partisipan, dan informan dalam penelitian. Selain itu sampel
bukan disebut sampel statistic melainkan sampel sampel teoritis, karena
36
37
D. Variable penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
peneliti, sering kali dikatakan varibel penelitian itu sebagai faktor-faktor
yangberperan dalam peristiwa atau gejala yang akan di teliti. [ CITATION
Ari131 \l 14345 ].
37
38
Wawancara
Kesiapan ibu Suatu keadaan Kesiapan ibu
(handphone,untuk
dalam wanita dalam dalam
1 merekam dan
menghadapi mempersiapkan menghadapi
lembar
menopause diri menghadapi menopause
wawancara)
menopause
F. Jenis data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Menurut Lofland dan lofland, sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata,dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokument lain-lain [ CITATION Mol16 \l 14345 ] . Menyangkut sumber
data dalam penelitian ini penulis membaginya dua bagian yaitu :
1. Sumber data primer
Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama yaitu
masyarakat Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone, dengan memberikan
seperangkat pertanyaan bentuk wawancara yang berkaitan dengan
kesiapan ibu dalam menghadapi menopause.
2. Sumber data sekunder
38
39
39
40
40
41
I. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan
dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan
dengan menggunakan etika sebagai berikut [ CITATION Nur08 \l 14345 ] sebagai
berikut :
1. Memberikan Informed Consent
Lembar persetujuan diedarkan kepada respondent sebelum penelitian
dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika
responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, bila tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak-
hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti dan
mencamtumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan
cukup memberi kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasian dari
responden dijamin peneliti.
4. Transkripsi atau terjemahkan
Terjemahan atau transkripsi digunakan pada saat data yang diinginkan
sudah terkumpul. Penerjemahan yaitu penggantian teks dalam suatu
bahasa dengan teks kedalam bahasa yang lain. Pada saat data terkumpul
data-data tersebut masih dalam bentuk bahasa bugis karena mayoritas
sumber informasi atau informan merupakan orang bugis dan menggunakan
41
42
YAYASAN SIPATOKKONG
INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN BONE
Jln. DR. Wahidin Sudiro Husodo No. 75 Wata,pone. Telp/Fax (0481) 2911834;
Website: www.iskb.ac.id Email. akbid bsn wtp@yahoo.co.id
42
43
LEMBAR KUESIONER
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
A. Biodata
1. Nama :
2. Umur :
3. Suku :
4. Agama :
5. Jumlah anak :
6. Pendidikan :
7. Alamat :
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kesiapan ibu dalam menghadapi menopause ?
2. Bagaimana perasaan ibu jika sudah tidak mendapatkan haid lagi?
3. Bagaimana cara ibu mengatasi gejala yang timbul akibat pengaruh dari
menopause ?
4. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi gejala
dari menopause?
5. perubahan seperti apa yang dirasakan dalam menghadapi menopause ?
6. Apakah perubahan yang dirasakan mempengaruhi aktivitas ibu?
Daftar pustaka
Atikah, P. 2009. (n.d.). menopause dan sindrome premenopause (kritiyanasari
43
44
44
45
45