Anda di halaman 1dari 37

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENANGANAN

DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI


DI SMK NEGERI 1 MONDOKAN
TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
Memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
di Akademi Keperawatan YAPPI Sragen

oleh :
CINDI PERMATA SARI
20003

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI


SRAGEN-JAWA TENGAH
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

dewasa yang digambarkan pada usia 10-19 tahun. Masa remaja awalnya

pubertas sampai terjadinya kematangan organ reproduksi, pubertas awal dari

pematangan seksual yaitu dimana seorang anak mengalami perubahan fisik,

hormonal dan seksual (Utari, 2015). Masa remaja ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat secara fisiologis dan sikologis.

Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi pada remaja perempuan adalah

terjadinya menarche. Menarche merupakan menstruasi pertama yang dialami

oleh semua wanita yang telah memasuki usia produktif (G.Sangwan, and B. M

Vashisht, 2017).

Menstruasi merupakan proses alamiah pada wanita yang terjadi secara

berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Menstruasi ini biasanya

terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopause. Proses ini terjadi

dikarenakan pelepasan dinding uterus yang disertai dengan pendarahan dan

terjadi berulang setiap bulan, kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi

merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ

kandungan telah berfungsi matang (Wahyuni, 2013). Beberapa perempuan

yang sedang menstruasi ada yang mengalami beberapa keluhan namun ada

pula yang tanpa adanya keluhan. Salah satu keluhan perempuan pada saat

1
menstruasi adalah nyeri (dismenorea) baik saat menstruasi atau setelah

menstruasi (Fatmawati et al., 2016).

Dismenorea adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang

terjadi pada waktu menjelang menstruasi atau selama menstruasi, yang

memaksa wanita untuk beristirahat yang berakibat pada menurunnya kinerja

dan berkurangnya aktivitas sehari-hari (Kusmiyati, 2016). Dismenorea yang

terjadi pada perempuan tersebut biasanya meluas kepinggang, punggung,

bagian bawah dan paha, kontrasksi otot uterus tidak dirasakan, namun

kontraksi hebat sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga

menimbulkan nyeri (Februanti, 2017). Nugroho dan Utomo (2014)

mengatakan dismenorea apabila tidak segera diatasi akan mempengaruhi

fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil

tindakan terapi secara farmakologis atau nonfarmakologis. Tindakan

farmakologis yang dapat dilakukan pada penanganan dismenorea biasanya

menggunakan obat anti peradangan non-steroid yang tersedia dan dijual bebas

dan bisa juga terapi hormonal dengan pengawasan dokter. Selain obat-obatan,

rasa nyeri dismenorea bisa dikurangi dengan tindakan non farmakologis

seperti kompres hangat didaerah perut, latihan aerobik seperti (berjalan kaki,

bersepeda dan berenang), dan teknik relaksasi atau yoga.

Menurut (KEMENKES, RI, 2017) angka kejadian dismenorea di

Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer (nyeri

haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital, sering terjadi

pada wanita yang belum pernah hamil) dan 9,36% dismenorea sekunder
(nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis). Dismenorea primer

dialami oleh 60-75% remaja putri, dengan tiga perempat dari jumlah remaja

tersebut mengalami nyeri ringan sampai berat dan seperempat lagi mengalami

nyeri berat. Kejadian desminorea di Semarang sebesar 83,3% mengalami

dismenorea ringan dan 16,7% mengalami dismenorea berat. Dismenorea yang

terjadi pada remaja sebagian besar tergolong dismenorea primer. Berkisar

antara 40% – 70% wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan

sebesar 10 % mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari

(Meiliana et al., 2016). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

yang dijelaskan pada tahun 2015 dalam , jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Sragen usia remaja sampai dengan dewasa tahun 2015 yaitu

sebanyak 347.354 atau 39.67% jiwa dari 875.600 jiwa penduduk. Berdasarkan

data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, tahun 2013 total jumlah

kunjungan pasien dismenore di Puskesmas yaitu sebanyak 468 kasus, tahun

2014 meningkat sebanyak 516 kasus, dan tahun 2015 terdapat 569 kasus

(Aryani, 2016).

Banyak factor yang mempengaruhi remaja dalam menangani

dismenorea diantarnya adalah tingkat pendidikan, budaya, informasi serta

pengetahuan (Riris, 2018). Pengetahuan menjadi salah satu faktor sangat

berpengaruh terhadap cara menangani dismenorea (Putinah, 2019). Banyak

remaja putri menganggap bahwa dismenorea adalah hal yang biasa yang

terjadi dan tidak perlu penanganan ke tenaga kesehatan. Dari hasil penelitian

Ardianti tahun 2017 menunjukkan tingkat pengetahuan tentang dismenorea


pada remaja putri mayoritas pada kategori cukup yaitu 60 responden (70%).

Sedangkan kategori baik 11 responden (18,3%) dan kategori kurang 7

responden (11,7%). Adapun hasil penelitian lain yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Remaja Tentang Dismenore Di Kelurahan Benjala Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba” sebanyak 38 responde terdapat

pengetahuan baik sebanyak 0 responden (0%), pengetahuan cukup sebanyak 8

responden (21,1%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 30

responden (78,9%) (Haerani dkk. 2020).

Pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang

terutama perilaku penanganan terhadap dismenorea (Rina and Lutfi, 2019).

Berbagai penanganan dismenorea antara lain kompres hangat, olahraga

pengobatan herbal dengan jamu, massage, istirahat yang cukup, posisi knee

chest, teknik imagery guided, dan teknik relaksasi nafas (Prihatiningsih.

2021). Adapun hasil penelitian lain tentang penanganan dismenorea dengan

cara senam sebanyak 30 orang siswi (48,4%), penanganan dismenorea dengan

mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam kategori baik yaitu sebanyak 45

orang (72,6%), penanganan dismenore dengan cara melakukan peregangan

dalam kategori kurang sebanyak 24 orang (38,7%), penanganan dismenorea

dengan cara menghindari konsumsi kafein dalam kategori baik sebanyak 38

orang (61,3%), penanganan dismenore dengan asupan gizi yang baik dalam

kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan dismenore dengan cara

lain - lain dalam kategori baik sebanyak 32 orang (51,6%) (Februanti, 2017).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Peneliti diperoleh di SMK

Negeri 1 Mondokan didapatkan data sebanyak 90 % dari total remaja putri

(576) telah mengalami menstruasi. Selain itu, dari hasil wawancara antara

peneliti dengan beberapa remaja putri kelas X, XI dan XII di SMK Negeri 1

Mondokan didapatkan data rata-rata remaja putri mengalami nyeri saat hari

pertama menstruasi. Dari 10 remaja putri di SMK Negeri 1 Mondokan

terdapat 8 remaja putri mengalami dismenorea dan 2 tidak mengalami

dismenorea saat menstruasi. Adapun cara penanganan dismenorea dari 8

remaja putri tersebut, terdapat 3 remaja putri mengurangi nyeri dengan diolesi

minyak kayu putih, 3 remaja putri mengurangi nyeri dengan meminum obat

pereda nyeri dan 2 remaja putri tidak melakukan upaya penanganan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di SMK Negeri 1 Mondokan untuk mengetahui bagaimana

“Gambaran pengetahuan dan penanganan dismenorea pada remaja putri di

SMK Negeri 1 Mondokan pada tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimana gambaran pengetahuan dan penanganan dismenorea pada remaja

putri di SMK Negeri 1 Mondokan pada tahun 2022 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri di SMK Negeri 1

Mondokan tentang desminorea


2. Mengetahui gambaran penanganan dismenorea pada remaja putri di SMK

Negeri 1 Mondokan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi terkait informasi sejauh

mana tingkat pengetahuan dan bagaimana cara penanganan remaja putri

SMK Negeri 1 Mondokan tentang dismenorea.

2. Manfaat Keilmuan

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan penanganan remaja putri SMK

Negeri 1 Mondokan tentang dismenorea.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai pengalaman yang berharga dan

menambah wawasan peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah di

peroleh khususnya metodologi penelitian. Selain itu penelitian Juga

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program

Diploma III Keperawatan di Akper YAPPI Sragen.

4. Manfaat Bagi Dinas Terkait

Sebagai salah satu bahan masukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Sragen dan instansi terkait lainnya dalam rangka menentukan langkah

langkah yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan penanganan

remaja secara dini tentang dismenorea.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Desain Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian
1. Nona Pengetahuan Desain Hasil penelitian
Novaliana sikap dan penelitian ini menunjukkan 59,43 %
perilaku adalah metode responden pernah
mahasiswa penelitian mengalami dismenorea dan
angkatan 2008- Deskriptif memiliki pengetahuan
2010 dalam tentang gejala dismenorea
mengatasi yang dialaminya. Mayoritas
dismenorea di responden (68,87 %)
Fakultas mempunyai sikap yang
Kedokteran cukup dalam mengatasi
Universitas dismenorea dan 80,19 %
Sriwijaya 2011 mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam mengatasi
dismenorea.
2. Tri Ayu Gambaran Desain Hasil penelitian ini
Iliyun penanganan penelitian ini menunjukkan penanganan
nyeri desminore adalah metode nyeri dismenore
pada remaja penelitian menggunakan farmakologi
putri di desa diskriptif. terdapat 2 remaja putri dan
kradenan Kec. menggunakan non
Kaliwungu Kab. farmakologi terdapat 23
Semarang remaja putri.
3. Sofia Pengetahuan Penelitian ini Hasil penelitian
Februanti remaja putri menggunakan menunjukkan tingkat
tentang metode pengetahuan remaja putri
dismenore di penelitian tentang penanganan
SMPN 9 deskriptif dismenore di SMPN 9
Taksimalaya kuantitatif. Tasikmalaya sebanyak 31
orang berpengetahuan baik
(50%), 25 orang
berpengetahuan cukup
(40,3%) dan 6 orang
berpengetahuan kurang
(9,7%).
4. Reny A . T Pengetahuan Penelitian ini
Hasil penelitian: distribusi
F. Wagey dan sikap merupakan usia responden yang paling
M.R.Rarung remaja terhadap analisis dari
junior Pniel Manado adalah
dismenorea di penelitian 13-15 tahun (70,7%),
SMP Pniel deskriptif pengetahuan tentang
Manado cross-sectional.
dismenore remaja adalah
baik sekitar 77,6%, sikap
siswa positif tentang
Dismenorhea dari 74,1%.
5. Ni Made W, Gambaran Jenis penelitian Hasil penelitian didapatkan
Ni Komang penanganan yang bahwa penanganan dengan
Diah P dismenorea digunakan kompres hangat yaitu 52%,
secara non adalah olahraga yaitu 31,4%,
farmakologi deskriptif pengobatan herbal dengan
pada remaja dengan jamu yaitu 24,5%, massage
kelas X di SMA pendekatan yaitu 47,1%, istirahat yang
Dwijendra cross sectional. cukup yaitu 79,4%, posisi
Denpasar knee chest yaitu 29,4%,
teknik imagery guided yaitu
78,4%, dan teknik relaksasi
nafas dalam yaitu 63,7%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian
Pengetahuan merupakan sumber utama peradaban bangsa yang

diawali dengan perhatian masyarakat terhadap ilmu pengetahuan

(octaviana dan ramadani, 2021). Definisi pengetahuan adalah hasil dari

proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup

berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan

maupun melalui pengalaman ( Rodwan, dkk. 2021)

b. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan (Irwan, 2017).

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima. Tahu adalah tingkat pengetahuan yang

19 paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau

10
tentang apa yang dipelajari. Antara lain dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh seorang remaja yang menyebutkan tanda-tanda puber

melalui perubahan secara fisik. Seorang ibu yang bisa

menyebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

Contoh: seorang remaja yang bisa menjelaskan mengapa

terjadi perubahan secara fisik pada remaja saat pubertas. Seorang

ibu yang bias menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi dan

kegunaanya masingmasing.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(kebenarannya). Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat 20


menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian. Dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecah

masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang 21

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi,

dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat

menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan

sebagainya.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Darsini, dkk. (2019) secara umum faktor yang

mempengaruhi pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu

faktor internal (berasal dari dalam individu) dan faktor eksternal

(berasal dari luar individu) yaitu:

1. Faktor Internal

a. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap

dan pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik

b. Jenis kelamin

Pada pertengahan abad ke-19, para peneliti dapat

membedakan perempuan dan laki-laki hanya dengan melihat

otaknya, meski penelitian terbaru menyebutkan bahwa otak secara


fisik tidak ada perbedaan antara otak perempuan dan laki-laki.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan Verma, menemukan

adanya perbedaan signifikan antara sirkuit otak perempuan dan

laki-laki, bahkan ketika mereka melakukan hal yang sama. Pada

tahun 2015, Tel Aviv University melakukan riset yang menarik

dalam membandingkan otak laki-laki dan perempuan. Para

peneliti melakukan riset terhadap 1400 orang pada lokasi gray

matter di otak. Peneliti menyebutkan pola berpikir ini sebagai

brain road maps. Dari penelitian ini, cara kerja otak perempuan

dan laki-laki ini disebut sebagai female end zone dan male end

zone. Perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya, hal

tersebut yang menjadi alasan perempuan lebih mampu melihat

dari berbagai sudut pandang dan menarik kesimpulan. Masih

berdasarkan penelitian Ragini Verma, otak perempuan lebih bisa

mengaitkan memori dan keadaan sosial, ini yang menjadi alasan

perempuan lebih sering mengandalkan perasaan.

Menurut kajian Tel Aviv, perempuan dapat menyerap

informasi lima kali lebih cepat dibandingkan laki-laki. Ini

menjadi alasan perempuan lebih cepat menyimpulkan sesuatu

dibanding laki-laki. Berbeda dengan perempuan, laki-laki

memiliki kemampuan motorik yang jauh lebih kuat dibandingkan

perempuan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk kegiatan yang

memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata. Ini


menjadi salah satu alasan laki-laki lebih baik dalam olahraga yang

mengandalkan lempar-melempar bola. Menurut Daniel Amen,

otak laki-laki 10% lebih besar dibanding perempuan, tetapi bukan

berarti laki-laki menjadi lebih pintar dibandingkan dengan

perempuan. Ukuran otak tidak mempengaruhi kepintaran atau pun

IQ seseorang. Menurut Witelson, otak laki-laki lebih rentan

dibandingkan dengan otak perempuan. Selain itu, otak laki-laki

mengalami perubahan seksual yang dipengaruhi oleh hormon

testosteron. Meskipun biasanya ukuran otak laki-laki lebih besar

dibanding ukuran otak perempuan, faktanya hippocampus pada

perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Hippocampus adalah

bagian otak yang menyimpan memori, salah satu alasan

perempuan bisa mengolah informasi lebih cepat seperti yang

sudah disebutkan di atas. Adanya perbedaan respon antara

perempuan dan laki-laki terjadi karena perempuan memiliki

verbal center pada kedua bagian otaknya, sedangkan laki-laki

hanya memiliki verbal center pada otak bagian kiri. Biasanya ini

yang menyebabkan perempuan lebih suka berdiskusi, bergosip,

bercerita panjang lebar dibanding laki-laki. Laki-laki lebih suka

melihat sesuatu yang mudah, mereka tidak memiliki ‘koneksi’

yang baik tentang hal-hal yang melibatkan perasaan, emosi, atau

curahan hati. Itu sebabnya, perempuan suka mengeluhkan bahwa

laki-laki tidak cukup peka, melupakan hal-hal yang dianggap


penting oleh perempuan seperti ulang tahun pernikahan. Hal ini

dipicu karena otak laki-laki tidak didesain untuk terkoneksi pada

perasaan atau emosi. Laki- laki biasanya ketika memutuskan

sesuatu jarang melibatkan perasaan. Laki-laki juga jarang

menganalisis perasaannya dibandingkan dengan perempuan yang

biasanya selalu melibatkan perasaan dalam memutuskan sesuatu.

2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan merupakan hal yang

sangat penting sebagai sarana untuk mendapatkan informasi

misalnya di bidang kesehatan sehingga memberikan pengaruh

positif bagi kualitas hidup seseorang. Pendidikan

mempengaruhi seseorang untuk berperan serta dalam

pembangunan dan umumnya semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam menerima

informasi. Seseorang yang menempuh pendidikan jenjang


pendidikan formal, akan terbiasa untuk berpikir secara logis

dalam menghapi sesuatu permasalahan. Hal ini dikarenakan

dalam proses pendidikan formal, individu akan diajarkan untuk

mengidentifikasi masalah, menganalisa suatu permasalahan

dan mencoba untuk memecahkan atau mencari solusi atas

suatu permasalahan. Pendidikan merupakan bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

impian atau cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi berupa halhal yang menunjang kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup.

b. Pekerjaan

Pekerjaan pada dasarnya merupakan aktivitas yang

dilakukan manusia baik untuk mendapatkan gaji (salary) atau

kegiatan yang dilakukan untuk mengurus kebutuhannya seperti

mengerjakan pekerjaan rumah atau yang lainnya. Lingkungan

pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Adakalanya pekerjaan yang dilakukan

seorang individu akan memberikan kesempatan yang lebih luas

kepada individu untuk memperoleh pengetahuan atau bisa juga

aktivitas pekerjaan yang dimiliki malah menjadikan individu


tidak mampu mengakses suatu informasi. Pekerjaan adalah

suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara

untuk mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh di masa lalu untuk memecahkan

masalah. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami

seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak

pengalaman seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang

didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu yang pernah

melahirkan seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu

yang belum melahirkan sebelumnya

d. Sumber informasi

Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam

memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara mengakses

berbagai sumber informasi yang ada di berbagai media.

Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, semakin

memudahkan bagi seseorang untuk bisa mengakses hampir

semua informasi yang dibutuhkan. Seseorang yang mempunyai

sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudah


memperoleh informasi semakin cepat seseorang memperoleh

pengetahuan yang baru.

e. Minat

Minat akan menuntun seseorang untuk mencoba dan

memulai hal baru sehingga pada akhirnya akan mendapatkan

pengetahuan yang lebih dari sebelumnya. Minat atau passion

akan membantu seseorang dan bertindak sebagai pendorong

guna pencapaian sesuatu hal / keinginan yang dimiliki

individu. Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu hal. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni, sehingga seseorang memperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam

f. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan

merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya,

apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan


lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan

g. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Seseorang yang berasal dari lingkungan yang tertutup

seringkali sulit untuk menerima informasi baru yang akan

disampaikan. Hal ini biasanya dapat ditemui pada beberapa

komunitas masyarakat tertentu.

2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun

(tahun, 2014). Sedangkan menurut Permenkes RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut

Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana (BKKBN) rentang usia

remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja (adolescence)

merupakan masa transisi dari masa kanak-anak menuju dewasa yang

ditandai dengan adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Remaja

tidak hanya tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar akan tetapi juga

terjadi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk

bereproduksi (Kundre, 2015).

b. Tahapan tumbuh kembang remaja


Menurut buku Wirenviona & Riris (2020), membagi tumbuh

kembang remaja menjadi tiga tahapan sebagai berikut.

1. Remaja awal (11-13 tahun)

Remaja merasa lebih dekat dengan teman sebaya dan bersifat

egosentris serta ingin bebas. Remaja yang egosentris akan sulit untuk

melihat sesuatu hal dari sudut pandang orang lain sehingga sering

tidak menyadari apa yang orang lain pikirkan rasakan, dan lihat.

Remaja egosentris lebih sulit untuk menyesuaikan diri, bahkan

mengoreksi pandangannya jika dirasa pandangannya tersebut tidak

sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, remaja

mencari teman sebaya yang sejenis untuk mengatasi ketidakstabilan

pada dirinya.

2. Remaja pertengahan (14-17 tahun)

Bentuk fisik semakin sempurna pada masa remaja tengah. Hal-hal

yang terjadi, yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

berkencan dengan lawan jenis, dan berkhayal tentang aktivitas seks.

Perkembangan intelektual semakin baik dengan mengetahui dan

mengeksplor kemampuan diri. Selain itu, remaja akan merasakan jiwa

sosial yang mulai tinggi, seperti keinginan untuk menolong orang lain

dan belajar bertanggung jawab.

3. Remaja akhir (18-21 tahun)

Remaja akhir disebut dewasa muda karena mulai meninggalkan

dunia kanak-kanak. Remaja lebih selektif dalam mencari teman


sebaya, mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya

sendiri, dapat mewujudkan rasa cinta dan belajar menyesuaikan diri

dengan norma-norma yang berlaku. Remaja akan mulai merasakan

beban atau tanggung jawab dalam mencari pendidikan yang baik atau

pekerjaan yang lebih mapan.

c. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa,

yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual antara usia 11 atau

12 tahun sampai dengan 20 tahun menjelang masa dewasa muda (Aris,

2021). Adapun ciri – ciri remaja menurut Aris, 2021 :

1. Perkembangan seksual

Seksual yang berlebih terkadang menyebabkan perkelahian, bunuh

diri dan sebagainya.

2. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan sedikit cepat di

bandingkan pada masa kanak-kanak dan dewasa.

3. Emosi yang meluap-luap

Emosi remaja keadaannya masih labil di sebabkan pengaruh

hormon. Terkadang dia bisa marah dan di lain waktu bisa sedih juga

4. Cara berpikir

Cara berpikirnya causatif ialah menyangkut hubungan sebab dan

akibat. Misalnya remaja duduk didepan pintu, kemudian orang tua

melarangnya sambil berkata “jangan duduk depan pintu“. Andai yang


dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menuruti perintah orang tuanya,

tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa ia tidak

boleh duduk didepan pintu dan selalu bertanya-tanya.

5. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian pada lingkungan.

Berusaha mendapat status dan peran. Seperti mencari perhatian di

kegiatan remaja kampung-kampung.

6. Mulai tertarik oleh lawan jenis

Dalam bersosial dia lebih tertarik pada lawan jenisnya dan ada

minat untuk berpacaran.

7. Terikat dengan kelompok

Remaja dalam kehidupan sosialnya tertarik pada komplotan

seumurnya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan

komplotan dinomor satukan. Masa remaja memiliki ciri ciri yang lebih

menonjol atau lebih mudah di pastikan dari masa masa lainnya. Karna

masa remaja memilki ciri ciri yang berupa ciri ciri umum atau ciri ciri

yang baru didapatkan oleh seseorang.

d. Perubahan fisik pada remaja

Masa remaja terjadi perubahan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk pertumbuhan organ reproduksi sehingga tercapai

kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi

reproduksi. Menurut Ahmad (2020), perubahan yang terjadi pada

pertumbuhan diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:


1. Tanda-tanda seks primer

Tanda bahwa fungsi organ reproduksi pada laki-laki matang,

lazimnya terjadi mimpi basah. Artinya bermimpi mengenai hal hal yang

berkaitan dengan hubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma.

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada wanita adalah

datangnya haid. Ini merupakan permulaan dari serangkaian pengeluaran

darah, lender, jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang

akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini terus berlangsung sampai

menjelang menopause.

2. Tanda-tanda seks sekunder

a) Tanda-tanda seks sekunder pada laki-laki:

(1) Rambut.

Rambut yang tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan,

terjadi satu tahun setelah testis dan penis mulai membesar. Ketika

rambut kemaluan hampir selesai tumbuh maka menyusul rambut

ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan cambang.

(2) Kulit.

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.

(3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.

Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif. Sering

menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat.

Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian

ketiak.
(4) Otot.

Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat.

Bila dilakukan latihan otot maka akan tampak memberi bentuk

pada lengan, bahu, dan tungkai kaki.

(5) Suara.

Terjadi perubahan suara mula-mula agak serak kemudian

volumenya juga meningkat.

(6) Benjolan di dada.

Muncul benjolan kecil di sekitar kelenjar susu

b) Tanda-tanda seks sekunder pada wanita:

(1) Rambut.

Rambut kemaluan wanita tumbuh sama halnya dengan remaja

laki-laki seperti tumbuh rambut di sekitar kemaluan, di ketiak

(2) Pinggul.

Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat.

Karena akibat dari membesarnya tulang panggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit.

(3) Payudara.

Seiring pinggul membesar maka payudara juga membesar dan

putting susu menonjol.

(4) Kulit.

Kulit wanita tetap lembut, lebih tebal, dan pori-pori membesar.

(5) Kelenjar keringat dan kelenjar lemak.


Kedua kelenjar ini menjadi lebih aktif saat haid, sumbatan

kelenjar lemak dapat menyebabakan jerawat dan kelenjar

keringat baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

(6) Otot.

Menjelang akhir masa puber maka otot akan semakin membesar

dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai

kaki.

(7) Suara.

Suara berubah menjadi semakin merdu, suara serak jarang

terjadi pada wanita.

e. Perubahan psikologis pada remaja

Menurut Ahmad (2020), perubahan-perubahan yang berkaitanm

dengan kejiwaan pada remaja adalah:

1) Perubahan emosi

a) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi

biasa tertawa tanpa alasan. Umumnya sering terjadi pada remaja

putri saat sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan yang bisa

mempengaruhinya dan itu menjadi penyebab terjadi perkelahian.

c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang menghabiskan waktu dengan teman sebaya dari pada

tinggal di rumah.

2) Perkembangan intelegensia
a) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik.

b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba.

3. Dismenorea

a. Pengertian

Istilah dismenorea berasal dari kata yunani kuno (Greek) kata

tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang

berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Dismenorea

didefinisikan sebagai nyeri saat menstruasi. Rasa nyeri ini sering

muncul sebagai nyeri kram abdomen bagian bawah yang terjadi

sepanjang haid. Dismenorea juga didefinisikan sebagai gangguan yang

berkenaan dengan tepat pada masa menstruasi. Gangguan ini

diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu dismenorea primer dan

dismenorea sekunder. Dismenorea primer yaitu nyeri pada saat

menstruasi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin sedangkan

dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi yang berhubungan dengan

kelainan anatomis yang jelas. Kelainan anatomis ini kemungkinan

adalah nyeri menstruasi yang disertai infeksi, endometriosis, mioma

uteri, polip endometrial, polip serviks, dan pemakaian IUD ( Amalia,

2020 ).

b. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Menurut Amalia ( 2020 ) :

1. Dismenore primer

Merupakan dismenorea yang paling umum terjadi pada wanita.

Dismenorea primer disebabkan oleh peningkatan produksi

prostaglandin. Dismenore primer umumnya terjadi 2 tahun setelah

menstruasi pertama dan berlangsung sebelum atau sesudah menstruasi

selama 2-3 hari. Dismenorea primer ini merupakan nyeri yang tidak

ada hubungannya dengan kelainan ginekologi. Kejadian dismenorea

primer ini tidak terdapat hubungan dengan umur, ras, genetic maupun

status ekonomi. Namun derajat nyeri yang dirasakan serta durasi

mempunyai hubungan dengan usia saat menarche, lamanya

menstruasi,merokok dan adanya peningkatan IMT (index massa

tubuh).

2. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder pada umumnya terjadi akibat dari kelainan

struktural ataupun anatomi serviks atau uterus, benda asing seperti alat

kontrasepsi dalam rahim (IUD), endometriosis atau endometritis.

Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana implantasi jaringan

endometrium ditemukan pada lokasi ektopik dalam rongga

peritoneum.

c. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Amalia ( 2020 ) :

1. Dismenore primer
Timbulnya dismenorea sering dikaitkan dengan adanya peningkatan

kadar prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh folikel akan

mengikat si reseptor yang berada di endometrium atau myometrium.

Dimana diketahui bahwa prostaglandin mempunyai daya untuk

meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus. Prostaglandin juga

mempunyai efek vasokontriksi yang dapat menyebabkan iskemi

pada otot uterus yang sekaligus dapat menimbulkan rasa nyeri.

Konsentrasi prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan

yang bermakna. Hal ini jelas menunjukkan bahawa Dismenorea

sangat dipengaruhi oleh kadar prostaglandin yang tinggi yang

biasanya yang meningkat pada awal menstruasi.

2. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder dapat terjadi disebabkan oleh kondisi tersebut:

Uterin Leiomioma Merupakan tumor jinak yang sering ditemukan di

otot uterus yang merupakan penyebab tersering dari dismenorea

sekunder. Tumor ini dapat terus membesar karena adanya estrogen.

Selain menimbulkan rasa nyeri, juga dapat menimbulkan menoragia

dan perut kembung. Komplikasi dapat terjadi anemia dan infertilitas.

Selain itu, Pelvic Inflammatory Disease merupakan infeksi yang

terjadi pada uterus dan tuba falopi, infeksi ini terjadi setelah

menstruasi, jika kronik dapat menyebabkan dismenorea. Penyebab

yang paling sering adalah Chlamydia trachomatis dan Neisserria

gonorrhoea. Diagnosanya meliputi tiga kriteria mayor yaitu sakit


perut, nyeri adneksa dan keras pada daerah serviks, serta harus

meliputi 1 kriteria minor seperti demam, vaginal discharge,

leukositosis, gram-negative stain dan sel darah putih pada vaginal

smear. Seterusnya , Abses tubo-ovarian merupakan infeksi dan

sekuele dari PID. Manakala, ruptur kista ovarium dan hemorargik

juga dapat menyebabkan nyeri haid sekunder ini bertambah parah.

Selanjutnya,endometriosis merupakan adanya jaringan mirip

endometrium yang ditemukan di luar uterus, paling sering pada

ovarium. Gejala yang timbul adalah dispareuni, nyeri panggul dan

nyeri punggung. Adenomiosis yang merupakan suatu kelainan

dimana ditemukan kelenjar adrenal pada miometrium, diagnosa

sangat sulit untuk ditegakkan dapat menimbulkan gejala dismenore

sekunder juga.

d. Faktor- faktor yang mempengaruhi Disminorea

Menurut Auliyani,(2020).Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi

terjadinya dismenorea primer yaitu usia menarche dini (usia pertama

kali menstruasi < 12 tahun), kurang atau tidak pernah berolahraga,

siklus haid memanjang atau lama haid lebih dari normal (7 hari), status

gizi, riwayat keluarga.

1. Usia Menarche pada usia lebih awal Menarche pada usia lebih

awal < 12 tahun menyebabkan alat - alat reproduksi belum


berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

perubahanperubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

2. Tidak pernah beroalahraga dapat menyebabkan otot-otot kaku

sehingga akan mengakibatkan kontraksi saat haid,ketika

olahraga tubuh akan mengeluarkan hormone endofrin untuk

mengurangi nyeri dan kontraksi rahim.

3. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) dapat menimbulkan

adanya kontraksi uterus, jika menstruasi terjadi lebih lama

mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin

yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi

uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadilah disminorea.

4. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi siklus menstruasi

dikarenakan tubuh kurang asupan nutrisi sehingga prostaglandin

akan lebih banyak diproduksi sehingga dapat menyebabkan

disminorea

5. Riwayat keluarga dalam ilmu genetika riwayat keluarga

diartikan sebagai terdapatnya faktor-faktor genetic dari riwayat

penyakit dalam keluarga serta resiko mengalami penyakit

tertentu.

e. Skala atau Pengukuran Nyeri


Menurut Akbar et al., (2014) mengatakan bahwa pengukuran skala

nyeri menggunakan Mankonski Pain Scale.

0 : Tidak ada rasa nyeri

1 : Rasa ketidaknyamanan sangat kecil, sesekali sedikit merasa

sakit dan tidak diperlukan obat.

2 : Rasa ketidaknyamanan kecil, sesekali merasa sakit yang

berat,dan tidak diperlukan obat.

3 : Cukup menjengkelkan sehingga menjadi terganggu,

penghilang rasa sakit ringan dapat mengatasinya seperti

(Aspirin, Ibuprofen).

4 : Dapat diabaikan apabila benar-benar larut dalam pekerjaan,

namun tetap mengganggu. Penghilang rasa sakit ringan

dapat menghilangkan rasa sakit selama 3-4 jam

5 : Tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit. Penghilang rasa

sakit dapat menghilangkan rasa sakit selama 3-4 jam

6 : Tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, namun masih

dapat berkegiatan dan bekerja.

7 : Menjadikan susah untuk berkonsentrasi, mengganggu tidur,

namun masih bisa berkegiatan dengan susah payah.

Penghilang rasa sakit yang lebih kuat tidak efektif sepenuhnya.

8 : Aktivitas fisik sangat terbatas. Bisa membaca dan

berkomunikasi dengan susah payah, dan menimbulkan rasa

mual dan pusing


9 : Tidak bisa bicara. Menangis atau mengerang secara tidak

terkontrol karna rasa sakit

10 : Tidak sadar. Nyeri membuat pingsan.

Mankonski Pain Scale, membagi 4 klasifikasi skala nyeri yaitu :

1. Tidak Nyeri : 0

2. Nyeri Ringan : 1-2

3. Nyeri Sedang : 3-6

4. Nyeri Berat : 7-10

Adapun menurut Amalia ( 2020 ) dismenorea dibagi mejadi 3 macam

yakni :

1. Ringan : terjadi sejenak, dapat segera pulih, tidak memerlukan

obat, rasa nyeri hilang sendiri, dan tidak mengganggu pekerjaan sehari-

hari

2. Sedang : memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit

dan tidak perlu meninggalkan pekerjaannya

3. Berat : rasa sakit yang hebat sehingga tidak mampu melakukan

tugas harian, memerlukan istirahat, memerlukan obat dengan intensitas

tinggi, dan diperlukan tindakan operasi karena mengganggu menstruasi.


B. Kerangka Teori

Tahapan tumbuh kembang remaja

1. Remaja awal (11-13 tahun)


Remaja
2. Remaja pertengahan (14-17 tahun)
3. Remaja akhir (18-21 tahun)

Desminorea 1. klasifikasi
2. Skala
3. Pengukuran nyeri
4.

Pengetahuan Penanganan

Fakto r yang mempengaruhi


pengetahuan :

1. Pendididikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Faktor l ingkungan
5. Sosial budaya

Anda mungkin juga menyukai